Anda di halaman 1dari 19

PAPER

AKUNTANSI KEPRILAKUAN
ASPEK KEPRILAKUAN PADA PENGAKUMULASIAN DAN PENGENDALIAN
BIAYA
Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Akuntansi Keprilakuan yang di ampuh oleh
Bapak Dian Saputra, SE., M.Acc., Akt, CA

Di Susun Oleh : Anggi Dianto Putra (185310894)

Program Studi Akuntansi


Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Islam Riau
Pekanbaru
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa telah melimpahkan segala rahmat-Nya
kepada penulis sehingga Paper ini dapat diselesaikan tepat waktu. Meskipun banyak
rintangan dan hambatan yang penulis hadapi dalam proses pengerjaannya, tetapi penulis
berhasil mengerjakannya dengan baik. Paper ini disusun dengan tujuan memenuhi tugas dari
mata kuliah Akuntansi Keprilakuan yang di ampuh oleh Dosen Bapak Dian Saputra, SE.,
M.Acc., Akt, CA
Paper ini berisikan mengenai pemahaman penulis tentang aspek keprilakuan pada
pengakumulasian dan pengendalian biaya. Penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen
pengampu yang telah membantu penulis dalam mengerjakan paper ini. Penulis juga
mengucapkan terima kasih kepada teman-teman mahasiswa yang juga sudah memberi
kontribusi baik langsung maupun tidak langsung dalam pembuatan paper ini.
Penulis berharap paper ini dapat bermanfaat dan mengembangkan wawasan ilmu
pengetahuan bagi pembaca. Penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun
terhadap paper ini. Atas kritik dan saran yang diberikan penulis ucapkan terima kasih.

Pekanbaru, 10 November 2021

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................................................2
DAFTAR ISI........................................................................................................................................3
BAB I....................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN................................................................................................................................4
1.1 Latar Belakang.............................................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah........................................................................................................................4
1.3 Tujuan Penelitian.........................................................................................................................4
1.4 Manfaat Penulisan.......................................................................................................................4
1.5 Metode Penulisan........................................................................................................................5
BAB II..................................................................................................................................................6
PEMBAHASAN...................................................................................................................................6
2.1 Sistem Biaya Tradisional vs Biaya Standar.................................................................................6
2.2 Aspek Keperilakuan dari Langkah Akuntansi Biaya yang Dipilih ..............................................6
2.3 Analisis Varians.....................................................................................................................7
BAB III...............................................................................................................................................10
PENUTUP..........................................................................................................................................10
3.1 Kesimpulan................................................................................................................................10
3.2 Saran..........................................................................................................................................10
DAFTAR PUSAKA...........................................................................................................................11
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dewasa ini dengan semakin berkembang dan meningkatnya konsumsi masyarakat turut
mempengaruhi kehidupan sebuah organisasi. Maraknya perusahaan-perusahaan yang mulai
muncul dengan produk-produk yang sejenis membuat beberapa perusahaan lainnya terpaksa
gulung tikar karena tidakmampu bersaing dalam produksinya. Manajemen di tuntut untuk selalu
siaga dan kreatif dalam melaksanakan fungsinya baik dengan menetapkan cara-cara
pengendaliannya hingga penekanan atas biaya guna memperoleh produk yang berkualitas dan
berdaya guna serta dengan biaya yang murah untuk memeperoleh keuntungan dan melanjutkan
kehidupan entitas.
Dalam penentuan biaya baik dari pengakumulasian dan pengendaliannya tidak terlepas
dari peran atas aspek perilaku seseorang.oleh karena itu, pentingnya untuk diketahui lebih lanjut
aspek-aspek keperilakuan yang mendasari pada pengakumulasian serta pengendalian biaya yang
dilakukan oleh entitas tersebut dalam mempertahankan kegiatan organisasinya.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa perbandingan Sistem Biaya Tradisional dengan Biaya Standar?
2. Bagaimana Aspek Keperilakuan dari Langkah Akuntansi Biaya yang Dipilih?
3. Apa yang dimaksud dengan Analisis Varians?
1.3 Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui Sistem Biaya Tradisional vs Biaya Standar.
2. Untuk mengetahui Aspek Keperilakuan dari Langkah Akuntansi Biaya yang Dipilih.
3. Untuk mengetahui Analisis Varians.

