Anda di halaman 1dari 20

BAHAN SUPERKONDUKTOR

MAKALAH
Disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Zat Padat
Dosen Pengampu: Dra. Hj. Heni Rusnayani, M.Si.
Dra. Hera Novia, M.T.

disusun oleh:
Diana Oktaviani 1804363
Febiola Nurilmi 1807344
Novita Asriyeti Fauziah 1801583
Nurvita Hidayah 1802414
Putrie Syifa U 4201418050
Rohmiati Zakiah 1805714
Syafnah Aisyah Nauli Harahap 1800177

DEPARTEMEN PENDIDIKAN FISIKA


FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG
2021
A. Sejarah Superkonduktor
1. Heike Kamerlingh Onnes (1911)
Superkonduktor pertama kali ditemukan oleh fisikawan Belanda
bernama Heike Kamerlingh Onnes berasal dari Universitas Leiden pada tahun
1911. Sekitar tangga 10 juli 1907, Onnes dapat mencairkan helium dengan
mendinginkannya sampai 4K atau setara dengan 269°C yang kemudian pada
tahun 1911, Onnes mulai mempelajari sifat-sifat listrik dari logam pada suhu
yang sangat dingin.
Pada saat itu telah diketahui bahwa hambatan suatu logam akan menurun
apabila didinginkan dibawah suhu ruangan, tetapi belum ada seseorang yang
mengetahui batas bawah hambatan yang dicapai ketika temperature logam
mendekati 0K atau nol mutlak. Lalu beberapa ilmuan seperti William Kelvin
mengemukakan bahwa electron yang mengalir dalam konduktor akan berhenti
ketika suhunya mencapai nol mutlak. Tetapi beberapa ilmuan lain termasuk
Onnes mengemukakan bahwa hambatan justru akan menghilang pada saat
mencapai nol mutlak.
Dengan tidak ditemukannya hambatan, maka arus dapat mengalir tanpa
kehilangan energi. Percobaan Onnes dengan mengalirka arus pada suatu
kumparan superkonduktor dalam rangkaian tertutup dan kemudian mencabut
sumber arusnya lalu mengukur arusnya satu tahun kemudian dan ditemukan
bahwa arusnya masih mengalir, lalu fenomena ini dinamakan
superkonduktivitas oleh Onnes. Sebagai apresiasi atas penemuannya Onnes
dianugerahi Nobel Fisika pada tahun 2013.
2. Walter Meissner dan Robert Ochsenfeld (1933)
Pada tahun 1933 fisikawan bernama Walter Meissner dan Robert
Ochsenfeld menemukan bahan superkonduktor akan meolak medan magnet.
Jika suatu konduktor digerakkan dalam medan magnet maka arus induksi akan
mengalir dalam konduktor, tetapi arus dalam bahan superkonduktor yang
dihasilkan terpat berlawanan dengan medan sehingga material superkonduktor
tidak dapat ditembus oleh medan tersebut. Maka magnet akan ditolak, fenomena
dikenal dengan istilah diamagnetisme dan efeknya dikenal dengan efek
Meissner.
3. Alex Muller dan Georg Bednorz (1986)
Pada tahun 1986, fisikawan yang berasal dari Switzerland yaitu Alex
Muller dan Georg Bednorz, melakukan penelitian di Laboratorium riset IBM
dan mereka berhasil membuat suatu keramik yang tersusun dari Lanthanum,
Barium, Tembaga, dan Oksigen yang memiliki sifat superkonduktor pada suhu
tinggi 30K. lalu penemuan ini menjadi popular karena selama ini keramik yang
dikenal sebagai isolator pada suhu ruang tidak dapat menghantarkan listrik sama
sekali. Dua tahun setelah penemuannya Alex dan Georg mendapat nobel .
B. Pengertian dan Sifat Superkonduktor
Superkonduktor adalah bahan material yang memiliki hambatan listrik
bernilai nol pada saat suhu sangat rendah. Maka hal itu berarti superkonduktor dapat
menghantarkan arus walaupun tanpa sumber tegangan. Karakteristik dari
superkonduktor adalah medan magnet dalam superkonduktor bernilai nol dan
mengalami efek Meissner. Resitivitas suatu bahan bernilai nol jika dibawah suhu
kritisnya.

