Anda di halaman 1dari 5

TUGAS AGAMA

“SEJARAH DI TURUNKANNYA AL-QUR’AN”


SMP N 1 SURAKARTA
TAHUN 2017/2018

Disusun oleh :
1.Alysia Kartika A. (8A/03)
2.Aswin Mada A. (8A/05)
3.Julita Najma M. (8A/13)
4.Khanza Tisna W.A. (8A/14)
5.Vici Oase (8A/31)
Pengertian Al-Qur’an
Al-Qur’an adalah kitab suci umat islam yang diturunkan Allah kepada
Muhammad SAW melalui Malaikat Jibril yang di dalamnya terdapat
petunjuk dan pedoman bagi umat manusia dalam mencapai kebahagian
hidup baik di dunia maupun di akhirat.

Bagian-bagian Al-Qur’an
Al-Qur’an terdiri dari 30 juz, 114 surat, dan 6.236 ayat dan di turunkan
secara bertahap selama 22 tahun 2 bulan 22 hari. Surat-surat pada Al-
Qur’an diturunkan di dua tempat berbeda yaitu Mekkah dan Madinah.

Sejarah di Turunkannya Al-Qur’an


Al-Qur’an pertama kali diturunkan pada 17 Ramadhan atau 6 Agustus 610
M. yaitu surat Al-Alaq ayat 1-5 bertempat di Gua Hira dan saat itu nabi
berumur 41 tahun. Al-Qur’an yang terakhir turun adalah surat Al-Maidah
ayat 3 diturunkan pada 9 Dzulhijah 10 H. Al Qur’an diturunkan dalam 2
periode. Periode pertama dinamakan Periode Mekah. Turunnya Al Qur’an
pada periode pertama ini terjadi ketika Nabi SAW bermukim di Mekah
(610-622 M) sampai Nabi Muhammad saw melakukan hijrah. Ayat-ayat
yang diturunkan pada masa itu kemudian disebut dengan ayat-ayat
Makkiyah, yang berjumlah 4.726 ayat, dan terdiri atas 89 surat. Dan
periode kedua adalah Periode Madinah. Sebuah periode yang terjadi pada
masa setelah Nabi Muhammad saw hijrah ke Madinah (622-632 M). Ayat-
ayat yang turun dalam periode ini kemudian dinamakan ayat-ayat
Madaniyyah, meliputi 1.510 ayat dan mencakup 25 surat

Al-Qur’an pada Zaman Muhammad SAW


Pada zaman nabi Muhammad, Al-Quran tidak diperbolehkan untuk ditulis,
melainkan hanya dihafalkan saja di luar kepala baik oleh nabi Muhammad
maupun sahabat-sahabatnya. Sementara itu, untuk menjaga kemurnian
Al-Quran, setiap malam di bulan Ramadhan malaikat Jibril turun ke bumi
dan membacakan ayat-ayat Al-Quran tersebut dan nabi Muhammad
mendengarkannya dengan seksama. Nabi Muhammad sendiri melarang
penulisan Al-Quran ini dalam media apapun dalam satu kesatuan.
Al-Qur’an pada Zaman Abu Bakar
Perang Yamamah yang terjadi pada tahun 12 H. telah mengakibatkan 70
qari` dari para sahabat gugur. Umar bin Khattab merasa sangat khawatir
jika nantinya Al-Qur`an akan musnah karena banyaknya qari` yang gugur.
Umar bin Khattab mengajukan usul kepada Abu Bakar agar menumpulkan
dan membukukan Al-Qur`an. Akan tetapi, Abu Bakar menolak usulan
tersebut, dengan alasan Rasulullah SAW tidak pernah memerintahkan hal
tersebut. Namun Umar membujuknya, sehingga Allah SWT membukakan
hati Abu Bakar untuk menerima usulan tersebut.
Abu Bakar memerintahkan Zaid bin Tsabit untuk mengumpulkan dan
membukukan Al-Qur`an mengingat kedudukannya dalam masalah qira`at,
hafalan, penulisan, pamahaman dan kecerdasannya serta kehadirannya
pada pembacaan Al-Qur`an yang terakhir di hadapan Nabi.
Zaid bin Tsabit mengumpulkan Al-Qur’an dari daun, pelepah kurma, batu,
tanah keras, tulang unta atau kambing dan juga dari hafalan-hafalan para
sahabat. Zaid bin Tsabit bekerja sangat teliti sekalipun ia hafal Al-Qur’an
seluruhnya tetapi untuk kepentingan pengumpulan Al-Qur’an yang sangat
penting bagi Umat  Islam itu, masih memandang perlu mencocokan
hafalan atau catatan dari sahabat-sahabat yang lain dengan disaksikan
oleh dua orang saksi. Dengan demikian Al-Qur’an seluruhnya telah ditulis
Zaid bin Tsabit dalam lembaran-lembaran dan diikatnya dengan benang
tersusun menurut urutan ayat-ayatnya sebagaimana telah ditetapkan
oleh Nabi Muhammad SAW. Kemudian Al-Qur’an hasil pengumpulan itu
diserahkan kepada Abu Bakar.