1.4 Manfaat Penulisan


1. Dapat memberikan pengawasan terhadap Akuntansi Keprilakuan
2. Dapat dijadikan sebagai referensi dalam pembelajaran dalam materi aspek keprilkuan
pada pengakumulasian dan pengendalian biaya

1.5 Metode Penulisan

Metode yang dipakai dalam paper ini adalah metode pustaka, yaitu metode dimana
dilakukan dengan mengumpulkan data dari pustaka yang berhubunga dengan alat baik
berupa buku, jurnal, ataupun infromasi internet lainnya.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Sistem Biaya Tradisional vs Biaya Standar

2.1.1. Tujuan dan Penggunaan Sistem Akuntansi Biaya

Tidak peduli apakah suatu organisasi memproduksi dan menjual produk atau memberikan
jasa, organisasi tersebut perlu mengetahui biaya-biayanya. Data biaya harus diakumulasi untuk
berbagai tujuan eksternal dan internal.

Akuntansi biaya mengidentifikasikan, menguantifikasi, mengakumulasikan, dan


melaporkan berbagai elemen biaya yang berkaitan dengan produksi barang atau penyerahan jasa.
Akuntansi biaya memiliki dua tujuan. Melalui akumulasi biaya untuk penilaian persediaan dan
penentuan laba, akuntansi biaya melayani kebutuhan pengguna eksternal seperti pemegang
saham, kantor pemeriksaan pajak, dan kreditor. Dengan menyediakan manajemen dengan
informasi biaya yang tepat waktu dan relevan, akuntansi biaya membantu dalam perencanaan,
pengendalian, dan evaluasi aktivitas operasional harian dan orang yang bertanggung jawab untuk
itu. Data biaya juga memainkan peranan dalam analisis dan penilaian profitabilitas relative atau
tingkat diinginkannya suatu alternative keputusan.

Pendekatan dan system yang digunakan dalam menyediakan informasi biaya sangat
berbeda satu sama lain. Setiap jenia memiliki aspek keperilakuannya sendiri. Bila hal ini
diabaikan, maka respons manusia yang tidak diinginkan dapat timbul, di mana hal tersebut
berkisar dari agak menganggu sampai benar-benar destruktif.

2.1.2. Sistem Biaya Tradisional (Historis)

Istilah tradisional (historis) mengacu pada system biaya yang membatasi input pada biaya
historis dan mengusahakan penyerapan penuh atas biaya tetap dan variable oleh unit produk atau
jasa. System biaya tradisional atau historis terutama focus pada identifikasi dan akumulasi biaya
per unit produk atau jasa. System tersebut digunakan untuk menghitung nilai persediaan dan data
biaya harga pokok penjualan atau jasa yang diberikan untuk pelaporan keuangan ekternal.
Tetapi, system biaya tradisional tidaklah sesuai untuk pengendalian manajemen yang efektif
karena akumulasi data biaya historis semata-mata tanpa perbandingan dengan sasaran biaya yang
telah ditentukan sebelumnya tidak sesuai dengan konsep pengendalian kontemporer.

Salah satu kelemahan utama dari system biaya tradisional ini adalah bahwa persyaratan
akuntansi keuangan menuntut agar biaya perunit produk atau jasa memperhitungkan semua
biaya; baik yang dapat ditelusuri ke suatu produk atau jasa maupun yang terjadi untuk satu
periode waktu tertentu atau untuk lebih dari satu objek biaya. Biaya periode atau kapasitas dan
biaya yang terjadi untuk lebih dari satu objek satu produk atau segmen tidak dapat ditelusuri
langsung ke unit jasa, produk, atau departemen tertentu.

Kelemahan utama lainnya yang berkaitan dengan penggunaan system biaya tradisional
untuk tujuan pengendalian adalah bahwa satu-satunya dasar untuk pengendalian adalah
perbandingan kinerja saat ini dengan kinerja dari periode sebelumnya. Membandingkan kinerja
saat ini dengan periode sebelumnya dapat cukup menyesatkan karena tidak ada cara untuk
mengetahui apakah biaya dari periode sebelumnya terlalu tinggi, terlalu rendah, atau hampir
tepat.

