Anda di halaman 1dari 13

Tugas Rangkuman

Ekonomi Koperasi dan UMKM

Disusun Oleh

Nama : Asmiranda Hidayatin

Nim : A1A019027

Prodi/Kelas : IESP/A

ILMU EKONOMI STUDI PEMBANGUNAN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MATARAM
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI…………………………………………………………………………...…………...

PEMBAHASAN.........…..…….…………………………………………………….…..………….

1.1 Konsep pengusaha kecil dan menengah…………………………………………………...


1.2 Keberadaan UKM secara alami.........………........................…………………………......
1.3 Kinerja UKM di Indonesia……………………………..………………….……………...
1.4 Kontribusi UKM terhadap kesempatan kerja dan PDB......................................................
1.5 Otonomi daerah dan peluang bagi UKM daerah................................................................
1.6 Peluang dan tantangan bagi UKM dalam liberalisasi perdagangan...................................

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………………………
PEMBAHASAN

1.1 Konsep Pengusaha Kecil dan Menengah


Pengertian UKM

Menurut Keputusan Presiden RI no. 99 tahun 1998, Pengertian Usaha Kecil

Menengah: Kegiatan ekonomi rakyat yang berskala kecil dengan bidang usaha yang

secara mayoritas merupakan kegiatan usaha kecil dan perlu dilindungi untuk mencegah

dari persaingan usaha yang tidak sehat.Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), Pengertian

Usaha Kecil Menengah: Berdasarkan kuantitas tenaga kerja. Usaha kecil merupakan

entitas usaha yang memiliki jumlah tenaga kerja 5 s.d 19 orang, sedangkan usaha

menengah merupakan entitias usaha yang memiliki tenaga kerja 20 s.d. 99 orang.

Menurut UU No 20 Tahun 2008, Pengertian Usaha Kecil Menengah: Undang

undang tersebut membagi kedalam dua pengertian yakni:

1) Usaha Kecil adalah entitas yang memiliki kriteria sebagai berikut :

Kekayaan bersih lebih dari Rp 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) sampai

dengan paling banyak Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah

dan bangunan tempat usaha.

a) Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp 300.000.000,00 (tiga ratus juta

rupiah) sampai dengan paling banyak Rp 2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus

juta rupiah).

2) Usaha Menengah adalah entitas usaha yang memiliki kriteria sebagai berikut :
Kekayaan bersih lebih dari Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) sampai

dengan paling banyak Rp 10.000.000.000,00 (sepuluh milyar rupiah) tidak termasuk

tanah dan bangunan tempat usaha.

b) Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp2.500.000.000,00 (dua milyar lima

ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp 50.000.000.000,00 (lima puluh

milyar rupiah).

3) Ciri-ciri dan contoh dari UKM

a) Ciri-ciri usaha kecil

1) Jenis barang/komoditi yang diusahakan umumnya sudah tetap tidak gampang

berubah;

2) Lokasi/tempat usaha umumnya sudah menetap tidak berpindah-pindah;

3) Pada umumnya sudah melakukan administrasi keuangan walau masih

sederhana, keuangan perusahaan sudah mulai dipisahkan dengan keuangan

keluarga, sudah membuat neraca usaha;

4) Sudah memiliki izin usaha dan persyaratan legalitas lainnya termasuk NPWP;

5) Sumberdaya manusia (pengusaha) memiliki pengalaman dalam berwira usaha;

6) Sebagian sudah akses ke perbankan dalam hal keperluan modal;

7) Sebagian besar belum dapat membuat manajemen usaha dengan baik seperti

business planning.
b) Contoh Usaha Kecil

1) Usaha tani sebagai pemilik tanah perorangan yang memiliki tenaga kerja;

2) Pedagang dipasar grosir (agen) dan pedagang pengumpul lainnya;

3) Pengrajin industri makanan dan minuman, industri meubelair, kayu dan rotan,

industri alat-alat rumah tangga, industri pakaian jadi dan industri kerajinan

tangan;

4) Peternakan ayam, itik dan perikanan;

5) Koperasi berskala kecil.

c) Ciri-ciri usaha menengah

Pada umumnya telah memiliki manajemen dan organisasi yang lebih baik, lebih

teratur bahkan lebih modern, dengan pembagian tugas yang jelas antara lain, bagian

keuangan, bagian pemasaran dan bagian produksi;

1) Telah melakukan manajemen keuangan dengan menerapkan sistem akuntansi

dengan teratur, sehingga memudahkan untuk auditing dan penilaian atau

pemeriksaan termasuk oleh perbankan;

2) Telah melakukan aturan atau pengelolaan dan organisasi perburuhan, telah ada

Jamsostek, pemeliharaan kesehatan dll;

3) Sudah memiliki segala persyaratan legalitas antara lain izin tetangga, izin usaha,

izin tempat, NPWP, upaya pengelolaan lingkungan dll;


4) Sudah akses kepada sumber-sumber pendanaan perbankan.