Al-Qur’an pada Zaman Umar bin Khattab


Pada masa Khalifah Umar bin Khattab terjadi penyebaran Al-Qur’an ke
wilayah yang sudah memeluk agama islam. Adanya kemenangan yang
menentukan, kekuasaan Umar diwarnai pengmbangan Al-Qur’an dan
mendorong kemajuan pendidikan Islam secara pesat melewati
semenanjung Arab. Penyebaran ini bukan sekedar mengirimkan lembaran
mushaf-mushaf, tetapi disertai pula dengan pengajarannya. Khalifah
Umar mengirimkan sekitar 10 sahabat ke basrah untuk mengajarkan Al-
Quran, beliau juga yang mengutus Ibnu Mas’ud ke Kufah. Pada masa
pemerintahan Umar telah mengembangkan sekolah-sekolah untk
menghafal Al-Qur’an di dua negeri padang pasir kering dan tanah bulan
sabit yang subur dan kaya.

Al-Qur’an pada Zaman Utsman bin Affan


Pada era kepemimpinan Utsman bin Affan, beliau berhasil menaklukkan
Syria yang terlebih dahulu sudah mengenal kertas sebagai media untuk
menulis. “Teknologi baru“ ini kemudian dimanfaatkan untuk
memperbanyak kitab Al-Qur’an. Akibatnya, sekarang semua orang dapat
membaca, mengkaji dan memperdalam Al-Qur’an dimanapun dan
kapanpun juga. Bahkan, pada zaman sekarang Al-Qur’an diterjemahkan
ke dalam berbagai bahasa dengan tentu saja tetap menuliskan ayat-ayat
asli Al-Qur’an yang masih berbahasa Arab, sehingga kemurnian Al-Qur’an
Insya Allah masih terjaga kemurniannya bahkan sampai sekarang
sekalipun. Terjemahan yang ada dalam Al-Qur’an ini semata-mata hanya
untuk mempermudah umat Islam untuk mempelajari Al-Qur’an. Pada saat
Utsman memimpin mushaf yang pernah di nasakh Zaid bin Tsabit
diperbanyak, kemudian mushaf-mushaf tersebut dikirim ke segala
penjuru. Sedang mushaf yang bukan dinasakh oleh Zaid bin Tsabit dibakar
atas keputusan semua sahabat seperti mushaf Ibnu Mas’ud. Kejadian ini
di sebabkan karena perbedaan dalam menyebutkan huruf Al-Qur’an.

Al-Qur’an pada Zaman Ali bin Abi Thalib


Pada masa pemerintahan Ali, tidak banyak terjadi proses pemeliharaan
Al-Qur’an, karena pada masa itu banyak terjadi konflik internal dalam
kubu umat islam setelah peristiwa pembunuhan Usman. Akan tetapi pada
masa Ali, Al-Qur’an yang semula tidak berbaris kemudian atas perintah Ali
kepada Abu Aswad Ad-Duali untuk membariskan Al-Qur’an dan pada saat
itu juga lahir ilmu I'rab Al-Qur’an. Ketika ada salah seorang yang membaca
tapi keliru dalam harakat, maka salah satu Tabi’ie (yaitu Abdul Aswad Ad-
Da’ilie) diperintahkan Ali bin Abi Thalib untuk memberikan harakat pada
Al-Qur’an. Berlanjut diberi titik pada Al-Qur’an oleh Khalil bin Ahmad Al-
Farahidi. Akhir abad ke-3, Al-Qur’an lengkap dengan nama-nama surat di
awal setiap surat sebagai tanda pemisah pada setiap ayat. Pada abad ini
juga Al-Qur’an mulai dibagi menjadi 30 juz, 60 bagian (hizb) dll
sebagaimana yang bisa dilihat sekarang. Karena pada masa itu
pemerintahan sedang menghadapi banyak masalah antara sesama umat
Islam sampai terjadi perang siffin dan juga perang jamal.

Nama Lain dari Al-Qur’an


 Al-Kitab: QS (2:2),QS (44:2)
 Al-Furqan (pembeda benar salah): QS (25:1)
 Adz-Dzikr (pemberi peringatan): QS (15:9)
 Al-Mau’idhah (pelajaran/nasihat): QS (10:57)
 Al-Hukm (peraturan/hukum): QS (13:37)
 Al-Hikmah (kebijaksanaan): QS (17:39)
 Asy-Syifa’ (obat/penyembuh): QS (10:57), QS (17:82)
 Al-Huda (petunjuk): QS (72:13), QS (9:33)
 At-Tanzil (yang diturunkan): QS (26:192)
 Ar-Rahmat (karunia): QS (27:77)
 Ar-Ruh (ruh): QS (42:52)
 Al-Bayan (penerang): QS (3:138)
 Al-Kalam (ucapan/firman): QS (9:6)
 Al-Busyra (kabar gembira): QS (16:102)
 An-Nur (cahaya): QS (4:174)
 Al-Basha’ir (pedoman): QS (45:20)
 Al-Balagh (penyampaian/kabar) QS (14:52)
 Al-Qaul (perkataan/ucapan) QS (28:51)

Adab Membaca Al-Qur’an


1. Dalam keadaan suci
2. Ambil Al-Qur’an dengan tangan kanan pegang dengan kedua
tangan
3. Di tempat suci/bersih/masjid
4. Menghadap kiblat
5. Khusyu dan tenang
6. Pakaian pantas menutup aurat
7. Mulai dengan ta’awuz dan basmalah
8. Penuh perhatian
9. Dengan suara pelan, tenang, hati-hati, dan mengikuti kaidah tajwid
10.Perhatikan tanda waqaf dan tanda baca lainnya

Anda mungkin juga menyukai