2.1.3. System Biaya Standar

1. Ruang Lingkup

Mengakui kelemahan dari system biaya tradisional, banyak organisasi mengadopsi


“sistem biaya standar”. System biaya standar mencerminkan pencampuran yang potensial
efektif dari akuntansi dengan konsep pengendalian dari teori organisasi modern. Biaya
standar adalah sasaran biaya per unit produk atau jasa yang ditentukan sebelumnya secara
ilmiah, yang dikembangkan melalui studi teknik dan akuntansi. Biaya standar
mencerminkan estimasi terinci dan canggih mengenai berapa biaya untuk melaksanakan
suatu tugas tertentu atau menghasilkan suatu produk tertentu. System biaya standar
bahkan mampu menentukan penyebab dari penyimpangan tersebut. Untuk menghasilkan
manfaat pengendalian yang optimal dan untuk mempertahankan relevansi, biaya standar
harus diperbarui secara kontinu.

2. Kompatibilitas dengan Konsep Teori Organisasi Modern


Dalam mengembangkan kerangka kerja untuk system biaya standar yang sesuai dengan
konsep teori organisasi modern,langkah-langkah pengendalian berikut ini, sebagaimana
dijelaskan oleh Edwin Caplain, adalah penting:

a. Penetapan tujuan organisasi


b. Penentuan pusat pertanggungjawaban yang sesuai dan penugasan fungsi kepada
masing-masing.
c. Pengisian staf dari pusat pertanggungjawaban dengan individu-individu yang
memiliki kemampuan,motivasi, dan pengetahuan yang mencukupi untuk melakukan
fungsinya.
d. Penciptaan jalur komunikasi antara pusat pertanggungjawaban dan unit organisasi
lainnya serta, di mana perlu,lingkungan eksternal
e. Pengembangan prosedur yang memastikan bahwa informasi yang mencukupi,
relevan, dan tepat waktu sepanjang jalur komunikasi.
f. Desain dan implementasi mekanisme pengendalian yang mengukur dan
mengevaluasi kinerja dalam hal tujuan organisasi dan memberikan umpan balik
mengenai penyesuain yang diperlukan dalam tujuan dan/atau kinerja.

System biaya standar dirancang untuk berfungsi secara simultan sebagai suatu sumber
informasi,jalur komunikasi, dan alat pengendalian serta evaluasi kinerja. System biaya
standar memiliki potensi untuk digunakan baik sebagai alat bantu dalam meningkatkan
motivasi dan keselarasan tujuan maupun sebagai alat untuk mencapai tingkat
pengendalian yang otokratis dan koersif. Untuk mencapai nilai pengendalian terbesar
yang mungkin,kebanyakan system harus melalui modifikasi-modifikasi tertentu.