Gambar 1. Grafik hubungan antara resistivitas terhadap suhu

 Sifat kelistrikan Superkonduktor


Bahan logam tersususn dari kisi dan basis dan electron bebas. Ketika
bahan diberikan medan listrik maka electron akan mendapat percepatan. Medan
listrik akan menghamburkan electron ke segala arah dan akan menumbuk atom
pada kisi. Hal tersebut menimbulkan adanya hambatan listrik pada logam
konduktor.

Gambar 2. Keadaan normal atom kisi pada logam

Gambar 3. Keadaan superkonduktor atom kisi pada logam

Dalam bahan superkonduktor terjadi interaksi antara electron dengan inti


atom. Namun electron dapat melewati inti tanpa mengalami hambatan dari stom
kisi, efek ini dapat dijelaskan dengan teori BCS. Ketika electron melewati kisi,
inti yang bermuatan positif akan menarik electron yang bermuatan negative dan
menyebabkan electron bergetar. Apabila ada dua electron yang melewati kisi,
electron kedua akan mendekati electron pertama karena gaya Tarik dari inti atom-
atom kisi lebih bessar. Gaya ini akan melebihi gaya tolak menolak electron
sehingga keduanya akan bergerak berpasangan.
Pasang tersebut dikenal dengan Cooper Pairs. Efek ini dapat dijelaskan
dengan istilah Phonons. Ketika electron pertama pada Cooper Pairs melewati inti
atom kisi, electron yang mendekati inti atom kisi akan bergetar lalu memancarkan
Phonon, sedangkan atom lain akan menyerap Phonon. Pertukaran Phonon akan
menyebabkan gaya Tarik antara electron dan pasangan electron dapat melalui kisi
tanpa gangguan atau hambatan.
 Sifat Kemagnetan Superkonduktor
Sifat yang dimiliki superkonduktor yaitu bersifat diamagnetisme
sempurna. Apabila sebuah superkonduktor diletakkan pada medan magnet, maka
dalam superkonduktor tidak aka nada medan magnet. Hal tersebut karena
superkonduktor menghasilkan medan magnet dalam bahan yang arahnya
berlawan dengan medan magnet yang diberikan. Efek yang sama bisa diamati
apabila medan magnet yang diberikan pada bahan memiliki suhu normal
kemudian didinginkan sampai menjadi superkonduktor. Pada suhu kritis, medan
magnet akan ditolak dan efek ini dinamakan dengan efek Meissner.
 Sifat Quantum Superkonduktor
Teori dasar Quantum untuk superkonduktor dirumuskan melalui tulisan
Bardeen, Cooper dan Schriefer atau disingkat menjadi BCS pada tahun 1957.
Teori ini dinamakan dengan teori BCS. Teori BCS menjelaskan bahwa :
a. Interaksi Tarik menarik antara electron bisa menyebabkan keadaan dasr
terpisah dengan keadaan terksitasi oleh energi gap.
b. Interaksi antara electron, electron dan kisi dapat menimbulkan adanya
energi gap. Mekanisme interaksi yang tidak langsu dapat terjadi ketika
satu electron berinteraksi dengan kisi dan merusaknya. Electron yang
kedua akan memanfaatkan keuntungan dari deformasi kisi, lalu kedua
electron akan berinteraksi melalui deformasi kisi.
c. London Penetration Depth adalah konsekuensi dari teori BCS.

C. Efek Meissner
Walter Meissner dan Robert Ochsenfeld menemukan bahwa suatu
superkonduktor akan menolak medan magnet. Sebagaimana diketahui, apabila suatu
konduktor digerakkan dalam medan magnet, suatu arus induksi akan mengalir
dalam konduktor tersebut. Akan tetapi, dalam superkonduktor arus yang dihasilkan
berlawanan dengan medan magnet tersebut sehingga medan tersebut tidak dapat
menembus material superkonduktor. Hal ini menyebabkan medan magnet tersebut
ditolak. Fenomena ini dikenal dengan diamagnetisme atau biasa disebut efek
Meissner.

