Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PRAKTIKUM

SINTESA OBAT

SINTESIS ASPIRIN DENGAN METODE ULTRASONIKASI DAN


PEMURNIAN CRUDE PRODUCT ASPIRIN

Oleh :
Yulius Mubharrooq (2001046)

Pukul :

Dosen Pengampu :
Apt. Enda Mora, M.Farm.

Asisten :

Program Studi S1 Farmasi


Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi Riau
Yayasan Univ Riau
2021
Sintesis Aspirin Dengan Metode Ultrasonikasi dan Pemurnian Crude Product Aspirin

A. Tujuan Percobaan
1. Untuk memahami reaksi asetilasi asam salisilat dalam sintesis aspirin.
2. Untuk memahami prosedur sintesis aspirin dengan metode
ultrasonikasi.
3. Untuk memahami prosedur pemurnian aspirin dengan metode
rekristalisasi.

B. Tinjauan Pustaka
Aspirin merupakan nama lain dari asam asetil salisilat yang memiliki
peranan sangat penting dan sangat besar dalam bidang farmasi yaitu sebagai
obat yang berkhasiat anti piretik dan analgesik. Senyawa aspirin ini tidak
terdapat dalam keadaan bebas dialam, jadi untuk memperolehnya perlu di
sintesa. Sintesa adalah reaksi kimia antara dua zat atau lebih untuk
membentuk suatu senyawa baru. Sintesa senyawa organic adalah sintesa
teknik preparasi senyawa yang dapat dianggap sebagai seni, salah satu
senyawa organic yang dapat disintesis adalah aspirin. Aspirin atau asetosal
atau asam asetil salisilat adalah turunan dari senyawa asam salisilat yang
diperoleh dari tumbuh-tumbuhan Corteks salicis (Baysinger, 2004).
Aspirin adalah asam organik lemah yang unik diantara obat AINS
dalam asetilasi dan juga inaktivasi siklooksigenik irreversible. AINS lain
termasuk asam salisilat semuanya menghambat siklo oksigenese irreversible.
Secara teori, penghambat Cox-2 selektif mungkin menguntungkan karena
dapat membatasi jaringan inflamasi. Aspirin cepat diasetilasi oleh esterase
dalam tubuh, menghasilkan salisilat, yang mempunyai efek antiinflamasi, anti
piretik dan analgesik. Suatu derivat asam salisilat, tidak dimetabolisme
menjadi salisilat dank arena itu menyebabkan indikasi salisilat (Mycek, 2002).
Kristalisasi adalah pemisahan bahan padat berbentuk Kristal dari auatu
larutan atau suatu lelehan. Disamping untuk pemisahan bahan padat dari
larutan, kristalisasi juga sering digunakan untuk memurnikan bahan padat
yang sudah berbentuk Kristal. Proses pemurnian ini disebut kristalisasi ulang
atau rekristalisasi. Jika suatu larutan senyawa tersebut dijenuhkan dalam
keadaan panas dan kemudian di dinginkan, senyawa terlarut akan berkurang
kelarutannya dan mulai mengendap, membentuk Kristal yang murni dan
bebas dari pengotor. Kemurnian zat ini disebabkan zat-zat ini dapat dipisah
dari pengotornya (Halleman, 1968).
Rekristalisasi adalah pemisahan bahan padat berbentuk Kristalin.
Serinhkali senyawa yang diperoleh dari hasil suatu sintesis kimia memiliki
kemurnian yang tidak terlalu tinggi. Untuk memurnikan senyawa tersebut
perlu dilakukan rekristalisasi. Untuk merekristalisasi suatu senyawa, harus
memilih pelarut yang cocok dengan senyawa tersebut. Setelah senyawa
tersebut dilarutkan kedalam pelarut yang sesuai kemudian dipanaskan sampai
semua senyawanya larut sempurna. Apabila pada temperatur kamar senyawa
tersebut larut sempurna didalam pelarut, maka tidak perlu lagi dilakukan
pemanasan. Pemanasan hanya dilakukan apabila senyawa tersebut belum atau
tidak larut sempurna pada keadaan suhu kamar. Salah satu factor penentu
keberhasilan proses kristalisasi dan rekristalisasi adalah pemilihan zat pelarut
(Fessenden, 1986).
Apabila zat atau senyawa yang akan kita kristalisasi atau rekristalisasi
tidak dikenal secara pasti, maka kita setidaknya harus mengenal komponen
penting dari senyawa organic, maka sebaliknya adalah gugus fungsional
senyawa tersebut. Dengan kata lain, minimal harus mengetahui polaritas
senyawa yang akan kita kristalisasi atau rekristalisasi (Austin, 1984).

