Anda di halaman 1dari 6

TUGAS BAHASA DAERAH

WAYANG ARJUNA

Disusun Oleh :
1. NANDA SIAHAAN
2. SLAMET
KELAS : X TPTU

SMK NEGERI KLAKAH


TAHUN PELAJARAN 2016 / 2017

Arjuna

Arjuna (Sanskerta: ; Arjuna) adalah nama seorang tokoh protagonis


dalam wiracarita Mahabharata. Ia dikenal sebagai sang Pandawa yang
menawan parasnya dan lemah lembut budinya. Ia adalah putra Prabu
Pandudewanata, raja di Hastinapura dengan Dewi Kunti atau Dewi Prita,
yaitu putri Prabu Surasena, Raja Wangsa Yadawa di Mandura. Arjuna
merupakan teman dekat Kresna, yaitu awatara (penjelmaan) Bhatara
Wisnu yang turun ke dunia demi menyelamatkan dunia dari kejahatan.
Arjuna juga merupakan salah orang yang sempat menyaksikan wujud
semesta Kresna menjelang Bharatayuddha berlangsung. Ia juga
menerima Bhagawadgita atau Nyanyian Orang Suci, yaitu wejangan suci
yang disampaikan oleh Kresna kepadanya sesaat sebelum
Bharatayuddha berlangsung karena Arjuna masih segan untuk
menunaikan kewajibannya.
Arti nama
Dalam bahasa Sanskerta, secara harfiah kata Arjuna berarti bersinar
terang, putih , bersih. Dilihat dari maknanya, kata Arjuna bisa berarti
jujur di dalam wajah dan pikiran.
Arjuna mendapat julukan Kurureha yang berarti keturunan dinasti
Kuru yang terbaik. Ia merupakan manusia pilihan yang mendapat
kesempatan untuk mendapat wejangan suci yang sangat mulia dari
Kresna, yang terkenal sebagai Bhagawadgita (nyanyian Tuhan).
Ia memiliki sepuluh nama: Arjuna, Phlguna, Jishnu, Kirti, Shwetawhana,
Wibhatsu, Wijaya, Prtha, Sawyashachi (juga disamakan dengan
Sabyasachi), dan Dhananjaya. Ketika ia ditanya tentang sepuluh namanya
sebagai bukti identitas, maka ia menjawab: Sepuluh namaku adalah:
Arjuna, Phlguna, Jishnu, Kirti, Shwetawhana, Wibhatsu, Wijaya, Prtha,
Sawyashachi dan Dhananjaya. Aku dipanggil Dhananjaya ketika aku

menaklukkan seluruh raja pada saat Yadnya Rajasuya dan


mengumpulkan harta mereka. Aku selalu bertarung sampai akhir dan aku
selalu menang, itulah sebabnya aku dipanggil Wijaya. Kuda yang
diberikan Dewa Agni kepadaku berwarna putih, itulah sebabnya aku
dipanggil Shwetawhana. Ayahku Indra memberiku mahkota indah ketika
aku bersamanya, itulah sebabnya aku dipanggil Kriti. Aku tidak pernah
bertarung dengan curang dalam pertempuran, itulah sebabnya aku
dipanggil Wibhatsu. Aku tidak pernah menakuti musuhku dengan keji, aku
bisa menggunakan kedua tanganku ketika menembakkan anah panah,
itulah sebabnya aku disebut Sawyashach. Raut wajahku unik bagaikan
pohon Arjun, dan namaku adalah yang tak pernah lapuk, itulah sebabnya
aku dipanggil Arjuna. Aku lahir di lereng gunung Himawan, di sebuah
tempat yang disebut Satsringa pada hari ketika bintang Uttar Phlgun
berada di atas, itulah sebabnya aku disebut Phlguna. Aku disebut Jishnu
karena aku menjadi hebat ketika marah. Ibuku bernama Prith, sehingga
aku disebut juga Prtha. Aku bersumpah bahwa aku akan menghancurkan
setiap orang yang melukai kakakku Yudistira dan menaburkan darahnya di
bumi. Aku tak bisa ditaklukkan oleh siapa pun.
Kelahiran
Dalam Mahabharata diceritakan bahwa Raja Hastinapura yang bernama
Pandu tidak bisa melanjutkan keturunan karena dikutuk oleh seorang resi.
Kunti (istri pertamanya) menerima anugerah dari Resi Durwasa agar
mampu memanggil Dewa-Dewa sesuai dengan keinginannya, dan juga
dapat memperoleh anak dari Dewa tersebut. Pandu dan Kunti
memanfaatkan anugerah tersebut kemudian memanggil Dewa Yama
(Dharmaraja; Yamadipati), Dewa Bayu (Marut), dan Dewa Indra (Sakra)
yang kemudian memberi mereka tiga putra. Arjuna merupakan putra
ketiga, lahir dari Indra, pemimpin para Dewa.
Sifat dan kepribadian
Arjuna memiliki karakter yang mulia, berjiwa kesatria, imannya kuat, tahan
terhadap godaan duniawi, gagah berani, dan selalu berhasil merebut
kejayaan sehingga diberi julukan Dananjaya. Musuh seperti apapun
pasti akan ditaklukkannya, sehingga ia juga diberi julukan Parantapa,
yang berarti penakluk musuh. Di antara semua keturunan Kuru di dalam
silsilah Dinasti Kuru, ia dijuluki Kurunandana, yang artinya putra
kesayangan Kuru. Ia juga memiliki nama lain Kuruprwira, yang berarti
kesatria Dinasti Kuru yang terbaik, sedangkan arti harfiahnya adalah
Perwira Kuru.