Gambar 4. Efek Meissner

Ketika superkonduktor ditempatkan di medan magnet luar yang lemah,


terdapat medan magnet yang akan menembus superkonduktor pada jarak yang
sangat kecil dinamakan London Penetration Depth. Pada umumnya bahan
superkonduktor memiliki London Penetration Depth sekitar 100 nm.
Gambar 5. London Penetration Depth

D. Suhu dan Medan Magnet Kritis


Suhu kritis adalah suhu yang membatasi antara sifat konduktor dan
superkonduktor. Dalam arti, jika suatu logam dibawah suhu kritis ini maka logam
tersebut telah memiliki sifat superkonduktor. Suhu kritis menunjukkan dimana
hambatan listrik dari logam turun drastis menjadi nol. Berikut tabel suhu kritis dari
beberapa unsur:
Tabel.1.
Suhu Kritis Bahan Superkonduktor

Berikut contoh grafik hambatan terhadap suhu pada bahan


YBa2Cu3O7 sebagai berikut.
Gambar 6. Grafik Hambatan terhadap Suhu pada bahan YBa2Cu3O7

Suatu bahan saat berada pada suhu dibawah suhu kritis bersifat
superkonduktor yaitu memiliki hambatan nol. Jika suhu bahan tersebut dinaikkan,
maka getaran elektron akan bertambah sehingga banyak Phonons yang dipancarkan,
ketika suhu naik melewati suhu kritis, maka Phonons akan memecahkan pasangan
elektron (Cooper Pairs) dan bahan kembali ke keadaan normal yaitu telah memiliki
hambatan listrik (tidak superkonduktor lagi).
Medan magnet kritis adalah batas kuatnya medan magnet sehingga bahan
superkonduktor memiliki medan magnet. Jika bahan superkonduktor yang berada
dalam lingkungan medan magnet yang kuat medan magnetnya lebih kecil dari
medan magnet kritis maka bahan superkonduktor tersebut akan ditolak oleh medan
magnet (mengalami efek meissner), sebaliknya jika medan magnet luar lebih besar
dari medan magnet kritisnya maka bahan superkonduktor akan kembali ke keadaan
normal atau superkonduktivitas bahan akan hilang (efek meissner hilang).

E. Tipe-tipe Superkonduktor
Menurut Nicholas Gerbis terdapat dua tipe utama superkonduktor
berdasarkan responnya terhadap medan magnet kritisnya, dua tipe tersebut adalah
tipe I dan tipe II.
1. Superkonduktor tipe I
Bahan ini mempunyai satu daerah medan kritis (Hc) saja. Jika medan
magnet luar yang dikenai lebih kecil dari nilai Hc maka akan terjadi efek
Meissner sempurna. Yaitu terjadi penolakan medan magnet oleh
superkonduktor. Akan tetapi jika medan magnet luar yang dikenakan pada
superkonduktor bernilai lebih besar dari Hc maka sifat superkonduktivitas
tersebut akan hilang.

Gambar 8. Perbandingan sifat magnetic pada keadaan normal superkonduktor: tipe I

2. Superkonduktor tipe II
Berbeda dengan superkonduktor tipe I, superkonduktor tipe II ini memiliki
Bc yang sangat tinggi, sehingga suoerkonduktor ini sering digunakan dalam aplikasi
yang melibatkan medan magnet luar yang kuat. Sebagai contoh dalam teknologi
kereta api cepat. Adanya medan magnet kritis yang tinggi ini disebabkan oleh
adalanya dua medan magnet kritis, yaitu medan magnet kritis pertama (Bc-1) dan
medan magnet kritis kedua (Bc-2). Superkonduktor tipe II ini tidak dapat dijelaskan
dengan teori BCS karena apabila superkonduktor jenis II ini dijelaskan dengan teori
BCS, efek Meissner nya tidak terjadi.
Abrisokov berhasil memformulasikan teori baru untuk menjelaskan
superkonduktor jenis II ini. Ia mendasarkan teorinya pada kerapatan pasangan
elektron yang dinyatakan dalam parameter keteraturan fungsi gelombang.
Abrisokov dapat menunjukkan bahwa parameter tersebut dapat mendeskripsikan
pusaran (vortices) dan bagaimana medan magnet dapat memenetrasi bahan
sepanjang terowongan dalam pusaran-pusaran ini. Lebih lanjut ia pun dengan secara
mendetail dapat memprediksikan jumlah pusaran yang tumbuh seiring
meningkatnya medan magnet. Teori ini merupakan terobosan dan masih digunakan
dalam pengembangan dan analisis superkonduktor dan magnet.
Superkonduktor tipe II akan menolak medan magnet yang diberikan. Namun
perubahan sifat kemagnetan tidak tiba-tiba tetapi secara bertahap. Pada suhu kritis,
maka bahan akan kembali ke keadaan semula. Superkonduktor Tipe II memiliki
suhu kritis yang lebih tinggi dari superkonduktor tipe I.

