Anda di halaman 1dari 7

Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

“Pancasila sebagai Pilar Bangsa.”

Disusun oleh :

Muhclis Adi Nugraha (F22119040)


Nur Itsnain R. (F22119008)
Moh. Ars’y A (F22119094)

PRODI S1 ARSITEKTUR
JURUSAN ARSITEKTUR
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS TADULAKO
2020
A. Pilar

Pilar adalah tiang penyangga suatu bangunan. Pilar memiliki peran yang sangat sentral
dan menentukan, karena bila pilar ini tidak kokoh atau rapuh akan berakibat robohnya
bangunan yang disangganya. Dalam bahasa Jawa tiang penyangga bangunan disebut ”soko”,
bahkan bagi rumah joglo, yakni rumah yang atapnya menjulang tinggi terdapat empat soko di
tengah bangunan yang disebut soko guru. Soko guru ini sangat menentukan kokoh dan
kuatnya bangunan, terdiri atas batang kayu besar dan jenis kayu yang dapat dipertanggung
jawabkan. Dengan demikian orang yang bertempat di rumah tersebut akan merasa nyaman,
aman dan selamat dari berbagai bencana dan gangguan.

Demikian pula halnya dengan bangunan negara-bangsa, membutuhkan pilar atau yang
merupakan tiang penyangga yang kokoh agar rakyat yang mendiami akan merasa nyaman,
aman, tenteram dan sejahtera, terhindar dari segala macam gangguan dan bencana. Pilar bagi
suatu negara-bangsa berupa sistem keyakinan atau belief system, atau philosophische
grondslag, yang berisi konsep, prinsip dan nilai yang dianut oleh rakyat negara-bangsa yang
bersangkutan yang diyakini memiliki kekuatan untuk dipergunakan sebagai landasan dalam
hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

B. Empat Pilar Bangsa

Secara umum, kita mengenal bahwa arti dari pilar merupakan tiang penyangga pada suatu
bangunan. Pilar dalam bangunan berfungsi untuk membuat kokoh bangunan tersebut. Dalam
hal kebangsaan, yang dimaksud dengan Empat Pilar Kebangsaan adalah tiang yang menjaga
suatu Negara untuk tetap kokoh atau tidak mudah roboh.

Empat Pilar Bangsa harus digerakkan oleh penyelenggara suatu Negara yaitu seluruh
orang-orang yang tinggal di Negara tersebut. Masyarakat tersebut harus bisa menjadikan
Empat Pilar Bangsa sebagai pedoman serta acuan untuk menjalani kehidupan politik, hukum,
ekonomi, dan sosial di Indonesia. Dengan mengamalkan Empat Pilar Bangsa di kehidupan
sehari-hari, diyakini suatu hari nanti Indonesia akan menjadi Negara yang adil, sejahtera,
makmur, dan maju.

Pilar-pilar bangsa Indonesia terbagi menjadi 4 pedoman. Pilar-pilar pedoman tersebut adalah

1. Pancasila
Menurut sosialisasi MPR RI tentang Empat Pilar Kehidupan Berbangsa dan
Bernegara (2012: 11) Pancasila adalah dasar negara yang mempersatukan bangsa
sekaligus bintang penuntun (leitstar) yang dinamis, yang mengarahkan bangsa dalam
mencapai tujuannya. Dalam posisinya seperti itu, Pancasila merupakan sumber jati
diri, kepribadian, moralitas, dan haluan keselamatan bangsa. Dengan kata lain,
Pancasila digunakan sebagai penunjuk arah semua kegiatan atau aktifitas hidup dan
kehidupan di dalam segala bidang. Ini berarti bahwa semua tingkah laku dan
tindak/perbuatan setiap manusia Indonesia harus dijiwai dan merupakan pancaran
dari semua sila Pancasila karena Pancasila sebagai weltanschauung selalu merupakan
suatu kesatuan, tidak bisa dipisah-pisahkan satu dengan yang lain.

2. Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD NRI 1945)
Undang-Undang Dasar ialah hukum dasar yang tertulis, sedang disampingnya
Undang-Undang Dasar itu berlaku juga hukum dasar yang tidak tertulis, ialah atura-
aturan dasar yang timbul dan terpelihara dalam praktek penyelenggaraan negara
meskipun tidak tertulis. Beberapa pihak membedakan antara pengertian konstitusi dan
Undang-Undang Dasar. Menurut Soeprapto (2010:33) menyatakan bahwa: Konstitusi
berisi seluruh peraturan-peraturan dasar, baik yang tertulis maupun yang tidak
tertulis, yang berisi prinsip-prinsiup dan norma-norma hukum yang mendasari
kehidupan kenegaraan, sedang undang-undang dasar hanya memuat bagian yang
tertulis saja.

