DisusunOleh:
Kelompok 3
Reguler B 2018
DosenPengampu:Dr.SyahnanDaulay,M.Pd.
TA.2019/2020
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat dan
karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Makalah ini
disusun sebagai salah satu syarat untuk memenuhi tugas Mata kuliah Perencanaan Bahasa
yaitu tugas rutin tentang” Kriteria Fenomena Pergeseran Bahasa, Pemertahanan Bahasa, Dan
Kepunahan Bahasa (Contoh Kasus Bahasa Indonesia, Bahasa-Bahasa Indonesia, Atau Bahasa
Asing Di Indonesia)”. Dan penulis berharap tugas ini dapat diterima dengan baik oleh
pembaca.
Dalam kesempatan ini penulis ucapkan terima kasih kepada Bapak Dr. Syahnan
Daulay, M.Pd. yang telah membimbing penulis dalam mengerjakan makalah ini dan juga
kepada semua pihak yang telah membantu dan memberi dorongan sehingga tugas makalah ini
dapat diselesaikan dengan baik dan tepat waktu.
Dengan kerendahan hati, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun demi kesempurnaan makalah ini. Dan penulis berharap makalah ini dapat
bermanfaat untuk kita semua.
Kelompok 3
i
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI............................................................................................................. ii
BAB I. PENDAHULUAN....................................................................................... 1
2.4. faktor yang mengakibatkan kepunahan bahasa serta upaya-upaya yang dapat
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................... 10
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Bahasa merupakan salah satu alat komunikasi yang sifatnya sangat vital. Dengan
bahasa kita dapat berkomunikasi dengan orang lain baik secara langsung ataupun tidak
langsung. Salah satu dari beberapa hakikat bahasa yaitu variatif (beragam), baik dari segi
macamnya, struktur bahasanya, logat (dialeg) dan sebagainya. Hal ini menunjukkan bahwa
masyarakat pemakai bahasa memiliki berbagai ciri khas atau karakteristik yang berbeda
antara satu dan yang lain.
Oleh sebab itu bahasa di sebut juga sebagai salah satu identitas nasional. Sebab
bahasa yang kita gunakan menjadi ciri khas bangsa kita serta membedakan antara bangsa
kita dengan bangsa yang lain. Dalam lingkup yang lebih kecil variasi bahasa yang di
gunakan dapat membedakan suatu kelompok masyarakat dengan kelompok masyarakat
yang lain.
Hakikat bahasa yang lain yaitu dinamis (tidak tetap) secara umum kita
mengenalnya dengan berkembang. Seiring berjalannya waktu bahasa senantiasa
berkembang dan berubah. Bahkan dalam hitungan tahun bahasa mengalami pergeseran,dan
pergeseran inilah yang cenderung membawa suatu bahasa ke ambang kepunahan.
1
1.2 Rumusan Masalah
3. Apa saja faktor yang mengakibatkan kepunahan bahasa serta upaya-upaya yang dapat
dilakukan untuk menghindarinya?
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
kelompok-kelompok kecil bermigrasi ke daerah atau negara lain yang tentu saja
menyebabkan bahasa mereka tidak berfungsi di daerah yang baru. Kedua, gelombang besar
penutur bahasa bermigrasi membanjiri sebuah wilayah kecil dengan sedikit penduduk,
menyebabkan penduduk setempat terpecah dan bahasanya tergeser. Faktor ekonomi juga
merupakan penyebab pergeseran bahasa. Salah satu faktor ekonomi itu adalah
industrialisasi. Selain itu, faktor pendidikan juga menyebabkan pergeseran bahasa ibu
murid, karena sekolah biasa mengajarkan bahasa asing kepada anakanak. Hal ini
menyebabkan anak-anak menjadi dwibahasawan. Padahal, kedwibahasaan mengandung
resiko bergesernya salah satu bahasa. Secara sederhana dapat dikatakan bahwa pergeseran
bahasa itu terjadi ketika masyarakat (komunitas bahasa) memilih suatu bahasa baru untuk
mengganti bahasa sebelumnya. Dengan kata lain, pergeseran bahasa itu terjadi karena
masyarakat bahasa tertentu beralih ke bahasa lain, biasanya bahasa domain dan berprestise,
lalu digunakan dalam ranah-ranah pemakaian bahasa yang lama. Contoh pergeseran bahasa
pada golongan imigran kecil
Maniben is a young British Hindu woman who lives in Coventry. Her family
moved to Britain from Uganda in 1970, when she was 5 years old. She started on the shop
floor in a bicycle factory when she was 16. At home Maniben speaks Gujerati with her
parents and grandparents. Although she had learned at school, she found she did not need
much at work. Many of the girls working with her, also spoke Gujerati, so when it was not
noisy they would talk to each other in their language home, Maniben was good at her job
and she got promoted to floor superviser. In that job she needed to use English more of the
time, though she could still use some Gujerati with her old workmates. She went to
evening classes and learned to type, Then, because she was interested, she went on to learn
how to operate a word processor. Now she works in the main office and she uses English
all the time at work. (Dicuplik dari Introduction to Sociolinguistik, Janet Holmes;
1992;55).