Gambar 9. Perbandingan sifat magnetic pada keadaan normal superkonduktor: tipe II

Pada saat medan magnet luar diperbesar dari nol sampai Bc-1, magnetisasi (-
M) terus membesar. Pada rentang medan magnet ini, bahan masih bersifat sebagai
superkonduktor murni dan memiliki efek Meissner yang utuh. Selanjutnya,
magnetisasi itu turun terus sampai medan magnet luar sama dengan medan megnet
kritis kedua (Bc-2). Pada rentang medan magent antara Bc-1 dan Bc-2 ini bahan itu
berada pada keadaan (fase) vortek, yaitu fase dimana superkonduktor bercampur
dengan logam biasa. Artinya, sebagian dari medan magnet luar mulai menembus
bahan superkonduktor. Bagian bahan yang ditembus oleh medan magnet luar tidak
lagi bersifat sebagai superkonduktor, tetapi ia sudah berubah menjadi logam biasa.
Di atas Bc-2 magnetisasi bahan sama dengan nol dan berarti bahwa bahan sudah
menjadi konduktor biasa.

F. Penetration Depth dan Suhu Pemadaman


1) Penetration Depth (Kedalaman Penetrasi )
Pada Tahun 1935, London dan Firtz melakukan penelitian mengenai sifat
elektrodinamik superkonduktor. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa medan
magnet masih dapat menembus bahan superkonduktor walaupun hanya di
permukaan saja. Jarak medan magnet menembus superkonduktor disebut dengan
penetration depth atau kedalaman penetrasi. Keadaan ini menunjukkan bahwa
medan magnet berkurang secara eksponensial terhadap kedalaman.

Gambar 10. Grafik Nilai Medan Magnet Ketika Berada di Vakum menuju Daerah Superkonduktor

Persamaan peluruhan medan magnet yaitu :

B ( x ) =B 0
(e −xλ )
L

1 /2
mc 2
λ L=
( 4 π ns e
2
)
Bo = medan magnet luar
λ L = penetration depth
ns = massa jenis pembawa superkonduktor
Penetration Depth yaitu sekitar λ L =500 A setelah lebih dari itu nilai B akan bernilai
0.
Untuk dapat menjelaskan hubungan arus dalam bahan superkonduktor
dengan medan magnet yang berada di sekitar bahan semikonduktor disekitarnya,
dapat di jelaskan menggunakan persamaan london. Persamaan london dapat di
jelaskan dengan dua cara yaitu menggunakan mekanika klasik dan mekanika
kuantum.
Penurunan perumusan ini pertama ditinjau dari medan magnet yang diterapkan
pada superkonduktor di mana medan magnetnya akan sama dengan nol, medan
magnet merupakan fungsi waktu sehingga berlaku persamaan Maxwell
−1 ∂ B
∇ x E= , perumusan ini bermakna medan magnet yang mengalami
c ∂t
perubahan waktu akan menimbulkan medan listrik. Dalam logam normal akan
timbul arus eddy tetapi dalam superkonduktor akan timbul arus persisten, arus
persisten merupakan arus yang terus menerus mengalir tanpa perlu gaya eksternal.
a) Melalui mekanika klasik
Dari hukum Newton, persamaan gerak pembawa superkonduktor bermassa
m dan muatan -e dengan adanya medan listrik, yaitu
d vs
F=m =−eE … … ..(1)
dt
vs merupakan kecepatan pembawa superkonduktor. Kerapatan arus persisten
yang diinduksi oleh medan magnet, yaitu :
J s =−e ns v s … … ..(2)
Kita tinjau persamaan di atas jika arus berubah terhadap waktu
dJ s dv s
=−e n s … … ..(3)
dt dt
Kita substitusikan persamaan 1 terhadap persamaan 3
2
dj s −eE e ns
dt
=−e ns
m ( )
=
m
E … …(4)

Persamaan 4 merupakan Persamaan London pertama.


b) Melalui mekanika kuantum
Kita dapat memodifikasi persamaan london pertama dengan melibatkan curl
dj s e2 ns
∇x = (∇ xE)
dt m
Seperti yang telah kita singgung sebelumnya , dalam kasus ini berlaku persamaan