Hukum dasar negara Indonesia meliputi keseluruhan sistem ketatanegaraan yang


berupa kumpulan peraturan yang membentuk Negara dan mengatur pemerintahannya.
Oleh karena itu setiap produk hukum seperti undang-undang, peraturan atau
keputusan pemerintah, termasuk kebijakan pemerintah harus berlandaskan dan
bersumber pada peraturan yang kebih tinggi, yang pada akhirnya dapat dipertanggung
jawabkan pada ketentuan UUD1945.

3. Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI)


Syarat berdirinya sebuah negara ada empat, yaitu memiliki wilayah, memiliki
penduduk, memiliki pemerintahan dan adanya pengakuan dari negara lain. Dan
karena memenuhi empat syarat itulah kemudian Negara Indonesia lahir dengan nama
Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Pengertian Indonesia sebagai negara
kesatuan dijelaskan oleh Kaelan (2012:197) bahwa: Negara yang merupakan suatu
kesatuan dari unsur-unsur yang membentuknya, yaitu rakyat yang terdiri atas
berbagai macam etnis suku bangsa, golongan, kebudayaan serta agama. Wilayah yang
terdiri atas beribu-ribu pulau sekaligus juga memiliki sifat dan karakter yang berbeda-
beda pula. Oleh karena itu negara persatuan adalah merupakan satu negara, satu
rakyat, satu wilayah dan tidak terbagibagi misalnya seperti negara serikat, satu
pemerintahan, satu tertib hukum nasional, satu bahasa serta satu bangsa yaitu
Indonesia.

4. Bhineka Tunggal Ika


Menurut sosialisasi MPR RI tentang Empat Pilar Kehidupan Berbangsa dan
Bernegara (2012) Bunyi lengkap dari ungkapan Bhinneka Tunggal Ika dapat
ditemukan dalam Kitab Sutasoma yang ditulis oleh Mpu Tantular pada abad XIV di
masa Kerajaan Majapahit. Dalam kitab tersebut Mpu Tantular menulis “Rwaneka
dhatu winuwus Buddha Wiswa, Bhinnêki rakwa ring apan kena parwanosen,
Mangkang Jinatwa kalawan Siwatatwa tunggal, Bhinnêka tunggal ika tan hana
dharma mangrwa” (Bahwa agama Buddha dan Siwa (Hindu) merupakan zat yang
berbeda, tetapi nilai-nilai kebenaran Jina (Buddha) dan Siwa adalah tunggal.
Terpecah belah, tetapi satu jua, artinya tak ada dharma yang mendua)

C. Pancasila Sebagai Pilar Pedoman Bangsa

“…….maka disusunlah kemerdekaan kebangsaan Indonesia itu dalam suatu Undang-


Undang Dasar negara Indonesia, yang terbentuk dalam suatu susunan negara Republik
Indonesia yang berkedaulatan rakyat dengan berdasar kepada: Ketuhanan Yang Maha Esa,
kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan Indonesia, dan kerakyatan yang dipimpin oleh
hikmat kebijaksanaan dalam permusyawa-ratan/perwakilan, serta dengan mewujudkan
keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.” Pilar bangsa yang menunjukan Pancasila
merupakan landasan Negara terdapat di Pembukaan UUD NRI 1945 alinea ke IV.

Pengertian kata “….Dengan berdasarkan kepada…..” secara tidak langsung menjelaskan


bahwa Pancasila merupakan dasar Negara walaupun tidak disebutkan secara eksplisit.

Pancasila juga menjadi ideologi Negara Indonesia. Sebagaimana arti dari ideologi
merupakan arti dari pandangan hidup dan nilai-nilai yang menyeluruh dan mendalam tentang
bagaimana cara yang sebaiknya, yaitu secara moral dianggap benar dan adil, mengatur
tingkah laku bersama dalam berbagai segi kehidupan.

