Anda di halaman 1dari 23

PENGARUH PENINGKATAN PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI

DAERAH TERHADAP PENINGKATAN PENDAPATAN ASLI DAERAH


KOTA PARIAMAN PADA TAHUN 2009-2019

Dela Rahmadani, 1Ilham Multama, 2Wilfia Vera


Program Studi Akuntansi
Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi
Sumatera Barat
Pariaman
2020

ABSTRAK

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui bagaimana


pengaruh peningkatan pajak daerah dan retribusi daerah terhadap pendapatan asli
daerah kota Pariaman pada tahun 2009 sampai tahun 2019. Penelitian ini
dilakukan pada bulan Agustus tahun 2020. Analisis yang digunakan adalah
analisis regresi linier berganda. Pengolahan data dilakukan dengan bantuan
program komputer SPSS 21.
Berdasarkan hasil pengolahan data menunjukkan bahwa : Secara parsial
pajak daerah berpengaruh positif dan signifikan terhadap pendapatan asli daerah
kota Pariaman dengan nilai t hitung sebesar 2.96 > 2.30 dan nilai signifikan
sebesar 0,018 < 0,05. Secara parsial retribusi daerah tidak berpengaruh terhadap
pendapatan asli daerah kota Pariaman dengan nilai t hitung sebesar 1.616 < 2.30
dan nilai signifikan sebesar 0.145 > 0.05. Secara simultan pajak daerah dan
retribusi daerah berpengaruh positif dan signifikan terhadap pendapatan asli
daerah kota Pariaman dengan nilai F hitung sebesar 964.569 > 4.46 dan nilai
signifikan sebesar 0,00 < 0,05. Secara keseluruhan kontribusi pajak daerah dan
retribusi daerah terhadap pendapatan asli daerah adalah sebesar 99.6% dan
selebihnya yaitu sebesar 0.4% dipengaruhi oleh factor lain yang tidak dibahas
dalam penelitian ini

Kata Kunci : Manajemen Keuangan, Pendapatan Asli Daerah, Pajak Daerah,


Retribusi Daerah.
ABSTRACT

This research was conducted with the aim of knowing how the effect of
increasing local taxes and levies on local revenue in the city of Pariaman from
2009 to 2019. This research was conducted in August 2020. The analysis used is
multiple linear regression analysis. Data processing was carried out with the help
of the SPSS 21 computer program.
Based on the results of data processing, it shows that: Partially, local
taxes have a positive and significant effect on local revenue in the city of
Pariaman with a t value of 2.96> 2.30 and a significant value of 0.018 <0.05.
Partially, local levies have no effect on local income in the city of Pariaman with
a t value of 1.616 <2.30 and a significant value of 0.145> 0.05. Simultaneously,
local taxes and levies have a positive and significant effect on local revenue in the
city of Pariaman with a calculated F value of 964,569> 4.46 and a significant
value of 0.00 <0.05. Overall the contribution of local taxes and levies to local
revenue is 99.6% and the rest of 0.4% is influenced by other factors not discussed
in this study.

Keywords : Financial Management, Local Revenue, Local Taxes, Local


Retribution.