C. Alat dan Bahan


1. Alat
- Neraca analitik - Pipet tetes
- Erlenmeyer 50ml - Gelas ukur
- Spatula - Alluminium foil
- Ultrasonikator - Beker gelas
- Botol semprot - Kertas saring
- Ice bath - Corong buncher
- Water bath
- Kertas label
2. Bahan
- Asam salisilat
- Asam asetat anhidrat
- Asam sulfat pekat
- Etanol
- Aquadest
- Es Kristal

D. Skema Kerja
1. Sintesis Aspirin
1) Timbang 2 gram asam salisilat, masukkan kedalam
Erlenmeyer
2) Pipet 5ml aam asetat anhidrat, masukkan kedalam Erlenmeyer
melalui dinding agar semua Kristal asam salisilat tidak
menempel di dinding Erlenmeyer.
3) Lalu tambahkan 3 tetes H2SO4 p sebagai katalis
4) Tutup mulut Erlenmeyer dengan aluminium foil.
5) Campuran tersebut di ultrasonikasi selama ±30 menit.
6) Tambahkan 20ml aquadest, pindahkan dalam ice bath, hingga
terbentuk padatan yang dapat dipercepat dengan mengetuk
Erlenmeyer
7) Padatan yang terbentuk disaring dengan corong bruncher dan
kertas saring yang terlah di timbang
8) Cuci dengan aquadest dingin hinggi diperoleh crude peroduct
aspirin
2. Rekristalisasi Crude Product aspirin
1) Crude peroduct aspirin ditambahkan 5ml etanol dan 50ml
aquadest panas dalam Erlenmeyer
2) Taruh Erlenmeyer di water bath sampai kekeruhan hilang
3) Biarkan Erlenmeyer dalam temperature ruang
4) Masukkan kembali Erlenmeyer ke ice bath sehingga terbentuk
endapan
5) Endapan disaring dengan kertas saring (berat diketahui) dan
corong buncher dan dicuci dengan aquadest dingin untuk
melarutkan asam asetat
6) Hasil rekristalisasi dikeringkan dilemari pengering

E. Lembar Kerja Praktikum

F. Hasil
1. Sintesis aspirin
- Berat asam salisilat yang ditimbang = 2 gram
- Volume asam asetat anhidrat yang ditambahkan = 5ml
- Katalis yang digunakan = H2SO4 p
- Waktu reaksi = 30 menit
- Mr asam salisilat (C7H6O3) = 138 g/mol
gram 2 gram
mol=¿ ¿ ¿ 0,0145 mol
Mr 138 g /mol
- Berat aspirin secara teoritis:
massa=¿ mol × Mr(aspirin)
¿ 0,0145 mol ×180 g /mol
¿ 2,61 gram
2. Rekristalisasi Crude product aspirin
- Pelarut yang digunakan untuk rekristalisasi = etanol panas
- Berat kertas saring = 0,52 gram
- Berat kertas saring + Kristal aspirin = 1,2428 gram
- Berat Kristal aspirin hasil rekristalisasi = 1,2428 gram – 0,52
gram = 0,7228 gram
- Warna Kristal aspirin hasil rekristalisasi = putih
- Perhitungan rendeman aspirin hasil rekristalisasi
berat aspirin yang didapat
% rendeman=¿ ×100 %
berat aspirin teoritis
0,7228 gram
¿ ×100 %
2,61 gram
¿ 27,69 %