4
Awalnya dia ditempatkan dibagian bengkel, tetapi, karena kerjanya bagus, dia
dipromosikan sebagai supervisor. Diposisi baru tersebut, Maniben diharuskan
menggunakan bahasa Inggris, walaupun terkadang dia menggunakan bahasa Gujerati
dengan teman-teman kerjanya. Akhhirnya Maniben, kursus dan belajar “mengetik” pada
sore hari.Dia juga tertarik untuk mempelajari word processor. Selanjutnya dia selalu
menggunakan bahasa Inggris, dalam aktivitas kerjanya.
5
masyarakat Bali yang beragama Hindu. Oleh karena itu, penggunaan bahasa Bali ditolak
untuk kegiatan-kegiatan intrakelompok, terutama dalam ranah agama. Kelima, adanya
kesinambungan pengalihan bahasa Melayu Loloan dari generasi terdahulu ke generasi
berikutnya. Dibutuhkan sebuah komitmen dalam pemertahanan sebuah bahasa. Hal ini
dikarenakan tingkat kemajuan ilmu pengetahuan masyarakat yang semakin maju, serta
semakin banyak bahasa –bahasa asing masuk ke dalam kehidupan masyarakat. Hal tersebut
bisa kita lihat dari maraknya perusahaan yang menyertakan kemampuan bahasa asing
sebagai persyaratan utama untuk menjadi pegawai ditempat tersebut. Hal sama juga terjadi
didalam dunia pendidikan, bahasa asing juga menjadi mata pelajaran wajib serta sebagai
syarat utama kelulusan. Namun dilain hal, bahasa nasional maupun daerah kurang
mendapat perhatian. Hasil UNAS terbaru contohnya, nilai bahasa Indonesia rata-rata
mengalami penurunan, bila dibandingkan dengan bahasa Inggris (Jawa Pos, 28 Mei 2012).
Hal tersebut bisa dikatakan telah terjadi pergeseran bahasa dalam ranah pendidikan. Oleh
karena itu melihat fenomena tersebut, pemerintah melalui departemen pendidikan nasional,
serta institusi-institusi lainsegera melakukan pemertahanan bahasa nasional serta bahasa
daerah. Dalam melakukan pemertahanan bahasa, ada hal menarik yang yang diutarakan
oleh Endang dalam makalahnya tentang pemertahanan bahasa Jawa; ada beberapa
pemikiran praktis yang dapat dijadikan dasar untuk mempertahankan bahasa Jawa; pertama
menggunakan bahasa Jawa dalam berbagai kesempatan, misalnya ditengah keluarga,
diforum pertemuan, dan dilembaga pendidikan (Lukman, 2000; 3). Kedua adalah
menghidupsuburkan pemakaian bahasa Jawa dimedia massa (cetak dan elektronik), seperti
koran, buku-buku, majalah, radio, dan televisi Yang ketiga adalah memperjuangkan bahasa
Jawa dan bahasa-bahasa daerah diIndonesia lainnya menjadi bahasa nasional kedua, seperti
halnya Malaysia (tanpa tahun).
6
penjelasan Dorian ini, dapat disimpulkan bahwa kepunahan bermakna terjadinya
pergeseran total dari satu bahasa ke bahasa yang lain dalam satu guyup tutur.
Bagaimanakah sebuah bahasa dikatakan punah? Apakah ketika sebuah bahasa yang tidak
dipakai lagi di seluruh dunia disebut sebagai bahasa yang telah punah ataukah sebuah
bahasa yang tidak dipakai lagi dalam sebuah guyup tutur, tetapi masih dipakai dalam
guyup tutur juga disebut dengan bahasa yang punah.
