Disusun oleh
Nailu Fadhlatil Aidati (16320010)
KELAS C
JURUSAN SASTRA INGGRIS
FAKULTAS HUMANIORA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK
IBRAHIM MALANG
2018
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim…
Puji dan syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul “Sejarah Kesusatraan Inggris Pada Periode Transisi” yang
ditulis untuk memenuhi tugas matakuliah History of English Literature.
Kami menyadari bahwa makalah ini banyak memiliki kekurangan dan jauh
dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran dari
pembaca untuk perbaikan di masa yang akan datang, dan kami juga berharap
semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
Penulis
DAFTAR ISI....................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................... 1
Kemajuan peradaban bangsa Inggris di zaman modern ini tidak terlepas dari
perkembangan yang bisa dilihat dari sejarah zaman dahulu. Secara garis besar,
sejarah perkembangan bangsa Inggris dibagi menjadi periode kuno yakni Old
English, periode pertengahan atau disebut Middle English dan periode modern
yakni Modern English. Periode kuno dipenhi oleh kependudukan bangsa Kelt,
Anglo-Saxon serta kekaisaran Roma. Stelah periode kuno berakhir,
perkembangan bangsa Inggris berada pada periode pertengahan yang ditandai
dengan adanya pengaruh kekuasaan Norman Perancis yang menghasilkan banyak
perkembangan pada berbagai aspek kehidupan. Meskipun kekuasaan ini dipenuhi
dengan kekerasan dan ketidakadilan, namun system-sitem pemerintahan bangsa
Norman telah memberikan pengaruh tersendii dalam perkembangan aspek
kehidupan seperti aspek politik, sosial, budaya, ekonomi dan juga sastra.
Sastra juga menjadi aspek yang penting dalam perkembangan bangsa Inggris.
Sejarah perkembangan sastra juga memberikan gambaran terhadap perkembangan
bangsa Inggris di berbagai aspek kehidupan. Salah satunya adalah masa dimana
bangsa Inggris bangkit setelah mengalami perebutan Bahasa oleh Perancis atau
sering disebut dengan periode Renaissance. Periode ini awal dari perkembangan
bangsa Inggris di era modern. Makalah ini akan menjelaskan sejarah serta aspek-
aspek kehidupan pada akhir abad 15 yang menjadi tombak perkembangan
peradaban bangsa Inggris.
1.3. Tujuan
1. Mengetahui bagaimana tinjauan sejarah pada periode transisi?
2. Mengetahui bagaimana tinjauan kesusastraan pada periode transisi?
3. Mengetahui siapa tokoh sastra dan hasil karyanya pada periode transisi?
c. Pemerintahan Tudor
Henry VIII ialah putra dari Henry VII. Ia mewarisi tahta ayahnya untuk
memimpin dinasti Tudor. Ia melakukan pernikahan sebanyak enam kali
dengan tujuan untuk mengkaruniai seorang putra pewaris kerajaan. Kurang
lebih selama dua puluh tahun ia belum juga mendapatkan keturunan. Sehingga
ia memutuskan untuk melakukan pembatalan pernikahan. Akan tetapi hal itu
Edward adalah putra dari Henry VIII dengan permaisurinya yakni Jane
Seymour. Edward menjadi pewaris tahta ketiga dari dinasti Tudor. Ia menjadi
raja pada usia 10 tahun (menjadi dewan kabupaten). Ia adalah raja Protestan
Inggris pertama. Edward menjadi raja setelah meninngalnya ayahnya yakni
Henry VIII. Pada tahun 1946 kesehatan Henry mulai memburuk. Hal tersebut
ditanggapi oleh beberapa orang yang ingin mengambil alih kekuasaan Henry
yang akan jatuh ke putranya. Mereka antara lain ialah Stephen Gardiner dan
Thomas Howard, Adipati Norfolk ke-3 yang menentang adanya refomasi