−1 ∂ B
Maxwell ∇ x E= , sehingga persamaannya menjadi
c ∂t
dj s e2 ns −1 dB
∇x
dt ( )
=
m c dt
2
dj e n −dB
dt mc ( dt )
s s
∇x =

mc dj dB
2
e ns (
∇ x s + =0
dt dt )
mc
( ∇ x j s ) + B=0………. (5)
e2 n s
Persamaan 5 merupakan Persamaan London Kedua, kerapatan arus peristen yang
berkaitan dengan persamaan Maxwell dapat dituliskan.
c
j s= ( ∇ x B ) … …(6)

Sehingga persamaan 6 dapat disubstitusikan terhadap persamaan 5
mc c
2
e ns
∇x(4π )
( ∇ x B ) j s + B=0

m c2 (
∇ x ∇ x B )+ B=0
4 π e2 ns
λ 2L ( ∇ x ∇ x B )+ B=0

2 m c2
λ L=
4 π e2 n s
Persamaan London memiliki kemampuan untuk menjelaskan efek Meissner.
λ 2L ( ∇ x ∇ x B )+ B=0
−B
−∇ 2 B=
λ2L
B
∇ 2 B=
λ 2L
Persamaan London menunjukkan bahwa arus listrik hanya mengalir di
permukaannya bahan superkonduktor saja. Hal ini sekaligus menunjukkan perbedaan
antara bahan konduktor dan superkonduktor, dimana pada bahan konduktor arus listrik
mengalir secara merata di seluruh bagiannya.
2) Suhu Pemadaman
Suhu pemadaman merupakan batas suhu yang dapat merusak sifat bahan
superkonduktor. Artinya ketika melwati suhu ini superkonduktor akan rusak.
(a) (b)
Grafik Suhu Kritis terhadap Suhu Bahan Superkonduktor
Grafik Kristal terhadap Suhu

Pada gambar grafik (a) diatas dapat kita lihat bahwasanya makin tinggi suhu
yang diberikan pada bahan superkonduktor, maka struktur kristal superkonduktor
tidak lagi berbentuk ortorombik. Maka dengan adanya perubahan struktur kristal
superkonduktor, suatu bahan akan kehilangan sifat superkonduktornya. Pada
gambar grafik (b) menunjukan hubungan antara suhu kritis dengan suhu bahan
superkonduktor. Jika suhu yang diberikan pada bahan superkonduktor makin besar,
maka suhu kritis bahan akan mendekati nilai nol kelvin.
G. Kelompok Superkonduktor
Berdasarkan nilai suhu kritisnya, superkonduktor dibagi menjadi
dua kelompok yaitu :
1) Superkonduktor bersuhu kritis rendah
Superkonduktor jenis ini memiliki suhu kritis lebih kecil dari 23 K.
Superkonduktor jenis ini sudah ditinggalkan karena biaya yang mahal untuk
mendinginkan bahan.
Superkonduktor suhu rendah merupakan superkonduktor yang memiliki
suhu kritis di bawah suhu nitrogen cair (77K). Sehingga untuk memunculkan
superkonduktivitasnya, material tersebut menggunakan helium cair sebagai
pendingin (Akmal, 2017).
Adapun contoh dari superkonduktor suhu rendah adalah Hg (4,2K), Pb
(7,2K), Niobium Nitrida (16K), Niobium-3-Timah (18,1K), Al 0,8Ge0,2Nb3 (20,7K),
Niobium Germanium (23,2K), dan Lanthanum Barium Tembaga Oksid (28K).
2) Superkonduktor bersuhu kritis tinggi
Pada tahun 1987, kelompok peneliti di Alabama dan Houston yang
dikoordinasi oleh K.Wu dan P. Chu menemukan superkonduktor YBa2Cu3O7-x
dengan Tc = 92 K. Ini adalah suatu penemuan yang penting karena untuk pertama
kali didapat superkonduktor dengan suhu kritis di atas suhu nitrogen cair, yang
harganya jauh lebih murah dari pada helium cair. Pada awal tahun 1988, ditemukan
superkonduktor oksida Bi-Sr-Ca-Cu-O dan Tl-Ba-Ca-Cu-O berturut-turut dengan
Tc = 110 K dan 125 K (Sukirman dalam Muthi’ah).
Superkonduktor jenis ini memiliki suhu kritis lebih besar dari 78 K.
Superkonduktor jenis ini merupakan bahan yang sedang dikembangkan sehingga
diharapkan memperoleh superkonduktor pada suhu kamar sehingga lebih
ekonomis.
Contoh Superkonduktor bersuhu kritis tinggi adalah sampel bahan
YBa2Cu3O7-x. Bahan ini memiliki struktur kristal orthorombic.

