Disusun oleh:
Sundaidah 19010161
KEPERAWATAN UNIVERSITAS
dr.SOEBANDI JEMBER
METODE
1) Population/problem, masalah atau populasi dalam literature review ini adalah pada penderita
hipertensi
2) Intervention, tindakan dalam literature review ini adalah pemberian terapi bekam pada
penderita hipertensi
3) Comparation, ada faktor pembanding sebelum dan sesudah dilakukan terapi bekam
4) Outcome, adanya dampak terapi bekam yaitu menurunnya tekanan darah pada penderita
hipertensi
5) Study design, penggunaan desain Purposive sampling menggunakan prepost test design.
Mencari jurnal atau artikel menggunakan keyword dan boolean operator (AND, OR NOT
or AND NOT) yang dipakai untuk menspesifikkan pencarian, sehingga memudahkan dalam
menentukan artikel jurnal yang dapat digunakan. Kata kunci yang dbutuhkan pada penelitian ini
yaitu “wet cupping”, “dry cupping” AND “hypertension”.
Data yang dibutuhkan dalam penelitian tersebut yaitu data sekunder yang didapatkan
bukan melalui pengamatan langsung, akan tetapi didapatkan melalui hasil penelitian yang telah
dilaksanakan para peneliti terdahulu. Sumber data sekunder yang diperoleh berbentuk jurnal atau
sesuai topik yang dilakukan dengan database melalui Google Schoolar
Seusai hasil pencarian literature menggunakan publikasi Google Schoolar, dengan penggunaan kata kunci
“cupping therapy” AND “hypertension”, AND “pain” peneliti menemukan 423 jurnal yang cocok dengan
kata kunci tersebut. Lalu kemudian jurnal penelitian diskrining sebanyak 338. Jurnal diseleksi karena
diterbitkan tahun 2017 ke bawah dengan penggunaan bahasa selain bahasa inggris dan bahasa indonesia.
Kemudian jurnal dipilih kembali berdasarkan kriteria inklusi yang sudah ditentukan oleh peneliti, seperti
jurnal yang memiliki judul yang sama ataupun mempunyai fungsi yang hampir sama dengan penelitian ini
dengan mengidentifikasi abstrak pada jurnal-jurnal tersebut. Jurnal yang tidak memenuhi kriteria maka
diekslusi. Sehingga didapatkan 5 jurnal yang akan dilakukan ulasan pada setiap jurnalnya.
Literature Review disintesis dengan penggunaan metode naratif dengan mengkategorikan pada data hasil
ekstraksi yang sesuai dengan hasil yang diukur untuk menjawab fungsi dari penelitian ini. Jurnal
penelitian yang cocok dengan patokan dikelompokkan lalu dibuat ringkasan jurnal yang meliputi tahun
terbit, author, metode penelitian, judul, yang digunakan untuk meliputi: desain penelitian, sampling,
Problem/Populasi:
Outcome:
chapter (n=58)
Identifikasi dan pemilihan abstrak
(n=85) Excluded (n=74)
4.1 Hasil
No Kategori F %
A Tahun Publikasi
1. 2018 1 20
2. 2020 1 20
3. 2021 3 60
Jumlah 5 100
B Desain Penelitian
1. Quasi eksperimen 5 100
Jumlah 5 100
C Sampling Penelitian
1. Purposive sampling 3 60
4. Probability sampling 1 20
5, Consecutive sampling 1 20
Jumlah 5 100
D Instrumen Penelitian
1. Observation 5 100
Jumlah 5 100
E Analisis Statistik Penelitian
1. Uji Friedman Test 1 20
2. paired t-test 3 60
3. Uji Wilcoxon and Mann whitney 1 20
Jumlah 5 100
Berdasarkan Literatur review sebanyak 60% di publikasikan pada tahun 2021 dan sebagian
besar menggunakan Quasi eksperimen sebanyak 100% menggunakan Purposive sampling
sebanyak 60% dan hamper seluruhnya menggunakan skala observation sebanyak 100% dan
menggunakan analisis penelitian paired t-test sebanyak 60%
BAB 5
PEMBAHASAN
Peningkatan usia menyebabkan terjadinya penebalan pada ventrikel kiri dan katub jantung, menurunnya
pacemaker jantung, terjadi kekakuan pembuluh darah arteri dan katub vena menjadi tidak kompeten yang
semuanya itu secara progresif meningkatkan tekanan darah danberesiko terjadinya hipertensi. Hal ini
didukung dari hasil penelitian yang menyebutkan bahwa prevalensi hipertensi lebih tinggi pada usia 75-
90 tahun yaitu sebanyak 64% dibandingkan pada usia 60-74 tahun yaitu sebanyak 36%. Peningkatan usia
menyebabkan terjadinya penebalan pada ventrikel kiri dan katub jantung, menurunnya pacemaker
jantung, terjadi kekakuan pembuluh darah arteri dan katub vena menjadi tidak kompeten yang semuanya
itu secara progresif meningkatkan tekanan darah dan beresiko terjadinya hipertensi. Terdapat beberapa
faktor yang dapat mempengaruhi tekanandarah yang meliputi riwayat keluarga, aktifitas fisik, merokok,
konsumsi alkohol, stres, obesitas, diet natrium dan diabetes. (Yogie Bagus Pratama, Hanny Rasni,
Wantiyah 2018).
Pada penelitian ini Rata-rata nilai tekanan darah 168,00/93,50 mmHg sebelum dilakukan terapi
bekam basah serta nilai rata-rata tekanan setelah dilakukan intervensi yaitu 140,00/80,00 mmHg,
perbedaan nilai tekanan darah sebelum dan setelah dilakukan intervensi terjadi karena dengan
dilakukan terapi bekam basah memungkinkan seorang klien merasakan relaksasi, nyeri kepala
dan tengkuk berurang bahkan hilang. Hal ini disebakan karena adanya mediator kimiawi seperti
histamin yang dapat memberikn efek vasodilator kuat terhadap pembuluh darah dan dapat
meningkatkan permeabilitas kapiler serta dapat membantu proses perbaikan mikrosirkulasi
pembuluh darah. Mediator lain adalah serotonin yang juga memiliki peran sebagai vasodilator
dan vasokontraktor, serta berfungsi untuk mengatur mood, nafsu makan, tidur, dan kontraksi
otot. Begitupun dengan bradikinin yang dihasilkan di dalam plasma darah atau cairan intertisial
dari penguraian enzimatik suatu globulin serum sebagai respon dari terapi bekam basah, yang
berfungsi sebagai vasodilator kuat bagi bagi arteriol serta dapat meningkatkan permeabilitas
kapiler (Fatonah, S., e. al, 2015). Melalui zat nitrit oksida (NO) yang didapatkan dari terapi
bekam basah dapat berperan dalam mengontrol vasodilatasion sehingga dapat menurunkan
tekanan darah, menigkatkan suplai nutrisi dan darah yang diperlukan sel dan lapisan pembuluh
darah, sehingga menjadikan pembuluh darah lebih elastis dan kuat serta mengurangi tekanan
darah. Nitrit oksidasi berperan dalam vasodilatasion sehingga dapat menurunkan tekanan darah.
(Ahmad Razak Sharaf, 2012 dalam Lestari, Y. A., et al, 2017). Kandungan darah terapi bekam
basah yakni : leukosit yang hanya sepersepuluh dalam darah hijamah, eritrosit memiliki bentuk
yang ganjil dan tidak mampu melaksanakan tugasnya. Karena itu sel-sel eritrosti yang ganajil ini
akan menghilang dengan sendirinya, yang disebut dengan darah kotor. Oksidasi tetap terjadi,
karena dalam darah ada oksigen dan terjadi imbas tubuh. Dalam darah hijamah juga terkandung
oxydant dari sekresi kelenjar 7 jaringan atau yang mengendap di tubuh, bukan hanya toxin dari
kontaminan. Semua sel darah merah dalam darah bekam memiliki bentuk aneh, artinya sel-sel
tersebut tidak mampu lagi melakukan aktifitasnya. Disamping menghambat sel lain yang masih
mudah dan aktif. Artinya darah yang keluar dari proses bekam basah adalah darah yang sudah
tidak berguna lagi (Fatahillah., et al, 2020). Penelitian pada umumnya memberikan gambaran
bahwa terapi bekam merupakan sebuah terapi komplementer yang aman dan nyaman digunakan
(Lu et al., 2019). Hal tersebut dirasakan oleh beberapa pasien dalam penelitian ini saat beberapa
jam setelah terapi bekam, dimana efek relaksasi yang dirasakan dan hilangnya nyeri kepala yang
mereka rasakan membuat perasaan mereka terasa sangat nyaman setelah melakukan terapi
bekam. Dapat dijelaskan secara fisiologis bahwa terapi bekam yang bekerja dalam menstimulasi
penurunan tekanan darah melalui beberapa reaksi dari efek cupping yang dilakukan seperti
menstimulasi aksi vasodilator seperti adenosin, noradrenalin, dan histamin yang diketahui dapat
meningkatkan sirkulasi darah, dan merangsang sistem saraf otonom untuk menurunkan tekanan
darah (Zarei et al., 2012). Mekanisme terapi bekam dalam menurunkan tekanan darah juga
terjadi melalui pelepasan oksida nitrat yang menyebabkan pelebaran pembuluh darah, sehingga
membuat pembuluh darah lebih kuat dan elastis, yang mengontrol hormone aldosteron sehingga
volume darah yang mengalir di pembuluh darah menurun dan tekanan darah menurun secara
stabil (Asmalinda & Sapada, 2018). Selain itu, tekanan negatif pada terapi bekam juga dapat
mempengaruhi stimulus terjadinya penurunan tekanan darah, dengan hasil uji coba dalam sebuah
penelitian yang menunjukkan bahwa 400-540 mbar dapat menurunkan tekanan sistol dan diastol
darah sampai pada dua pekan kedepan (Zarei et al., 2012). Prinsip kerja bekam adalah menyedot
permukaan kulit pada titik stimulasi meridian. Penyedotan permukaan kulit menyebabkan
bendungan local pada titik stimulasi meridian sehingga menyebabkan hipoksia dan radang.