G. Pembahasan
Sebagian bahan aktif obat diperoleh dari senyawa organic.
Meningkatnya penggunaan senyawa organik mendorong seorang farmasis
untuk melakukan sintesis senyawa organik. Pada praktikum kali ini dilakukan
percobaan sintesis aspirin dengan metode ultrasonikasi dan pemurnian crude
product aspirin.
Esterifikasi adalah reaksi pembentukan ester dari reaksi antara asam
karboksilat (asam alkanoat) dan alcohol atau alkanol. Agar reaksi dapat
berlangsung dengan cepat, reaksi ini membutuhkan asam pekat sebagai
katalis. Asam yang biasa digunakan adalah asam sulfat pekat (H 2SO4 p) atau
asam fosfat (H3PO4 p). selain menggunakan asam karboksilat, turunan dari
asam karboksilat seperti asil halide dan anhidrida (asam karboksilat anhidrat)
karena lebih reaktif. Jika suatu asil halide direaksikan dengan alkohol maka
akan terbentuk produk samping asam klorida (HCl) sedangkan jika suatu
anhidrat (asam karboksilat anhidrat) dengan alkohol, maka akan terbentuk
ester dan produk samping asam karboksilat reaksi esterifikasi dapat
digambarkan sebagai berikut:
Pada praktikum kali ini dilakukan percobaan penerapan reaksi
esterifikasi pada senyawa. Obat yang akan disintesis adalah aspirin yang
berkhasiat sebagai analgesic dan antipiretik yang termasuk golongan
antiinflamasi non steroid (NSAID).
Analisa retrosintesis aspirin dilakukan dengan pendekatan diskoneksi
antara ikatan C-O pada ester. Berdasarkan teori, ikatan antara C-O pada ester
tergolong ikatan lemah. Berdasarkan analisis retrosintesis tersebut dapat
diketahui bahwa aspirin sebagai molekul target dapat disintesis menggunakan
bahan baku asam salisilat dan asam asetat.
Bahan baku yang dipakai dalam percobaan adalah bahan-bahan yang
tersedia dalam laboratorium, yaitu asam salisilat dan asam setat anhidrat.
Reaksi pemutusan dapat digambarkan sebagai berikut:
Dari pemutusan diatas dapat diketahui bahan baku dari aspirin,
sehingga aspirin dapat disintesis. Reaksi dibawah ini akan memaparkan
penyintesisan aspirin dari asam salisilat:

Praktikan menimbang asam salisilat sebanyak 2 gram kemudian


memasukkan 5ml asam asetat anhidrat dan 3 tetes asam sulfat pekat (H 2SO4 p)
sebagai pengkatalis dan mulut Erlenmeyer ditutup dengan alumunium foil lalu
diultrasonikasi selama 30 menit.
Sonikasi adalah suatu proses penerapan energi suara untuk
menggerakkan partikel dalam sampel. Energi suara pada daerah frekuensi
ultrasonik sebesar >20KHz. Alat pada proses sonikasi disebut sonikator.
Sonikasi biasanya dilakukan untuk memecah senyawa atau sel untuk
pemeriksaan lebih lanjut jadi gelombang ultrasonik ini meningkatkan
kereaktifan kimia pada suatu sistem.
Campuran asam salisilat diatas setelah disonikasi, ditambah 20ml
aquadest kemudian dimasukkan kedalam ice bath agar terbentuk padatan.
Kristal yang terbentuk dapat dipercepat prosesnya dengan mengetuk dinding
Erlenmeyer. Prinsip dari pembuatan produk mentah aspirin (crude product)
adalah memanfaatkan perbedaan suhu agar terbentuk kristal.
Disebut sebagai produk mentah karena aspirin masih mengandung
sejumlah pengotor. Ditinjau dari reaksi, produk samping yang terbentuk
adalah asam asetat. Asam asetat atau asam cuka ini dapat larut dalam air
dingin, sedangkan aspirin tidak larut dalam air dingin. Sebelumnya crude
product dari aspirin ditambahkan air panas karena asam salisilat larut dalam
air panas. Selain aquadest, juga ditambahkan etanol untuk meningkatkan
kelarutan. Tetapi dalam percobaannya, crude product tidak cukup larut
sehingga dipanaskan ulang di water bath sampai kekeruhan hilang. Setelah
Erlenmeyer pada suhu ruang, kemudian dimasukkan kembali pada ice bath
agar Kristal terbentuk kembali (rekristalisasi). Seperti halnya yang telah
disampaikan bahwa Kristal yang terbentuk karena perbedaan suhu yang cukup
jauh. Kristal yang terbentuk dicuci dengan air dingin untuk membuang produk
samping yang terbentuk. Hasil rekristalisasi ini dikeringkan di lemari
pengering. Setelah dikeringkan berat aspirin ditimbang dan diperoleh sebesar
1,2428 gram. Dari berat asam salisilat diperoleh mol sebesar 0,0145 mol dan
berat teoritis aspirin sebesar 2,61 gram. %rendeman yang didapat yaitu
sebesar 27,69%.
Ketidak sesuaian antara aspirin pada perhitungan dan kadar aspirin
pada kemasan disebabkan oleh faktor, yaitu:
1. Faktor kesalahan dalam penitrasian
2. Jumlah sampel yang diperlukan kemungkinan kurang
3. Pada saat penambahan air setalah sampel dipanaskan kemungkinan
sampel masih dalam keadaan panas saat ditambahkan air

H. Pertanyaan dan Jawaban


1. Tuliskan rumus struktur asam salisilat, asetat anhidrat, asam sulfat
pekat dan etanol!
2. Tuliskan kembali analisis retrosintesis aspirin sesuai dengan percobaan
yang saudara lakukan!

