Anda di halaman 1dari 3

pidato Ir. Soekarno yang dibacakan pada tanggal 29 Juli 1956 di Semarang.

“Saudara-saudara, Djuga sadja pernah tjeritakan dinegara-negara Barat itu hal artinja
manusia, hal artinja massa, massa.”

“Bahwa dunia ini dihidupi oleh manusia. Bahwa manusia didunia ini, Saudara-saudara,
“basically” – pada dasar dan hakekatnja – adalah sama; tidak beda satu sama lain.”

“Dan oleh karena itu manusia inilah jang harus diperhatikan. Bahwa massa inilah achirnja
penentu sedjarah, “The Makers of History”. Bahwa massa inilah jang tak boleh diabaikan ~
dan bukan sadja massa jang hidup di Amerika, atau Canada, atau Italia, atau Djerman, atau
Swiss, tetapi massa diseluruh dunia.”

“Sebagai tadi saja katakan: Bahwa “World Prosperity”, “World Emancipation”, “World
Peace”, jaitu kekajaan, kesedjahteraan haruslah kekajaan dunia : bahwa emansipasi adalah
harus emansipasi dunia; bahwa persaudaraan haruslah persaudaraan dunia ; bahwa
perdamaian haruslah perdamaian dunia ; bahwa damai adalah harus perdamaian dunia,
berdasarkan atas kekuatan massa ini.”

“Itu saja gambarkan, saja gambarkan dengan seterang-terangnja. Saja datang di Amerika,-
terutama sekali di Amerika – Djerman dan lain-lain dengan membawa rombongan.”

“Rombongan inipun selalu saja katakan : Lihat, lihat , lihat, lihat!! Aku jang diberi kewadjiban
dan tugas untuk begini : Lihat, lihat, lihat!! – Aku membuat pidato-pidato, aku membuat press-
interview, aku memberi penerangan-penerangan; aku jang berbuat, “Ini lho, ini lho Indonesia,
ini lho Asia, ini lho Afrika!!”

"Saudara-saudara dan rombongan : Buka mata, Buka mata! Buka otak! Buka telinga!”

“Perhatikan, perhatikan keadaan! Perhatikan keadaan dan sedapat mungkin tjarilah peladjaran
dari pada hal hal ini semuanja, agar supaja saudara saudara dapat mempergunakan itu dalam
pekerdjaan raksasa kita membangun Negara dan Tanah Air.”

“Apa jang mereka perhatikan, Saudara-saudara? Jang mereka harus perhatikan, bahwa di
negara-negara itu – terutama sekali di Amerika Serikat apa jang saja katakan tempoh hari di
sini 'Hollandsdenken' tidak ada.”

“Hollands denken itu apa? Saja bertanja kepada seorang Amerika. Apa 'Hollands denken'
artinja, berpikir secara Belanda itu apa? Djawabnja tepat Saudara-saudara “That is thinking
penny-wise, proud, and foolish,” katanja.”

“Thinking penny-wise, proud and foolish”. Amerika, orang Amerika berkata ini, “Thinking
penny-wise” artinja Hitung……..satu sen……..satu sen……..lha ini nanti bisa djadi dua senapa
`ndak?…….. satu sen……..satu sen……… “Thinking penny-wise”………”Proud” : congkak,
congkak, “Foolish” : bodoh.
“Oleh karena akhirnja merugikan dia punja diri sendirilah, kita itu, Saudara-saudara, 350
tahun dicekoki dengan “Hollands denken” itu. Saudara-saudara, kita 350 tahun ikut-ikut, lantas
mendjadi orang jang berpikir “penny-wise, proud and foolish”.

"Jang tidak mempunjai “imagination”, tidak mempunjai konsepsi-konsepsi besar, tidak


mempunjai keberanian .Padahal jang kita lihat di negara-negara lain itu, Saudara-saudara,
bangsa bangsa jang mempunjai “imagination”, mempunjai fantasi-fantasi besar: mempunjai
keberanian ; mempunjai kesediaan menghadapi risiko ; mempunjai dinamika.”

“George Washington Monument misalnja, tugu nasional Washington di Washington, Saudara-


saudara : Masja Allah!!! Itu bukan bikinan tahun ini ; dibikin sudah abad jang lalu, Saudara-
saudara. Tingginja! Besarnja! Saja kagum arsiteknja jang mempunjai “imagination” itu,
Saudara-saudara.”

