Anda di halaman 1dari 16

TUGAS ILMU DAKWAH

Keutamaan Menuntut Ilmu dalam Islam

KELAS B7

KELOMPOK 5

ANDI AMBATARI KUNENG (02220130322)

KARTINI (02220130286)

SUFRITA
BAB I

PENDAHULUAN

I. Latar Belakang Masalah

Ilmu pengetahuan adalah sebaik-baik sesuatu yang disukai, sepenting-penting sesuatu yang

dicari dan merupakan sesuatu yang paling bermanfaat, dari pada selainnya. Kemuliaan akan

didapat bagi pemiliknya dan keutamaan akan diperoleh oleh orang yang memburunya. Allah

SWT berfirman :

)9 :‫قُلْ هَلْ يَ ْست َِوي الَّ ِذينَ يَ ْعلَ ُمونَ َواَلَّ ِذينَ اَل يَ ْعلَ ُمونَ (الزمر‬

Artinya:  “Katakanlah (Wahai Muhammad!): ‘Adakah sama orang-orang yang berilmu

dengan orang-orang yang tidak berilmu?’”. (QS. Az-Zumar: 9)

Dengan ayat ini Allah SWT, tidak mau menyamakan orang yang berilmu dan orang yang

tidak berilmu, disebabkan oleh manfaat dan keutamaan ilmu itu sendiri dan manfaat dan

keutamaan yang akan didapat oleh orang yang berilmu[1].

Dalam kehidupan dunia, ilmu pengetahuan mempunyai perang yang sangat penting.

Perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan memberikan kemudahan bagi kehidupan

baik dalam kehidupan individu maupun kehidupan bermasyarakat. Menurut al-Ghazali

dengan ilmu pengetahuan akan diperoleh segala bentuk kekayaan, kemuliaan, kewibawaan,

pengaruh, jabatan, dan kekuasaan. Apa yang dapat diperoleh seseorang sebagai buah dari

ilmu pengetahuan, bukan hanya diperoleh dari hubungannya dengan sesama manusia, para
binatangpun merasakan bagaimana kemuliaan manusia, karena ilmu yang ia miliki.[2] Dari

sini, dengan jelas dapat disimpulkan bahwa kemajuan peradaban sebuah bangsa tergantung

kemajuan ilmu pengetahuan yang melingkupi.

Dalam kehidupan beragama, ilmu pengetahuan adalah sesutau yang wajib dimiliki, karena

tidak akan mungkin seseorang mampu melakukan ibadah yang merupakan tujuan

diciptakannya manusia oleh Allah, tanpa didasari ilmu. Minimal, ilmu pengetahuan yang

akan memberikan kemampuan kepada dirinya, untuk berusaha agar ibadah yang dilakukan

tetap berada dalam aturan-aturan yang telah ditentukan. Dalam agama, ilmu pengetahuan,

adalah kunci menuju keselamatan dan kebahagiaan akhirat selama-lamanya[3].

Uraian di atas hanyalah uraian singkin betapa pentingnya ilmu pengetahuan bagi manusia,

baik untuk kehidupan dirinya pribadi, maupun dalam hubungan dirinya dengan benda-benda

di sekitarnya. Baik bagi kehidupan dunia maupun kehidupan akhirat. Ada banyak hadits,

firman Allah, dan pendapat para ulama tentang pentingnya ilmu pengetahuan.

II. Rumusan Masalah

1. Pengertian Ilmu Pengetahuan

2. Keutamaan Menuntut Ilmu dalam pandangan Islam

3. Hadist-hadist tentang pentingnya menuntut ilmu

4. Pandangan ulama tentang menuntut ilmu


BAB II

PEMBAHASAN

I. Pengertian dan Keutamaan Ilmu

Ilmu adalah isim masdar dari ‘alima yang berarti mengetahui, mengenal, merasakan, dan

menyakini. Secara istilah, ilmu ialah dihasilkannya gambaran atau bentuk sesuatu dalam akal.

Karena pentingnya ilmu dan banyaknya faidah yang terkandung di dalamnya, para ulama

menyimpulkan bahwa menuntut ilmu adalah wajib, sesuai dengan jenis ilmu yang akan

dituntut. Inilah hukum dasar menuntut ilmu, berdasarkan sabda Rasulullah SAW:

‫طلب العلم فريضة على كل مسلم ومسلمة‬

Artinya:  “Menunut ilmu hukumnya wajib bagi orang islam laki-laki dan orang islam

perempuan”. (HR.