Proses ini dapat memperbaiki mikrosirkulasi dan fungsi sel dengan cepat. Stimulasi kekebalan
tubuh terjadi karena peningkatan elastisitas spektrin dari 15 hari setelah terapi bekam kering,
sehingga daya tahan tubuh meningkat baik sebagai pencegahan maupun perlawanan terhadap
penyakit (Risniati, Y., Afrilia, A. R., Lestari, T. W
BAB 6
PENUTUP
Berdasarkan jurnal-jurnal yang telah direview oleh peneliti dapat diambil beberapa kesimpulan
sebagai berikut:
1. Rata-rata tekanan darah sistolik sebelum terapi bekam basah maupun kering dan
kombinasi akupressure sebesar antara 150/90 mmHg hingga 190/90 mmHg
2. Setelah dilakukan terapi bekam kering, basah maupun kombinasi, tekanan darah rata-
rata menurun
3. Adanya hasil yang signifikan setelah dilakukan terapi bekam kering, basah, maupun
kombinasi pada penderita hipertensi
THE INDONESIAN JOURNAL OF HEALTH SCIENCE ISSN (Print) : 2087-5053
Edisi Khusus, September 2018 ISSN (Online) : 2476-9614
ABSTRAK
Lansia ditandai dengan penurunan fungsi tubuh, sehingga menjadikan lansia beresiko tinggi
terjadi hipertensi. Hipertensi adalah kondisi peningkatan tekanan darah secara konsisten pada
≥140 / 90 mmHg. Pengobatan hipertensi dapat dilakukan secara farmakologi &
nonfarmakologi. Salah satu terapi nonfarmakologi yang dapat digunakan untuk penanganan
hipertensi adalah dengan menggunakan terapi bekam kering. Tujuan dari penelitian ini adalah
untuk menganalisis pengaruh bekam kering terhadarp tekanan darah lansia dengan hipertensi.
Tekanan darah lansia sebagai variabel dependen dan bekam kering sebagai variabel
independen. Penelitian ini menggunakan quasi eksperimental dengan two group pre-posttest
design. Sampel berjumlah 22 orang yang didapatkan secara simple random sampling. Sampel
dibagi dalam dua grup. Analisis data menggunakan Wilcoxon test dan Mann-Whitney test
dengan 95% CI (α:0,05). Hasil analisis menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan
antara pretest dan posttest pada kelompok intervensi (p 0,004 sistolik, 0,046 diastolik) dan
tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada kelompok kontrol (p 0,705 sistolik, 0,317
diastolik). Analisis data menunjukkan terdapat perbedaan signifikan antara kelompok
intervensi dan kontrol pada sistolik (p 0,007), tetapi tidak terdapat perbedaan signifikan pada
diastolik (p,0,4). Kesimpulan dari penelitian ini adalah terapi bekam kering berpengaruh
dalam menurunkan tekanan darah sistol pada lansia dengan hipertensi.
Kata kunci: terapi bekam kering, lansia, hipertensi.
ABSTRACT
94
THE INDONESIAN JOURNAL OF HEALTH SCIENCE ISSN (Print) : 2087-5053
Edisi Khusus, September 2018 ISSN (Online) : 2476-9614
an effect in decreasing sistol blood pressure in elderly with hypertension.
Keywords: Dry Cupping Therapy, elderly, hypertension
95
PENDAHULUAN Intervensi bekam kering dilakukan
Usia harapan hidup beberapa sekali waktu dengan rentang waktu 15-30
dekade terakhir mengalami peningkatan, menit untuk semua responden pada
sehingga menyebabkan jumlah lansia kelompok intervensi. Pengukuran pretest
semakin meningkat. Usia lanjut ditandai dan posttest pada kelompok intervensi
dengan penurunan fungsi tubuh dalam dilakukan 5 menit sebelum dan 5 menit
beradaptasi. Penurunan tersebut setelah dilakukan terapi bekam kering.
menyebabkan lansia rawan terserang Pada kelompok kontrol dilakukan
penyakit kronis seperti hipertensi, asam pengukuran pretest dan posttest dengan
urat, stroke, gagal ginjal dan jantung. jarak waktu 30 menit. Penelitian ini
Tekanan darah 160/90 mmHg dapat dilakukan di Panti Sosial Tresna Werdha
diklasifikasikan sebagai hipertensi untuk (PSTW) Jember.
semua batasan usia. Analisis data menggunakan analisis
Hasil studi pendahuluan diperoleh univariat dan bivariat. Analisis univariat
data lansia di PSTW Jember berjumlah digunakan untuk menggambarkan
140 orang. Lansia yang tercatat mengalami karakteristik responden. Analisis bivariat
hipertensi pada oktober 2017 sebanyak 50 menggunakan uji Wilcoxon dan Mann-
orang dengan 7 diantaranya mengalami whitney dengan α= 0,05. Peneliti
stroke. Penatalaksanaan hipertensi di menggunakan program komputer untuk
PSTW Jember berupa pemeriksaan proses pengolahan data dan analisis
tekanan darah, pemberian obat statistik.
antihipertensi serta senam lansia secara
rutin dua minggu sekali. HASIL
Penatalaksanaan hipertensi dapat Karakteristik Responden
dilakukan dengan cara farmakologi dan Tabel 1. Distribusi Responden berdasarkan
nonfarmakologi. Bekam merupakan jenis Usia Lansia
pengobatan nonfarmakologi yang cukup
dikenal dimasyarakat. Bekam adalah Kelompok Mean SD 95% CI
terjemahan dari bahasa arab hijamah yang (tahun)
berarti penyedotan, sehingga dapat Intervensi 73, 18 7,01 68,47-
didefinisikan sebagai teknik penyedotan Kontrol 69,09 3,01 77,89
dengan alat bekam, baik disertai pengeluaran 67,06-
darah maupun tidak. Bekam tanpa 71,11
mengeluarkan darah disebut bekam
kering. Tujuan penelitian ini adalah untuk Tabel 1 menunjukkan bahwa rata-
menganalisis pengaruh terapi bekam rata usia responden pada kelompok
kering terhadap tekanan darah pada lansia intervensi adalah 73,18, dan hasil interval
dengan hipertensi di PSTW Jember. kepercayaan 95% diyakini usia berada
pada rentang 68,47-77,89 tahun.
METODE Kelompok kontrol memiliki nilai rata-rata
Penelitian ini menggunakan usia 69,09 dan hasil interval kepercayaan
metode quasy experiment dengan 95% diyakini usia berada pada rentang
rancangan two group pre-post test design. 67,06-71,11 tahun.
Teknik pengambilan sampel adalah
probability sampling dengan pendekatan Tabel 2. Distribusi Responden berdasarkan
simple random sampling dengan total Jenis Kelamin dan Riwayat Merokok
responden berjumlah 22 orang yang Lansia
terbagi dalam kelompok kontrol dan
intervensi.
Karakteristik Intervensi Kontrol
n % n % Kelompok Tekanan Z p
a. Jenis Kelamin Darah
- Laki-laki 8 72,7 7 63,6 Sistol
- Perempuan 3 23,3 4 36,4 pretest Sistol -
Total 11 100,0 11 100,0 posttest 2887 0,004
b. Riwayat Intervensi Diastol
Merokok 6 54,5 6 54,5 pretest - 0,046
- Iya 5 45,5 5 45,5 Diastol 2000
- Tidak posttest
KEPUSTAKAAN
Badan Pusat Statistik. 2014. Statistik
penduduk lansia. Jakarta: BPS
Jakarta-Indonesia; 2015
Efendi, F. & Mahfudli. 2009. Keperawatan
kesehatan komunitas: teori dan
praktik dalam keperawatan.
Jakarta:Salemba Medika;
Sunaryo, Wijayanti, M., Kuhu, M.,
Sumedi, T., Widayanti, ED.,
Sukrillah, UA., Riyadi, S., &
Kuswanti, A. 2015. Asuhan
keperawatan gerontik. Yogyakarta:
CV ANDI OFFSET;
Baradero, M., Wilfrid, D., & Yakobus. S.
2008. Klien gangguan
kardiovaskuler. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC;
Tao L, Kendall. 2014. Sinopsis organ
kardiovaskuler: pendekatan dengan
sistem terpadu dan disertai
kumpulan kasus klinik. Tanggerang
Selatan: KARISMA Publishing
Group;
Sugung I. 2017. Hidup sehat dengan
detoks. Yogyakarta: Khitah
Publishing;
Aldjoefrie MR. 2015 . Bekam hijamah
menurut sains dan kedokteran
modern [internet]. [cited 2 Juni
2018]. Availeble from:
https://books.google.co.id/books?id
=jKozBgAAQBAJ&printsec=front
cover&dq=bekam+hijamah+menur
ut+sains+dan+kedokteran+modern
&hl=en&sa=X&ved=0ahUKEwjqy
BHoQ6wEIKjAA#v=onepage&q lansia. Semarang: Stikes Widya
= bekam%20hijamah%20menurut Husada Semarang;
%2 0sains%20dan%20kedokteran Setyanda YOG, Sulastri D, Lestari Y.
%20 modern&f=false 2015. Hubungan merokok dengan
Buford TW. 2016 Hypertension and
aging. Ageing Research Reviews
[internet]. [cited 29 Januari
2018]:
96-111. Available
from:
http://dx.doi.org/10.1016/j.arr.201
6
.01.007
Badan Litbangkes. 2013. Riset kesehatan
dasar 2013. Jakarta: Badan
Litbangkes Kemenkes RI;
Seke PA, Bidjuni HJ, Lolong J. 2016.