PENDAHULUAN
1.1 Latarbelakang Masalah
Otonomi memberikan kewenangan kepada daerah untuk mengatur diri
sendiri baik dalam menentukan kebijakan maupun menentukan peraturan lainnya,
peraturan yang dibuat oleh pemerintah daerah dimaksudkan untuk menjamin
lancarnya pelaksanaan kebijakan ekonomi nasional, dari kewenangan yang
diberikan oleh pemerintah pusat, pemerintah daerah dapat menjadikannya sebagai
peluang untuk mengembangkan potensi ekonomi di daerahnya (Mentayani dkk,
2014: 31).
Sebagai daerah otonomi, daerah dituntut untuk dapat mengembangkan dan
mengoptimalkan semua potensi daerah yang ada, dari penggalian dan optimalisasi
potensi yang ada pada daerah tersebut dapat diperoleh sebuah pemasukan bagi
daerah itu sendiri dan dapat dikategorikan sebagai Pendapatan Asli Daerah
(PAD), sedangkan beberapa komponen Pendapatan Asli Daerah (PAD) adalah:
pajak daerah, retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang
dipisahkan, dan pendapatan asli daerah lainnya yang sah (Kusuma dan Wirawati,
2013: 575)
Pendapatan Asli Daerah (PAD) merupakan pendapatan pemerintah daerah
yang bersumber dari sumber daya ekonomi daerah yang berpotensi untuk dikelola
secara maksimal sehingga mampu memberikan manfaat ekonomis bagi daerah
tersebut, komponen paling utama dalam memberikan kontribusinya terhadap PAD
adalah hasil dari pajak daerah dan retribusi daerah, disamping kedua hal tersebut
sumber-sumber lain yang dapat menambah tingginya pendapatan asli daerah juga
perlu dioptimalkan agar dapat untuk meningkatkan PAD (Mentayani dkk, 2014:
31).
Maka dari itu pemerintah daerah dituntut untuk lebih bijaksana dalam
mengambil suatu keputusan yang tepat agar masyarakat dapat memperoleh
pelayanan yang baik dari pemerintah daerah, untuk itu merintah daerah harus adil
dalam melakukan pemungutan pajak daerah dan retribusi daerah kepada seluruh
masyarakatnya, selain itu pemerintah daerah juga dituntut untuk dapat
mengalokasikan hasil penerimaan pajak dan retribusi daerah untuk membangun
berbagai macam sarana publik yang dapat digunakan oleh masyarakat (Kusuma
dan Wirawati, 2013: 575).
Pajak merupakan suatu kewajiban menyerahkan sebagian dari kekayaan ke
kas negara yang disebabkan oleh suatu keadaan, kejadian dan perbuatan yang
memberikan kedudukan tertentu, maka pajak bukan sebagai hukuman yang
diberikan pemerintah kepada masyarakatnya, pemungutan pajak dapat dilakukan
menurut peraturan yang telah ditetapkan pemerintah serta dapat dipaksakan tetapi
tidak ada jasa timbal balik dari negara secara langsung, pajak itu sendiri bertujuan
untuk memelihara kesejahteraan pemerintah daerah tersebut secara umum (Resmi,
2014: 1).
Seperti halnya pajak pada umumya, pajak daerah adalah pajak yang
dipungut oleh pemerintah daerah dan dapat digunakan untuk membiayai sebagian
belanja daerah dan pajak daerah merupakan kontribusi wajib kepada pemerintah
daerah yang bersifat memaksa berdasarkan Peraturan Pemereintah Republik
Indonesia nomor 91 tahun 2010 tentang jenis pajak yang dipungut berdasarkan
penetapan kepala daerah atau dibayar sendiri oleh wajib pajak dan UU nomor 28
Tahun 2009 tentang pajak daerah dan retribusi daerah.
Selain bersumber dari pajak daerah, pendapatan asli daerah juga dapat