Secara kultural dasar-dasar pemikiran tentang pancasila dan nilai-nilai pancasila berakar
pada nilai-nilai kebudayaan dan nilai-nilai religius yang dimiliki oleh bangsa Indonesia
sendiri yang dimana secara tidak langsung menjadikan pancasila sebagai pandangan hidup
Negara Indonesia. Pancasila digunakan sebagai penunjuk arah semua kegiatan atau aktifitas
hidup dan kehidupan di dalam segala bidang. Ini berarti bahwa semua tingkah laku dan
tindak/perbuatan setiap manusia Indonesia harus dijiwai dan merupakan pancaran dari semua
sila Pancasila karena Pancasila sebagai weltanschauung selalu merupakan suatu kesatuan,
tidak bisa dipisah-pisahkan satu dengan yang lain.

Berikut ini adalah isi pancasila beserta fungsinya sebagai pilar kehidupan berbangsa dan
bernegara :

1. Ketuhanan Yang Maha Esa.


Setiap warga negara diharapkan mempunyai keyakinan akan Tuhan yang
menciptakan manusia dan dunia serta isinya. Keyakinan akan Tuhan tersebut
diwujudkan dengan memeluk agama serta kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha
Esa.
2. Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab
Masyarakat Indonesia mengakui dan memperlakukan manusia sesuai dengan
harkat dan martabanya sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa, mengakui
persamaan derajat, hak, dan kewajiban antar sesame manusia. Masyarakat Indonesia
saling mencintai, mengembangkan sikap tenggang rasa, menjunjung tinggi nilai
kemanusiaan, dan selalu membela kebenaran beserta selalu bersikap adil.

3. Persatuan Indonesia.
Bangsa Indonesia yang tumbuh dan berkembang dalam suatu proses sejarah, sejak
zaman prasejarah, Sriwijaya, Majapahit, Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928 dan
sampai Proklamasi 1945 dan kemudian membentuk negara Republik Indonesia.
Bangsa Indonesia berada dalam satu proses sejarah yang sama dan mengalami nasib
yang sama yaitu dalam penderitaan penjajahan dan kebahagiaan bersama.
Keanekaragaman kebudayaan tumbuh menjadi suatu bentuk kebudayaan nasional.
Keberadaan bangsa Indonesia tidak bisa dipisahkan dengan wilayah tumpah darah
Indonesia. Semua ide, cita-cita dan nilai-nilai kerokhanian yang secara keseluruhan
tersimpul dalam Pancasila.

4. Kerakyatan Yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam


Permusyawaratan/Perwakilan.
Indonesia sebagai negara hukum segala sesuatu harus didasarkan kepada hukum
baik tertulis maupun hukum tidak tertulis, demikian halnya dengan sistem
ketatanegaraan sudah seharusnya dilaksanakan sesuai dengan hukum. Undang-
Undang Dasar NRI 1945 yang selanjutnya disebut UUD NRI 1945 sebagai hukum
tertinggi menjadi sumber dari semua tertib hukum yang ada di Indonesia. Yang mana
UUD NRI 1945 merupakan bentuk penjabaran dari nilai-nilai yang terkandung dalam
Pancasila, artinya segala pengaturan yang terdapat dalam UUD NRI 1945 tidak boleh
bertentangan dengan nilai-nilai pancasila.

5. Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia.


Keadilan merupakan idealism dalam Pancasila diciptakan setelah Indonesia
merdeka untuk menciptakan suasana yang kuat di mana setiap orang manusia benar-
benar dapat menggunakan hak-haknya sebagai warga negara dalam semua bidang
kehidupan yaitu Keadilan Personal, Keadilan Sosial. Negara dan masyarakatnya
harus memenuhi kewajiban mereka satu sama lain.

D. Peran Empat Pilar Kebangsaan dalam Membentuk Karakter Bangsa


Karakter adalah nilai-nilai yang khas-baik (tahu nilai kebaikan, mau berbuat baik,
nyata berkehidupan baik, dan berdampak baik terhadap lingkungan) yang terpateri dalam
diri dan terejawantahkan dalam perilaku. Karakter secara koheren memancar dari hasil
olah pikir, olah hati, olah raga, serta olah rasa dan karsa seseorang atau sekelompok
orang. Karakter merupakan ciri khas seseorang atau sekelompok orang yang mengandung
nilai, kemampuan, kapasitas moral, dan ketegaran dalam menghadapi kesulitan dan
tantangan.