Hubungan kejadian stres dengan
penyakit hipertensi pada lansia di
balai penyantunan lanjut usia
senjah cerah kecamatan mapanget
kota manado. E-
Journal Keperawatan.; 4(2): 1-5
Stanley M, Beare PG. 2006.
Gerontological nursing: a health
promotion/protection approach 2nd
edition. Philadelphia: The F.A.
Davis Company;
Purnama DS, Prihartono NA. 2013.
Prevalensi hipertensi dan faktor-
faktor yang berhubungandengan
kejadian hipertensi pada lansia di
posyandu lansia wilayah
kecamatan johar baru. Jakarta
Pusat: FKM UI;
Mohan V, Deepa M, Farooq S, Datta M,
Deepa R. 2007 . Prevalence,
awareness and control of
hypertension in Chennai—The
Chennai Urban
Rural
Epidemiology Study (CURES-
52). J Assoc Physicans India
[internet]. [cited 03 Desember
2017] Available
from:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pu
b med/17844691
Retnaningsih D, Kustriyani M, Sanjaya
BT. 2017. Perilaku merokok
dengan kejadian hipertensi pada
kejadian hipertensi pada laki-laki Psikologi UGM [internet]. [cited
usia 35-65 tahun di kota padang. 18 Desember 2017]. Available
Jurnal Kesehatan Andalas.; 4(2): from:
434-440 http://Neila.staff.ugm.ac.id/wordpr
Irawan H, Ari S. 2012. Pengaruh terapi ess/wp-content/upload.
bekam terhadap penurunan tekanan
darah pada klien hipertensi. Jurnal
Ilmu Kesehatan.; 1(1):31-37
Corwin E. 2009. Buku saku patofisiologi
edisi 3.Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC;
Widada W. 2011. Terapi bekam sebagai
solusi cerdas mengatasi radikal
bebas akibat rokok: berdasarkan
penelitian terbaru terhadap
komponen Darah. Bandung: Lubuk
Agung;
Rusdiatin IE. 2015. Terapi bekam kering
terhadap penurunan tekanan darah
pada lansia dengan hipertensi.
Jurnal Kesehatan Madani.; 6(2):
92-98
Potter PA, Perry AG. 2005. Fundamental
of nursing: concepts, process, and
practice volume 1 4th edition. Saint
Louis: Mosby – Year Book Inc;
Bell K, Twiggs J, Olin BR. 2015 .
Hypertension:the silent killer:
update JNC-8 guideline
recommendations. Contuining
Education [internet]. [cited 24
Februari 2018] Available
from:https://c.ymcdn.com/sites/ww
w.aparx.org/resource/resmgr/CEs/C
E_Hypertension_The_Silent_K.pdf
Umar WA. 2008. Sembuh dengan satu titik.
Solo: A-Qowam Publishing;
Lowe DT. 2017 . Cupping therapy: an
analysis of the effects of suction on
skin and the possible influence on
human health, complementary
therapies in clinical practice
[internet]. [cited 25 Februari 2018].
Available from:
http://dx.doi.org/10.1016/j.ctcp.201
7.09.008
Ramdhani N, Putra AA. 2008.
Pengembangan multimedia
relaksasi.Yogyakarta: Bagian
Psikologis Klinis Fakultas
Accelerating the world's research.
Muhammad Reza
Latar Belakang: Hipertensi sebagai penyakit tidak menular saat ini sangat meningkat dan merupakan
penyakit pembuluh darah yang dapat menyebabkan terjadinya kematian mendadak sehingga
penyakit ini dikenal sebagai silent killer. Meningkatnya persentase ketidakpatuhan meminum obat
hipertensi disebabkan berbagai alasan dan hal ini membuat banyaknya pengobatan non-farmakologi
yang bersifat alternatif dan komplementer yang bermunculan, salah satunya adalah terapi bekam.
Tujuan: Untuk mengetahui pengaruh terapi bekam basah pada penderita hipertensi dalam
menurunkan tekanan darah.
Metode: Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah quasy eksperimen dengan
pendekatan Control Group Design pre- post test. Populasi dalam penelitian ini adalah penderita
hipertensi yang berada di wilayah kerja Puskesmas Kolaka yang memenuhi kriteria inklusi. Teknik
pengambilan sampel dengan purposive sampling dengan jumlah sampel sebanyak 40 responden.
Instrumen dilakukan dengan pengukuran tekanan darah dengan menggunakan alat pengukuran
tekanan darah dan data dianalisis dengan menggunakan uji friedman test.
Hasil: Setelah dilakukan pembekaman basah selama tiga bulan berturut-turut, tekanan darah sistole
dan diastole mengalami penurunan secara signifikan pada kelompok intervensi sebesar 0,000 (p< 0,05)
dan kelompok kontrol (p>0,05) sehingga disimpulkan bahwa ada perbedaan rata-rata tekanan darah
pada ketiga interval waktu pengukuran pada kelompok intervensi.
Kesimpulan: Terapi bekam memiliki pengaruh dalam menurunkan tekanan darah pada penderita
hipertensi.
ABSTRACT
Background: Hypertension as a non- communicable disease is currently increasing and is a blood vessel disease
that can cause sudden death so that it is known as a silent killer. The increasing percentage of non - adherence to
taking hypertension drugs is due to various reasons and this has led to the emergence of many alternative and
complementary non- pharmacological treatments, one of which is cupping therapy.
Objective: This study aimed to determine the effect of wet cupping therapy on hypertensive patients in
reducing blood pressure.
Method: This was a quasi- experiment with a pretest and posttest control group design. The sampling technique
was purposive sampling, consisting of 40 respondents who were divided into two groups. The data analyzes
used the Friedman test.
Results: After three consecutive months of cupping therapy, both systolic and diastolic blood pressure decreased
significantly in the intervention group with a p- value of 0.000 (p <0.05), while the control group with a p- value
of more than 0.05. There was a difference in mean both systolic and diastolic at all three intervals of
measurements in the intervention group.
Conclusion: Cupping therapy has potential benefits in reducing blood pressure among hypertensive patients.
Keywords: Wet cupping; Hypertension; Alternatives therapy; Complementary Therapy; Hypertensive Coastal
residents
56
February 26, 2021
Pengaruh Terapi Bekam terhadap Tekanan
Darah...
mmHg dan terendah 140 mmHg, pada 70 mmHg, bulan kedua tertinggi 110 mmHg
bulan ketiga tertinggi sebesar 190 dan dan terendah 80 mmHg, serta di bulan ketiga
terendah sebesar 100 mmHg. Pada tertinggi sebesar 120 mmHg dan terendah
tekanan diastolik di bulan pertama sebesar 60 mmHg.
tertinggi sebesar 100 mmHg dan terendah Tabel 2. Rerata Tekanan Darah
Pasien Kelompok Intervensi dan
Kontrol
No. Kelompok Intervensi Periode Pengukuran M
1 Tekanan Darah Sistolik Pre-Intervention 1
Post-Intervention 1
Post-Intervention 2
Post-Intervention 3
2 Tekanan darah Pre-Intervention 1
Diastolik Post-Intervention 1
Post-Intervention 2
Post-Intervention 3
Kelompok Kontrol
1 Tekanan Darah Sistolik Bulan 1
Bulan 2
Bulan 3
2 Tekanan darah Bulan 1
Diastolik Bulan 2
Bulan 3
Tabel 3 menunjukkan ada pengaruh me
yang signifikan dibandingkan
pada kelompok kelompok kontrol.
intervensi setelah
melakukan
terapi bekam
dalam
Tabel 3. Analisis Tekanan Darah
Pre and Post-Intervensi pada
Kedua Kelompok
No. Tekanan darah Kelompok N
1 Tekanan Darah Sistolik Intervensi 20
Kontrol 20
2 Tekanan Darah Intervensi 20
Diastolik Kontrol 20
PEMBAHASAN menunjukkan
Dari tingginya risiko
beberapa data penyakit hipertensi
demografi sejalan dengan
didapatkan semakin
bahwa penderita bertambahnya
hipertensi umur manusia,
terbanyak yakni dengan umur yang
pada rentang merupakan faktor
umur 50-59 utama risiko
tahun pada terjadinya penyakit
kelompok hipertensi.
intervensi dan
diikuti 60-69 Penelitian
tahun pada
kelompok terdahulu
kontrol . Hal ini menemukan
beberapa data
Pengaruh Terapi Bekam terhadap Tekanan
demografi Darah...
hipertensi pada wanita umur di atas 45
dalam hal ini (Hazwan & yang kurang tahun
usia sebagai Pinatih, 2017). patuh dalam merupakan
faktor terbesar Penemua mengonsumsi awal persiapan
dari kejadian n ini obat terjadinya fase
hipertensi, menjelaskan hipertensi menopause
dengan umur bahwa, (Pramana et karena kejadian
di atas 40 tahun sejalan al., 2019). tersebut
paling dengan umur Selain itu, mengakibatkan
meningkat yang semakin wanita yang hormon
faktor risikonya bertambah, telah beranjak
(p= 0.000) struktur https://jurnal.ugm.ac.id/jkesvo Published online February 26,
(Sartik et al., anatomi 2021
2017). Faktor organ di
umur juga dalam tubuh
menjadi faktor pun ikut
risiko tertinggi mengalami
kejadian beberapa
hipertensi, perubahan, di
dengan bukti ataranya
bahwa umur 50 struktur
tahun ke atas pembuluh
memiliki darah arteri
frekuensi yang makin
terbesar dari menipis dan
kejadian tidak elastis
yang
mengakibatka
n penampang
pembuluh
darah
semakin
menyempit
sehingga hal
ini membuat
tekanan
aliran darah
semakin
meningkat.