3. Manakah senyawa awal yang dijadikan sebagai pereaksi pembatas


pada percobaan ini?
Asam salisilat
4. Apa fungsi penambahan asam sulfat pekat pada percobaan ini?
Sebagai katalis, sehingga dapat mempercepat reaksi
5. Metode apa yang saudara gunakan untuk mensintesis aspirin pada
percobaan ini?
Metode ultrasonikasi
6. Bagaimana prinsip kerja alat pada metode tersebut?
Mengubah sinyal listrik menjadi getaran fisik yang dapat
diarahkan untuk suatu bahan
7. Tuliskan reaksi lengkap sintesis aspirin dari asam salisilat dan asam
asetat!

8. Tuliskan reaksi lengkap sintesis aspirin dari asam salisilat dan esetil
klorida!

9. Apa yang dimaksud dengan rekristalisasi


Metode pemurnian suatu padatan senyawaorganik dalam suatu
pelarut tertentu
10. Bagaimana prinsip pemurnian dan rekristalisasi
Berdasarkan pada prinsip kelarutan dari kebanyakan padatan
senyawa organik akan meningkat dengan meningkatnya
temperatur
11. Pelarut apa yang digunakan dalam rekristalisasi crude product aspirin
pada percobaan ini?
Campuran air dan etanol panas
12. Hitunglah berat aspirin murni yang dihasilkan secara teoritis jika berat
asam salisilat yang bereaksi adalah 2 gram dengan melengkapi data
pada tabel berikut!
1. Konversi berat asam salisilat (C7H6O3) ke mol
Berat asam salisilat =2 g
Berat molekul (BM) asam salisilat = 138g/mol
Mol asam salisilat = 2g / 138g/mol-1 = 0,0145 mol

Asam salisilat Aspirin


M 0,0145 mol -
B 0,0145 mol 0,0145 mol
S - 0,0145 mol

2. Konversi mol aspirin ke berat aspirin (C9H8O4)


Mol aspirin = 0,0145 mol
BM aspirin = 180g/mol
Berat aspirin teoritis = 0,0145 mol × 180g/mol = 2,619 g
13. Menggunakan persamaan dibawah ini, hitunglah rendeman aspirin yang
didapat jika berat Kristal aspirin yang diperoleh berdasarkan percobaan adalah
2,01 gram!
berat aspirin hasil percobaan
Rendeman (%) = ×100 %
berat aspirin teoritis

2,01 gram
%rendeman=¿ ×100 %
2,61 gram
¿ 77,01 %
I. Kesimpulan
1. Dilakukan percobaan pembuatan aspirin melalui reaksi esterifikasi
2. Esterifikasi adalah pembentukan gugus ester dengan mereaksikan
asam karboksilat dan alcohol
3. Dalam pembauatan aspirin digunakan asam salisilat dan asam asetat
anhidrat sebagai bahan baku
4. Bahan baku tersebut diperoleh dengan pendekatan diskoneksi antara
ikatan C-O pada ester
5. Dari diskoneksi hingga reaksi sintesis aspirin disebut analisis
retrosintesis aspirin
6. Proses sintesis menggunakan H2SO4 p sebagai katalis untuk
mempercepat reaksi
7. Metode yang dipakai dalam sintesis aspirin adalah ultrasonikasi
dengan alat sonikator. Prinsipnya memanfaatkan gelombang suara
ultrasonik untuk memecah molekul sampel
8. Dari produk mentah aspirin dimurnikan kembali dengan rekristalisasi
aspirin
9. % rendeman didapat dengan jalan membandingkan berat aspirin
percobaan dengan berat teoritis yang diperoleh

DAFTAR PUSTAKA
Austin, Gorge T. 1984. Shereve’s chemical Process Industries. 5th ed. McGra
– Hill Book CO: Singapore
Baysinger, Grace. Et all. 2004. CRC Handbook of Chemistry and Phystes.
85th ed.
Tessenden & Tessenden. 1986. Kimia Organik Jilid 2 edisi 3. Penerbit:
Erlangga: Jakarta
Halleman, LWJ. 1986. Kimia Organik. PT. Inprasa. Jakarta
Mycek, Mary. 2002. Farmakologi Ulasan Bergambar. Widya Medika: Jakarta

Anda mungkin juga menyukai