BAB 3
“KARAKTER TOKOH WAYANG”
PENYUSUN:
1.Fairuz Syifa A. (8A/11)
2.Julita Najma M. (8A/13)
3.Oktavia Wahyu A. (8A/20)
4.Vici Oase (8A/31)
1. RADEN ANTASENA
Raden Antasena
Raden Antasena adalah tokoh yang tidak ada dalam wiracarita
Mahabharata. Ia merupakan tokoh asli ciptaan pujangga jawa. Dalam
pewayangan Raden Antasena putra Arya Werkudara atau Bima dengan
Dewi Urangayu, putri Sanghyang Baruna, dewi ikan yang berkedudukan
di Kisiknarmada. Raden Antasena berkedudukan di Kisiknarmada ikut
sang kakek yaitu Sanghyang Baruna. Antasena beristrikan Dewi
Jenakawati atau Dewi Manuwati, putri Raden Arjuna dengan Dewi
Manuhara. Ia tidak ikut berperang di Baratayudha. Bersama Wisanggeni,
mereka menjadi tumbal agar Pandawa menang melawan Korawa.
Antasena tidak ikut berperang karena Antasena mati meksa (hilang
dengan seluruh raganya) atas kehendak Sanghyang Wenang dan dalam
versi lain Kresna takut Antasena akan bertanding melawan kakaknya
Raden Baladewa. Raden Antasena mampu terbang, ambles tanah, dan
menyelam. Ia juga memiliki tubuh bersisik seperti udang dan tak
mempan ditusuk senjata. Antasena digambarkan berwatak polos dan
lugu,namun teguh pendiriannya. Nilai moral yang dapat kita ambil dari
tokoh Rasen Antasena adalah beranilah mengorbankan diri sendiri
untuk kepentingan atau kebahagiaan banyak orang.
2. RADEN ANTAREJA
Raden Thrustajumena
4. ADIPATI KARNA
Adipati Karna
Adipati Karna disebut juga Suryaputra, Radheya, Basusena, Bismantaka.
Putra dari Bathara Surya dengan Dewi Kunthi. Bertempat tinggal di
kerajaan Awangga, beristri Dewi Surtikanthi putri Prabu Salya memiliki
putra yaitu Warsasena dan Warsakusuma. Karna adalah saudara
Pandawa paling tua tapi karena sejak kecil telah berpisah dengan ibunya
dan diasuh oleh adirata seorang kusir dari kerajaan Astina. Ia diangkat
menjadi senopati para Korawa. Karna memiliki perisai yang tidak bisa
ditembus senjata apa saja dan anting-anting dari Bathara Surya. Dewi
Kunthi mengenali Karna juga saat dia melihat Adipati Karna memakai
perisai dan anting-anting tersebut. Namun perisai dan anting-anting
tersebut diminta oleh Bathara Indra yang menyamar sebagai resi.
Karena Karna telah berjanji menjadi orang yang dermawan dan akan
mengabulkan semua permintaan jika dia mampu, maka Karna
memberikan perisai dan anting-anting tersebut kepada Bathara Indra.
Karena terharu oleh ketulusan hati Karna Dewa Indra-pun memberikan
Karna senjata Konta Wijayadanu tapi dengan satu syarat, yaitu senjata
ini hanya bisa digunakan sekali saja. Dalam Baratayudha Karna
membunuh Gathotkaca putra Werkudara menggunakan senjata Konta
Wijayadanu. Ia gugur saat Baratayudha pada hari ke-16 ditangan Arjuna.
Karna telah memaafkan Dewi Kunti atas kesalahan Dewi Kunthi saat
memebuang dirinya, ia juga telah dibujuk Dewi Kunthi dan Prabu Kresna
untuk bergabung kepada pihak Pandawa, namun Adipati Karna merasa
berhutang budi kepada Korawa dan sudah bersumpah untuk memihak
Korawa. Karna digambarkan memiliki wajah seperti Arjuna dan memiliki
sifat dermawan, ikhlas, angkuh, dan sombong. Nilai moral yang dapat
kita ambil adalah kita harus menepati janji kita. Dan kita harus bisa
memaafkan kesalahan orang lain.
5. RADEN KARTAMARMA
Raden Kartamarma
Disebut juga Raden Katawarma. Raden Kartamarma adalah putra Prabu
Drestarasta raja negara Astina dengan permaisuri Dewi Gendari, putri
Prabu Gandara dengan Dewi Gandini dari negara Gandaradesa.
Kartamarma menikah dengan Dewi Karastri, putri raja Banyutinalang.
Setelah mertuanya meninggal, Kartamarma dinobatkan menjadi raja di
Banyutinalang. Di antara 100 Korawa ia yang paling diperhatikan oleh
Prabu Duryudana. Pada masa pemerintahan Prabu Duryudana ia
diangkat menjadi ‘panitisastra’ atau sekertaris negara. Saat melihat
pihak Korawa akan kalah ia lari ke hutan setelah bertengkar dengan
Prabu Salya. Setelah Korawa kalah Kartamarma dan Aswatama putra
Pandhita Durna menyusup ke perkemahan para Pandawa dan
membunuh Banowati, Thrustajumena, Sembadra, dan Srikandhi. Namun
ia gugur tertangkap oleh Pandawa dan Aswatama mati saat akan
membunuh Parikesit putra Abimanyu. Aswatama terkena panah
Pasopati yang diletakkan oleh Arjuna disamping Abimanyu. Dalam versi
lain Aswatama dikutuk tidak akan mati sampai akhir zaman Kaliyuga oleh
Basudewa Kresna. Sedangkan Raden Kartamarma mencoba melarikan
diri namun Raden Werkudara berhasil menagkapnya dan memukulnya
dengan gada hingga sekarat. Kresna yang marah mengutuk Kartamarma
terlahir kembali sebagai binatang hina. Raden Kartamarma digambarkan
memiliki sifat keras hati, pandai bicara, cerdik, lincah, agak pengecut dan
selalu ingin enaknya sendiri. Nilai moral yang dapat kita ambil dari Raden
Kartamarma adalah jangan menjadi pengecut yang menyerang musuh
dari belakang sikap ini merupakan sikap yang tidak menggambarkan
seorang yang pemberani.