Selain itu,
beberapa
penelitian
menemukan
jenis kelamin
yang paling
rentan
dengan
kejadian
hipertensi
adalah
wanita,
terutama
Pengaruh Terapi Bekam terhadap Tekanan
Darah...
estrogen yang memiliki manfaat besar yang dilakukan seperti menstimulasi aksi
dalam melindungi peredaran darah vasodilator seperti adenosin,
mengalami penurunan yang signifikan noradrenalin, dan histamin yang
(Kusumawaty et al., 2016). Namun, diketahui dapat meningkatkan sirkulasi
beberapa penelitian yang lain melaporkan darah, dan merangsang sistem saraf
jenis kelamin laki-laki lebih berisiko otonom untuk menurunkan tekanan
dibanding dengan wanita dikarenakan darah (Zarei et al., 2012). Mekanisme
faktor gaya hidup seperti merokok dan terapi bekam dalam menurunkan tekanan
beban kerja yang dilakukan lebih banyak darah juga terjadi melalui pelepasan
dialami oleh laki-laki (Tumanduk et al., oksida nitrat yang menyebabkan
2019). pelebaran pembuluh darah, sehingga
Hasil penelitian ini menunjukkan membuat pembuluh darah lebih kuat dan
bahwa pemberian terapi bekam selama elastis, yang mengontrol hormon
tiga bulan berturut-turut terbukti efektif aldosteron sehingga volume darah yang
menurunkan tekanan darah sistol mengalir di pembuluh darah menurun
maupun diastol pada penderita hipertensi dan tekanan darah menurun secara stabil
dibandingkan dengan kelompok kontrol (Asmalinda & Sapada, 2018).
yang tidak diberikan kombinasi terapi Selain itu, tekanan negatif pada terapi
bekam. Pada hasil analisis pre dan post bekam juga dapat mempengaruhi
pemberian terapi bekam pada tiap stimulus terjadinya penurunan tekanan
bulannya juga telah membuktikan bahwa darah, dengan hasil uji coba dalam
terapi bekam efektif menurunkan tekanan sebuah penelitian yang menunjukkan
darah pada penderita hipertensi. Hasil ini bahwa 400-540 mbar dapat menurunkan
sejalan dengan penelitian yang tekanan sistol dan diastol darah sampai
sebelumnya, dimana dilaporkan bahwa pada dua pekan kedepan (Zarei et al.,
terapi bekam memiliki pengaruh dalam 2012). Pada beberapa kondisi, pemberian
menurunkan tekanan darah (p<0,05) tekanan negatif saat melakukan cupping
(Astuti & Syarifah, 2018). Hasil yang sama lebih disarankan untuk dilakukan tidak
pula ditemukan dalam penelitian yang terlalu kuat karena kondisi tersebut akan
serupa, yaitu tekanan darah yang membuat rasa nyeri yang dapat
mengalami penurunan yang signifikan mengakibatkan rasa trauma sehingga hal
setelah dilakukan terapi bekam (Surahmat ini dapat menstimulasi hormon kortisol
& Damayanti, 2017). keluar. Oleh karena itu, beberapa keadaan
Terapi bekam dari beberapa tekanan darah justru akan lebih
penelitian pada umumnya memberikan meningkat dari sebelumnya walaupun
gambaran bahwa terapi bekam dengan melakukan cupping beberapa kali.
merupakan sebuah terapi komplementer Sebaiknya untuk mendapatkan hasil
yang aman dan nyaman digunakan (Lu et pembekaman dengan relaksasi yang
al., 2019). Hal tersebut dirasakan oleh maksimal, pemberian tekanan negatif
beberapa pasien dalam penelitian ini saat dapat dilakukan dengan pemberian
beberapa jam setelah terapi bekam, tekanan yang tidak terlalu kuat. Teknik ini
dimana efek relaksasi yang dirasakan dan dilakukan dalam penelitian ini sehingga
hilangnya nyeri kepala yang mereka efektifitas dapat ikut dianalisis secera
rasakan membuat perasaan mereka terasa verbal. Akhirnya, dalam penelitian studi
sangat nyaman setelah melakukan terapi fenomenologi dijelaskan bahwa beberapa
bekam. Dapat dijelaskan secara fisiologis pasien hipertensi memilih terapi bekam
bahwa terapi bekam yang bekerja dalam sebagai sebuah terapi alternatif dan
menstimulasi penurunan tekanan darah komplementer yang aman, nyaman, dan
melalui beberapa reaksi dari efek ekonomis dalam mengendalikan tekanan
cupping https://jurnal.ugm.ac.id/jkesvo Published online February 26, 2021
58
Pengaruh Terapi Bekam terhadap Tekanan
Darah...
darah mereka (Syahputra et al., 2019). Asmalinda, W., & Sapada, E. (2018).
The Effect of Wet Cupping
KESIMPULAN (Hijama) Toward The Changing of
Terapi bekam memiliki pengaruh Body Immune System in Venous
yang signifikan dalam menurunkan Blood of Healthy Person. Jurnal
tekanan darah sistolik dan diastolik pada Aisyah : Jurnal Ilmu Kesehatan, 3(2),
penderita hipertensi hingga tiga bulan 137–144. https://doi.org/10.30604/
berturut-turut, sehingga dapat jika.v3i2.121
disimpulkan bahwa terapi bekam dapat Astuti, W., & Syarifah, N. Y. (2018).
digunakan sebagai terapi alternatif dan Pengaruh Terapi Bekam Terhadap
komplementer yang aman, nyaman, dan Tekanan Darah Pada Pasien
ekonomis baik dalam aspek preventif, Hipertensi Di Klinik Sehat Mugi
kuratif, maupun rehabilitatif. Barokah Karakan Godean Sleman
Yogyakarta. MIKKI (MIajalah
UCAPAN TERIMA KASIH Ilmu Keperawatan Dan
Peneliti mengucapkan terima kasih Kesehatan Indonesia),
kepada Direktur Penelitian dan 7(1). https://doi.org/
Pengabdian Masyarakat, Direktorat https://doi.org/10.47317/
Jenderal Penelitian dan Pengembangan, mikki.v7i1.13
Kementerian Riset dan Teknologi/Badan Hazwan, A., & Pinatih, G. N. I. (2017).
Riset dan Inovasi Nasional atas hibah Gambaran karakteristik penderita
melalui skim Penelitian Dosen Pemula hipertensi dan tingkat kepatuhan
dengan nomor kontrak 066/SP2H/LT/ minum obat di wilayah kerja
DRPM/2020. Puskesmas Kintamani I. Intisari
Sains Medis, 8(2), 130–134. https://
DAFTAR PUSTAKA doi.org/10.15562/ism.v8i2.127
Abdullah, S. A., Mohd Najib, M. N., Kemenkes RI. (2014). Info Datin
Dali, A. F., & Sulaiman, S. (2016). Hipertensi. In Kementerian,
Malay Cupping Therapy: Kesehatan. https://
A Haematological www.kemkes.go.id/folder/view/01/
Analysis Pilot Study. structure-publikasi-pusdatin-info-
In Regional Conference on Science, datin.html
Technology and Kementerian Kesehatan RI. (2018).
Social Sciences (RCSTSS Hasil Utama RISKESDAS 2018.
2014) (pp. 523– 529). Springer https://kesmas.kemkes.go.id/assets/
Singapore. https:// upload/dir_519d41d8cd98f00/files/
doi.org/10.1007/978-981-10-0534- Hasil-riskesdas-2018_1274.pdf
3_52 Kusumawaty, J., Hidayat, N., &
Aboushanab, T., & AlSanad, S. (2018). Ginanjar, E. (2016). Hubungan
A brief illustration of the official Jenis Kelamin dengan Intensitas
national standards for the safe use Hipertensi pada Lansia di Wilayah
of cupping therapy (Hijama) in Kerja Puskesmas Lakbok
Saudi Arabia. Journal of Integrative Kabupaten Ciamis.
Medicine, 16(5), 297–298. https:// Mutiara Medika: Jurnal
doi.org/10.1016/j.joim.2018.07.006 KedokteranDan Kesehatan,
Aboushanab, T., & AlSanad, S. M. 16(2). https://doi.org/
(2017). Simulation in Cupping https://doi.org/10.18196/
Training: An Innovation Method. mmjkk.v16i2.4450
Journal of Acupuncture and Meridian Lu, S., Du, S., Fish, A., Tang, C., Lou,
Studies, 10(6), 409–410. https:// Q., & Zhang, X. (2019). Wet
doi.org/10.1016/j.jams.2017.10.003 cupping for hypertension: a
https://jurnal.ugm.ac.id/jkesvo Published online February 26,
Pengaruh Terapi Bekam terhadap Tekanan
Darah...
2021
Pengaruh Terapi Bekam terhadap Tekanan
Darah...
systematic review and meta- 60
analysis. Clinical and Experimental
Hypertension (New York, N.Y. :
1993), 41(5), 474–480. https://
doi.org/
10.1080/10641963.2018.1510939
Muflih, M., & Judha, M. (2019).
Effectiveness of Blood Pressure
Reduction Reviewed from
Amount of Kop, Duration And
Location of Point of Bekam
Therapy. NurseLine Journal, 4(1),
46. https://doi.org/
10.19184/nlj.v4i1.9042
Mukhlis, H., Hardono, Hermawan, N.
S. A., Purwono, J., & Wahyudi, D.
A. (2020). Cupping Therapy For
Hypertensive Patients: A Quasi-
Experimental Research With Time
Series Design. Journal of Critical
Reviews, 7(14), 1437–1443. https://
doi.org/10.31838/jcr.07.14.326
Nursalam. (2014). Metodologi
Penelitian Ilmu Keperawatan. Salemba
Medika. Pramana, G. A., Dianingati,
R. S., & Saputri, N. E. (2019).
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Kepatuhan Minum Obat Pasien
Hipertensi Peserta
Prolanis di Puskesmas
Pringapus Kabupaten Semarang.