Selanjutnya, Kloss (1984) dalam Sumarsono (2008:286) menyebutkan bahwa ada tiga tipe
utama kepunahan bahasa, yaitu;
2. Kepunahan bahasa karena pergeseran bahasa (guyup tutur tidak berada dalam
“wilayah tutur yang kompak”, atau bahasa itu menyerah kepada “pertentangan intrinsik
prasarana budaya modern yang berdasarkan teknologi”.
7
Pakar budaya dan bahasa Universitas Negeri Makassar (UNM), Prof. Dr. Zainuddin
Taha, mengatakan bahwa pada abad ini diperkirakan 50 persen dari 5.000 bahasa di dunia
terancam punah, atau setiap dua pekan hilang satu bahasa. Selanjutnya, dikatakan olehnya
bahwa Kepunahan tersebut bukan karena bahasa itu hilang atau lenyap dari lingkungan
peradaban, melainkan para penuturnya meninggalkannya dan bergeser ke penggunaan
bahasa lain yang dianggap lebih menguntungkan dari segi ekonomi, sosial, politik atau
psikologis. Di Indonesia sendiri, katanya, keadaan pergeseran bahasa yang mengarah
kepada kepunahan ini semakin nyata dalam kehidupan sehari-hari terutama di kalangan
keluarga yang tinggal di perkotaan. Pergeseran ini tidak hanya dialami bahasa-bahasa
daerah yang jumlah penuturnya sudah sangat kurang (bahasa minor), tetapi juga pada
bahasa yang jumlah penuturnya tergolong besar (bahasa mayor) seperti bahasa Jawa, Bali,
Banjar, dan Lampung, termasuk bahasa-bahasa daerah di Sulawesi Selatan seperti Bugis,
Makassar, Toraja, dan Massenrempulu.
Ada berbagai hal yang dapat dilakukan untuk mencegah ataupun menghambat
kepunahan pada bahasa, beberapa diantaranya adalah sebagai berikut;
1. Pembiasaan oleh orang tua kepada anak untuk berkomunikasi memakai bahasa
daerah, seperti memekai bahasa Madura dalam lingkungan keluarga.
8
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Bergeser atau bertahannya sebuah bahasa, baik pada kelompok minoritas maupun
pada kelompok imigran transmigran dapat disebabkan oleh banyak faktor. Hasil-hasil
penelitian, menunjukkan bahwa faktor industrialisasi dan migrasi (urbanisasi atau
transmigrasi) merupakan faktor-faktor utama. Salah satu faktor penting pemertahanan
sebuah bahasa adalah adanya loyalitas masyarakat pendukungnya. Dengan loyalitas itu,
pendukung suatu bahasa akan tetap mentransmisikan bahasanya dari generasi ke generasi.
Selain itu, faktor konsentrasi wilayah permukiman oleh Sumarsono (dalam Chaer dan
Agustina, 2004) disebutkan pula sebagai salah satu faktor yang dapat mendukung
kelestarian sebuah bahasa.
Kepunahan bahasa Merupakan pergeseran total di dalam satu guyup saja dan
pergeseran itu dari bahasa yang satu ke bahasa yang lain, bukan dari ragam bahasa yang
satu ke ragam bahasa yang lain dalam satu bahasa, artinya bahasa pertama yang pada
mulanya dipakai oleh suatu guyup tutur (komunitas pemakai bahasa) menjadi punah
karena guyup tutur tersebut lebih mengutakan bahasa kedua (secara total meniggalkan
bahasa pertamanya), atau karna lenyapnya komunitas pemakai bahasa yang terjadi karna
adanya bencana alam dan semacamnya.
Namun terlepas dari itu semua, terdapat pula upaya-upaya yang dapat dilakukan
untuk menghambat dan mencegah terjadinya kepunahan bahasa melalui penanaman
kesadaran terhadap pelestarian bahasa, memasukkan mata pelajaran bahasa daerah di
setiap jenjang pendidikan, dan sebagainya. Dengan begitu maka terjadinya kepunahan
bahasa dapat dihindari.
3.2 Saran
Semoga dengan adanya makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca sehingga
menabah wawasan dan pengetahuan dalam membaca makalah ini,lebih dan kurangnya
kami selaku penulis memohon maaf yang sebesar-besarnya.
9
DAFTAR PUSTAKA
10