“Bangsa jang tidak mempunjai : imagination” tidak bisa membikin Washington Monument.
Bangsa jang tidak mempunjai “imagination”………ja, bikin tugu, ja “rongdepo”, Saudara-
saudara. Tugu “rong depo” katanja sudah tinggi, sudah hebat.”

“Pennj-wise” tidak ada, Saudara-saudara. Mereka mengerti bahwa kita atau mereka djikalau
ingin mendjadi satu bangsa jang besar, ingin mendjadi bangsa jang mempunjai kehendak untuk
bekerdja, perlu pula mempunjai “imagination”,: “imagination” hebat, Saudara-saudara.”

“Perlu djembatan? Ja, bikin djembatan……tetapi djangan djembatan jang selalu tiap tiap
sepuluh meter dengan tjagak, Saudara-saudara, Ja , umpamanja kita di sungai Musi…….Tiga
hari jang lalu saja ini ditempatnja itu lho Gubernur Sumatera Selatan Pak Winarno di
Palembang, Pak Winarno, hampir hampir saja kata dengan sombong, menundjukkan kepada
saja “ini lho Pak!”

“Djembatan ini sedang dibikin, djembatan jang melintasi Sungai Musi” Saja diam sadja
-”Sungai Ogan” Saja diam sadja, sebab saja hitung-hitung tjagaknja itu. Lha wong bikin
djembatan di Sungai Ogan sadja kok tjagak-tjagakan!!”

“Kalau bangsa dengan “imagination” zonder tjagak, Saudara-saudara !! Tapi sini beton, tapi
situ beton !! Satu djembatan, asal kapal besar bisa berlalu dibawah djembatan itu !! Dan saja
melihat di San Fransisco misalnja, djembatan jang demikian itu ; djembatan jang pandjangnja
empat kilometer, Saudara-saudara ; jang hanja beberapa tjagak sadja.”

“Satu djembatan jang tinggi dari permukaan air hingga limapuluhmeter; jang kapal jang
terbesar bisa berlajar dibawah djembatan itu. Saja melihat di Annapolis, Saudara-saudara, satu
djembatan jang lima kilometer lebih pandjangnja, “imagination”, “imagination”
“imagination”!!! Tjiptaan besar!!!”

“Jembatan raksasa Golden Gate di San Francisco, sudah berdiri sejak tahun 1937 Kita jang
dahulu bisa mentjiptakan tjandi-tjandi besar seperti Borobudur, dan Prambanan, terbuat dari
batu jang sampai sekarang belum hancur ; kita telah mendjadi satu bangsa jang kecil djiwanja,
Saudara-saudara!! Satu bangsa jang sedang ditjandra-tjengkalakan didalam tjandra-tjengkala
djatuhnja Madjapahit, sirna ilang kertaning bumi!! Kertaning bumi hilang, sudah sirna sama
sekali. Mendjadi satu bangsa jang kecil, satu bangsa tugu 'rong depa'.”

“Saja tidak berkata berkata bahwa Grand Canyon tidak tjantik. Tapi saja berkata : Tiga danau
di Flores lebih tjantik daripada Grand Canyon. Kita ini, Saudara-saudara, bahan tjukup: bahan
ketjantikan, bahan kekajaan. Bahan kekajaan sebagai tadi saja katakan: We have only scratched
the surface – Kita baru `nggaruk di atasnja sadja.”

Kekajaan alamnja, Masja Allah subhanallahu wa ta’ala, kekajaan alam. Saja ditanja : Ada besi
ditanah-air Tuan? – Ada, sudah ketemu :belum digali. Ja, benar! Arang-batu ada, Nikel ada,
Mangan ada, Uranium ada. Percajalah perkataan Pak Presiden. Kita mempunjai Uranium pula.

“Kita kaja, kaja, kaja-raja, Saudara-saudara : Berdasarkan atas “imagination”, djiwa besar,
lepaskan kita ini dari hal itu, Saudara-saudara.

Gali ! Bekerdja! Gali! Bekerdja! Dan kita adalah satu tanah air jang paling cantik di dunia."

Anda mungkin juga menyukai