Disusun oleh :
PRODI S1 ARSITEKTUR
JURUSAN ARSITEKTUR
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS TADULAKO
2020
A. Pilar
Pilar adalah tiang penyangga suatu bangunan. Pilar memiliki peran yang sangat sentral
dan menentukan, karena bila pilar ini tidak kokoh atau rapuh akan berakibat robohnya
bangunan yang disangganya. Dalam bahasa Jawa tiang penyangga bangunan disebut ”soko”,
bahkan bagi rumah joglo, yakni rumah yang atapnya menjulang tinggi terdapat empat soko di
tengah bangunan yang disebut soko guru. Soko guru ini sangat menentukan kokoh dan
kuatnya bangunan, terdiri atas batang kayu besar dan jenis kayu yang dapat dipertanggung
jawabkan. Dengan demikian orang yang bertempat di rumah tersebut akan merasa nyaman,
aman dan selamat dari berbagai bencana dan gangguan.
Demikian pula halnya dengan bangunan negara-bangsa, membutuhkan pilar atau yang
merupakan tiang penyangga yang kokoh agar rakyat yang mendiami akan merasa nyaman,
aman, tenteram dan sejahtera, terhindar dari segala macam gangguan dan bencana. Pilar bagi
suatu negara-bangsa berupa sistem keyakinan atau belief system, atau philosophische
grondslag, yang berisi konsep, prinsip dan nilai yang dianut oleh rakyat negara-bangsa yang
bersangkutan yang diyakini memiliki kekuatan untuk dipergunakan sebagai landasan dalam
hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Secara umum, kita mengenal bahwa arti dari pilar merupakan tiang penyangga pada suatu
bangunan. Pilar dalam bangunan berfungsi untuk membuat kokoh bangunan tersebut. Dalam
hal kebangsaan, yang dimaksud dengan Empat Pilar Kebangsaan adalah tiang yang menjaga
suatu Negara untuk tetap kokoh atau tidak mudah roboh.
Empat Pilar Bangsa harus digerakkan oleh penyelenggara suatu Negara yaitu seluruh
orang-orang yang tinggal di Negara tersebut. Masyarakat tersebut harus bisa menjadikan
Empat Pilar Bangsa sebagai pedoman serta acuan untuk menjalani kehidupan politik, hukum,
ekonomi, dan sosial di Indonesia. Dengan mengamalkan Empat Pilar Bangsa di kehidupan
sehari-hari, diyakini suatu hari nanti Indonesia akan menjadi Negara yang adil, sejahtera,
makmur, dan maju.
Pilar-pilar bangsa Indonesia terbagi menjadi 4 pedoman. Pilar-pilar pedoman tersebut adalah
1. Pancasila
Menurut sosialisasi MPR RI tentang Empat Pilar Kehidupan Berbangsa dan
Bernegara (2012: 11) Pancasila adalah dasar negara yang mempersatukan bangsa
sekaligus bintang penuntun (leitstar) yang dinamis, yang mengarahkan bangsa dalam
mencapai tujuannya. Dalam posisinya seperti itu, Pancasila merupakan sumber jati
diri, kepribadian, moralitas, dan haluan keselamatan bangsa. Dengan kata lain,
Pancasila digunakan sebagai penunjuk arah semua kegiatan atau aktifitas hidup dan
kehidupan di dalam segala bidang. Ini berarti bahwa semua tingkah laku dan
tindak/perbuatan setiap manusia Indonesia harus dijiwai dan merupakan pancaran
dari semua sila Pancasila karena Pancasila sebagai weltanschauung selalu merupakan
suatu kesatuan, tidak bisa dipisah-pisahkan satu dengan yang lain.
2. Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD NRI 1945)
Undang-Undang Dasar ialah hukum dasar yang tertulis, sedang disampingnya
Undang-Undang Dasar itu berlaku juga hukum dasar yang tidak tertulis, ialah atura-
aturan dasar yang timbul dan terpelihara dalam praktek penyelenggaraan negara
meskipun tidak tertulis. Beberapa pihak membedakan antara pengertian konstitusi dan
Undang-Undang Dasar. Menurut Soeprapto (2010:33) menyatakan bahwa: Konstitusi
berisi seluruh peraturan-peraturan dasar, baik yang tertulis maupun yang tidak
tertulis, yang berisi prinsip-prinsiup dan norma-norma hukum yang mendasari
kehidupan kenegaraan, sedang undang-undang dasar hanya memuat bagian yang
tertulis saja.
Pancasila juga menjadi ideologi Negara Indonesia. Sebagaimana arti dari ideologi
merupakan arti dari pandangan hidup dan nilai-nilai yang menyeluruh dan mendalam tentang
bagaimana cara yang sebaiknya, yaitu secara moral dianggap benar dan adil, mengatur
tingkah laku bersama dalam berbagai segi kehidupan.