bersumber dari retribusi daerah yang merupakan pungutan yang dikenakan
sehubungan dengan suatu jasa atau fasilitas yang diberikan oleh pemerintah secara
langsung dan nyata kepada pembayar, dengan demikian, retribusi daerah juga
mempunyai peran penting dalam meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD)
serta membiayai pengeluaran pemerintah daerah secara berkelanjutan (Resmi,
2014: 2).
Seperti halnya pajak daerah, retribusi daerah merupakan salah satu sumber
Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang diharapkan mampu membiayai
penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan daerah, untuk itu maka retribusi
daerah ini memberlakukan sistem self assessment, yang berarti wajib pajak dapat
menentukan sendiri jumlah pajak yang terutang sesuai dengan ketentuan undang-
undang perpajakan, jadi retribusi daerah sangat berperan penting terhadap
Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan pembiayaan pemerintah (Sunarto dan
Fatimah, 2016: 93).
Kontribusi pajak dan retribusi banyak dibahas oleh peneliti-peneliti
terdahulu yang mendukung bahwa pajak daerah dan retribusi daerah berpengaruh
terhadap pendapatan asli daerah seperti halnya hasil penelitian yang dilakukan
oleh Mentayani, dkk (2014) menunjukkan bahwa pajak daerah dan retribusi
daerah berpengaruh positif terhadap pendapatan asli daerah. Penelitian tersebut
juga didukung oleh penelitian putri dan Rahayu (2015) yang menghasilkan bahwa
pajak daerah dan retribusi daerah secara parsial berpengaruh terhadap pendapatan
asli daerah. Menurutnya pajak dan retribusi adalah komponen yang paling utama
dan memiliki konstribusi yang besar terhadap peningkatan penadapatan asli
daerah.
Dengan demikian, daerah harus mampu untuk lebih meningkatkan dan
menggali potensi daerahnya demi terwujudnya pelaksanaan pembangunan yang
baik dan mampu membiayai belanja rumah tangganya sendiri seperti yang telah
diterapkan di kota Pariaman. Kota Pariaman merupakan salah satu kota yang
terletak di Sumatera Barat. Kota Pariaman diresmikan sebagai daerah otonom
pada tanggal 2 Juli 2002 berdasarkan Undang-undang Nomor 12 Tahun 2002
tentang pembentukan kota Pariaman di Provinsi Sumatera Barat. Sebelumnya kota
ini berstatus kota administratif dan menjadi bagian dari kabupaten Padang
Pariaman (tribunnews.com/tag/pariaman, 2019).
Karena sekarang kota Pariaman telah berdiri sendiri, untuk meningkatkan
APBD daerah dan keluasan dalam penyusunan anggaran maka pemerintah Kota
Pariaman juga harus meningkatkan penerimaannya agar program daerah yang
terancang terlaksana dengan baik. Pendapatan Asli Daerah (PAD) pemerintah
Kota Pariaman memiliki peran yang penting dalam menentukan kemampuan
daerah untuk melakukan aktivitas pemerintahan dan program-program
pembangunan (tribunnews.com/tag/pariaman, 2019).
Pertumbuhan perekonomian Kota Pariaman semenjak disahkan menjadi suatu
daerah yang otonom pada tahun 2002 terus mengalami kenaikan, terutama pada sektor
keuangan yang dikelola secara mandiri oleh pemerintah kota Pariaman. Hal ini dapat
dilihat dari pendapatan asli daerahnya pada tahun 2009-2018. Berikut adalah
pertumbuhan penerimaan daerah kota Pariaman :