5) Pada umumnya telah memiliki sumber daya manusia yang terlatih dan terdidik.

d) Contoh usaha menengah

Jenis atau macam usaha menengah hampir menggarap komoditi dari hampir

seluruh sektor mungkin hampir secara merata, yaitu:

1) Usaha pertanian, perternakan, perkebunan, kehutanan skala menengah;

2) Usaha perdagangan (grosir) termasuk expor dan impor;

3) Usaha jasa EMKL (Ekspedisi Muatan Kapal Laut), garment dan jasa transportasi

taxi dan bus antar proponsi;

4) Usaha industri makanan dan minuman, elektronik dan logam.

5) Usaha pertambangan batu gunung untuk kontruksi dan marmer buatan

1.2 Keberadaan UKM Secara Alami

Globalisasi perekonomian dunia juga memperbesar ketidakpastianterutama karena

semakin tingginya mobilisasi modal, manusia, dan sumber daya produksi lainnya. Kemampuan

UKM bertahan selama ini di Indonesiamenunjukan potensi kekuatan yang dimiliki UKM

Indonesia untuk menghadapi perubahan-perubahan dalam perdagangan dan perekonomiandunia

di masa depan. Relatif lebih baiknya UK dibadingkan UM atau UB dalam menghadapi krisis

ekonomi tahun 1998 tidak lepas dari sifat alami darikeberadaan UK yang berbeda dengan sifat

alami dari keberadaan UM apalag UB di Indonesia.


Sifat alami yang berbeda ini sangat penting untuk dipahami agar dapat mempredisikan

masa depan UK atau UKM. UK pada umumnya membuat barang-barang konsumsi sederhana

untuk kebutuhan kelompok masyarakat berpenghasilan rendah. Sebagian dari pengusaha kecil

dan pekerjanya di Indonesia adalah kelompok masyarakat berpandidikan randah (SD) dan

kebanyakan dari mereka menggunakan mesin serta alat produksisederhana atau implikasi dari

mereka sendiri. UK sebenarnya tidak terlalutergantung pada fasilitas-fasilitas dari pemerintah

termasuk skim-skim kreditmurah. Untuk mengetahui besarnya dampak dan proses terjadinya

dampak tersebut dari suatu gejolak ekonomi seperti krisis tahun 1998 terhadap UK perlu

dianalisis dari dua sisi

−Penawaran

−Permintaan

1.3 Kinerja UKM di Indonesia

UKM di negara berkembang, seperti di Indonesia, sering dikaitkan dengan masalah-

masalah ekonomi dan sosial dalam negeri seperti tingginya tingkat kemiskinan, besarnya jumlah

pengangguran, ketimpangan distribusi pendapatan, proses pembangunan yang tidak merata

antara daerah perkotaan dan perdesaan, serta masalah urbanisasi. Perkembangan UKM

diharapkan dapat memberikan kontribusi positif yang signifikan terhadap upaya-upaya

penanggulangan masalah-masalah tersebut di atas.Karakteristik UKM di Indonesia, berdasarkan

penelitian yang dilakukan oleh AKATIGA, the Center for Micro and Small Enterprise Dynamic

(CEMSED), dan the Center for Economic and Social Studies (CESS) pada tahun 2000, adalah

mempunyai daya tahan untuk hidup dan mempunyai kemampuan untuk meningkatkan

kinerjanya selama krisis ekonomi. Hal ini disebabkan oleh fleksibilitas UKM dalam melakukan
penyesuaian proses produksinya, mampu berkembang dengan modal sendiri, mampu

mengembalikan pinjaman dengan bunga tinggi dan tidak terlalu terlibat dalam hal birokrasi.

UKM di Indonesia dapat bertahan di masa krisis ekonomi disebabkan oleh 4 (empat) hal,

yaitu :

1) Sebagian UKM menghasilkan barang-barang konsumsi (consumer goods), khususnya

yang tidak tahan lama,

2) Mayoritas UKM lebih mengandalkan pada non-banking financing dalam aspek

pendanaan usaha,

3) Pada umumnya UKM melakukan spesialisasi produk yang ketat, dalam arti hanya

memproduksi barang atau jasa tertentu saja, dan

4) Terbentuknya UKM baru sebagai akibat dari banyaknya pemutusan hubungan kerja di

sektor formal.UKM di Indonesia mempunyai peranan yang penting sebagai penopang

perekonomian.