Karakter bangsa adalah kualitas perilaku kolektif kebangsaan yang khas-baik


yang tecermin dalam kesadaran, pemahaman, rasa, karsa, dan perilaku berbangsa dan
bernegara sebagai hasil olah pikir, olah hati, olah rasa dan karsa, serta olah raga
seseorang atau sekelompok orang. Karakter bangsa Indonesia akan menentukan perilaku
kolektif kebangsaan Indonesia yang khas-baik yang tecermin dalam kesadaran,
pemahaman, rasa, karsa, dan perilaku berbangsa dan bernegara Indonesia yang
berdasarkan nilai-nilai Pancasila, norma UUD 1945, keberagaman dengan prinsip
Bhinneka Tunggal Ika, dankomitmen terhadap NKRI.

Pembangunan Karakter Bangsa adalah upaya kolektif-sistemik suatu negara


kebangsaan untuk mewujudkan kehidupan berbangsa dan bernegara yang sesuai dengan
dasar dan ideologi, konstitusi, haluan negara, serta potensi kolektifnya dalam konteks
kehidupan nasional, regional, dan global yang berkeadaban untuk membentuk bangsa
yang tangguh, kompetitif, berakhlak mulia, bermoral, bertoleran, bergotong royong,
patriotik, dinamis, berbudaya, dan berorientasi Ipteks berdasarkan Pancasila dan dijiwai
oleh iman dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Pembangunan karakter bangsa dilakukan secara koheren melalui proses


sosialisasi, pendidikan dan pembelajaran, pemberdayaan, pembudayaan, dan kerja sama
seluruh komponen bangsa dan negara.

E. Pro dan Kontra Sebutan Pancasila Sebagai Salah Satu Pilar Berbangsa dan
Bernegara

1. Pendapat Pro
Setelah rezim orde baru runtuh Pancasila sudah tidak popular lagi dalam
kehidupan masyarakat. Istilah pilar kebangsaan muncul setelah pengesahan UU
Nomor 2 Tahun 2011 tentang partai politik. Pada Pasal 34 ayat (3b) dicatumkan
bahwa Pancasila merupakan pilar berbangsa dan bernegara. Sebutan itu bermakna
harfiah pilar sepagai penyangga atau penguat. MPR merupakan pendukung dari
kampanye “Empat Pilar Berbangsa dan Bernegara”. MPR berpendapat perlunya
kampanye dan pengenalan kembali Pancasila kepada generasi muda, supaya mereka
dapat mengetahui kedudukan Pancasila dalam berbangsa dan bernegara. Ditinjau dari
aspek yuridis, sosialisasi empat pilar kebangsaan ini merupakan tindak lanjut dari
ketetapan MPR Nomor V/MPR/2000 tentang Pemantapan Persatuan dan Kesatuan
Nasional dan kondisi bangsa Indonesia saat itu yang mulai juah dari nilai-nilai
Pancasila, contohnya krisis akhlak dan moral yang berupa ketidakadilan, pelanggaran
hokum, dan pelanggaran HAM.

Jadi, keunggulan Pancasila sebagai Pilar Berbangsa dan Bernegara disini adalah
untuk memperdekat akhlak dan perilaku masyarkat Indonesia kepada nilai-nilai yang
terkandung dalam Pancasila.

2. Pendapat Kontra
Para kaum akademisi menolak istilah “Pancasila sebagai Pilar kehidupan
berbangsa dan bernegara”. Seperti Prof. Sujito yang merupakan Kepala Pusat Studi
Pancasila UGM menolak pendapat tersebut dengan 4 alasan, yaitu :
 Pancasila seharusnya dipandang sebagai way of life atau pandangan hidup
bangsa Indonesia bukan sebagai tiang penyangga Negara.
 Pancasila dimaknai sebagai dasar Negara yang kemudian oleh Bung Karno
disebut sebagai Philosofische grondslag bagi Negara Indonesia
 Pancasila merupakan ideologi Negara bukan merupakan Pilar Berbangsa dan
Bernegara
 Pancasila dipandang sebagai paradigma ilmu

Dalam berbagai kedudukan fungsi dan maknanya itu, Pancasila harus diamalkan sebagai
satu kesatuan secara simultan, tidak boleh dipecah-pecahkan, apalagi diganti istilah dan
kedudukannya menjadi pilar.

Jadi, kekurangan Pancasila sebagai pilar berbangsa dan bernegara disini adalah
akan mengacaukan bangsa ini karena Indonesia sudah memiliki system nilai yang dianut,
yaitu Pancasila. Pancasila tidak bisa digoyang-goyangkan dengan berbagai macam cara
baik dari sisi istilah, predikat, kedudukan, fungsi dan maknanya.

Anda mungkin juga menyukai