2.1.4. Perhitungan Biaya Langsung atau Variabel

1. Filosofi yang mendasari


Semua metode akuntansi biaya tradisional, sesuai dengan konsep biaya tersebut,
membebankan unit produk atau jasa dengan biaya penuh. Bahan baku langsung dan
tenaga kerja langsung dibebankan langsung ke unit produk atau jasa, sementara overhead
tetap dan variable pada kebanyakan kasus diserap berdasarkan estimasi tariff yang
didasarkan pada volume yang telah ditentukan sebelumnya. Metode akuntansi biaya
tradisional juga mengabaikan fakta bahwa biaya overhead tertentu akan tetap konstan
tanpa memdulikan kuantitas dari unit yang dihasilkan atau jasa yang diserahkan,
sementara biaya overhead yang lainnya berfluktuasi terhadap volume.
Untuk memfasilitasi pengambilan keputusan dan pengendalian biaya tanpa perlu untuk
menyusun laporan pelengkap yang menghabiskan banyak waktu, suatu filosofi
perhitungan biaya baru diperkenalkan sejak tahun 1930. Perhitungan biaya langsung atau
biaya variable membedakan antara biaya produksi (bahan baku langsung, tenaga kerja
langsung, dan bagian variable dari overhead) dengan biaya untuk siap menghasilkan
(overhead tetap atau biaya periode). Pendukung perhitungan biaya langsung
mempertimbangkan pembagian overhead berdasar struktur biayanya sebagai kebutuhan
dasar untuk mengendalian biaya yang efektif serta pengambilan keputusan yang berarti.
2. Dorongan Keperilakuan
Konsep, prinsip, dan praktik akuntansi memengaruhi pengukuran kinerja manajerial dan,
konsekuensinya, keputusan manajemen. Hal ini tidak selalu mengarah pada hasil yang
diharapkan karena banyak ukuran kinerja memiliki bias yang terkandung di dalamnya,
yang memotivasi manajer untuk memilih alternative tindakan yang tidak sesuai dengan
kepentingan operasi dan/ atau keuangan perusahaan.
Melalui badan yang berwenang, profesi akuntansi sekarang ini sedang menguji ulang
konsep-konsep dasar, prinsip, dan praktik akuntansi dengan mempertimbangkan
implikasi keperilakuan yang mungkin. Hawkins menyatakan bahwakonsep, prinsip, dan
praktik akuntansi adalah bagus secara keperilakuan maupun teknis jika konsep,
prinsip,atau praktik tersebut.
a. Menghambat manajer dari pengambilan berbagai tindakan operasi yang tidak
menguntungkan guna membenarkan adopsi atas suatu alternative akuntansi.
b. Menghambat adopsi praktik akuntansi oleh perusahaan yang hanya menciptakan ilusi
kinerja.
3. Pengendalian Biaya
Membagi biaya kedalam komponen variable dan tetap memberikan dasar yang lebih baik
untuk pengendalian biaya. Hal tersebutmemungkinkan penyusunan laporan laba rugi
menggunakan margin kontribusi, yang menekankan pada pola perilaku biaya dan
memberikan kepada manajemen mengenai biaya teknik, biaya yang dikomitmenkan, dan
biaya diskresioner.
Biaya teknik meliputi biaya bahan baku langsung, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya
overhead variable, seperti bahan bakar dan listrik. Biaya tetap dikomitmenkan atau biaya
kapasitas adalah ‘’seluruh biaya organisasi dan pabrik yang terus terjadi (tanpa
memedulikan tingkat aktivitas) dan yang tidak dapat dikurangi tanpa merugikan
kompetensi organisasi untuk memenuhi tujuan jangka panjang. Biaya diskresioner (juga
disebut dengan biaya terprogram) adalah biaya yang muncul dari keputusan periodik
(biasanya tahunan) mengenai jumlah maksimum yangakan dikeluarkan dan yang tidak
memiliki hubungan optimum yang dapat ditunjukkan antara input (yang diukur oleh
biaya) dan output (yang diukur oleh pendapatan atau tujuan lainnya). Biaya-biaya ini
meliputi biaya seperti periklanan, audit, dan jasa konsultasi manajemen serta pelatihan
sumber daya manusia.

4. Pengambilan Keputusan

Di samping menekankan perbedaan antara biaya tetap dan biaya variable serta
memberikan informasi biaya diferensial, dalam situasi pengambilan keputusan tertentu,
perhitungan biaya langsung atau biaya variable memberikan informasi penting lainnya
kepada manajer. Beberapa situasi pengambilan keputusan yang umum akan dijelaskan
berikut ini.

a. Keputusan Bauran Produk  ketika dihadapkan dengan keputusan mengenai


bauran produk, manajer penjualan yang mengetaui margin kontribusi dari produk-
produknya akan jauh lebih mampu untuk memutuskan produk mana yang akan
didorong dan mana yang harus dikurangi atau ditolerir hanya Karena penjualannya
menguntungkan produk yang lain.
b. Penentuan Harga Produk Baru  Produk baru pada umumnya diterima dipasar
hanya setelah diuji secara ekstensif oleh perusahaan yang memiliki reputasi dalam
industry tersebut. Untuk mendorong perushaan-perusahaan guna menggunakan
produk itu secara percobaab, manajemen dapat menjualnya pada biaya variable.
Setelah produk diuji coba secara mencukupi dan diterima oleh pemakai, maka
produk tersebut akan ditetapkan harganya pada biaya penuh plus mark-up yang
konsisten dengan tujuan laba perusahaan secara keseluruhan.
c. Penetrasi Pasar  Manajer dapat menggunakan biaya variable sebagai dasar untuk
penentuan harga ketika bermaksud untuk memasuki pasar baru (misalnya pasar luar
negeri) dengan produk yang sudah ada atau ketika mereka terpaksa menghadapi
persaingan yang semakin meningkat selama periode di mana permintaan menurun.
d. Pengapusan Produk  Margin kontribusi akan membantu manajemen dalam
menentukan apakah akan menghentkan suatu produk atau hanya berhenti menjualnya
di pasar tertentu. Dengan mengetahui hubungan biaya-volume-laba, mereka dapat
menyadari bahwa selama suatu produk (lini produk) atau pasar tertentu menghasilkan
pendapatan jangka pendek yang melebihi biaya variabelnya, maka produk (lini
produk) atau pasar tersebut memberikan kontribusi terhadap penyerapan biaya tetap
atau terhadap laba, jika penjualan sudah melebihi titik impas.
e. Pesanan Khusus  Perusahaan juga dapat dihadapkan pada dua jenis situasi
pesanan khusus. Situasi tersebut dapat melibatkan akomodasi untuk pelanggan
istimewa atau persyaratan khusus untuk ukuran, metode pengiriman, atau
pengepakan. Sepanjgan pesanan khusus tidak melibatkan perubahan utama dalam
proses produksi dan sepanjang perusahaan memiliki kapasitas yang belum
digunakan, maka harga penjualan berapa pun di atas biaya variable akan
memperbaiki profitabilitas secara keseluruhan.
f. Kampanye Iklan dan Promosi  Untuk meningkatkan volume penjualan saat ini
perusahaan dapat meluncurkan kampanye iklan dan promosi khusus. Jika perusahaan
menggunakan system perhitungan biaya tradisional, maka keputusan tersebut
kemungkinan besar hanya akan didasarkan pada perbandingan antara tambahan biaya
dengan prospek peningkatan dalam volume penjualan.
g. Keputusan Mengurangi Biaya  Jika harga jual suatu perusahaan ditetapkan oleh
pesaing,maka manajemen akan mengetahui seberapa besar biaya variable yang
diperkenakan pada volume operasi saat inijika tujuan laba tertentu harus dicapai.