Peranan ilmu pengetahuan dalam kehidupan seseorang sangat besar, dengan ilmu

pengetahuan, derajat manusia akan berbeda antara yang satu dengan yang lainnya. Allah

SWT berfirman:

‫َش ِه َد هللاُ أَنَّهُ اَل إِلَهَ إِاَّل هُ َو َو ْال َماَل ئِ َكةُ َوأُولُو ْال ِع ْل ِم قَائِ ًما بِ ْالقِ ْس ِط اَل إِلَهَ إِاَّل هُ َو ْال َع ِزي ُز ْال َح ِكي ُم‬
Artinya: “Allah menyatakan bahwasanya tidak ada Tuhan melainkan dia (yang berhak

disembah), yang menegakkan keadilan. para malaikat dan orang-orang yang berilmu (juga

menyatakan yang demikian itu). tak ada Tuhan melainkan dia (yang berhak disembah), yang

Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana” (QS. Ali Imran: 18).

Dalam ayat ini dijelaskan bahwa yang menyatakan bahwa tiada yang berhak disembah selain

Allah adalah dzat Allah sendiri, lalu para malaikat dan para ahli ilmu. Diletakkannya para

ahli ilmu pada urutan ke-3 adalah sebuah pengakuan Allah SWT, atas kemualian dan

keutamaan para mereka.

Dalam ayat lain Allah berfirman:

ٍ ‫ين أُوتُوا ْال ِع ْل َم َد َر َجا‬


َ ُ‫ت َوهللاُ بِ َما تَ ْع َمل‬
‫ون َخبِي ٌر‬ َ ‫ين آ َمنُوا ِم ْن ُك ْم َوالَّ ِذ‬
َ ‫يَرْ فَ ِع هللاُ الَّ ِذ‬

Artinya:  “Niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan

orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui apa

yang kamu kerjakan”. (QS. Al-Mujadilah: 11)

Ibnu ‘Abbas ketika menafsirkan ayat ini mengatakan bahwa derajat para ahli ilmu dan orang

mukmin yang lain sejauh 700 derajat. Satu derajat sejauh perjalanan 500 tahun.

II. Pandangan Islam tentang Pentingnya Menuntut Ilmu

Pandangan Al-Qur’an tentang ilmu dan teknologi dapat diketahui prinsip-prinsipnya dari

analisis wahyu pertama yang diterima oleh Nabi Muhammad Saw.


‫ الَّ ِذي َعلَّ َم‬, ‫ ا ْق َر ْأ َو َرب َُّك األ ْك َر ُم‬, ‫ق‬ َ ‫ق اإل ْن َس‬
ٍ َ‫ان ِم ْن َعل‬ َ َ‫ َخل‬, ‫ق‬ َ ِّ‫ا ْق َر ْأ بِاس ِْم َرب‬
َ َ‫ك الَّ ِذي َخل‬

َ ‫ َعلَّ َم اإل ْن َس‬, ‫بِ ْالقَلَ ِم‬


‫ان َما لَ ْم يَ ْعلَ ْم‬

1.Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan, 2. Dia Telah menciptakan

manusia dari segumpal darah, 3. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah, 4. Yang

mengajar (manusia) dengan perantaran kalam, 5. Dia mengajar kepada manusia apa yang

tidak diketahuinya. (Al-Alaq: 1-5)

Iqra terambil dari akar kata yang berarti menghimpun. Dari menghimpun, lahir aneka makna

seperti menyampaikan, menelaah, mendalami, meneliti, mengetahui ciri sesuatu dan

membaca baik teks tertulis maupun tidak.