agama. Namun pada saat raja Henry meninggal, kekusaan tetap dipegang oleh
kubu pro-reformasi di bawah kekuasaan putra kerajaan yakni Edward
Seymour (WK Jordan :1968)
4. Mary I : 1553-1558
Mary adalah anak perempuan dari raja Henry VIII dengan permaisurinya
yakni Catherine dari Aragon. Mary adalah istri Raja Philip II dari Spanyol,
seorang raja Katolik yang kukuh Mary dikenang karena usahanya yang kuat
untuk memulihkan agama Katolik Roma setelah perjuangan hidup singkat raja
Edward untuk menghilangkan Katolik di Inggris. Christopher Haigh
Para penulis dari kaum Protestan pada saat itu memberikan kecaman dan
penilaian yang sangat buruk kepada Mery. Mary dianggap menganiaya orang-
orang Protestan tanpa ampun (dipenggal, dibakar) sehingga mereka menjuluki
Mary dengan sebutan “Bloody Mary”. Pada buku yang dibuat oleh Foxe yakni
Actes and Monuments (1563) mengajarkan kepada umat Protestan bahwa
Mery adalah tiran (pemegang kekuasaan yang mementingkan kepentingan
pribadi) yang haus darah. Christopher Haigh (1992:234) memberikan
kesimpulan bahwa tahun-tahun terakhir pemerintahan Mary bukanlah
persiapan bagus untuk kemenangan Protestan, akan tetapi merupakan
konsolidasi kekuatan Katolik yang berkelanjutan. Para sejarawan Katolik,
seperti John Lingard berargumen bahwa kebijakan Mary gagal bukan karena
apa yang mereka lakukan adalah salah, akan tetapi karena Mary terlalu
tergesa-gesa dalam menetapkannya.
5. Elizabeth I: 1558-1603
Pada masa ini, semua kebijakan yang dibuat oleh Mary Tudor dihapuskan.
Kemudian Elizabeth menjadi kepala gereja Inggris. The Book of Common
Prayer (kitab doa umum) harus digunakan di seluruh gereja. Seluruh umat
gereja harus mendatangi pusat pelayanan gereja. Jika mereka melanggar,
mereka akan mendapatkan denda.
a. Puisi
Pada periode transisi juga mulai muncul warna baru terhadap kesusastraan
Inggris. Hal ini ditandai dengan munculnya karya-karya oleh Sir Thomas
Wyatt dan Henry Howard, the Earl of Surrey. Karya kedua penyair ini
menunjukkan beberapa pengaruh kesusatraan Italia. Pengaruh tersebut dapat
dilihat dari bentuk maupun tema puisi yang dibuat. Pada periode ini juga
mulai muncul bentuk baru dalam kajian teori sastra dalam puisi yang
dicetuskan oleh Wyatt dan Surrey, yakni sonnet dan iambic pentameter yang
digunakan pertama kali oleh Surrey pada karyanya yakni Virgil’s Aeneid II
dan IV. Istilah iambic pentameter juga dikenal sebagai isstilah ‘blank
verse/unrhymed’ (Michael Alexander :2000). Bentuk tersebut kemudian
digunakan oleh sastrawan-sastrawan sesudahnya seperti Shakespear dan
Milton.
Pada periode ini tidak terdapat pencapaian yang besar. Akan tetapi,
terdapat fakta yang menunjukkan mulai memudarnya pengaruh bahasa Latin
dimana bahasa Inggris sudah mulai difokuskan kembali. Pada periode ini,
karya prosa mulai muncul dalam bentuk karya teologis. Salah satu tokohnya
ialah Fisher dan Cranmer. Terdapat pula prosa bentuk sejarah yang salah satu
karya yang populer yakni Chronicle of England of Capgrave (1393-1464)
(Edward Albert 2000:60).
Jika ditinjau dari segi literary style (gaya kesusastraan), pada masa ini
terdapat peningkatan keterampilan para sastrawan dalam membuat prosa. Hal
ini dikarenakan adanya peningkatan latihan yang dilakukan oleh para
sastrawan. Pada periode ini juga mulai muncul perkembangan persepsi tentang
keindahan ritme dan irama (Edward Albert 2000:69).