2.2 Aspek Keperilakuan dari Langkah Akuntansi Biaya yang Dipilih


Dalam bagian tersebut akan diuji apakah langkah-langkah tersebut dapat memicu respons
manusia yang disfungsional dan jika ya, bagaimana langkah-langkah tersebut dapat dimodifikasi
agar lebih efektif dalam mendorong perilaku karyawan yang diinginkan.

2.2.1. Penetapan Standar

Elemen yang paling berpengaruh dalam menentukan keberhasilan atau kega^ slstem
biaya adalah standar yang digunakan sebagai kriteria kinerja. Standar yai memiliki fungsi ganda,
yaitu berfungsi sebagai tujuan untuk memotivasi pengendalian biaya dan sebagai alat evaluasi
kinerja. Standar akan menghasilkan perilaku pekeric yang efisien hanya jika standar tersebut
diterima sebagai tingkat aspirasi oleh individu untuk siapa standar pengendalian dan evaluasi
kinerja tersebut didesain.

Standar masih sering kali ditetapkan oleh metode akuntansi dan teknik yang gagal
memberikan kesempatan untuk partisipasi yang berarti dari individu-individu yang
dikendalikannya. Sebagaimana telah dibahas sebelumnya, individu akan menerima tujuan kinerja
yang realistis dan dapat dicapai hanya jika mereka dilibatkan dalam proses penetapan standar.
Tanpa itu, mereka akan menolak atau melakukan sabotasenya. Jika mereka benar-benar percaya
bahwa partisipasi mereka memiliki dampak terhadap standar, maka mereka tidak lagi merasa
tidak mampu untuk memengaruhi lingkungan kerja mereka, dan mereka akan lebih termotivasi
untuk berjuang mencapai tujuan.

Partisipasi dalam Penetapan Standar

Pentingnya partisipasi dalam penetapan stadar telah dibahas secara ektensif dalam
literature akuntansi keperilakuan. Michael Foran dan Don DeCoster meringkas logika yang
mendasari seluruh argumen yang mendukung partisipasi menjadi, "jika seorai^g pekerja
berpartisipasi dalam menetapkan standar kinerjanya sendiri, maka ia akan membuat komitmen
yang tegas terhadap standar tersebut, dan oleh karena itu, akan bekerja keras untuk
mencapainya."

Dalam salah satu studi empiris mereka, mereka menggunakan teori disonansi kognitif
untuk mendapatkan lebih banyak wawasan mengenai kenapa partisipasi lebih efektif dalam
penetapan standar kinerja. Teori disonansi kognitif terpusat pada tiga konsep kunci: kemauan,
disonansi, dan komitmen. Dalam konteks penetapan standar, teori ini mengimplikasikan bahwa
jika manajemen menginginkan komitmen yang pasti terhadap standar, maka individu yang
dikendalikan harus memiliki pilihan (kemauan).