Pertumbuhan Pendapatan Asli Daerah Serta Konstribusi Pajak Dan


Retribusi Daerah Terhadap Peningkatannya (Dalam Miliaran Rupiah)
Tahun 2008-2019

Dari grafik diatas memperlihatkan hubungan yang positif antara dua


komponen penting dari pendapatan asli daerah kota Pariaman yaitu pajak daerah
dan retribusi daerah. Hubungan yang positif ini diperlihatkan dari ketiga garis
yang memperlihatkan bahwa ketiganya cendrung membentuk garis diagonal.
Hanya saja poin penting yang perlu diperhatikan di sini adalah dari tahun 2010 ke
tahun 2011 pajak daerah dan retribusi mengalami penurunan akan tetapi
pendapatan asli daerah tetap naik. Sebaliknya poin penting lainnya terdapat pada
tahun 2015 ke tahun 2016 dimana pendapatan asli daerah mengalami penurunan
akan tetapi pajak dan retribusi daerah tetap naik. Hal ini sangat berkaitan pada
kondisi ekonomi kota Pariaman saat itu dan bisa saja dipengaruhi oleh komponen
pendapatan asli daerah lainnya yang tidak dibahas dalam pada pembahasan
penelitian ini.
Mengingat bahwa semenjak diresmikannya kota Pariaman menjadi
sebuah kota yang berdiri sendiri sebagai daerah yang otonom dan harus mengolah
sumber dayanya sendiri untuk memperoleh pendapatan asli daerah yang dilakukan
secara mandiri, pemerintah kota Pariaman lebih memfokuskan kota Pariaman
sebagai kota wisata sehingga pendapatan pada sektor pajak dan retribusi daerah
lebih mendominasi dalam komponen pendapatan asli daerah pemerintahan kota
Pariaman.
Hal ini adalah sebuah fenomena yang menunjukkan peningktaan
pendapatan asli daerah yang diiringi peningkatan pajak daerah dan retribusi
retribusi. Hal tersebut sangat menarik untuk dibahas lebih dalam pada sebuah
penelitian, dalam penelitian ini akan digunakan dua variabel bebas yang terdiri
dari pajak daerah dan retribusi daerah yang diasumsikan sebagai dua komponen
dan faktor utama dalam peningkatan pendapatan asli daerah, sedangkan variabel
terikatnya adalah pendapatan asli daerah. Maka dengan alasan tersebut judul
penelitian ini adalah “Pengaruh Peningkatan Pajak Daerah Dan Retribusi
Daerah Terhadap Peningkatan Pendapatan Asli Daerah Kota Pariaman
Pada Tahun 2009-2019”.
Mengacu pada latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Apakah pajak daerah berpengaruh terhadap pendapatan asli Daerah (PAD)
Kota Pariaman pada tahun 2009-2019?
2. Apakah retribusi daerah berpengaruh terhadap pendapatan asli daerah (PAD)
Kota Pariaman pada tahun 2009-2019?
3. Apakah pajak daerah dan retribusi daerah berpengaruh terhadap pendapatan
asli daerah (PAD) Kota Pariaman pada tahun 2009-2019?

1.2 Desentralisasi (Otonomi Daerah)


Pada tahun 2007, pelaksanaan berbagai kegiatan dalam rangka mendukung
kebijakan desentralisasi dan otonomi daerah yang difokuskan pada penyelesaian
seluruh peraturan pelaksanaan UU no. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah
dan UU No. 33 Tahun 2004 tetang Pertimbangan Keuangan Antara Pemerintah
Daerah Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah, yang terkait dengan
pengaturan urusan pemerintah, pengaturan organisasi perangkat daerah
pengaturan kerja sama antar daerah, serta penyusunan instrumen dan tatacara
pembentukkan, penghapusan, dan penggabungan daerah (Bahar, 2010).
Kebijakan UU no. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah dan UU No.
33 Tahun 2004 ini merubah penyelenggaraan pemerintah dari yang sebelumnya
bersifat pusat menjadi terdesentralisasi meliputi antara lain penyerahan
kewenangan pemerintah pusat ke pemerintah daerah (kecuali politik luarnegeri,
pertahanan keamanan, peradilan, agama, fiskal, moneter, dan kewenangan bidang
lain) dan perubahan perimbangan keuangan antara pusat dan daerah (Ibid, 2011).
Melalui kebijakan desentralisasi dan otonomi daerah maka pengambilan
keputusan dalam penyelenggaraan pemerintah dan penyediaan pelayanan publik
diharapkan akan menjadi lebih sederhana dan cepat karena dapat dilakukan oleh
pemerintah daerah terdekat sesuai kewenangan yang ada (Bahar, 2010). Kebijakan
ini dibutuhkan untuk menghadapi perkembangan keadaan, baik di dalam maupun
di luar negeri.

