Anggota Kelompok 5 :
KELAS 2B
PRODI ADMINISTRASI PUBLIK
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
2020
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat
dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah mata kuliah Hukum Administrasi
Negara tentang “Keputusan dan Pengawasan Tata Usaha Negara”
Penyusunan makalah ini disesuaikan dengan referensi yang didapat dari buku
maupun jurnal. semoga makalah ini dapat memberi manfaat kepada semua pihak, bagi
kami khususnya dan bagi teman-teman mahasiswa Universitas Sultan Ageng Tirtayasa
pada umumnya. Kami sadar bahwa makalah ini belum sempurna dan masih memiliki
banyak kekurangan.
Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak
yang membaca.
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................................ 2
DAFTAR ISI..................................................................................................................... 3
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
3.1 Kesimpulan.....................................................................................................
3.2 Saran..............................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG
Keputusan tata usaha negara merupakan penetapan tertulis yang diproduksi atau
dibuat oleh pejabat tata usaha negara yang mendasarkan diri pada peraturan
perundang-undangan, bersifat konkrit, individual dan final (Bahan ajar Prof Muchsan
dalam mata kuliah birokrasi pemerintah)1. Dalam Pasal 1 ayat (3) Undang Undang
Nomor 5 Tahun 1986 jo Undang Undang Nomor 9 Tahun 2004 2 tentang Peradilan Tata
Usaha Negara, memuat ketentuan bahwa yang dimaksudkan dengan Keputusan Tata
Usaha Negara adalah suatu penetapan tertulis yang dikeluarkan oleh Badan atau
Pejabat Tata Usaha Negara yang berdasarkan peraturan perundang undangan yang
berlaku, yang bersifat konkrit, individual dan final, yang menimbulkan akibat hukum bagi
seseorang atau badan hukum perdata.
Artinya keputusan tata usaha negara merupakan suatu penetapan yang sifatnya
pasti atau tertulis sehingga sedikit sekali kemunginan untuk diragukan keputusannya
karena yang termuat sesuai dengan peraturan dalam perundang-undangan dan bersifat
kongkrit, individual serta final, yang tentu saja keputusan tertulis tersebut menimbulkan
efek hukum bagi seseorang atau badan hukum perdata.
Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara terdiri atas Badan atau Pejabat Tata Usaha
Negara di pusat dan di daerah yang melakukan kegiatan atau yang melaksanakan tugas
eksekutif. Tindakan hukum Tata Usaha Negara yang bersumber pada suatu ketentuan
hukum Tata Usaha Negara yang dapat menimbulkan hak atau kewajiban pada orang
lain (Soemitro, 1998:94).3
Keputusan Tata Usaha Negara bersifat konkret artinya objek yang diputuskan dalam
Keputusan Tata Usaha Negara itu tidak abstrak tetapi berwujud tertentu atau dapat
ditentukan. Bersifat individual artinya Keputusan Tata Usaha Negara tersebut tidak
ditunjuk untuk umum, tetapi tertentu baik alamat maupun hal yang dituju. Bersifat final
artinya Keputusan Tata Usaha Negara sudah definitif dan karenanya dapat
menimbulkan akibat hukum.
1
. (Bahan ajar Prof Muchsan dalam mata kuliah birokrasi pemerintah)
2
. Pasal 1 ayat (3) Undang Undang Nomor 5 Tahun 1986 jo Undang Undang Nomor 9 Tahun 2004
3
. (Soemitro, 1998:94).
Keputusan Tata Usaha Negara memegang peranan yang sangat penting dalam
proses penyelenggaraan suatu pemerintahan. Hal ini dikarenakan Keputusan Tata
Usaha Negara lebih merupakan instrumen administrasi Negara yang lebih berorientasi
pada pelaksanaan tugas-tugas konkrit dari pada penjabaran suatu undang-undang.
Keputusan Tata Usaha negara lebih memiliki nilai fleksibilitas serta lebih dimungkinkan
untuk manterjemahkan dan mengkomunikasikan kemauan pihak pengatur atau
penguasa dan pihak yang diatur demi terwujudnya tujuan bersama.