Pada periode transisi terdapat karya sastra berupa prosa yang sangat
berpengaruh di kalangan rakyat, yakni terjemahan Kitab Perjanjian baru pada
tahun 1525 oleh William Tyndale. (Samekto 1976:12). Terjemahan ini
menggunakan bahasa Inggris standar yang tersebar luas ke seluruh pelosok
negeri baik di kalangan elit maupun kalangan rakyat jelata. Terjemahan ini
diguanakan di seluruh gereja dan menjadi dasar dari ‘authorized version’
yakni terjemahan kitab Injil yang menggunakan bahasa Inggris standar yang
diterbitkan pada tahun 1611. Jadi menurut Michael Alexander (2000), pada
periode transisi ini, karya sastra berupa prosa memiliki tema besar berupa
religious prose (prosa keagamaan).
c. Drama
Selain ‘morality’, terdapat pula jenis drama baru yakni “Interlude”. Istilah
interlude berasal dari bahasa Latin yakni dari kata ‘between’ + ‘game’ yang
berarti ‘a moral play offered between courses’ (Michael Alexander :2000).
Atau dengan kata lain drama ini berisi tentang moral entertainment (hiburan
moral). Menurut Samekto (1976:13), interlude ini mempunyai tujuan untuk
menghibur namun didalamnya masih terdapat pengajaran moral. Drama ini
biasanya dimainkan untuk kalangan atas. Salah satu drama yang terkenal
yakni “Fulgens and Lucres” karya Henry Medwall. Menjelang akhir periode
mulai dunia drama mulai mengenal dan menerima karya-karya Yunani dan
Romawi.
1. Minimnya materi.
Jika dilihat dari cukup panjangnya waktu pada perode ini, fakta
menunjukkan bahwa adanya kekurangaan atau bahkan miskinnya materi
yang menyebabkan minimnya output dari hasil karya satra yang ada pada
periode ini. Pada periode transisi ini tidak terdapat puisi bahasa Inggris
yang memiliki konsekuensi apapun. Karya sastra berupa prosa juga
memiliki kualitas dan kuantitas yang sangat minim. Akan tetepai kondisi
ini ditolong oleh para penyair dari Skotlandia yang disebut ‘Scottish Poets’
yang karya-karyanya banyak mengadaptasi karya-karya Chaucer.
2. Scottish Poetry
b. Prosa
Tokoh Karya Keterangan
c. Drama
Tokoh Karya Keterangan
Albert, Edward. 2000. History of English Literature. US: Oxford University Press
Alexnder, Michael. 2000. A History of English Literature. London: Macmillan
Press LTD
Cannon , John. 1997, The Oxford Companion untuk sejarah Inggris.
Guy, John. 1988. Tudor England . United States : Oxford University Press.
Gunn, Steven. 2016. Henry VII's New Men and the Making of Tudor England.
Haigh, Christopher. 1992. Reformasi Inggris: agama, politik, dan masyarakat di
bawah Tudors.
_______________. 1992. Reformasi Bahasa Inggris: agama, politik, dan
masyarakat di bawah Tudors.
Hilliam, Paul. 2005. Elizabeth I: Queen of England's Golden Age.
Head, Dominic. 2006. The Cambridge Guide to Literature in English. UK:
Cambridge University Press
Loades, David. 2000. Pemerintahan Edward VI: Sebuah survei historiografi.
Marshall, Peter H. 2017. Heretics dan Believers: A History of the English
Reformation: Yale UP
Samekto. 1976. Ikhtisar Sejarah Kesusastraan Inggris. Jakarta : PT. Gramedia.
Tittler, Robert. 1991. The Reign of Mary I (2nd ed).
WK Jordan. 1968. Edward VI: Raja Muda. The Protectorship of the Duke of
Somerset.
Anonim. https://en.wikipedia.org/wiki/Tudor_period