Perintah iqra menjadi pedoman nyata bagi seluruh umat Islam untuk senantiasa menggali

ilmu. Proses penggalian ilmu sendiri tidak lepas dari pertolongan Allah Swt, karena

sesungguhnya ilmu adalah milik Allah dan manusia diberi instrument untuk mendapatkan

ilmu tersebut melalui pendengaran, penglihatan dan hati. Sebagaimana firman Allah dalam

Al-Qur’an surat Al-Nahl 78

َ ‫َوهَّللا ُ أَ ْخ َر َج ُك ْم ِم ْن بُطُو ِن أُ َّمهَاتِ ُك ْم ال تَ ْعلَ ُم‬


َ ‫ون َش ْيئًا َو َج َع َل لَ ُك ُم ال َّس ْم َع َواأل ْب‬
‫صا َر‬

َ ‫َواأل ْفئِ َدةَ لَ َعلَّ ُك ْم تَ ْش ُكر‬


‫ُون‬

“Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatu

pun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur.”
Al-Qur’an memerintahkan manusia untuk terus berupaya meningkatkan kemampuan

ilmiahnya. Jangankan manusia biasa, Rasulullah Saw pun diperintahkan agar berusaha dan

berdoa agar selalu ditambah pengetahuannya.

‫وقُلْ َربِّ ِز ْدنِي ِع ْل ًما‬.....


َ .

“….. dan katakanlah (Muhamamd): "Ya Tuhanku, tambahkanlah kepadaku ilmu

pengetahuan." (QS: Thaha:114)

Meskipun manusia diberi kebebasan untuk menggali serta mengeksploitasi ilmu, tapi ada

beberapa hal yang tidak boleh dipertanyakan oleh manusia. Hal ini berkenaan dengan

keterbatasan ilmu manusia yang tidak mungkin bisa sampai kepada rahasia Allah yang masih

tersembunyi. Al-Biqa’i menjelaskan bahwa kaum musyrikin bertanya mengenai proses

dihidupkannya kembali manusia setelah menjadi tulang-belulang Pertanyaan ini langsung

dijawab oleh Allah melalui surat Al-Isra ayat 85

‫وح قُ ِل الرُّ و ُح ِم ْن أَ ْم ِر َربِّي َو َما أُوتِيتُ ْم ِم َن ْال ِع ْل ِم إِال قَلِيال‬ َ َ‫َويَسْأَلُون‬


ِ ُّ‫ك َع ِن الر‬

“Dan mereka bertanya kepadamu tentang roh. Katakanlah: "Roh itu termasuk urusan Tuhan-

ku, dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit".

A. DERAJAT ORANG YANG BERILMU.

Kalau kita telah mempelajari dan memiliki ilmu-ilmu itu, apakah kewajiban

kita yang harus ditunaikan?. Kewajiban yang harus ditunaikan ialah mengamalkan

segala ilmu itu, sehingga menjadi ilmu yang bermanfaat, baik untuk diri kita sendiri

maupun bagi orang lain. Agar bermanfaat bagi orang lain hendaklah ilmu-ilmu itu

kita ajarkan kepada mereka. Mengajarkan ilmu-ilmu ialah memberi penerangan


kepada mereka dengan uraian lisan, atau dengan melaksanakan sesuatu amal di

hadapan mereka, atau dengan jalan menyusun dan mengarang buku-buku untuk dapat

diambil manfaatnya.

Mengajarkan ilmu kecuali memang diperintah oleh agama, sungguh tidak disangkal

lagi, bahwa mengajar adalah suatu pekerjaan yang seutama-utamanya. Nabi diutus ke

dunia inipun dengan tugas mengajar, sebagaimana sabdanya :

Artinya :

“Aku diutus ini, untuk menjadi pengajar”.(HR. Baihaqi)

Sekiranya Allah tidak membangkitkan Rasul untuk menjadi guru manusia, guru

dunia, tentulah manusia tinggal dalam kebodohan sepanjang masa. Walaupun akal

dan otak manusia mungkin menghasilkan berbagai ilmu pengetahuan, namun masih

ada juga hal-hal yang tidak dapat dijangkaunya, yaitu hal-hal yang diluar akal

manusia. Untuk itulah Rasul Allah di bangkitkan di dunia ini. Mengingat pentingnya

penyebaran ilmu pengetahuan kepada manusia/masyarakat secara luas, agar mereka

tidak dalam kebodohan dan kegelapan, maka di perlukan kesadaran bagi para mualim,

guru dan ulama, untuk beringan tangan menuntun mereka menuju kebahagian dunia

dan akhirat. Bagi para guru dan ulama yang suka menyembunyikan ilmunya,

mendapat ancaman, sebagaimana sabda Nabi saw.