BAB II
PEMBAHASAN
Keputusan tata usaha negara adalah merupakan penetapan tertulis yang dikeluarkan
oleh badan atau pejabat tata usaha negara berdasarkan atas Peraturan perundang-
undangan yang bersifat konkrit, Individual dan final. penetapan tertulis merupakan
keputusan yang tertulis yang dapat dibuktikan dengan nyata yang bersifat konkrit.
kemudian keputusan yang bersifat individual merupakan keputusan yang dikenakan
kepada seseorang secara personal atau pribadi sedangkan bersifat final adalah
keputusan yang sudah definitif, tidak diperlukan persetujuan lebih tinggi tingkatnya.
keputusan tata usaha negara yang dapat digugat ke pengadilan tata usaha negara jika
telah memenuhi sifat-sifat keputusan yang bersifat konkrit, individual dan final. Bagian
besar dari kegiatan badan atau pejabat tata usaha negara dalam menyelenggarakan
urusan pemerintahan Dalam sistem pemerintahan Indonesia dilakukan dengan
perbuatan-perbuatan hukum dalam bentuk keputusan-keputusan tertulis.
Tata usaha negara adalah administrasi negara dalam keseluruhan arti, unsur,
dimensi, dan dinamikanya. Pengertian tersebut oleh tata usaha negara diserahi
kewajiban untuk mewujudkan kesejahteraan umum. pelaksanaan kewajiban membawa
konsekuensi adanya hak bagi tata usaha negara untuk bertindak atas inisiatif sendiri
(Freies Ermessen), dengan lebih mengutamakan keefektifan tercapainya suatu tujuan
dapat mematuhi sepenuhnya ketentuan hukum.
Dalam tata usaha negara terdapat setidaknya hal yang ingin dihadirkan dalam setiap
keputusan tata usaha negara salah satunya adalah mewujudkan kesejahteraan umum
yang membawa konsekuensi adanya hak bagi tata usaha negara untuk bertindak atas
inisiatif sendiri. Tentu hal tersebut didasari atas tujuan untuk memenuhi sepenuhnya
ketentuan hukum.
Dalam sistem hukum Indonesia kedudukan keputusan tata usaha negara diatur di
luar peraturan perundang undangan, muncul dalam penyelenggaraan pemerintah ah
yang tidak terikat dalam arti tidak diatur secara tegas dalam peraturan perundang-
undangan. keputusan tata usaha negara pada umumnya menunjukkan Bagaimana
suatu instansi pemerintah ah akan bertindak dalam menyelenggarakan kewenangannya.
pada prinsipnya keputusan tata usaha negara di luar peraturan perundang-undangan
an3 dak bertentangan dengan perundangan. kedudukan hukum keputusan tata usaha
negara belum diatur secara jelas dalam tata urutan perundang-undangan an-nas diatur
dalam pasal 7 ayat 1 undang-undang nomor 10 tahun 2004 tentang pembentukan
peraturan perundang-undangan.
PPutusan hakim adalah suatu pernyataan yang oleh hakim sebagai Pejabat negara
yang diberi wewenang untuk itu, diucapkan di persidangan dan bertujuan untuk
mengakhiri atau menyelesaikan suatu perkara atau sengketa antara para pihak. Putusan
pengadilan menurut Pasal 185 ayat (1) HIR dibedakan atas dua macam, yakni putusan
akhir (lind voonis) dan bukan putusan akhir (putusan sela (tussen vonnis). Putusan akhir
adalah putusan yang sifatnya mengakhiri suatu sengketa dalam tingkat tertentu,
sedangkan putusan sela adalah putusan yang dikeluarkan oleh hakim sebelum
mengeluarkan putusan akhir dengan maksud mempermudah pemeriksaan perkara
selanjutnya dalam rangka memberikan putusan akhir.
Hukum Acara Peradilan Tata Usaha Negara juga dikenal adanya dua macam
putusan, yakni Putusan Akhir dan Putusan Sela atau putusan bukan akhir (Pasal 113
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara). Putusan
yang diucapkan dipersidangan (uitspraak) tidak boleh berbeda dengan apa yang tertulis,
sebab bila terjadi perbedaan antara putusan yang diucapkan dan putusan yang tertulis
akan berakibat batal demi hukum, sehingga putusan tersebut tidak dapat dilaksanakan
dan tidak berkekuatan hukum tetap. Putusan Peradilan Tata Usaha Negara diatur dalam
Pasal 97 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 Jo Undang-Undang Nomor 9 Tahun
2004. Dari ketentuan tersebut dapat diuraikan sebagai berikut :
c) Gugatan tidak dapat diterima, apabila setelah diperiksa gugatan penggugat tidak
berdasarkan hukum yang berarti gugatan tidak memenuhi syarat-syarat yang telah
ditentukan. Dalam hal ini penggugat dapat memasukan gugatan baru.
d) Gugatan dinyatakan gugur, apabila penggugat, para penggugat atau kuasanya tidak
hadir pada waktu sidang yang telah ditentukan meskipun telah di panggil secara patut
tanpa alasan yang jelas.