IJPNP (Indonesian Journal
of Pharmacy and Natural
Product), 2(1).
http://jurnal.unw.ac.id:1254/
index.php/ijpnp/article/view/196
Rahman, H. S., Ahmad, G. A.,
Mustapha, B., Al-Rawi, H. A.,
Hussein, R. H., Amin, K., Othman,
H. H., & Abdullah, R. (2020). Wet
cupping therapy ameliorates pain
in patients with hyperlipidemia,
hypertension, and diabetes: A
controlled clinical study.
International Journal of Surgery
Open, 26, 10–15. https://doi.org/
10.1016/j.ijso.2020.07.003
Sartik, S., Tjekyan, R. S., & Zulkarnain,
Pengaruh Terapi Bekam terhadap Tekanan
Darah...
M. (2017). Risk Factors And The Atherosclerosis Journal, 8, 1–4.
Incidence Of Hipertension In http://arya.mui.ac.ir/
Palembang. Jurnal Ilmu index.php/arya/article/view/316
Kesehatan Masyarakat, 8(3), 180–
191. https://
doi.org/10.26553/jikm.2017.8.3.1
80- 191
Surahmat, R., & Damayanti, N. Nuridah, ...
R. (2017). Pengaruh Terapi
Bekam Dalam
Menurunkan
Tekanan Darah Pada
Pasien Hipertensi Di Rumah
Bekam Palembang. Majalah
Kedokteran Sriwijaya, 1,
43–49.
https://core.ac.uk/download/pd
f/ 267825455.pdf
Syahputra, A., Dewi, W. N., &
Novayelinda, R. (2019). Studi
Fenomenologi: Kualitas Hidup
Pasien Hipertensi Setelah
Menjalani Terapi Bekam. Jurnal
Ners Indonesia, 9(1), 19. https://
doi.org/10.31258/jni.9.1.19-32
Tumanduk, W. M., Nelwan, J. E., &
Asrifuddin, A. (2019). Faktor-
faktor risiko hipertensi yang
berperan di Rumah Sakit
Robert Wolter Mongisidi.
E- CliniC, 7(2).
https://doi.org/10.35790/ecl.
7.2.2019.26569
Widada, W., Ontoseno, T., &
Purwanto, B. (2019).
Pengaruh Terapi
Bekam Basah
Dalam Menurunkan
Apoliprotein-B Pada Penderita
Hiperkolesterolemia.
Prosiding Seminar Nasional
2018 “Peran Dan
Tanggung Jawab Tenaga
Kesehatan Dalam
Mendukung Program
Kesehatan Nasionalʺ, 53–58.
https://doi.org/10.32528/
psn.v0i0.1730
Zarei, M., Hejazi, S., Javadi, S. A., &
Farahani, H. (2012). The efficacy
of wet cupping in the treatment
of hypertension. ARYA
Available online at https://stikesmu-sidrap.e-journal.id/JPKK 19
Jurnal Pendidikan Keperawatan dan Kebidanan, 01 (1), 2021, 13-19
Abstrak
Terapi bekam basah dapat menurunkan tekanan darah dengan merangsang pengeluaran zat-zat
yang dapat membantu proses dilatasi kapiler pembuluh darah dan akan timbul efek relaksasi
meskipun tidak disertai dengan terapi farmakologi. Tujuan penelitian ini adala untuk
mengetahui pengaruh terapi bekam basah terhadap penurunan tekanan darah pada pada pasien
hipertensi dengan menggunakan satu kelompok. Metode penelitian menggunakan quasi
esperimen dengan desain “pre-post test design” yang dilakukan di wilayah kerja Puskesmas
Tanjongnge, Soppeng, Sulawesi Selatan antara bulan Juli hingga Agustus 2020. Dalam
penelitian ini terdapat 10 responden yang dilakukan terapi bekam basah dengan pengukuran
tekanan darah dilakukan selama 7 hari setelah terapi. Bekam basah berperan dalam mengontrol
vasodilatasion sehingga dapat menurunkan tekanan darah. Hasil dari penelitian ini didapatkan
bahwa klasifikasi tekanan darah sebelum intervensi dengan nilai mean 168,00 dengan standar
deviasi 12,065 untuk tekanan darah sistol, mean tekanan darah diastol 93,50 dengan standar
deviasi 6,687, dan nilai mean sistol setelah intervensi didapatkan 140,00 dengan standar deviasi
13,33, serta diastol didapatkan nilai mean 80,00 dengan standar deviasi 0,000. Hasil uji bivariat
dengan metode paired t test didapatkan nilai p value 0,000 (<0,05) menunjukkan ada pengaruh
tekanan darah sebelum dan sesudah terapi bekam basah.
Wet cupping therapy can lower blood pressure by stimulating the release of substances that can help the
process of dilating the capillaries of blood vessels and there will be a relaxing effect even though it is not
accompanied by pharmacological therapy. The purpose of this study was to determine the effect of wet
cupping therapy on reducing blood pressure in hypertensive patients using one group. The research
method used is a quasi-experimental design with a “pre-post test design” which was carried out in the
working area of the Tanjongnge Health Center, Soppeng, South Sulawesi between July and August 2020.
In this study there were 10 respondents who carried out wet cupping therapy with blood pressure
measurements carried out for 7 days after therapy. Wet cupping plays a role in controlling vasodilation
so that it can lower blood pressure. The results of this study found that the classification of blood
pressure before the intervention with a mean value of 168.00 with a standard deviation of 12.065 for
systolic blood pressure, a mean diastolic blood pressure of 93.50 with a standard deviation of 6.687, and
a mean value of systolic after intervention was obtained for 140.00 with a standard a deviation of 13.33,
and diastole obtained a mean value of 80.00 with a standard deviation of 0.000. The results of the
bivariate test using the paired t test method obtained a p value of 0.000 (<0.05) indicating that there was
an effect of blood pressure before and after wet cupping therapy.
PENDAHULUAN
Hipertensi adalah keadaan dimana seorang pasien mengalami peningkatan tekanan darah
secara terus-menerus dan berlangsung lama yang disebabkan karena peningkatan kinerja jantung
memompa darah dalam memenuhi kebutuhan oksigen dan nutrisi dalam tubuh (Fadli, 2018;
Garwahusada, E., & Wirjatmadi, B, 2020).
Menurut WHO (World Health Organization) 2015 dalam Fadli 2018, menunjukkan
bahwa hipertensi menjadi penyebab kematian dini yang menyebabkan sekitar 8 juta kematian,
dimana 1,5 juta kejadian tiap tahun. Hampir 1 milyar orang diseluruh dunia mengalami
hipertensi. Di tahun 2020 sekitar 1,56 miliar orang dewasa akan hidup dengan hipertensi di
Dunia dan sepertiga di Asia Timur-Selatan. Sedangkan menurut American Heart Association
(AHA) dalam Nelwan, J. E., & Sumampouw, O. 2019, Penderita hipertensi berusia ≥ 18 tahun
mencapai 74,5 juta di Amerika, sekitar 90-95% kasus tidak diketahui penyebabnya.
Berdasarkan data Riskesdas 2018, menyatakan bahwa angka kejadian hipertensi di
Indonesia mengalami peningkatan dari 25,8% penderita umur ≥ 18 tahun pada tahun 2013
menjadi 34,1% pada tahun 2018 (Riskesdas, K, 2018). Prevalensi hipertensi di Sulawesi Selatan
pada tahun 2017 yang didapatkan melalui pengukuran tekanan darah penduduk ≥ 18 tahun
sebesar 14,14%, tertinggi di Soppeng (98,79%), diikuti Tana Toraja (94,03%), dan Bulukumba
(86,06%) (Depkes Sul-sel, 2018).
Berdasarkan data rekam medik tahun 2018 di Puskesmas Tanjongnge Kabupaten
Soppeng didapatkan bahwa terdapat 9.654 penderita hipertensi, 5.205 penderia tahun 2019, serta
jumlah penderita dari bulan januari sampai maret tahun 2020 sebanyak 280 penderita
(Puskesmas Tanjonge, M. R, 2020).
Pengobatan hipertensi dapat dilakukan dengan terapi komplementer, dimana terapi
komplementer adalah sebuah kelompok pengobatan nonfarmakologi yang secara umum tidak
termasuk dalam pengobatan konvensional. Salah satu terapi komplementer yang populer
diseluruh dunia adalah terapi bekam (Pringgayuda, Idayati, & Indiaresti, 2020). Salah satu upaya
alternatif yang dapat dilakukan dalam menangani penyakit hipertensi agar tidak terjadi
komplikasi yang lebih parah adalah dengan melakukan terapi bekam (Muflih, M., & Judha, M,
2019; Surahmat, R., & Damayanti, N. R, 2019; Trisnawati, E., & Jenie, I. M, 2019).
Terapi bekam basah diketahui dapat membersihkan tubuh dari toksik dengan cara
penyanyatan atau tusukan-tusukan kecil dipermukaan kulit kemudian dilakukan pengeluaran
darah dengan alat tertentu. Dengan dilakukannya bekam, tubuh akan mengeluarkan zat seperti
serotonin, histamin, brandkinin, slowreacing substance yang mengakibatkan terjadinya
perbaikan mikrosirkulasi pembuluh darah yang akan berefek relaksasi pada otot yang kaku serta
menstabilkan tekanan darah (Astuti, D. P, 2018; Dewi, W. N, 2019). Bekam juga dapat
mengeluarkan zat anti nyeri dan anti peradangan (Pringgayuda, F, et al, 2020). Terapi bekam
basah efektif meningkatkan sensitivitas barorefleks arteri dengan indikator penurunan tekanan
darah pada lansia hipertensi hingga batas 4 minggu setelah terapi, tanpa efek samping serius
yang dialami responden (Fadli, et al, 2020).