Penggerak utama perekonomian di Indonesia selama ini pada dasarnya adalah sektor

UKM. Berkaitan dengan hal ini, paling tidak terdapat beberapa fungsi utama UKM dalam

menggerakan ekonomi Indonesia, yaitu :

a) Sektor UKM sebagai penyedia lapangan kerja bagi jutaan orang yang tidak tertampung

di sektor formal,

b) Sektor UKM mempunyai kontribusi terhadap pembentukan Produk Domestik Bruto

(PDB), dan
c) Sektor UKM sebagai sumber penghasil devisa negara melalui ekspor berbagai jenis

produk yang dihasilkan sektor ini.

Kinerja UKM di Indonesia dapat ditinjau dari beberapa aspek, yaitu :

1) nilai tambah,

2) unit usaha, tenaga kerja dan produktivitas,

3) nilai ekspor.

1.4 Kontribusi UKM Terhadap Kesempatan Kerja dan PDB

Sektor Usaha Kecil dan Menengah telah mampu menunjukkan kinerja yang relatif lebih

tangguh dalam menghadapi masa krisis yang panjang.UKM mendorong pertumbuhan ekonomi

dan penyerapan tenaga kerja yang tidak bisalagi dilakukan oleh usaha besar.Indikator ekonomi

makro yang yang merupakan hasil kerjasama Badan Pusat Statistik (BPS) dengan Kementrian

Koperasi dan UKM mengumumkan pertumbuhan UKM yang terus mengalami

peningkatan.Apabila melihat data yang dilansir BPS menunjukkan betapa UKM menuju

perkembangan yang sangat menjanjikan.Besaran Produk Domestik Bruto (PDB) yang

disumbangkan UKM pada2003 mencapai Rp1.013 triliun atau 56,7 persen dari total PDB

nasional. Pada2001 terjadi pertumbuhan 3,8 persen, tahun 2002 naik menjadi 4,1 persen dan2003

meningkat menjadi 4,6 persen. Bahkan sumbangan pertumbuhan PDB UKMlebih tinggi

dibandingkan pertumbuhan usaha besar. Tahun 2003 dari 4,1 persen pertumbuhan PDB

nasional ,2,4 persen berasal dari UKM). Kontribusi sektor ini pada perekonomian nasional juga

cukup signifikan.Padatahun 2002 jumlah UKM tercatat 41,3 juta unit atau 99,99%

darikeseluruhan unit usaha ekonomi yang ada, dengan tingkat penyerapan tenagakerja sebesar
88,7% dari jumlah tenaga kerja yang ada, atau mencapai 68,28 jutaorang. Dibanding dengan

kondisi tahun 2002, jumlah tersebut meningkat sebesar2,7% menjadi 42,4 juta unit usaha,

dengan penyerapan tenaga kerja menjadi 79juta tenaga kerja atau meningkat 15,7 %.

1.5 Otonomi Daerah dan Peluang Bagi UKM Daerah

Dengan diberlakukannya otonomi daerah, dunia usaha di daerah akan menghadapi suatu

perubahan besar yang sangat berpengaruh terhadap iklim berusaha/persaingan di daerah. Oleh

sebab itu, seetiap pelaku bisnis di daerah dituntut untuk dapat beradaptasi menghadapi perubahan

tersebut. Di satu sisi, perubahan itu akan memberi kebebasan sepenuhya bagi daerah dalam

menentukan sendiri kegiatan-kegiatan ekonomi yang akan dikembangkan. Tentunya diharapkan

kegiatan-kegiatan yang produktif yang dapat menghasilkan nilai tambah (NT) yang tinggi dan

dapat memberi sumbangan besar bagi pemerntukan PAD, salah satunya adalah industri-industri

dengan dasar sumber daya alam. Diharapkan industri-industri tersebut dapat dikembangkan di

daerah yang kaya sumber daya alam sehingga mempunyai daya saing tinggi dibandingkan

dengan negara-negara lain.