Gambar 12. Struktur Ortorombik

H. Proses Pembuatan Sampel dan Aplikasi Superkonduktor


1) Proses Pembuatan Sampel YB a2 C u3 O 7
Bahan-bahan yang diperlukan untuk membuat sampel YB a2 C u3 O7 adalah
Y 2 O 3, BaC O 3, CuO. Langkah-langkah sintesis Sampel YB a2 C u3 O 7 di antaranya:
a) Persiapan bahan dengan komposisi awal dengan menggunakan perbandingan
molar off-stoikiometri.
b) Pemanasan pada tungku selama 24 jam pada suhu 9400C.
c) Pendinginan pada suhu kamar.
d) Pemanasan kembali dengan aliran 02 sebanyak 0,006 liter/menit pada suhu 940 0C
selama 24 jam.
e) Pendinginan kembali.
I. Aplikasi Superkonduktor
1) Kabel Listrik Superkonduktor
Dengan menggunakan bahan superkonduktor, maka energi listrik tidak akan
mengalami disipasi karena hambatan pada bahan superkonduktor bernilai nol. Maka
penggunaan energi listrik akan semakin hemat. Selain itu, kapasitas penghantar
listriknya tiga kali lebih besar dibandingkan dengan kabel tembaga.
2) Kereta Api Supercepat (The Yamanashi MLX01 MagLev Train)

Gambar 12. The Yamanashi MLX01 MagLev Train

Penggunaan superkonduktor dalam bidang transportasi adalah kereta listrik


super cepat di Jepang yang dikenal dengan sebutan Magnetik Levitation
(MAGLEV), atau nama lengkapnya adalah The Yamanashi MLX01 MagLev Train.
Penggunaan superkonduktor pada kereta ini memanfaatkan efek Meissner, yaitu
pengangkatan magnet oleh superkonduktor. Kereta ini adalah kereta tanpa roda
yang dapat dibuat melayang dengan kuat di atas magnet superkonduktor. Dengan
melayang, maka mengakibatkan hampir menghilangkan gesekan antara kereta api
dan relnya dan kereta dapat berjalan dengan sangat cepat, yaitu sampai 343 mph
atau sekitar 550 km/jam.
3) Magnetic resonance imaging (MRI)
Gambar 13. Magnetic resonance imaging (MRI)

Magnetic resonance imaging (MRI) merupakan mesin pemindai organ tubuh


yang memanfaatkan magnet superkonduktor. MRI menggunakan medan magnet
dan gelombang radio sehingga lebih aman dibandingkan X-ray. Teknologi MRI
pertama kali diperkenalkan oleh seorang ahli radiologi dari Amerika Serikat, Paul
Christian Lauterbul (1929 – 2007) yang berhasil memperoleh penghargaan Nobel
bersama Peter Mansfield atas hasil risetnya di bidang MRI pada tahun 2003. Pada
tahun 1975, Paul Lauterbul menggunakan tes sampel tabung kecil yang dipindai
dengan menggunakan teknik proyeksi yang mirip dengan computed tomography
scan (CT-scan).
MRI merupakan teknik yang digunakan dalam bidang kedokteran untuk
memindai organ dalam tubuh secara rinci. Mesin MRI yang digunakan memiliki
panjang berkisar antara 1,5 – 2,5 meter. Proses pemindaian dilakukan dengan
menempatkan sebagian atau seluruh tubuh pasien dalam mesin MRI. Mesin MRI
memiliki kumparan magnet yang menghasilkan medan magnet kuat yang terbuat
dari gulungan kawat superkonduktor yang kemudian digunakan untuk memindai
organ dalam pasien. Medan magnet akan menyebabkan atom hidrogen dalam tubuh
manusia berada di sepanjang medan magnet. Dalam proses ini, atom hidrogen
digunakan karena tubuh manusia didominasi oleh air (2 atom H, 1 atom O).
Mesin MRI memaparkan serangkaian energi gelombang radio (RF) yang
menyebabkan hanya atom hidrogen yang tereksitasi. Saat atom hidrogen yang
tereksitasi berusaha kembali ke posisi di sepanjang medan magnet yang dihasilkan
mesin, atom-atom tersebut melepaskan kelebihan energi yang diambil dari
gelombang RF. Mesin MRI kemudian mendeteksi dan mencatat pelepasan energi
tersebut. Dalam beberapa kasus, pasien sering diminta untuk menelan atau
mendapatkan suntikan agen kontras (seperti gadolinium) sebelum proses
pemindaian sehingga gambar MRI yang dihasilkan memiliki resolusi yang lebih
baik dan memudahkan analisis.