Jika hasilnya baikk, maka keraguan (disonansi) mereka akan hilang dan komitmen yang
meningkat akan terjadi. Resolusi disonansi atau peningkatan komitmen akan terjadi bahkan
dalam situasi penetapan tujuan yang nonpartisipatif sekalipun. Umpan balik yang tidak
menguntungkan dalam situasi yang nonpartisipatif dapat menimbulkan penolakan terhadap
standard dan kurangnya komitmen lebih lanjut.

Standar yang Ketat vs Standar yang Longgar

Untuk berfungsi sebagai alat motivasi, standar yang akan digunakan haruslah tidak terlalu
ketat dan tidak terlalu longgar. Standar yang ketat akan lebih sering tidak tercapai daripada
dipenuhi. Variasi yang dihasilkan mungkin tidak secara adil berhubungan dengan kinerja yang
buruk dan tidak diidentifikasikan sebagai sesuatu yang disebabkan oleh standar yang terlalu
ketat. Standar yang ketat adalah tantangan yang berguna (penghargaan intrinsic) hanya bagi
mandor atau manajer yang termotivasi oleh kebutuhan akan prestasi yang luar biasa. Bagi
individu-individu semacam ini, pencapaian atas tugas yang sangat sulit menghasilkanperasaan
kebanggaan dan penghargaan diri sendiri yang kuat. Bagi kebanyakan individu, standar yang
terlalu ketat dan kemungkinan kegagalan menimbulkan frustasi dan kecil hati. Kinerja mereka
akan mengalami penurunan lebih lanjut karena mereka berhenti mencoba untuk melakukan
perbaikan. Sementara itu, standar yang longgar tidak memberikan manfaat motivasional apa pun
karena standar tersebut begitu mudah dicapai, sehingga mandor dan manajer akan mengabaikan
standar tersebut karena dianggap tidak berarti.

Tingkat keketatan yang diharapkan haruslah dievaluasi dalam setiap situasi berdasarkan
jenis proses produksi, produk atau jasa yang akan diserahkan, dan kepribadian dari orang=orang
yang terlibat di dalamnya. Tanpa memedulikan tingkat partisipasi atau keketannya,setelah
standar ditetapkan, maka standar itu harus terus diperbarui sehingga dapat mempertahankan
relevansinya.

Penyerapan Overhead
Bidang lain yang penuh dengan dorongan difungsional ad alah penyerapan overhead.
Praktik umum untuk membebankan overhead manufaktur tetap dan variabel ke produk pada tarif
estimasi yang didasarkan pada tingkat kapasitas yang telah ditentukan sebelumnya. Ketika dasar
yang digunakan untuk penyerapan berbeda dengan yang telah ditentukan sebelumnya, maka
varians yang dibebankan terlalu tinggi atau terlalu rendah akan terijadi, Ukuran dari varians ini
juga dipengaruhi oleh tingkat kapasitas yang dipilih sebagai penyebut dalam penentuan tarif
tersebut.

Aspek kapitalisasi biaya tetap dalam persediaan juga memengaruhi interpretasi orang
laba rugi dari bisnis yang bersifat musiman. Perusahaan-perusahaan dengan fluktuasi musiman
dalam penjualan sering kali memproduksi lebih banyak waktu senggang untuk menimbun
persediaan yang mencukupi selama penjualan tinggi. Walaupun laporan laba rugi kuartalan dari
perusahaan-perusahaan ini kemungkinan besar akan menunjukkan laba yang lebih tinggi pada
kuartal dengan penjualan rendah dibandingkan dengan pada kuartal dengan penjualan tinggi.
Fakta ini tidak hanya memberikan ilusi kinerja yang sebenarnya tidak ada, tetapi juga mengarah
pada tindakan ekonomi yang buruk.

Undang-undang pajak penghasilan juga memberikan dorongan menggunakan tingkat


kapasitas aktual yang dapat dicapai sebagai penyebut dalam perhitungan tarif. Meskipun
perusahaan dicegah untuk menggunakan perhitungan biaya langsung atau biaya variable untuk
menentukan laba kena pajak, perusahaan diperbolehkan untuk menggunakan kapasitas yang
sekarang dapat dicapai sebagai dasar untuk menentukan tariff yang digunakan dalam menyerap
overhead tetap ke produk.