Bagi pengusaha setempat, pembangunan industri-industri tersebut berarti suatu peluang

bisnis ang besar, baik dalam arti membangun perusahaan di industri tersebut atau perusahaan di

sector lain yang terkait dengan industri tersebut, misalnya di sector jasa (perusahaan

transportasi) atau di sector perdagangan (perusahaan ekspor-impor). Di sisi lain, jika tidak ada

kesiapan yang matang dari pelaku bisnis daerah, maka pemberlakuan otonomi daerah akan

menimbulkan ancaman besar bagi mereka untuk dapat bertaha menghadapi persaingan dari luar

daerah atau luar negeri. Dengan kata lain, tantangan yang pasti dihadapi setiap pelaku bisnis di
daerah pada masa mendatang adalah bagaimana mereka memanfaatkan kesempatan tersebut

sebaik-baiknya.

1.6 Peluang dan Tantangan Bagi UKM Dalam Liberalisasi Perdaagangan

Sejak terjadi reformasi kebijakan perdagangan di Indonesia pada awal tahun 1980-an,

Indonesia mulai keluar dari cangkangnya untuk membuka diri dan terlibat dalam perekonomian

global. Setelah sekian lama berlindung dan bergantung terhadap pendapatan minyak dan gas

yang melimpah ruah, Indonesia segera mencari alternatif pendapatan negara sejak redamnya

masa oil boom sehingga fokus harus dialihkan pada pengembangan pundi-pundi dari sektor non-

migas (sektor selain minyak bumi dan gas). Oleh karenanya, pemerintah Indonesia berinisiatif

untuk melakukan reformasi kebijakan perdagangan, mulai dari pengurangan hambatan

perdagangan non-tarif secara bertahap hingga penurunan tingkat tarif mencapai 0% di beberapa

sektor.Semua tingkat perjanjian perdagangan pun ditindaklanjuti, baik di tingkat multilateral,

regional, serta bilateral.Tak ketinggalan, deregulasi berbagai peraturan perdagangan pun

dilakukan demi meminimalisasi peluang korupsi di tataran birokrat.

Kendala utama yang dihadapi UMKM sehingga pembentukan nilai ekspornya sangat

rendah disebabkan oleh teknologi yang belum mumpuni untuk menunjang produktivitas,

rendahnya keahlian tenaga kerja, kurangnya pengetahuan mengenai pasar dan strategi bisnis

global, dan keterbatasan dalam mengakses modal.Pengetahuan pemasaran yang kurang memadai

mengakibatkan para pelaku UMKM tidak melakukan kegiatan secara ekspor secara mandiri

melainkan menggunakan jasa pihak ketiga untuk melakukan ekspor. Hal ini untuk sementara

bisa diatasi dengan menjadikan pelaku UMKM supplierbagi perusahaan besar dan perusahaan

asing dalam negeri yang memiliki jaringan internasional sehingga mereka terlatih dalam
membentuk jaringan.Namun, manfaat untuk jangka panjang, pemerintah dan institusi terkait

perlu mengadakan pelatihan guna meningkatkan kemampuan pemasaran secara internasional

tersebut.Untuk mengatasi permodalan, pemerintah telah berupaya untuk memperluas Bank

Penyalur Kredit Usaha Rakyat (KUR) melalui Bank Pembangunan Daerah (BPD) sehingga pada

tahun 2011 melalui Kementerian Koperasi dan UKM mampu merealisasikan KUR sebesar 29

triliun. Dengan kata lain, tercapai 145% melampaui target.Kementerian Koperasi dan UKM telah

mencanangkan berbagai program strategis seperti, Gerakan Kewirausahaan Nasional (GKN),

pengembangan Inkubator Bisnis, pengembangan dan perluasan pasar produk UMKM.Namun,

pemerintah masih luput untuk fokus pada pengembangan sumber daya manusia dan teknologi

untuk meningkatkan kemampuan inovasi dan mutu produk sehingga produk UMKM Indonesia

bisa diakui secara internasional.


DAFTAR PUSTAKA

Tambunan, Tulus. 2012. Perekonomian Indonesia. Bogor:Gahlia Indonesia

Nugrahani, Tri Siwi.dkk. 2015. Model Pendampingan : Upaya Mengurangi Kemiskinan.

Yogyakarta : Litera Yogyakarta

http://unyudua.blogspot.co.id/2014/12/makalah-peranan-strategis-ukm-dalam.html

http://www.kompasiana.com/ratripurwasih/perkembangan-koperasi-dan-ukm-di-

indonesia_5520e43ea33311614a46cdb1

http://nitaratnasari94.blogspot.co.id/2013/05/peran-ukm-dalam-perekonomian-

indonesia.html

http://agarcepatsarjana.blogspot.co.id/2016/12/eksistensi-ukm-dalam-proses-pembangunan.html

Anda mungkin juga menyukai