Artinya :”Barang siapa ditanya tentang sesuatu ilmu, kemudian menyembunyikan

(tidak mau memberikan jawabannya), maka Allah akan mengekangkan (mulutnya),

kelak dihari kiamat dengan kekangan ( kendali) dari api neraka”.(HR Ahmad)
III. Hadits-hadits yang menjelaskan Pentingnya Ilmu

Hadits-hadits yang menjelaskan pentingnya ilmu sangat banyak, dan tidak mungkin

disebutkan semuanya dalam makalah ini. Para ulama ahli hadits pada umumnya menuliskan

bab tersendiri yang menjelaskan pentingnya ilmu. Mereka bahkan menulis sebuah kitab yang

khusus menjelaskan betapa pentingnya ilmu bagi seluruh sendi kehidupan, baik dalam

kehidupan dunia maupun akhirat.

Sabda Rasulullah SAW:

)‫اَ ْل ُعلَ َما ُء َو َرثَةُ اأْل َ ْنبِيَا ِء (رواه أبو داود والترمذي وابن ماجه وابن حبان‬

Artinya:     “Orang-orang yang berilmu adalah ahli waris para nabi” (HR. Abu Daud,

Tirmidzi, Ibnu Majah dan Ibnu Hibban)

Tentu sudah diketahui, bahwa tidak ada kedudukan di atas kenabian dan tidak ada kemuliaan

di atas kemulian mewarisi kedudukan kenabian tersebut.

Rasulullah SAW bersabda:

ِ ْ‫ت َواأْل َر‬


‫ض (رواه أبو داود والترمذي وابن ماجه وابن‬ ِ ‫يَ ْستَ ْغفِ ُر لِ ْل َعالِ ِم َما فِي ال َّس َم َوا‬

)‫حبان‬
Artinya: “Segala apa yang ada di langit dan bumi memintakan ampun untuk orang yang

berilmu”. (HR. Abu Daud, Tirmidzi, Ibnu Majah dan Ibnu Hibban)
Kedudukan apa yang melebihi kedudukan seseorang yang selalu dimintakan ampun oleh para

malaikat langit dan bumi?.

Rasulullah SAW bersabda:

‫اس ْال ُم ْؤ ِم ُن ْال َعالِ ُم الَّ ِذيْ إِ ِن احْ تِي َْج إِلَ ْي ِه نَفَ َع َوإِ ِن ا ْستُ ْغنِ َي َع ْنهُ أَ ْغنَى نَ ْف َسهُ (رواه‬ َ ‫أَ ْف‬
ِ َّ‫ض ُل الن‬

)‫البيهقي‬

Artinya:  “Seutama-utama manusia ialah seorang mukmin yang berilmu. Jika ia dibutuhkan,

maka ia menberi manfaat. Dan jika ia tidak dibutuhkan maka ia dapat memberi manfaat pada

dirinya sendiri”. (HR. Al-Baihaqi)[6]

Hadits ini menjelaskan bagaimana keutamaan ilmu bagi seseorang, dimana ia akan

memberikan manfaat dan dibutuhkan oleh orang-orang disekitarnya. Bahkan jika seorang

yang berilmu terangsingkan dari kehidupan sekitarnya, ilmu yang ia miliki akan memberikan

manfaat kepada dirinya sendiri, dan menjadi penghibur dalam kesendiriannya.

Tentang pentingnya ilmu Rasulullah SAW bersabda:

)‫َم ْن ي ُِر ِد هللاُ بِ ِه َخ ْيرًا يُفَقِّ ْههُ فِي الدِّي ِن (رواه البخاري ومسلم‬

Artinya:  “Barang siapa dikehendaki bagi oleh Allah, maka Allah memberi kepahaman

untuknya tentang ilmu”, (HR. Bukhari dan Muslim)


Hadits ini adalah hadits yang urgen, dimana seolah-olah Allah menggantungkan kebaikan

seseorang terhadap kepahamannya terhadap agama, dalam arti kwalitas dan kwantitas

ilmunya dalam masalah agama. Dari sini dapat diketahui bahwa ilmu adalah penting, karena

ia menjadi penentu baik dan buruk seseorang. Dengan ilmu ia akan membedakan salah dan

benar, baik dan buruk dan halal dan haram.