Alokasi Biaya Tidak Langsung

Salah satu keputusan paling kontroversial yang dihadapi oleh setiap organisasi adalah
apakah akan mengalokasikan biaya tidak langsung pada produk dan / atau pusat
pertanggungjawaban dan dasar alokasi apa yang akan digunakan?

Dalam riset yang didukung oleh National Association of Accountants (NAA), James
Fremgen dan Shu S. Liao menemukan bahwa perusahaan responden membedakan dengan tegas
dua jenis biaya tidak langsung biaya jasa korporat dan biaya administrative korporat. Biaya jasa
korporat adalah biaya jasa yang dilakukan secara sentral untuk manfaat korporat dan berbagai
pusat pertanggungjawaban. Biaya ini termasuk biaya akuntansi, pengolahan data, WATSline,
penelitian dan pengembangan, serta memiliki beberapa hubungan yang dapat diidentifikasikan
dengan tingkat aktivitas dari berbagai pusat tanggung jawab.

Biaya administrative korporat adalah biaya yang diperlukan untuk mengoperasikan


kantor korporat. Biaya ini termasuk gaji, hubungan masyarakat, dan biaya korporat lainnya
terjadi untuk menjalankan perusahaan secara keseluruhan. Bila ditanyakan mengenai tujuan
alokasi biaya tidak langsung, responden survey menyebutkan pelaporan keuangan eksternal,
evaluasi kinerja internal, penentuan harga berbasis biaya, dan pengambilan keputusan.
Literaratur mengenai alokasi biaya tidak langsung kebanyakan berhubungan dengan aspek
perhitungan alokasi. Literature tersebut benar-benar mengabaikan sensitivitas keperilakuan, yang
merupakan komponen terbesar ketika digunakan dalam evaluasi kinerja dan pengambilan
keputusan.

Jika dikaitkan dengan skema intensif, alokasi biaya ini mendorong manajer untuk
memrhatikan biaya yang dilaporkan dan membantu untuk memecahkan beberapa masalah
pengendalian dan koordinasi. Alokasi biaya bukanlah desentralisasi maupun alat untuk
menghilangkan konsumsi berlebihan dari seorang penyelia, dan bukan juga alat untuk mengukur
degradasi maupun penundaan biaya yang ditimbulkan dari sumber daya atau jasa yang
digunakan bersama. Tetapi, tidak ada keraguan bahwa hal tersebut berfungsi situasi tertentu
sebagai mekanisme untuk memotivasi dan mengendalikan manajer.

2.3 Analisis Varians

Unsur utama dari pengendalian biaya adalah perbandingan secara periodik antara biaya
actual dengan sasaran biaya yang sudah ditentukan sebelumnya,baik dalam bentuk anggaran
maupun standar. Perbandingan tersebut jugaakan menghasilkan sejumlah varians karena
mustahil bahwa biaya actual yang terjadi akan setara dengan standar atau anggaran dari elemen
operasioanal yang akan dikendalikan. Varians tersebut dapat merupakan hasil dari berbagai
penyebab, beberapa di antaranya dapat dijelaskan dan dikendalikan, sementara yang lain tidak
dapat dijelaskan maupun dikendalikan.

2.3.1. Keputusan Investigasi Varians


Ketika menghadapi keputusan apakah akan melakukan investigasi terhadap varians,
manajemen sebaiknya menanyakan pertanyaan-pertanyaan penting berikut ini; varians manakah
yang harus saya investigasi? Apakah hasil saya sesuai dengan biaya untuk melakukan
investigasi? Apalah investigasi tersebut akan mengungkapkan penyebab yang dapat dikendalikan
untuk seluruh atau sebagian dari varians tersebut? Beraoa besar peluang bahwa investigasi saya
tidak akan mengungkapkan apa pun (karena pada waktu itu proses atau elemen biaya kembali
terkendali)? Bagaimana saya mengetahui apakah suatu varians adalah signifikan atau tidak?

Keputusan manajemen semata-mata bergantung pada penilaiannya atas signifikansi


diskrepansi yang diamati. Varians ini memiliki signifikasi pengendalian hanya jika varians
tersebut berasal dari penyebab yang dapat ditentukan atau, dengan kata lain, tidak bersifat acak
dan rentan terhadaptindakan perbaikan. Tetapi, kerumitan permasalahan yang sebenarnya
terletak pada fakta bahwa tanpa investigasi,manajemen tidak memiliki dasar untuk menentukan
apakah varians tertentu ditimbulkan dari penyalahgunaan yang dapat diidentifikasikan dan
dikendalikan, atau apakah varians tersebut bersifat acak atau tidak dapat dikendalikan.