Secara kultural dasar-dasar pemikiran tentang pancasila dan nilai-nilai pancasila berakar
pada nilai-nilai kebudayaan dan nilai-nilai religius yang dimiliki oleh bangsa Indonesia
sendiri yang dimana secara tidak langsung menjadikan pancasila sebagai pandangan hidup
Negara Indonesia. Pancasila digunakan sebagai penunjuk arah semua kegiatan atau aktifitas
hidup dan kehidupan di dalam segala bidang. Ini berarti bahwa semua tingkah laku dan
tindak/perbuatan setiap manusia Indonesia harus dijiwai dan merupakan pancaran dari semua
sila Pancasila karena Pancasila sebagai weltanschauung selalu merupakan suatu kesatuan,
tidak bisa dipisah-pisahkan satu dengan yang lain.
Berikut ini adalah isi pancasila beserta fungsinya sebagai pilar kehidupan berbangsa dan
bernegara :
3. Persatuan Indonesia.
Bangsa Indonesia yang tumbuh dan berkembang dalam suatu proses sejarah, sejak
zaman prasejarah, Sriwijaya, Majapahit, Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928 dan
sampai Proklamasi 1945 dan kemudian membentuk negara Republik Indonesia.
Bangsa Indonesia berada dalam satu proses sejarah yang sama dan mengalami nasib
yang sama yaitu dalam penderitaan penjajahan dan kebahagiaan bersama.
Keanekaragaman kebudayaan tumbuh menjadi suatu bentuk kebudayaan nasional.
Keberadaan bangsa Indonesia tidak bisa dipisahkan dengan wilayah tumpah darah
Indonesia. Semua ide, cita-cita dan nilai-nilai kerokhanian yang secara keseluruhan
tersimpul dalam Pancasila.
E. Pro dan Kontra Sebutan Pancasila Sebagai Salah Satu Pilar Berbangsa dan
Bernegara
1. Pendapat Pro
Setelah rezim orde baru runtuh Pancasila sudah tidak popular lagi dalam
kehidupan masyarakat. Istilah pilar kebangsaan muncul setelah pengesahan UU
Nomor 2 Tahun 2011 tentang partai politik. Pada Pasal 34 ayat (3b) dicatumkan
bahwa Pancasila merupakan pilar berbangsa dan bernegara. Sebutan itu bermakna
harfiah pilar sepagai penyangga atau penguat. MPR merupakan pendukung dari
kampanye “Empat Pilar Berbangsa dan Bernegara”. MPR berpendapat perlunya
kampanye dan pengenalan kembali Pancasila kepada generasi muda, supaya mereka
dapat mengetahui kedudukan Pancasila dalam berbangsa dan bernegara. Ditinjau dari
aspek yuridis, sosialisasi empat pilar kebangsaan ini merupakan tindak lanjut dari
ketetapan MPR Nomor V/MPR/2000 tentang Pemantapan Persatuan dan Kesatuan
Nasional dan kondisi bangsa Indonesia saat itu yang mulai juah dari nilai-nilai
Pancasila, contohnya krisis akhlak dan moral yang berupa ketidakadilan, pelanggaran
hokum, dan pelanggaran HAM.
Jadi, keunggulan Pancasila sebagai Pilar Berbangsa dan Bernegara disini adalah
untuk memperdekat akhlak dan perilaku masyarkat Indonesia kepada nilai-nilai yang
terkandung dalam Pancasila.
2. Pendapat Kontra
Para kaum akademisi menolak istilah “Pancasila sebagai Pilar kehidupan
berbangsa dan bernegara”. Seperti Prof. Sujito yang merupakan Kepala Pusat Studi
Pancasila UGM menolak pendapat tersebut dengan 4 alasan, yaitu :
Pancasila seharusnya dipandang sebagai way of life atau pandangan hidup
bangsa Indonesia bukan sebagai tiang penyangga Negara.
Pancasila dimaknai sebagai dasar Negara yang kemudian oleh Bung Karno
disebut sebagai Philosofische grondslag bagi Negara Indonesia
Pancasila merupakan ideologi Negara bukan merupakan Pilar Berbangsa dan
Bernegara
Pancasila dipandang sebagai paradigma ilmu
Dalam berbagai kedudukan fungsi dan maknanya itu, Pancasila harus diamalkan sebagai
satu kesatuan secara simultan, tidak boleh dipecah-pecahkan, apalagi diganti istilah dan
kedudukannya menjadi pilar.
Jadi, kekurangan Pancasila sebagai pilar berbangsa dan bernegara disini adalah
akan mengacaukan bangsa ini karena Indonesia sudah memiliki system nilai yang dianut,
yaitu Pancasila. Pancasila tidak bisa digoyang-goyangkan dengan berbagai macam cara
baik dari sisi istilah, predikat, kedudukan, fungsi dan maknanya.