Anda di halaman 1dari 11

PANDUAN PRAKTIKUM

HIDROMETEOROLOGI

PROGRAM STUDI GEOGRAFI


FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI MALANG

ACARA 9
NERACA AIR DAN INDEKS KEKERINGAN

9.1 Dasar Teori


Kekeringan merupakan suatu kondisi kekurangan air untuk memenuhi kebutuhan.
Berdasarkan keterpengaruhan kekeringan, maka kekeringan dapat dibedakan menjadi:
1. Kekeringan secara meteorologi. Kekeringan yang berhubungan dengan tingkat curah hujan
yang terjadi berada di bawah kondisi normal dalam suatu musim.
2. Kekeringan secara hidrologi. kekeringan akibat berkurangnya pasokan air permukaan dan
airtanah. Kekeringan hidrologis diukur dari ketinggian muka air waduk, danau dan air tanah.
Ada jarak waktu antara berkurangnya curah hujan dengan berkurangnya ketinggian muka
air sungai, danau dan air tanah, sehingga kekeringan hidrologis bukan merupakan gejala
awal terjadinya kekeringan.
3. Kekeringan secara pertanian. Kekeringan Pertanian berhubungan dengan berkurangnya
kandungan air dalam tanah (lengas tanah) sehingga tak mampu lagi memenuhi kebutuhan
air bagi tanaman pada suatu periode tertentu. Kekeringan ini terjadi setelah terjadinya
gejala kekeringan meteorologis
4. Kekeringan secara sosial ekonomi. Kekeringan Sosial Ekonomi berhubungan dengan
berkurangnya pasokan komoditi yang bernilai ekonomi dari kebutuhan normal sebagai
akibat dari terjadinya kekeringan meteorologis, pertanian dan hidrologis. Intensitas
kekeringan sosial ekonomi diklasifikasikan berdasarkan ketersediaan air minum atau air
bersih
5. Kekeringan karena faktor antropogenik. Kekeringan Antropogenik terjadi karena
ketidaktaatan pada aturan yang disebabkan oleh kebutuhan air lebih besar dari pasokan
yang direncanakan sebagai akibat ketidaktaatan pengguna terhadap pola tanam/pola
penggunaan air, dan kerusakan kawasan tangkapan air, sumber air sebagai akibat dari
perbuatan manusia
6. Kekeringan secara geomorfologis. Kekeringan ini terjadi akibat kondisi geologi dan
geomorfologi daerah yang dianggap kurang memberikan ketersediaan air bagi

ferryati.masitoh.fis@um.ac.id
PANDUAN PRAKTIKUM
HIDROMETEOROLOGI

PROGRAM STUDI GEOGRAFI


FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI MALANG

penduduknya. Pada kondisi faktual, daerah yang dianggap memiliki kekeringan air secara
geomorfologis seperti karst, sebenarnya mempunyai ketersediaan air yang melimpah akan
tetapi berada di kedalaman tertentu sebagai airtanah. Kelimpahan air tersebut dapat
digunakan dengan baik dalam analisis ketersediaan airtanah, akan tetapi kurang sesuai jika
digunakan sebagai analisis kekeringan dalam hidrometeorologi. Penggunaan rekayasa
teknologi tertentu akan membantu dalam memberikan tambahan air bagi daerah tersebut.

Penentuan indeks kekeringan dapat melalui pengolahan data curah hujan dan melalui
interpretasi citra satelit penginderaan jauh. Pengolahan data curah hujan dapat menggunakan
berbagai metode antara lain: Thornwaite-Matter, Palmer dan Standardized Precipitation Index
(SPI). Dalam praktikum ini, hanya akan mempelajari mengenai kekeringan secara meteorologi
menggunakan metode Thornwaite-Matter.

Indeks Kekeringan Thornwaite-Matter

Penentuan indeks menggunakan data curah hujan dan suhu udara. Data diturunkan menjadi
beberapa parameter cuaca lainnya yang mencakup Evapotranspirasi Potensial (EP), Water
Holding Capacity (WHC), Accumulation Potential Water Loss (APWL), Kelengasan Tanah,
Perubahan Kelengasan Tanah, Evapotranspirasi Aktual.