Melalui zat nitrit oksida (NO) yang didapatkan dari terapi bekam basah dapat berperan
dalam mengontrol vasodilatasion sehingga dapat menurunkan tekanan darah, menigkatkan
suplai nutrisi dan darah yang diperlukan sel dan lapisan pembuluh darah, sehingga menjadikan
pembuluh darah lebih elastis dan kuat serta mengurangi tekanan darah. Nitrit oksidasi berperan
METODE
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif, rancangan yang digunakan adalah quasi
eksperimen dengan desain “pre-post test design” tanpa kelompok kontrol yaitu dengan
melakukan pengukuran sebelum dan sesudah diberikan intervensi berupa terapi bekam basah
yang bertujuan untuk mengetahui selisih angka tekanan darah sebelum dan sesudah dilakukan
intervensi. Penelitian ini telah dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Tanjongnge Kabupaten
Soppeng dan dilaksanakan pada 22 Juni 2020 sampai dengan 6 Juli 2020. Populasi dalam
penelitian ini adalah semua penderita hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Tanjongnge
Kabupaten Soppeng pada bulan Januari sampai Maret Tahun 2020 yakni sebanyak 280
penderita. Pengambilan sampel pada penelitian ini ditentukan dengan menggunakan metode
consecutive sampling dengan jumlah sampel 10 responden. Adapun uji analisis yang digunakan
dalam penelitian ini adalah uji T dependen (paired test) dengan nilai kemaknaan atau alfa
(α) = 0,05 yaitu untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh antara variabel independen dengan
variabel dependen.
Tabel 1 menunjukan bahwa uji analisis univariat didapatkan nilai rata-rata tekanan darah
sebelum intervensi yaitu hasil mean 168,00, standar devisi 12,065, nilai minimun 150 dan
maksimum 180 untuk tekanan darah sistol dan untuk tekanan darah diastol nilai mean 93,50,
standar deviasi 6,687, nilai minimun 80 dan maksimum 100.
Tabel 2. Nilai Tekanan Darah Setelah Intervensi pada Klien Hipertensi
di wilayah kerja Puskesmas Tanjongnge Kecamatan
Marioriwawo Kabupaten Soppeng (n=10)
Std
Variabel n mean Min-Max
Deviation
Tekanan Darah Sistol 10 140,00 13,333 120-160
Tekanan Darah Diastol 10 80,00 0,000 80-80
Tabel 2 menunjukkan bahwa uji analisis univariat didapatkan nilai rata-rata tekanan darah
setelah intervensi yaitu hasil mean 140,00, standar devisi 13,333, nilai minimun 120 dan
maksimum 160 untuk tekanan darah sistol dan untuk tekanan darah diastol nilai mean 80,00,
standar deviasi 0,000, nilai minimun 80 dan maksimum 80.
Tabel 3 menjelaskan bahwa dari 10 responden dengan hipertensi didapatkan rata-rata nilai
tekanan darah pre-post test yaitu 28,000 untuk tekanan darah sistol dan diastol 13,500, nilai T
13,119 untuk tekanan darah sistol dan diastol 6,384, dan didapatkan nilai p=(0,000) dengan
tingkat kemaknaan p<α (0,05) yang dimana nilai p<α, H0 ditolak dan Ha diterima yang berarti
ada pengaruh terapi bekam basah terhadap penurunan nilai tekanan darah pada klien hipertensi
di wilayah kerja puskesmas tanjongnge kabupaten soppeng.
Terapi bekam dapat mempengaruhi tekanan darah pada pasien hipertensi meskipun tidak
disertai dengan terapi farmakologi. Terapi bekam basah diberikan selama kurang lebih 30 menit
dan dilaksanakan pada siang hari antara jam 13.00-16.00, serta dilakukan pengukuran tekanan
darah 30 menit sebelum dan sesudah dilakukan intervensi, hal ini sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Pratama., et al, (2018) yang dalam penelitiannya dilakukan pengukuran tekanan
darah dengan jarak 30 menit sesudah dilakukan intervensi.
Terapi bekam basah ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Fadli., et al, (2020),
yang menyatakan bahwa terapi bekam basah efektif dalam meningkatkan sensitivitas barorefleks
arteri dengan indikator penurunan tekanan darah pada lansia hingga batas 4 minggu setelah
diterapi dan tanpa efek samping, dimana penurunan tekanan darah terjadi pada minggu kedua
dan pada minggu keempat mencapai batas normal, namun pada minggu keenam efek bekam
basah telah hilang (Fadli., et al, 2020).
Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Sormin, T, (2019), yang menyatakan
bahwa dengan malakukan terapi bekam dapat merangsang tubuh mengeluarkan beberapa zat
seperti serotini, histamin, bradikinin, slow reacting subtance (SRS), serta zat-zat lain yang dapat
membantu proses dilatasi kapiler pembuluh darah dan akan timbul efek relaksasi (pelemasan)
pembuluh darah, otot-otot yang kaku serta akibat vasodilatasi umumnya akan menurunkan
tekanan darah secara stabil. Pada penelitian ini didapatkan nilai rata-rata tekanan darah
sistolik
adalah 152,50 mmHg dan setelah terapi bekam mengalami penurunan menjadi 134,25 mmHg,
sedangkan untuk nilai rata-rata tekanan darah diastol 85,25 mmHg, kemudian menglami
penurunan menjadi 80 mmHg setelah dilakukan terapi bekam. Hasil uji statistik didapatkan P-
value 0,0000, yang berarti terdapat perbedaan yang signifikan antara tekanan darah sistole dan
diastol sebelum dan setelah dilakukan terapi bekam.
Hasil penelitian ini juga sejalan dengan yang dilakukan oleh Astuti, W., & Syarifah, N. Y,
(2018), didapatkan nilai P-value <0,05 yang menyatakan bahwa ada pengaruh terapi bekam
basah pada pasien hipertensi, yang menunjukkan nilai tekanan darah sistol 160-170 mmHg serta
diastol 90-155 mmHg sebelum intervensi, kemudian mengalami penurun setelah dilakukan
intervensi menjadi 135-150 mmHg untuk tekanan darah sistol serta 85-90 mmHg untuk tekanan
darah diastol.
Pada penelitian ini rata-rata nilai tekanan darah 168,00/93,50 mmHg sebelum dilakukan
terapi bekam basah serta nilai rata-rata tekanan setelah dilakukan intervensi yaitu 140,00/80,00
mmHg, perbedaan nilai tekanan darah sebelum dan setelah dilakukan intervensi terjadi karena
dengan dilakukan terapi bekam basah memungkinkan seorang klien merasakan relaksasi, nyeri
kepala dan tengkuk berurang bahkan hilang. Hal ini disebakan karena adanya mediator kimiawi
seperti histamin yang dapat memberikn efek vasodilator kuat terhadap pembuluh darah dan
dapat meningkatkan permeabilitas kapiler serta dapat membantu proses perbaikan
mikrosirkulasi pembuluh darah. Mediator lain adalah serotonin yang juga memiliki peran
sebagai vasodilator dan vasokontraktor, serta berfungsi untuk mengatur mood, nafsu makan,
tidur, dan kontraksi otot. Begitupun dengan bradikinin yang dihasilkan di dalam plasma darah
atau cairan intertisial dari penguraian enzimatik suatu globulin serum sebagai respon dari terapi
bekam basah, yang berfungsi sebagai vasodilator kuat bagi bagi arteriol serta dapat
meningkatkan permeabilitas kapiler (Fatonah, S., e. al, 2015).
Melalui zat nitrit oksida (NO) yang didapatkan dari terapi bekam basah dapat berperan
dalam mengontrol vasodilatasion sehingga dapat menurunkan tekanan darah, menigkatkan
suplai nutrisi dan darah yang diperlukan sel dan lapisan pembuluh darah, sehingga menjadikan
pembuluh darah lebih elastis dan kuat serta mengurangi tekanan darah. Nitrit oksidasi berperan
dalam vasodilatasion sehingga dapat menurunkan tekanan darah. (Ahmad Razak Sharaf, 2012
dalam Lestari, Y. A., et al, 2017).
Kandungan darah terapi bekam basah yakni : leukosit yang hanya sepersepuluh dalam
darah hijamah, eritrosit memiliki bentuk yang ganjil dan tidak mampu melaksanakan tugasnya.
Karena itu sel-sel eritrosti yang ganajil ini akan menghilang dengan sendirinya, yang disebut
dengan darah kotor. Oksidasi tetap terjadi, karena dalam darah ada oksigen dan terjadi imbas
tubuh. Dalam darah hijamah juga terkandung oxydant dari sekresi kelenjar 7 jaringan atau yang
mengendap di tubuh, bukan hanya toxin dari kontaminan. Semua sel darah merah dalam darah
bekam memiliki bentuk aneh, artinya sel-sel tersebut tidak mampu lagi melakukan aktifitasnya.
Disamping menghambat sel lain yang masih mudah dan aktif. Artinya darah yang keluar dari
proses bekam basah adalah darah yang sudah tidak berguna lagi (Fatahillah., et al, 2020).
Puncak terapi bekam basah yakni dengan melakukan perlukaan dipermukaan kulit yang
terlokalisir dan terkontrol yang menyebabkan sedikit rasa nyeri. Rangsangan nyeri ini
merangsang pengiriman sensorik oleh motor neuron ke thalamus sehingga terjadi pelepasan
ACTH, kortison, endorphin, enkepalin, histamin, bradikinin, serotonin, nitrit oksida dan faktor
hormonal lainnya. Pelepasan zat neuro kimia ini menyebabkan hilangnya nyeri disertai dengan
peningkatan oksigen dan aliran darah dari titik yang dibekam. Hal ini menyebabkan otot menjadi
rileks, tekanan darah menurun bahkan kembali normal, dan tercipta kesehatan yang optimal.
Setelah dilakukan terapi bekam basah, responden menyatakan bahwa badan mereka
menjadi lebih sehat, kekakuan pada tubuh berkurang bahkan hilang, tidur jadi lebih baik, serta
dapat malakukan aktifitas sehari-hari dengan optimal. Dengan malakukan terapi bekam basah
sekali sebulan dapat memaksimalkan kesehatan tubuh serta dapat meningkatkan imunitas tubuh
menjadi lebih baik.