Dalam hadits lain Rasulullah SAW bersabda:

ْ ‫اب أَرْ ضًا فَ َكان‬


ٌ‫َت ِم ْنهَا طَائِفَةٌ طَيِّبَة‬ َ ‫ص‬َ َ‫ث أ‬
ٍ ‫ َو ْال ِع ْل ِم َك َمثَ ِل َغ ْي‬, ‫إن َمثَ َل َما بَ َعثَنِي هللاُ بِ ِه ِم ْن ْالهُدَى‬
َّ

‫ فَنَفَ َع هللاُ بِهَا‬, ‫ت ْال َما َء‬


ْ ‫ َو َكانَ ِم ْنهَا أَ َجا ِدبُ أَ ْم َس َك‬, ‫ير‬
َ ِ‫ب ْال َكث‬
َ ‫ َو ْال ُع ْش‬, َ ‫َت ْالكَاَل‬
ْ ‫ فَأ َ ْنبَت‬, ‫ت ْال َما َء‬
ْ َ‫قَبِل‬

ٌ ‫اب طَائِفَةً ِم ْنهَا أُ ْخ َرى إنَّ َما ِه َي قِي َع‬


ُ ‫ان اَل تُ ْم ِس‬
‫ك‬ َ ‫ص‬َ َ‫ َوأ‬, ‫زَر ُعوا‬
َ ‫ َو‬, ‫ َو َسقَوْ ا‬, ‫اس فَ َش ِربُوا ِم ْنهَا‬
َ َّ‫الن‬

, ‫ َو َعلَّ َم‬, ‫ فَ َعلِ َم‬, ‫ َونَفَ َعهُ بِ َما بَ َعثَنِي هللاُ بِ ِه‬, ِ‫ين هللا‬ َ ِ‫ فَ َذل‬, ً ‫ت كَأَل‬
ِ ‫ك َمثَ ُل َم ْن فَقُهَ فِي ِد‬ ُ ِ‫ َواَل تُ ْنب‬, ‫ْال َما َء‬

ُ ‫ َولَ ْم يَ ْقبَلْ هُدَى هللاِ الَّ ِذي أُرْ ِس ْل‬, ‫ك َر ْأسًا‬


)‫ت بِ ِه (رواه البخاري ومسلم‬ َ ِ‫َو َمثَ ُل َم ْن لَ ْم يَرْ فَ ْع بِ َذل‬

Artinya: “Perumpamaan apa yang dituliskan oleh Allah kepadaku yakni petunjuk dan ilmu

adalah seperti hujan lebat yang mengenai tanah. Dari tanah itu ada yang gemburyang dapat

menerima air lalutumbuhlah padang rumput yang banyak. Dari panya ada yang keras dapat

menahan air dan tidak dapat menumbuhkan rumput. Demikian itu perumpamaan orang yang

tidak menolak kepadanya, dan mengajar, dan perumpamaan orang yang pandai agama Allah

dan apa yang dituliskan kepadaku bermanfaat baginya, ia pandai dan mengajar, dan

perumpamaan orang yang tidak menolak kepadanya, dan ia tidak mau menerima petunjuk

Allah, yang mana saya di utus dengannya”. (HR. Bukhari dan Muslim)

Dari Sahal bin Sa’ad RA, ia menceritakan sabda Rasulullah SAW kepada Ali bin Abi Thalib:
)‫ك ِم ْن ُح ْم ِر النَّ َع ِم (رواه البخاري ومسلم‬ َ ‫فَ َوهللَا ِ أَل َ ْن يَ ْه ِد‬
ِ ‫ َو‬, ‫ي هللاُ بِكَ َر ُجاًل‬
َ َ‫احدًا خَ ْي ٌر ل‬

Artinya: “Demi Allah! Jika Allah memberi petunjuk kepada seseorang karenamu, maka itu

lebih baik dari pada himar-himar ternak” (HR. Bukhari Muslim)

Rasulullah SAW bersabda:

ُ
‫ك ِم ْن‬ ِ ‫ان لَهُ ِم ْن اأْل َجْ ِر ِم ْث ُل أج‬
َ ِ‫ اَل يَ ْنقُصُ َذل‬, ُ‫ُور َم ْن تَبِ َعه‬ َ ‫َم ْن َد َعا إلَى هُدًى َك‬

ُ‫ان َعلَ ْي ِه ِم ْن اإْل ِ ْث ِم ِم ْث ُل آثَ ِام َم ْن تَبِ َعهُ اَل يَ ْنقُص‬


َ ‫ضاَل لَ ٍة َك‬
َ ‫ َو َم ْن َد َعا إلَى‬, ‫ُور ِه ْم َش ْيئًا‬ ُ
ِ ‫أج‬

)‫ك ِم ْن آثَا ِم ِه ْم (رواه مسلم‬


َ ِ‫ َذل‬.