Curah hujan (P)


Data curah hujan didapatkan dari stasiun pengamat meteorology dan klimatologi. Data curah
hujan yang digunakan menggunakan data rata-rata bulanan selama periode tahun tertentu
yang telah ditetapkan sebelumnya. Jika terdapat data hujan yang kosong, maka perlu
dilakukan pengisian data hujan serta pengujian konsistensi data hujannya (Cek Acara 1).

Suhu Udara (t˚)


Seperti halnya data curah hujan, maka data suhu udara dapat diperoleh dari stasiun pengamat
meteorologi dan klimatologi. Data yang digunakan adalah data suhu rata-rata bulanan pada
tahun yang telah ditetapkan sebelumnya. Akan tetapi, tidak semua data stasiun pengamatan

ferryati.masitoh.fis@um.ac.id
PANDUAN PRAKTIKUM
HIDROMETEOROLOGI

PROGRAM STUDI GEOGRAFI


FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI MALANG

memiliki data suhu udara. Jika terjadi demikian, maka dapat menggunakan suhu udara
perkiraan.

∆𝑇 = 0,006(𝑍1 − 𝑍2 ) …………………………………………………..………. (9.1)

dengan: ∆T = selisih temperature udara masing-masing stasiun (˚C),

Evapotranspirasi Potensial (EP)

𝟏𝟎.𝑻 𝒂
𝑷𝑬𝑻 = 𝟏, 𝟔 ( ) .................................................................. (9.2)
𝑰

𝒂 = 𝟔𝟕𝟓. 𝟏𝟎−𝟗 . 𝑰𝟑 − 𝟕𝟕𝟏. 𝟏𝟎−𝟕 . 𝑰𝟐 + 𝟏𝟕𝟗𝟐. 𝟏𝟎−𝟓 . 𝑰 + 𝟎, 𝟒𝟗𝟐𝟑𝟗 ….. (9.3)

dengan: PET = Evapotranspirasi potensial bulanan (cm/bulan); T = temperature udara rata-


rata per bulan (ºC); i = indeks panas (tn/5)1,514 (lihat lampiran); tn = temperature rata-rata
bulanan; I = ∑I (jumlah I dalam satu tahun ); a = koefisien yang tergantung tempat; tn=
temperatur rata-rata dalam bulan ke-n

Karena banyaknya hari tidak sama, sedangkan jam penyinaran matahari yang diterima adalah
berbeda menurut musim dan jaraknya dari khatulistiwa, maka PET harus disesuaikan menjadi:

𝒔.𝑻𝒛
𝑷𝑬 = 𝑷𝑬𝑻 𝟑𝟎.𝟏𝟐 …………………………………………………………..…(9.4)

dengan: S = jumlah hari dalam bulan; Tz = jumlah jam penyinaran rerata per hari. Nilai
𝑠.𝑇𝑧
perbandingan dapat dilihat pada tabel.
30.12

Kapasitas Lengas Tanah (Water Holding Capacity/WHC)

Kapasitas Lengas Tanah adalah tebal air (mm) dalam setiap kedalaman tanah. Nilai WHC
tergantung dengan jenis tanah, tekstur, dan kedalaman perakaran tanaman. Nilai WHC dapat
diketahui melalui analisis laboratorium pada jenis tanah yang akan diuji WHC-nya. Nilai WHC
diketahui sebagai selisih antara Kapasitas Lapang (KL) dengan Titik Layu Permanen (TLP).

ferryati.masitoh.fis@um.ac.id
PANDUAN PRAKTIKUM
HIDROMETEOROLOGI

PROGRAM STUDI GEOGRAFI


FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI MALANG

Accumulation Potential Water Loss (APWL)


APWL dihitung dengan menjumlahkan data di bulan sebelumnya dengan nilai P-PB pada bulan
ke-i.
- Pada bulan-bulan kering atau yang nilai presipitasinya lebih kecil dari PET dilakukan dengan
cara menjumlahkan nilai selisih (P-PE) setiap bulan dengan nilai (P-PE) bulan sebelumnya
- Pada bulan basah (P>PE) maka nilai APWL = 0