SIMPULAN
Berdasarkan analisis hasil penelitian maka dapat ditarik kesimpulan bahwa Ada pengaruh
terapi bekam basah pada klien hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Tanjongnge Kabupaten
Soppeng dengan nilai p 0,000<0,05(α).
DAFTAR PUSTAKA
Astuti, D. P. 2018. Efektifitas Bekam Basah pada Pasien Hipertensi. 1(2). Diambil dari
http://jurnal.unw.ac.id:1254/index.php/ijnr/article/view/180/148
Astuti, W., & Syarifah, N. Y. 2018. Pengaruh Terapi Bekam Terhadap Tekanan Darah pada
Pasien Hipertensi di Klinik Sehat Mugi Barokah Karakan Godean Sleman Yogyakarta.
Mikki, 7(1), 8–16. Diambil dari http://jurnal.stikes-
wirahusada.ac.id/index.php/mikki/article/view/13
Depkes Sul-sel. (2018). Profile Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan. Journal of Chemical
Information and Modeling, 53(9), 1689–1699.
https://doi.org/10.1017/CBO9781107415324.004
Dewi, W. N, 2019. Studi Fenomenologi: Kualitas Hidup Pasien Hipertensi setelah Menjalani
Terapi Bekam. Jurnal Ners Indonesia, 9(1), 19–32. Diambil dari
https://jni.ejournal.unri.ac.id/index.php/JNI/article/view/7590/6601
Fadli, Ahmad Andi Aastria, Safruddin, Baharuddin Rohani, F. S. 2020. Effect Of Wet Cupping
Against Increased Arterial Baroreflex Sensitivity In Hypertensive Patients : Randomized
Controlled Trial (Rct). 7(14), 671–676. Diambil dari
http://www.jcreview.com/?mno=28273
Fadli. 2018. Pengaruh Relaksasi Otot Progresif Terhadap Perubahan Tekanan Darah pada
Pasien Hipertensi. Jurnal Keperawatan, 12, 249–253. Diambil dari
http://ejournal.stikesnh.ac.id/index.php/jikd/article/view/315
Fatahillah, A., Suhardi, K., & Akbar, Z. 2020. Panduan Pengajaran Bekam Perkumpulan
Bekam Indonesia (PBI) (IX). Jakarta.
Fatonah, S., Rihiantoro, T., & Astuti, T. 2015. Pengaruh Terapi Bekam Terhadap Tekanan
Darah Penderita Hipertensi. Jurnal Ilmiah Keperawatan Sai Betik, 14(2), 123.
https://doi.org/10.26630/jkep.v14i2.1294
Garwahusada, E., & Wirjatmadi, B. 2020. Hubungan Jenis Kelamin, Perilaku Merokok,
Aktivitas Fisik dengan Hipertensi pada Pegawai Kantor. 15(1), 60–65. Diambil dari
https://e-journal.unair.ac.id/MGI/article/view/12314/0
Lestari, Y. A., Hartono, A., & Susanti, U. 2017. Pengaruh Terapi Bekam Terhadap Perubahan
Tekanan Darah pada Penderita Hipertensi di Dusun Tambak Rejo Desa Gayaman
Mojokerto. Nurse and Health: Jurnal Keperawatan, 6(2), 14.
https://doi.org/10.36720/nhjk.v6i2.16
Malik, M. 2015. Hubungan Antara Sains dan Hijamah dalam Perspektif Hadis Nabi
SAW. Fhlebotom, 3, 98–113. Diambil dari http://journal.uin-
alauddin.ac.id/index.php/tafsere/article/view/7666/6192
Muflih, M., & Judha, M. 2019. Effectiveness of Blood Pressure Reduction Reviewed from
Amount of Kop, Duration and Location of Point of Bekam Therapy. NurseLine Journal,
4(1), 46. https://doi.org/10.19184/nlj.v4i1.9042
Nelwan, J. E., & Sumampouw, O. 2019. Pengaruh Penyuluhan Kesehatan Terhadap Perubahan
Pengetahuan Masyarakat Tentang Hipertensi di Kota Manado. PHWB, 1(July), 1–7.
Diambil dari
https://www.researchgate.net/profile/Oksfriani_Sumampouw/publication/334729914
Padila. 2013. Asuhan Keperawatan Penyakit Dalam (Pertama). Yogyakarta: Nuha Medika.
Pratama, Y. B., Rasni, H., & Wantiyah. 2018. The Effect of Dry Cupping Therapy on
Blood
Pressure in The Elderly with Hypertension At PSTW Jember. (September), 94–101.
Diambil dari http://jurnal.unmuhjember.ac.id/index.php/TIJHS/article/view/1530/1264
Pringgayuda, F., Idayati, & Indiaresti, P. 2020. Terapi Bekam Basah Area Punggung
Mengurangi Nyeri Sendi pada Pasien RheumaThoid Artritis. Diambil dari
https://wellness.journalpress.id/wellness/article/view/21008/46
Puskesmas Tanjonge, M. R. 2020. Data Hipertensi Puskesmas Tanjonge Kabupaten Soppeng.
Rahman, M. A. 2016. Pengaruh Terapi Bekam Terhadap Tekanan Darah pada Pasien
Hipertensi di Klinik Bekam Abu Zaky Mubarak. Jurnal keperawatan UIN, 53–56. Diambil
dari http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/handle/123456789/30634
Rahmawati, S. A. 2019. Gambaran Kadar Asam Urat Sesudah Bekam Basah pada Pra Lansia.
Diambil dari http://repo.stikesicme-jbg.ac.id/2710/
Riskesdas, Kemenkes RI. 2018. Hasil Utama Riset Kesehata Dasar (RISKESDAS). Journal of
Physics A: Mathematical and Theoretical, 44(8), 1–200. https://doi.org/10.1088/1751-
8113/44/8/085201
Saputra, R., Febrianita, Y., & Parmanda, K. 2017. Efektifitas Bekam Terhadap Penurunan
Tekanan Darah pada Penderita Hipertensi. Jurnal Pengabdian Masyarakat, 1(1), 1–6.
Diambil dari http://jurnal.univrab.ac.id/index.php/jpm/article/view/389/244
Sormin, T. 2019. Pengaruh Terapi Bekam Terhadap Tekanan Darah Penderita Hipertensi.
Jurnal Ilmiah Keperawatan Sai Betik, 14(2), 123. https://doi.org/10.26630/jkep.v14i2.1294
Surahmat, R., & Damayanti, N. R. 2019. Pengaruh Terapi Bekam dalam Menurunkan Tekanan
Darah pada Pasien Hipertensi di Rumah Bekam Palembang. Majalah Kedokteran
Sriwijaya, 49(1), 43–49. https://doi.org/10.32539/mks.v49i1.8323
Susi, S., Ani, S., & Warsono. 2017. Pengaruh Terapi Bekam Terhadap Penurunan Tekanan
Darah pada Penderita Hipertensi di Poliklinik Trio Husada Malang. Nursing News, 2,
281–291. Diambil dari https://publikasi.unitri.ac.id/index.php/fikes/article/view/651/523
Trisnawati, E., & Jenie, I. M. 2019. Terapi Komplementer Terhadap Tekanan Darah pada
Penderita Hipertensi. Jurnal Keperawatan Respati Yogyakarta, 6(3), 641.
https://doi.org/10.35842/jkry.v6i3.370
Jurnal Perawat Indonesia, Volume 5 No 1, Hal 537-547, Mei 2021 e-ISSN 2548-7051
Persatuan Perawat Nasional Indonesia Jawa Tengah p-ISSN 2714-6502
Email: candrawikastar@gmail.com
Abstrak
Latar Belakang: hipertensi adalah salah satu penyakit silent killer yang banyak dijumpai
di Indonesia dan menduduki urutan keenam dari 12 penyakit tidak menular. Hipertensi
didefinisikan sebagai tekanan darah di atas 140/90 mmHg. Komplikasi penyakit
hipertensi sangat berpengaruh terhadap penyakit kardiovaskuler dimana, 45%
kematian disebabkan karena penyakit jantung dan 51% karena stroke. Bekam kering
dan akupresur merupakan bagian dari terapi komplementer. Bekam kering adalah
tindakan non invasif, menggunakan cupping pada titik-titik meridian, berfungsi
memperbaiki mikrosirkulasi pembuluh darah. Akupresur adalah rangsangan pada titik-
titik saraf tubuh. Terapi bekam kering cocok dikombinasikan dengan akupresur, karena
pada penderita hipertensi selain gangguan sirkulasi juga sering ditandai sakit kepala,
sehingga bisa diatasi dengan pijat akupresur titik meridian GV 20 baihui yang efektif
untuk mengurangi nyeri. Tujuaan penelitian: mengetahui adanya pengaruh terapi
bekam kering kombinasi akupresur terhadap tekanan darah pada pasien hipertensi
primer. Studi ini adalah Quasi Eksperimen dengan bentuk rancangan pre-post test with
control group design. Jumlah sampel 30 pasien hipertensi primer yang diambil dengan
purposive sampling. Data diukur dengan tensi digital merk onemed. Analisis data
menggunakan independent T Test. Hasil penelitian menunjukkan ada pengaruh
signifikan antara tekanan darah sistole pada kelompok intervensi setelah diberikan
bekam kering kombinasi akupressure dengan kelompok kontrol dengan p.value
0,007<0,05. Serta ada pengaruh signifikan antara tekanan darah diastole pada
kelompok intervensi setelah diberikan bekam kering kombinasi akupresur dengan
kelompok kontrol dengan p value 0,000<0,05. Terapi bekam kering kombinasi
akupresur direkomendasi sebagai terapi alternatif atau terapi penunjang dalam
perawatan pasien hipertensi primer.