Meskipun ada beberapa model keputusan yang direkomendasikan, tetapi tidak ada satu
pun di antaranya yang digunakan secara luas dalam membuat keputusan investigasi. Sebaliknya,
manajemen masih menggunakan penilaian subjektif dan anturan-aturan berdasarkan pengalaman
ketika memutuskan apakah investigasi dan tindakan perbaikan diinginkan atau dapat dibenarkan
secara ekonomi.

2.3.2. Aspek Keperilakuan

Semua model akuntansi untuk investigasi varians biaya didasarkan pada pandangan
pengendalian structural. Pandangan ini lebih melihat pengendalian sebagai ‘’mesin homostatis
yang mengatur dirinya sendiri.’’ Pendukungnya tidak melihat perbedaan antara regulator
mekanis dalam suatu system sibernetika dengan regulator manusia.

Komponen khusus dari kebijakan pengendalian yang dapat memengaruhi respons


manusia adalah faktor-faktor seperti batas yang ditetapkan oleh manajemen, jenis hasil umpan
balik, keketatan pemaksaan, dan penghargaan serta sanksi yang terkait dengan kebijakan
pengendalian.
1. Batas pengendalian  Kisaran hasil kinerja yang dianggap dapat diterima oleh manajer
adalah batasan pengendalian. Batasan ini menentukan seberapa mudah atau sulit bagi
seseorang yang dikendalikan untuk berkinerja dalam kisaran yang dapat diterima dan
berapa banyak ruang yang mereka miliki untuk gagal sekali waktu.
2. Hasil Umpan Balik  Tidak seperti mesin, informasi umpan balik mengenai kinerja
manusia akan menimbulkan perasaan keberhasilan atau kegagalan dalam diri individu
yang dikendalikan. Umpan balik yang positif akan memberitahu mereka bahwa mereka
ada pada jalur yang tepat dan akan memotivasi mereka untuk mengulangi usaha yang
sama.
3. Keketatan Pemaksaan  Pemaksaan yang ketat atas kebijakan pengendalian akan
menimbulkan tekanan dalam diri individu yang dikendalikan. Sementara tekanan dapat
menyegarkan individu-individu tertentu, tekanan tersebut dapat mengintimidasi yang lain
dan menurunkan kinerja mereka yang sudah buruk lebih jauh lagi.
4. Struktur Penghargaan  Orang atau kelompok akan memodifikasi perilaku mereka
yang tidak diinginkan dan mengulangi perilaku yang diinginkan ketika mereka
memandang bahwa perubahan atau pengulangan perilaku tersebut disertai dengan
penghargaan intrinsic maupun ekstrinsik. Oleh karena terdapat efek umpan balik
psikologi antara berbagai faktor dari kebijakan pengendalian dengan kinerja masa depan,
maka kebijakan pengendalian yang ideal dibuat khusus dan bervariasi dari situasi ke
situasi.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Pada materi ini telah ditunjukkan bahwa system biaya tradisional tidaklah bagus secara
keperilakuan dan dapat mendorong respons yang tidak diinginkan maupun destruktif ketika
digunakan dalam mengendalikan dan mengevaluasi kinerja individual. Walaupun system biaya
standar memiliki potensi untuk meningkatkan motivasi dan keselarasan tujuan, system tersebut
juga dapat digunakan untuk mencapai tingkat pengendalian otokratis dan koersif yang tinggi.
Metode yang unggul secara keperilakuan adalah system perhitungan biaya langsung (variable),
yang dengan mengisolasikan biaya produk dan biaya periode, memberikan informasi yang lebih
relevan untuk mengendalikan berbagai jenis biaya dan mengarahkan manajemen kepada
keputusan yang lebih menguntungkan. Pada materi ini telah dianalisis aspek-aspek keperilakuan
dari langah-langkah akuntansi biaya dan menyarankan pendekatan-pendekatan yang dapat
mendorong perilaku karyawan yang diinginkan.
DAFTAR PUSTAKA

Ikhsan, Arfan dan Muhammad Ishak, 2008. Akuntansi Keperilakuan. Jakarta:Salemba Empat.

Anda mungkin juga menyukai