Kelengasan Tanah
Perhitungan penambahan air (∆St) dilakukan dengan cara mengurangi nilai St pada bulan yang
bersangkutan dengan nilai St pada bulan sebelumnya. Nilai St pada bulan-bulan basah, nilai
St = WHC, sedangkan pada bulan-bulan kering, nilai St menggunakan persamaan 9.5

𝐴𝑃𝑊𝐿⁄ )
𝑆𝑡 = 𝑆𝑡0 . 𝑒 −( 𝑆𝑡0 ……………………………………(9.5)

Dengan: St = lengas tanah (mm); St0 = kelengasan pada kapasitas lapang (mm); e = bilangan
navier (2,718), APWL = akumulasi kehilangan air potensial

Evapotranspirasi Aktual
Nilai Evapotranspirasi Aktual didapatkan dari perhitungan bulan basah dan bulan kering
dengan:
- Untuk bulan-bulan basah (P>PE), maka nilai AE = PE
- Untuk bulan-bulan kering (P<PE), maka nilai AE = P - ∆St
Perhitungan Defisit
Defisit atau kekurangan lengas tanah merupakan selisih antara PE dengan AE atau:
𝐷 = 𝑃𝐸 − 𝐴𝐸 ………………………………………………. (9.6)
dengan: D = defisit; PE = Evapotranspirasi Potensial; AE = Evapotranspirasi Aktual

ferryati.masitoh.fis@um.ac.id
PANDUAN PRAKTIKUM
HIDROMETEOROLOGI

PROGRAM STUDI GEOGRAFI


FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI MALANG

Perhitungan Surplus
Surplus atau kelebihan lengas tanah merupakan selisih antara PE dengan AE ditambah dengan
∆St atau:
𝐷 = (𝑃𝐸 − 𝐴𝐸) + ∆St ………………………………………………. (9.6)
dengan: D = defisit; PE = Evapotranspirasi Potensial; AE = Evapotranspirasi Aktual;

Indeks Kekeringan (Aridity Index)


Indeks Kekeringan dihitung melalui persamaan:

𝐷
𝐼𝑎 = . 100 ………………………………………………….(9.7)
𝑃𝐸

dengan: Ia = Indeks Kekeringan; D = Defisit; PE =Evapotranspirasi Potensial

Pembagian kelas:
Sub Divisi Index Aridity
r = sedikit atau tidak ada defisiensi air 0 – 16,7
s = defisiensi air pada musim panas sedang 16,7 – 33,33
w = defisiensi air pada musim panas sedang 16,7 – 33,33
s2 = defisiensi air pada musim panas besar > 33,33
w2 = defisiensi air pada musim dingin besar > 33,33

Indeks Kelengasan Air (Moisture Index)


Indeks Kelengasan Air dihitung melalui persamaan:

100𝑆−60𝐷
𝐼𝑚 = 𝑃𝐸
. % ………………………………………………(9.8)

dengan: Im= Indeks Kelengasan; D = Defisit; PE =Evapotranspirasi Potensial; S = surplus Air,


D = defisit
Klasifikasi yang digunakan:
Kriteria Ciri
Neither Dry or Humid Im = 0
Humid Im > 0
S > 0,6D
Dry Im < 0
S < 0,6D

ferryati.masitoh.fis@um.ac.id
PANDUAN PRAKTIKUM
HIDROMETEOROLOGI

PROGRAM STUDI GEOGRAFI


FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI MALANG

Kelas yang digunakan:


Moisture province Vegetasi Index Moisture
A – per humid Hutan yang rapat >100
B4 – humid Hutan 80 – 100
B3 – humid Hutan 60 – 80
B2 – humid Hutan 40 – 60
B1 – humid Hutan 20 – 40
C2 – moist sub-humid Padang rumput tinggi 0 – 20
C1 – dry sub-humid Padang rumput rendah -20 – 0
D – semi arid Stepa -40 – -20
E –arid Gurun -60 – -40

Indeks Kelembaban (Humidity Index)


Indeks Kelembaban dihitung melalui persamaan:
𝑆
𝐼ℎ = 𝐸𝑃 . 100% ……………………………………………………(9.9)

dengan: Ih = Indeks Kelembaban; D = Defisit; PE = Evapotranspirasi Potensial; S = surplus


