Anda di halaman 1dari 3

4.

Hakikat Matematika Sekolah ( The Nature of School Mathematic )


Matematika sekolah Priatna, (2003) mengemukakan bahwa matematika sekolah
merupakan bagian matematika yang diberikan untuk dipelajari oleh siswa sekolah
(formal), yaitu SD, SLTP, dan SLTA.
Menurut Güner, (2021). matematika sekolah adalah bagian atau unsur dari matematika
yang dipilih antara lain dengan pertimbangan atau berorentasi pada pendidikan. Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa matematika sekolah adalah matematika yang telah
dipilah-pilah dan disesuaikan dengan tahap perkembangan intelektual siswa, serta
digunakan sebagai salah satu sarana untuk mengembangkan kemampuan berpikir bagi
para siswa.

Search for pattern and Investigation/


Problem solving Communication
relation Research

a. Search for pattern and relation


Dimana menurut (Purwanto, 2019) matematika merupakan kegiatan penelusuran
pola dan hubungan, yang terdiri dari beberapa ciri
 Memberi kesempatan siswa untuk melakukan kegiatan penemuan
dan  penyelidikan pola-pola untuk menentukan hubungan.
 Memberi kesempatan kepada siswa untuk melakukan percobaan dengan
berbagai cara.
 Mendorong siswa untuk menemukan adanya urutan, perbedaan,
perbandingan, pengelompokan, dsb.
 Mendorong siswa menarik kesimpulan umum.
 Membantu siswa memahami dan menemukan hubungan antara
 pengertiansatu dengan yang lainnya.

b. Probelm Solving
Matematika adalah kegiatan problem solving
 Menyediakan lingkungan belajar matematika yang merangsang
timbulnya persoalan matematika.
 Membantu siswa memecahhkan persoalan matematika menggunakan
caranya sendiri.
 Membantu siswa mengetahui informasi yang diperlukan untuk
memecahkan persoalan matematika.
 Mendorong siswa untuk berpikir logis, konsisten, sistematis dan
mengembangkan sistem dokumentasi/catatan.
 Mengembangkan kemampuan dan ketrampilan untuk memecahkan
persoalan.
 Membantu siswa mengetahui bagaimana dan kapan menggunakan
berbagai  alat peraga/media pendidikan matematika seperti : jangka,
kalkulator, dsb.
c. Investigation/Research
Matematika adalah kreativitas yang memerlukan imajinasi, intuisi dan penemuan
 Mendorong inisiatif dan memberikan kesempatan berpikir berbeda.
 Mendorong rasa ingin tahu, keinginan bertanya, kemampuan menyanggah
dan kemampuan memperkirakan.
 Menghargai penemuan yang diluar perkiraan sebagai hal bermanfaat dari
pada menganggapnya sebagai kesalahan.
 Mendorong siswa menemukan struktur dan desain matematika.
 Mendorong siswa menghargai penemuan siswa yang lainnya.
 Mendorong siswa berfikir refleksif.
 Tidak menyarankan penggunaan suatu metode tertentu.

d. Communication
Matematika merupakan alat berkomunikasi
 Mendorong siswa mengenal sifat matemaika.
 Mendorong siswa membuat contoh sifat matematika.
 Mendorong siswa menjelaskan sifat matematika.
 Mendorong siswa memberikan alasan perlunya kegiatan matematika.
 Mendorong siswa membicarakan persoalan matematika.
 Mendorong siswa membaca dan menulis matematika.
 Menghargai bahasa ibu siswa dalam membicarakan matematika

Implikasi terhadap pembelajaran matematika, dimana guru merupakan fasilitator yang


bertugas membimbing siswa agar mampu dalam mencari hubungan, memecahkan masalah,
menginvestigasi serta mengkomunikasikannya (Falkenberg, 2010). Dimana keterampilan-
keterampilan ini dibutuhkan untuk siswa menguasai suatu konsep. Dari keempat hakikat
tersebut, baiknya pembelajaran matematika berfokus kepada pemecahan masalah, karena
dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam berpikir kreatif, siswa dituntuk untuk
menhawab dan menjawab dengan cara yang berbeda”, dan juga siswa dapat menyelesaikan
masalah dalam kehidupan sehari-hari mereka.

Manakah di antara mereka yang paling menguntungkan Anda dan pengajaran Anda?
Jelaskan!

Dimana tiap ciri belajar matematika sekolah, semuanya penting dalam menunjang proses
bermatematika yang baik, namun yang paling ditekankan penggunaannya saat pendidikan
sekarang adalah problem solving, dimana siswa memiliki kecakapan berpikir dalam
memecahkan masalah matematis.
Daftar Pustaka

Cartwright, K. (2020). Analyzing students’ communication and representation of mathematical


fluency during group tasks. Journal of Mathematical Behavior, 60(August), 100821.
https://doi.org/10.1016/j.jmathb.2020.100821

Falkenberg, T., & Noyes, A. (2010). Conditions for linking school mathematics and moral
education: A case study. Teaching and Teacher Education, 26(4), 949–956.
https://doi.org/10.1016/j.tate.2009.10.036

Güner, P., & Erbay, H. N. (2021). Prospective mathematics teachers’ thinking styles and
problem-solving skills. Thinking Skills and Creativity, 40(April), 100827.
https://doi.org/10.1016/j.tsc.2021.100827

Purwanto, W. R. (2019). Proses Berpikir Siswa dalam Memecahkan Masalah Matematika


Ditinjau dari Perspektif Gender. Prosiding Seminar Nasional Pascasarjana UNNES, 895–
900.

Priatna, N. (2003). Kemampuan Penalaran dan Pemahaman Matematika Siswa Kelas 3 SLTP di
Kota Bandung. Jurnal Ilmiah Kependidikan, 1(1), 38–47.

Anda mungkin juga menyukai