Artinya: “Barang siapa mengajak kepada petunjuk, maka baginya pahala seperti pahala-

pahala orang yang mengikutinya, tidak dikurangi sedikitpun dari phala-pahala itu. Barang

siapa mengajak kepada kesesatan, maka baginya dosa seperti dosa-dosa orang yang

mengikutinya, tidak dikurangi sedikitpun dari dosa-dosa itu” (HR. Muslim)

Dari Abu Hurairah RA, Rasulullah SAW bersabda:

‫ أَ ْو َولَ ٌد‬, ‫ أَ ْو ِع ْل ٌم يُ ْنتَفَ ُع ِب ِه‬, ٌ‫اريَة‬


ِ ‫ص َدقَةٌ َج‬ ٍ ‫ات اب ُْن آ َد َم ا ْنقَطَ َع َع َملُهُ إاَّل ِم ْن ثَاَل‬
َ :‫ث‬ َ ‫إ َذا َم‬

)‫صالِ ٌح يَ ْد ُعو لَهُ (رواه مسلم‬


َ
Artinya: “Jika anak Adam meninggal, maka terputuslah semua amalnya kecuali dari tiga

perkara, shadaqah jariyah, ilmu yang bermanfaat dan anak shaleh yang mendoakannya” (HR.

Muslim)

Hadits-hadits tersebut menjelaskan keutamaan-keutamaan dan pentingnya ilmu bagi manusia.

Dan masih banyak hadits-hadits lain[7].

IV. Pandangan Ulama tentang Pentingnya Ilmu

Imam As-Syafi’i mengatakan:

‫ َو َم ْن أَ َرا َد اآْل ِخ َرةَ فَ َعلَ ْي ِه بِ ْال ِع ْل ِم‬, ‫َم ْن أَ َرا َد ال ُّد ْنيَا فَ َعلَ ْي ِه بِ ْال ِع ْل ِم‬

Artinya:  “Barang siapa menghendaki (kebaikan) dunia, maka hendaknya ia menggunakan

ilmu, dan barang siapa menghendaki kebaikan akhirat, maka hendaknya menggunakan

ilmu”[8].

Menurut Al-Ghazali Ilmu, pengetatahuan itu indah, mulia dan utama. Tetapi, selama

keutamaan itu sendiri masih belum dipaham, dan yang diharapkan dari keutamaan itu masih

belum terwujud, maka tidak mungkin diketahui bahwa ilmu adalah utama.

Keutamaan adalah kelebihan. Jika ada dua benda yang sama, sementara salah satunya

mempunyai kelebihan, maka benda itu bisa disebut utama, kalau memang kelebihan yang

dimaksud adalah kelebihan dalam sifat kesempurnaan.


Sesuatu yang indah dan disenangi ada tiga macam, yaitu: sesuatu yang disenangi karena ada

faktor lain diluarnya, sesuatu yang disenangi karena nilai eksentriknya dan sesuatu yang

dicari karena nilai eksentriknya juga karena ada faktor lain diluarnya.

Uang adalah sesuatu yang disenangi. Tetapi ia disenangi bukan karena nilai eksentriknya

tetapi karena ada faktor lain berupa dapat dibuatnya uang untuk mendapatkan yang lain.

Kebahagiaan adalah sesuatu yang disenangi karena nilai eksentriknya, artinya ia disenangi

karena kebahagian itu sendiri. Sedangkan sesuatu yang disenangi karena ada faktor lain dari

luar dan juga karena nilai eksentriknya dapat dicontohkan seperti kesehatan badan. Kesehatan

badan disamping bisa dibuat untuk memperoleh tujuan dan kebutuhan lain, ia juga disenangi

karena didalamnya sendiri ada nikmat dan kenyamanan. Dari ketiga macam hal di atas, yang

tentunya lebih utama adalah yang ketiga.