4) High Temperature Superconductor - Superconducting Quantum Interference


Devices (HTS-SQUIDS)

Gambar 14. High Temperature Superconductor - Superconducting Quantum Interference Devices (HTS-SQUIDS)

Salah satu pemanfaatan superkonduktor dalam bidang industri adalah sensor


superkonduktor. Sensor yang paling dikenal, yaitu Superconducting Quantum
Interference Devices (SQUIDS). Sensor ini sangat sensitif untuk pengukuran fluks
magnetic. Selain itu, sensor superkonduktor dapat berfungsi untuk mengukur arus
kecil, mengukur tegangan, mengukur perubahan suhu, dan mengukur emisi radiasi
elektromagnetik. Salah satu contoh SQUIDS yaitu High Temperature
Superconductor SQUIDS atau (HTS-SQUIDS).
Sensor HTS-SQUIDS ini dapat beroperasi pada suhu 77K. Menurut Zearman
dkk (dalam Thomson, 1997) HTS-SQUIDS dapat dioperasikan pada suhu nitrogen
cair dan saat ini HTS-SQUIDS digunakan untuk aplikasi seperti deteksi dan
lokalisasi arus di dalam hati manusia, untuk evaluasi material yang tidak merusak
dan untuk eksplorasi geologi. Selain itu, sensor ini dapat digunakan untuk
mendeteksi senjata tersembunyi. Di bidang militer, HTS-SQUID digunakan untuk
mendeteksi kapal selam dan ranjau laut.
5) High Temperature Superconducting (HTS) Generator
Gambar 15. High Temperature Superconducting (HTS) Generator

Di dalam pemanfaatan bahan superkonduktor yang memiliki nilai hambatan


terhadap energi listrik relatif kecil bahkan hingga nol sebagai bahan utama pada
generator diharapkan dalam pengoperasian pada daya keluaran yang sama diperoleh
nilai efisiensi yang lebih tinggi. Hal ini dikarenakan rugi-rugi tahanan jangkar, rugi-
rugi inti dan bahan yang biasa timbul pada penggunaan generator konvensional tidak
terjadi pada penggunaan generator berbahan superkonduktor. Penggunaan High
Temperature Superconducting (HTS) Generator memiliki beberapa kelebihan, antara
lain:
a. Efisiensi lebih tinggi mencapai 99%
b. Rugi-rugi daya lebih rendah 50% daripada metode konvensional
c. Konduktivitas 106 lebih baik dibandingkan tembaga
d. Kerapatan arus 10 kali lebih besar dibandingkan belitan tembaga
e. Mengurangi polusi
f. Meningkatkan stabilitas jaringan listrik
g. Mengurangi biaya pemasangan
h. Ukuran yang lebih kecil dan berat yang lebih ringan
DAFTAR PUSTAKA
Kittel, Charles. 2004. “Introduction to Solid State Physics, 8th Edition.” Wiley & Sons,
New York, NY.
Tanpa nama . (2021) Mesin Listrik Superkonduktor. Online. Diakses dari
https://en.wikipedia.org/wiki/Superconducting_electric_machine
Ismunandar dan Sen Cun. (2002). Mengenal Superkonduktor. Online. Diakses dari
http://www.fisikanet.lipi.go.id
Kurnia, Fran. (2014). Magnetic Resonance Imaging (MRI). Online. Diakses dari
http://majalah1000guru.net/2014/04/magnetic-resonance-imaging/
Thomson, Donal O., dkk. (1997). Review of Progress in Quantitative Nondestructive
Evaluation Volume 16A. New York: Plenum Press
Suryadi, Asep Andi. (2012). High Temperature Superconducting (HTS) Generator. Online.
Diakses dari https://blogs.itb.ac.id/asepandielektro/category/superkonduktor/
Tanpa Nama, Tanpa Tahun. Bab IX Superkonduktor.Bandung: Departemen Pendidikan
Fisika FPMIPA Universitas Pendidikan Indonesia
Yulianti,T.(2010).Sintesis Superkonduktor BPSCCO/Ag Menggunakan Metode Padatan.
(Skripsi). Universitas Sebelas Maret, Surakarta.

Anda mungkin juga menyukai