Di antara para Pandawa, Arjuna merupakan kesatria pertapa yang paling


teguh. Pertapaannya sangat khusyuk. Ketika ia mengheningkan cipta,
menyatukan dan memusatkan pikirannya kepada Tuhan, segala
gangguan dan godaan duniawi tak akan bisa menggoyahkan hati dan
pikirannya. Maka dari itu, Sri Kresna sangat kagum padanya, karena ia
merupakan kawan yang sangat dicintai Kresna sekaligus pemuja Tuhan
yang sangat tulus. Sri Kresna pernah berkata padanya, Pusatkan
pikiranmu pada-Ku, berbaktilah kepada-Ku, dan serahkanlah dirimu padaKu, maka kau akan datang kepada-Ku. Aku berkata demikian, karena
kaulah kawan-Ku yang sangat Kucintai.
Arjuna di Nusantara
Arjuna versi wayang Bali.
Di Nusantara, tokoh Arjuna juga dikenal dan sudah terkenal dari dahulu
kala. Arjuna terutama menjadi populer di daerah Jawa, Bali, Madura, dan
Lombok. Di Jawa dan kemudian di Bali, Arjuna menjadi tokoh utama
dalam beberapa kakawin, seperti misalnya Kakawin Arjunawiwha,
Kakawin Prthayaja, dan Kakawin Prthyana (juga dikenal dengan
nama Kakawin Subhadrawiwha. Selain itu Arjuna juga didapatkan dalam
beberapa relief candi di pulau Jawa misalkan candi Surowono.
Arjuna dalam dunia pewayangan Jawa
Arjuna juga merupakan seorang tokoh ternama dalam dunia pewayangan
dalam budaya Jawa Baru. Di bawah ini disajikan beberapa ciri khas yang
mungkin berbeda dengan ciri khas Arjuna dalam kitab Mahbhrata versi
India dengan bahasa Sansekerta.
Sifat dan kepribadian
Arjuna seorang kesatria yang gemar berkelana, bertapa dan berguru
menuntut ilmu. Selain menjadi murid Resi Drona di Padepokan Sukalima,
ia juga menjadi murid Resi Padmanaba dari Pertapaan Untarayana.
Arjuna pernah menjadi brahmana di Goa Mintaraga, bergelar Bagawan
Ciptaning. Ia dijadikan kesatria unggulan para dewa untuk membinasakan
Prabu Niwatakawaca, raja raksasa dari negara Manimantaka. Atas
jasanya itu, Arjuna dinobatkan sebagai raja di Kahyangan Dewa Indra,
bergelar Prabu Karitin. dan mendapat anugrah pusaka-pusaka sakti dari
para dewa, antara lain: Gendewa (dari Bhatara Indra), Panah Ardadadali
(dari Bhatara Kuwera), Panah Cundamanik (dari Bhatara Narada).