Apabila memandang ilmu pengetahuan, maka ia termasuk yang ketiga. Ilmu itu sendiri

adalah keindahan dan kelezatan, disamping ia dapat dijadikan perantara mendapatkan

kebahagian, baik di dunia maupun akhirat. Dengan ilmu kedekatan kepada Allah dapat diraih,

kelas lebih tinggi para malaikat dapat diperoleh dan status sosial yang tinggi di surga dapat

dinikmati. Dengan ilmu kemulian dunia, pengaruh, pengikut, kemewahan, kekuasaan dan

kehormatan dapat diperoleh. Bahkan binatang pun secara naluri akan tunduk kepada manusia

karena ilmu yang dimilikinya. Inilah kesempurnaan ilmu secara mutlak[9]

Ali bin Abi Thalib berkata kepada Kumail:

“Wahai Kumail, ilmu itu lebih utama dari pada harta karena ilmu itu menjagamu, sedangkan

kamu menjaga harta. Ilmu adalah hakim, sedang harta adalah yang dihakimi. Harta menjadi
berkurang jika dibelanjakan, sedangkan ilu akan berkembang dengan diajarkan kepada orang

lain”[10].

Menurut Al-Mawardi, keutamaan dan pentingnya ilmu dapat diketahui oleh semua orang.

Yang tidak dapat mengetahuinya hanya orang-orang bodoh. Perkataan ini adalah petunjuk

bagi keutamaan ilmu yang lebih mengena, karena keutamaan ilmu hanya dapat diketahui oleh

ilmu itu sendiri. Ketika seseorang tidak berilmu untuk mengetahui keutamaan ilmu, maka ia

meremehkan ilmu, menganggap hina para pemilinya, dan menyangka bahwa hanyalah

kekayaan dunia yang akan mengantarkannya kepada sebuah kebahagiaan[11].

Al-Mawardi juga mengatakan bahwa, ilmu amatlah luas, jika di pelajari tidak akan pernah

selesai, selama bumi masih berputar, selama hayat di kandung badan selama itu pula manusia

memerlukan ilmu pengetahuan islam tidak hanya cukup pada perintah menuntut ilmu, tetapi

menghendaki agar seseorang itu terus menerus melakukan belajar, karena manusia hidup di

dunia ini perlu senantiasa menyesuaikan dengan alam dan perkembangan zaman. Jika

manusia berhenti belajar sementara zaman terus berkembang maka manusia akan tertinggal

oleh zaman sehingga tidak dapat hidup layak sesuai dengan tuntutan zaman, terutama pada

zaman sekarang ini, zaman yang di sebut dengan era globalisasi, orang di tuntut untuk

memiliki bekal yang cukup banyak, berupa ilmu pengetahuan[12].


BAB III

KESIMPULAN

Berdasarkan firman-fiman Allah, hadits-hadits Rasulullah serta pendapat para ulama, maka

dapat disimpulkan bahwa ilmu adalah sesuatu yang paling baik dari segala bentuk benda

yang ada. Ia juga adalah yang terpenting dari segala sesuatu yang penting. Ilmu sendiri adalah

sebuah keutamaan, dimana seseorang akan merasakan kenikmatan dalam pergelutannya

dengan ilmu, memberinya manfaat bagi dirinya, memperbaiki akhlaknya, memberikan jalan

keluar bagi kebuntuan pikirannya, serta menunjukkannya jalan menuju keselamatan dan

kebahagiaan dunia dan akhirat.

Dalam hubungannya dengan makhluk-makhluk sekitarnya, orang yang berilmu mmeberikan

banyak manfaat kepada mereka, membantu mengeleuarkan mereka dari sebuah masalah,

menunjukkan mereka kepada kebenaran dan menghindarkan mereka dari jurang kenistaan,

yaitu kesengsaraan yang abadi di akhirat. Selain itu, ilmu adalah sebuah petunjuk bagi maju

atau berkembangnya sebuah peradaban bangsa. Artinya, kemajuan sebuah bangsa dapat

dilihat melalui kemajuan ilmu pengetahuan yang ada dalam lingkungan mereka.

Anda mungkin juga menyukai