Abstract
Background: Hypertension is one of the most common silent killer diseases in Indonesia
and ranks sixth out of 12 non-communicable diseases. Hypertension is defined as blood
pressure above 140/90 mmHg. Complications of hypertension are very influential on
cardiovascular disease where, 45% of deaths are due to heart disease and 51% due to
stroke. Dry cupping and acupressure are part of complementary therapy. Dry cupping is
a non-invasive procedure, using cupping at meridian points to improve the
microcirculation of blood vessels. Acupressure is the stimulation of nerve points in the
body. Dry cupping therapy is suitable to be combined with acupressure, because
hypertension sufferers are also often marked by headaches, so it can be treated with
537
acupressure massage of the GV 20 baihui meridian points which is effective for reducing pain. Purpos
combination dry cupping therapy is recommended as an alternative or adjunctive therapy in the trea
a. Kelompok intervensi
550
Jurnal Perawat Indonesia, Volume 5 No 1, Hal 537-547, Mei 2021 e-ISSN 2548-7051
Persatuan Perawat Nasional Indonesia Jawa Tengah p-ISSN 2714-6502
43–49. Terha Berkala
https://d (2017 dap Epidemiol
oi.org/10. ). Penur ogi, 5(2),
32539/m Influe unan 174.
ks.v49 nce of Tekan https://d
i1.8323 Cuppi an oi.org/10.
ng Darah 20473/jb
Susi Susanah, Thera
Ani Pada e.v5i2
py Pender 2017.174
Sutriningsih, Again
W. ita -184
st Hipert
Blood Zaki, M.
ensi Di (2012).
Press Wilaya
ure Lima
h Terapi
Drop Kerja
on Sehat. T
Puskes Elex
Hyper mas
tensio Media
Lojejer Komputi
n Kecam
Patien ndo.
atan
ts At Wuluh
Polycl an
inic Kabup
Trio aten
Husad Jember
a . 1–10.
Malan
g. Zaenurrohmah, D.
Journ H., & Rachmayanti,
al R.
Nursi D.
ng (2017)
News, .
2(1), Relatio
281– nship
291. Betwe
en
Syarif, K. Knowl
(n.d.). edge
Penga and
ruh Hypert
Terap ension
i Histor
Kompl y with
ement Blood
er Pressu
Beka re
m Contro
Dan l in
Minya Elderly
k .
Zaitun Jurnal
551
Bali Medika Jurnal.
Vol 8 No 1, 2021: 90-98 ISSN : 2615-7047
DOI: https://doi.org/10.36376/bmj.v8i1
ABSTRACT
ABSTRAK
Latar Belakang: hipertensi merupakan salah satu penyakit tidak menular yang menjadi
penyebab morbiditas dan mortalitas di dunia. 9,4% kematian setiap tahunnya diakibatkan
karena komplikasi hipertensi. Hipertensi ditandai dengan peningkatan tekanan sistol >140
mmHg dan diastol >90 mmHg. Bekam kering merupakan salah satu terapi alternatif yang
digunakan dalam menurunkan tekanan darah pada pasien hipertensi. Tujuaan penelitian:
mengetahui adanya pengaruh terapi bekam kering terhadap tekanan darah pada pasien
hipertensi primer. Studi ini adalah Quasi-eksperimental dengan pendekatan One-Group
Pretest-Posttest Design. Jumlah sampel 15 pasien hipertensi primer yang diambil dengan
tehnik purposive sampling. Pengukuran data menggunakan tensi digital merk onemed.
https://balimedikajurnal.com/ 90
http://creativecommons.org/licenses/by/4.0/
Bali Medika Jurnal.
Vol 8 No 1, 2021: 90-98 ISSN : 2615-7047
DOI: https://doi.org/10.36376/bmj.v8i1
Analisis data menggunakan Paired T Test. Hasil penelitian menunjukkan pada tekanan
https://balimedikajurnal.com/ 91
http://creativecommons.org/licenses/by/4.0/
darah sistolik diperoleh nilai p value sebesar 0,000 dan tekanan darah diastolik diperoleh
nilai p value sebesar 0,001 ini berarti terdapat pengaruh tekanan darah sistolik dan
diastolik sebelum dan sesudah diberikan terapi bekam kering. Terapi bekam kering bisa
dijadikan terapi alternatif untuk pasien dengan hipertensi primer.
PENDAHULUAN
Hipertensi merupakan salah satu penyakit tidak menular (PTM) yang
menjadi masalah global dan penyumbang angka kesakitan dan kematian di dunia
termasuk Indonesia. Hipertensi merupakan factor resiko terhadap kerusakan organ
penting seperti otak, jantung, ginjal, retina, pembuluh darah besar (aorta) dan
pembuluh darah perifer (PERHI, 2019). Hipertensi atau tekanan darah tinggi
adalah gangguan pada sistem pembuluh darah yang mengakibatkan kenaikan
tekanan darah diatas normal yaitu tekanan sistol >140 mmHg dan diastol >90
mmHg (Dinas Kesehatan Kabupaten Gianyar, 2017).
Prevalensi kasus hipertensi di dunia berdasarkan data Word Health
Organization (WHO) pada tahun 2013 mencapai 26,4% dan diperkirakan pada
tahun 2025 jumlahnya akan meningkat menjadi 29,2% (Risniati et al., 2019). Dari
972 juta pengidap hipertensi, 333 juta berada di negara maju dan 639 sisanya
berada di negara berkembang, termasuk Indonesia (Zaenurrohmah &
Rachmayanti, 2017). Prevalensi hipertensi di Indonesia berdasarkan hasil
pengukuran pada penduduk umur ≥18 tahun cenderung meningkat, dimana tahun
2013 prevalensi hipertensi yaitu 25,8% meningkat menjadi 34,11% atau dengan
658,201 kasus pada tahun 2018 (Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan
RI, 2018). Data profil Kesehatan Provinsi Bali tahun 2015, hasil pengukuran
tekanan darah pada penduduk usia ≥ 18 tahun, Kabupaten Gianyar menduduki
peringkat ke empat dengan jumlah hipertensi yaitu 355.335 kasus (Dinas
Kesehatan Provinsi Bali, 2017). Tahun 2016 jumlah penyakit hipertensi di
Kabupaten Gianyar berada di urutan ke dua dari 10 besar penyakit tidak menular
dengan 18.022 kasus baru dan lama dari segala umur sedangkan di UTP Kesmas
Gianyar mencapai 6.856 kasus hipertensi (Dinas Kesehatan Kabupaten Gianyar,
2017).
Sebanyak 9,4% kematian di seluruh dunia, disebabkan karena komplikasi
hipertensi, 45% kematian karena penyakit jantung dan 51% kematian karena
penyakit stroke (Kemenkes RI, 2014). Penatalaksanaan hipertensi secara umum
yaitu melalui terapi farmakologis dan nonfarmakologis. Penatalaksanaan non
farmakologi melalui modifikasi gaya hidup seperti penurunan berat badan, retriksi
garam, aktivitas fisik, adopsi pola makan DASH, dan terapi komplementer seperti
bekam kering (Ahmae, 2019; Muhadi, 2016).
Bekam kering adalah tindakan non invasif, menggunakan cupping pada
titik-titik meridian dan berfungsi memperbaiki mikrosirkulasi pembuluh darah
(Ahmae, 2019). Hasil penelitian oleh (Jansen et al., 2012) menyebutkan bahwa
terapi bekam kering berpengaruh terhadap penurunan tekanan darah baik sistolik
maupun diastolik.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui adanya pengaruh terapi
bekam kering terhadap tekanan darah pada pasien hipertensi primer sehingga kita
dapat mengetahui apakah terapi bekam kering dapat bermanfaat dalam
penanganan pasien hipertensi primer.
METODE PENELITIAN
A. Hasil Penelitian
Tabel 1.
karakteristik penelitian berdasarkan Umur, jenis Kelamin, Riwayat
Pekerjaan
dan Riwayat Pendidikan
No Variabel Karakteristik n %
1 Umur a. Pra lansia (45-59) 4 26,67
b. Elderly (60-74) 11 73,33
b. Old (75-89) 0 0
2 Jenis kelamin a. Laki-laki 3 20
b. Perempuan 12 80
4 Riwayat a. Buruh 3 20
pekerjaan b. Petani 9 60
a. Pedagang 3 20
Analisis hasil uji statistik menggunakan Uji Paired T Test dengan hasil
sebagai berikut :
Tabel 3.
Pengaruh Terapi Bekam Kering Terhadap Tekanan Darah Pada
Pasien Hipertensi Primer
Berdasarkan tabel 2, diperoleh hasil analisis uji Uji Paired t test pada
tekanan darah sistolik diperoleh nilai p value sebesar 0,000 yang berarti
terdapat perbedaan rata-rata tekanan darah sistolik sebelum dan sesudah
diberikan terapi bekam kering. Selanjutnya pada tekanan darah diastolik
diperoleh nilai p value sebesar 0,001 yang berarti terdapat perbedaan rata-
rata tekanan darah diastolik sebelum dan sesudah diberikan terapi bekam
kering.
Hasil uji statistic menggunakan uji Paired t test menunjukkan ada pengaruh
terapi bekam kering terhadap tekanan darah pada pasien Hipertensi Primer dengan
p value systole 0,000 dan p value diastole 0,001. Terapi bekam kering dapat
dijadikan sebagai terapi alternatif atau pendukung untuk perawatan klien dnegan
Hipertensi. Studi ini menunjukkan hubungan yang jelas antara bekam kering dan
tekanan darah pada pasien dengan hipertensi primer. Oleh karena itu, terapi
bekam kering dapat digunakan sebagai tambahan untuk terapi konvensional, yang
memungkinkan pengurangan pemberian dosis obat antihipertensi tertentu. Untuk
hubungan penurunan tekanan darah oleh terapi bekam dan pengurangan rasa nyeri
pelu diteliti lebih lanjut.
DAFTAR PUSTAKA