Dalam hal gugatan dikabulkan, maka dalam putusan Pengadilan tersebut dapat
ditetapkan kewajiban yang harus dilakukan oleh Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara
yang mengeluarkan keputusan Tata Usaha Negara.
c) Penerbitkan KTUN dalam hal gugatan didasarkan pada pasal 3 (KTUN Fiktif neatif).
Kewajiban tersebut dapat disertai pembebanan ganti rugi.
Dalam Hukum Acara Peradilan Tata Usaha Negara, putusan pengadilan dibagi
dalam 3 jenis putusan, yaitu:
Putusan yang bersifat pernyataan (declaratoir) Putusan yang hanya menegaskan suatu
keadaan hukum yang sah. Misalnya penetapan dismisal (Pasal 62). Contoh gugatan
tidak diterima atau tidak berdasar. Penetapan perkara diperiksa dengan acara cepat
(Pasal 98). Beberapa perkara perlu digabungkan atau dipisah-pisahkan, dan lain-lain.
Tiga macam kekuatan yang terdapat pada putusan hakim yaitu kekuatan mengikat
(resjudicata pro vertate hebetur), kekuatan eksekutorial (suatu putusan pengadilan yang
telah berkekuatan tetap dapat dijalankan), kekuatan pembuktian (putusan pengadilan
merupakan akta otentik) 11 Putusan Pengadilan harus diucapkan dalam sidang terbuka
untuk umum. Apabila salah satu pihak atau kedua belah pihak tidak hadir pada waktu
putusan Pengadilan diucapkan, maka atas perintah Hakim Ketua Sidang salinan
putusan itu disampaikan kepada yang bersangkutan. Tidak dipenuhinya ketentuan
diatas berakibat putusan Pengadilan tidak sah dan tidak mempunyai kekuatan hukum.
Mengenai bentuk Putusan Pengadilan, diatur dalam Pasal 109 UU PTUN, sebagai
berikut: PASAL 109 (1) Putusan Pengadilan 6 harus memuat:
Nama, jabatan, kewarganegaraan, tempat kediaman, atau tempat kedudukan para pihak
yang bersengketa;
Pertimbangan dan penilaian setiap bukti yang diajukan dan hal yang terjadi dalam
persidangan selama sengketa itu diperiksa;
6
. PASAL 109 (1) Putusan Pengadilan
Hari, tanggal putusan, nama Hakim yang memutus, nama Panitera, serta keterangan
tentang hadir atau tidak hadirnya para pihak.
Yaitu penetapan tertulis yang dikeluarkan oleh Badan atau Pejabat Tata Usaha
Negara yang berisi tindakan hukum Tata Usaha Negara berdasarkan peraturan
perundang-undangan yang berlaku. Bersifat konkrit, individual dan final yang
menimbulkan akibat hukum bagi seseorang atau Badan Hukum Perdata.
Yaitu keputusan tata usaha negara yang dimohonkan seseorang atau badan hukum
perdata tetapi tidak ditanggapi atau tidak diterbitkan oleh badan/pejabat tata usaha
negara yang bersangkutan. Sehingga dianggap bahwa Badan/Pejabat Tata Usaha
Negara telah mengeluarkan keputusan penolakan (negatif). Contoh : Pemohon IMB,
KTP, dsb. Apabila dalam jangka waktu yang ditentukan tidak dijawab/diterbitkan, maka
dianggap jelas-jelas menerbitkan Keputusan Tata Usaha Negara yang menolak.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
1. Selama belum ada revisi terhadap undang-undang Peradilan Tata Usaha Negara, maka
Mahkamah Agung dapat membuat Peraturan Mahkamah Agung (Perma) sebagai acuan
bagi para Hakim Pengadilan Tata Usaha Negara dalam menyelesaikan sengketa
pengadaan tanah bagi pembangunan untuk kepentingan umum.
2. Diharapkan kepada hakim Pengadilan Tata Usaha Negara untuk mempertahankan
metode penerapan dan penemuan hukum dalam setiap mengambil pertimbangan dan
putusan.
DAFTAR PUSTAKA
Jurnal Hukum Pro Justitia, 2010, Kedudukan Keputusan Tata Usaha Negara Dalam
Sistem Hukum Indonesia.
Risma Melfani Sari, 2019, Kedudukan Keputusan Hukum Tata Usaha Negara Dalam
sistem Hukum Indonesia.