Arjuna memiliki sifat cerdik dan pandai, pendiam, teliti, sopan-santun,


berani dan suka melindungi yang lemah. Ia memimpin Kadipaten
Madukara, dalam wilayah negara Amarta. Setelah perang Bharatayuddha,
Arjuna menjadi raja di Negara Banakeling, bekas kerajaan Jayadrata.
Akhir riwayat Arjuna diceritakan, ia moksa (mati sempurna) bersama
keempat saudaranya yang lain di gunung Himalaya.
Ia adalah petarung tanpa tanding di medan laga, meski bertubuh ramping
berparas rupawan sebagaimana seorang dara, berhati lembut meski
berkemauan baja, kesatria dengan segudang istri dan kekasih meski
mampu melakukan tapa yang paling berat, seorang kesatria dengan
kesetiaan terhadap keluarga yang mendalam tapi kemudian mampu
memaksa dirinya sendiri untuk membunuh saudara tirinya. Bagi generasi
tua Jawa, dia adalah perwujudan lelaki seutuhnya. Sangat berbeda
dengan Yudistira, dia sangat menikmati hidup di dunia. Petualangan
cintanya senantiasa memukau orang Jawa, tetapi secara aneh dia
sepenuhnya berbeda dengan Don Juan yang selalu mengejar wanita.
Konon Arjuna begitu halus dan tampan sosoknya sehingga para puteri
begitu, juga para dayang, akan segera menawarkan diri mereka.
Merekalah yang mendapat kehormatan, bukan Arjuna. Ia sangat berbeda
dengan Wrekudara. Dia menampilkan keanggunan tubuh dan kelembutan
hati yang begitu dihargai oleh orang Jawa berbagai generasi.
Pusaka
Arjuna versi wayang Jawa.
Wayang kulit Arjuna yang diberi warna.
Arjuna juga memiliki pusaka-pusaka sakti lainnya, atara lain: Keris Kiai
Kalanadah diberikan pada Gatotkaca saat mempersunting Dewi Pergiwa
(putra Arjuna), Panah Sangkali (dari Resi Drona), Panah Candranila,
Panah Sirsha, Panah Kiai Sarotama, Panah Pasupati, Panah Naracabala,
Panah Ardhadhedhali, Keris Kiai Baruna, Keris Pulanggeni (diberikan
pada Abimanyu), Terompet Dewanata, Cupu berisi minyak Jayengkaton
(pemberian Bagawan Wilawuk dari pertapaan Pringcendani) dan Kuda
Ciptawilaha dengan Cambuk Kiai Pamuk. Sedangkan ajian yang dimiliki
Arjuna antara lain: Panglimunan, Tunggengmaya, Sepiangin, Mayabumi,
Pengasih dan Asmaragama. Arjuna juga memiliki pakaian yang
melambangkan kebesaran, yaitu Kampuh atau Kain Limarsawo, Ikat
Pinggang Limarkatanggi, Gelung Minangkara, Kalung Candrakanta dan
Cincin Mustika Ampal (dahulunya milik Prabu Ekalaya, raja negara
Paranggelung).

Istri dan keturunan


Dalam Mahabharata versi pewayangan Jawa, Arjuna mempunyai banyak
sekali istri,itu semua sebagai simbol penghargaan atas jasanya ataupun
atas keuletannya yang sekaku berguru kepada banyak pertapa. Berikut
sebagian kecil istri dan anak-anaknya:
1. Dewi Subadra, berputra Raden Abimanyu;
2. Dewi Sulastri, berputra Raden Sumitra;
3. Dewi Larasati, berputra Raden Bratalaras;
4. Dewi Ulupi atau Palupi, berputra Bambang Irawan;
5. Dewi Jimambang, berputra Kumaladewa dan Kumalasakti;
6. Dewi Ratri, berputra Bambang Wijanarka;
7. Dewi Dresanala, berputra Raden Wisanggeni;
8. Dewi Wilutama, berputra Bambang Wilugangga;
9. Dewi Manuhara, berputra Endang Pregiwa dan Endang Pregiwati;
10. Dewi Supraba, berputra Raden Prabakusuma;
11. Dewi Antakawulan, berputra Bambang Antakadewa;
12. Dewi Juwitaningrat, berputra Bambang Sumbada;
13. Dewi Maheswara;
14. Dewi Retno Kasimpar;
15. Dewi Dyah Sarimaya;
16. Dewi Srikandi.
Julukan
Dalam wiracarita Mahabharata versi nusantara, Arjuna banyak memiliki
nama dan nama julukan, antara lain: Parta (pahlawan perang), Janaka
(memiliki banyak istri), Pemadi (tampan), Dananjaya, Kumbaljali,
Ciptaning Mintaraga (pendeta suci), Pandusiwi, Indratanaya (putra Batara
Indra), Jahnawi (gesit trengginas), Palguna, Indrasuta, Danasmara
(perayu ulung) dan Margana (suka menolong). Begawan Mintaraga
adalah nama yang digunakan oleh Arjuna saat menjalani laku tapa di
puncak Indrakila dalam rangka memperoleh senjata sakti dari dewata,
yang akan digunakan dalam perang yang tak terhindarkan melawan
musuh-musuhnya, yaitu keluarga Korawa.

Anda mungkin juga menyukai