Air
Pembagian Kelas:
Sub Divisi Index Aridity
r = sedikit atau tidak ada defisiensi air 0 – 10
s = defisiensi air pada musim panas sedang 10 – 20
w = defisiensi air pada musim panas sedang 10 – 20
s2 = defisiensi air pada musim panas besar > 20
w2 = defisiensi air pada musim dingin besar > 20

9.2 Tugas
1. Hitunglah Indeks Kekeringan, Indeks Kelengasan, dan Indeks Kelembaban pada beberapa
Stasiun Pengamatan Cuaca pada Lampiran Data 8, berdasarkan:
a. Jika diketahui jenis tanah adalah Alfisol dengan Kapasitas Lapang (KL) sebesar 360 mm,
Titik Layu Permanen sebesar 208.2 mm, dan kelengasan pada kapasitas lapang sebesar
152 mm!
b. Jika diketahui tipe tanah adalah tanaman berakar dalam dengan tekstur liat!

ferryati.masitoh.fis@um.ac.id
PANDUAN PRAKTIKUM
HIDROMETEOROLOGI

PROGRAM STUDI GEOGRAFI


FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI MALANG

2. Buat grafik Neraca Air (Surplus atau Defisit Air) yang merupakan perbandingan grafik antara
Curah Hujan, Evapotranspirasi Potensial, dan Evapotranspirasi Aktual berdasarkan hasil
perhitungan pada Tugas 1a dan 1b!

ferryati.masitoh.fis@um.ac.id
PANDUAN PRAKTIKUM
HIDROMETEOROLOGI

PROGRAM STUDI GEOGRAFI


FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI MALANG

LAMPIRAN DATA 9

Tabel Indeks Panas Bulanan, for Thornwaite Method

ferryati.masitoh.fis@um.ac.id
PANDUAN PRAKTIKUM
HIDROMETEOROLOGI

PROGRAM STUDI GEOGRAFI


FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI MALANG

Tabel Rata-rata penyinaran matahari selama 30 hari


𝑠.𝑇𝑧
masing-masing 12 jam, 30.12, for Thornwaite Method

ferryati.masitoh.fis@um.ac.id
PANDUAN PRAKTIKUM
HIDROMETEOROLOGI

PROGRAM STUDI GEOGRAFI


FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI MALANG

PENDUGAAN AVAILABLE WATER HOLDING CAPACITY BERDASARKAN


KOMBINASI JENIS TANAH DAN VEGETASI (THORNWAITE – MATHER, 1957)

Air tersedia
Panjang zone Lengas tanah
Tipe Tanah (Available water)
perakaran (m) tertahan (mm)
mm/m
Tanaman berakar dangkal
Pasir Halus 100 0,50 50
Lempung berpasir halus 150 0,50 75
Lempung berdebu 200 0,62 125
Lempung berliat 250 0,40 100
Liat 300 0,25 75

Tanaman berakar dangkal


Pasir halus 100 0,75 75
Lempung berpasir halus 150 1,00 150
Lempung berdebu 200 1,00 200
Lempung berliat 250 0,80 200
Liat 300 0,60 150

Tanaman berakar dangkal


Pasir halus 100 1,00 100
Lempung berpasir halus 150 1,00 150
Lempung berdebu 200 1,25 250
Lempung berliat 250 1,00 250
Liat 300 0,67 200

Orchad
Pasir halus 100 1,50 150
Lempung berpasir halus 150 1,67 250
Lempung berdebu 200 1,50 300
Lempung berliat 250 1,00 250
Liat 300 0,67 200

Hutan Tua Tertutup


Pasir halus 100 2,50 250
Lempung berpasir halus 150 2,00 300
Lempung berdebu 200 2,00 400
Lempung berliat 250 1,60 400
Liat 300 1,17 350

ferryati.masitoh.fis@um.ac.id
PANDUAN PRAKTIKUM
HIDROMETEOROLOGI

PROGRAM STUDI GEOGRAFI


FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI MALANG

ferryati.masitoh.fis@um.ac.id

Anda mungkin juga menyukai