1.3 Pendapatan Asli Daerah


Pendapatan Asli Daerah merupakan bagian dari sumber dan pendapatan
daerah sebagaimana diatur dalam UU nomor 28 Tahun 2009 tentang pajak daerah
dan retribusi daerah. Sebagai salah satu sumber pendapatan daerah dalam kaitan
pelaksanaan otonomi daerah, pendapatan asli daerah harus betul-betul dominan
dan mampu memikul beban kerja yang diperlukan hingga pelaksanaan otonomi
daerah tidak dibiyai dari subsidi atau dari sumbangan pihak ketiga atau pinjaman
daerah (Bahar, 2010).
Sedangkan menurut Undang-Undang No. 23 tahun 2014 tentang
Pemerintah Daerah disebutkan bahwa Pendapatan Asli Daerah adalah sumber
pendapatan daerah yang terdiri dari pajak daerah, retribusi daerah, hasil
pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan dan lain-lain Pendapatan Asli
Daerah yang sah (Bahar, 2010).

1.4 Pajak
Menurut kamus besar bahasa Indonesia Pajak adalah hak untuk
mengusahakan sesuatu dengan membayar sewa kepada negara. Menurut Undang-
Undang No. 28 Tahun 2009, “Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang
terutang oleh wajib pajak pribadi atau badan yang sifatnya memaksa berdasarkan
Undang-Undang dan tidak mendapatkan imbalan secara langsung digunakan
untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat”.
Sedangkan menurut Soemitro dalam Bahar (2010) pajak adalah gejala
masyarakat, artinya pajak hanya ada di dalam masyarakat. Masyarakat adalah
kumpulan manusia yang pada suatu waktu berkumpul untuk tujuan tertentu.
Masyarakat terdiri atas individu, individu mempunyai hidup sendiri dan
kepentingan sendiri, yang dapat dibedakan dari hidup masyarakat dan kepentingan
masyarakat. Namun individu tidak mungkin hidup tanpa adanya masyarakat
(Bahar, 2010).
Davey (1983) dalam Prawoto (2011: 420) menyatakan bahwa terdapat
empat kriteria mengenai pajak daerah. Keempat kriteria tersebut adalah :
1. Kecukupan dan elastisitas.
2. Keadilan.
3. Kemampuan administratif.
4. Adanya kesepakatan politik.

1.5 Retribusi Daerah


Pada prinsipnya pungutan dengan nama retribusi sama dengan pajak yaitu
empat unsur-unsur dalam pengertian pajak sama dengan retribusi, sedangkan
imbalan (kontraprestasi) dalam retribusi langsung dapat dirasakan oleh pembayar
retribusi. Unsur yang melekat pada pengertian rretribusi adalah; a. Pungutan
retribusi harus berdasarkan undang-undang, b. Sifat pungutannya dapat
dipaksakan, c. Pemungutannya dilakukan oleh Negara, d. Digunakan untuk
pengeluaran bagi masyarakat umum, e. Kontra-prestasi (imbalan) langsung dapat
dirasakan oleh pembayaran retribusi (Wirawan, 2007).
Menurut Ujang Bahar (2010), Retribusi Daerah adalah: “Sementara itu
pajak retribusi daerah adalah pungutan bagi pembayaran atau izin tertentu yang
khusus disediakan dan/ atau diberikan oleh pemerintah daerah untuk kepentingan
pribadi atau badan. Prinsip pengenaan retribusi daerah pembayaran yang berkaitan
langsung dengan jasa pelayanan yang disediakan oleh pemerintah daerah.”
Prawoto (2011: 471) menjelaskan jenis-jenis retribusi daerah secara
umum yang dibagi menjadi tiga golongan yang masing-masing dikhususkan pada
sektor tertentu , yaitu :
1. Retribusi jasa umum
2. Retribusi jasa usaha
3. Retribusi perizinan tertentu

1.6 Penelitian Terdahulu


Untuk mendukung penelitian ini, terdapat beberapa penelitian relevan yang
telah peneliti kumpulkan sebagai rujukan hasil penelitian, antara lain:
Penelitian Terdahulu

Nama
Variabel Metodologi
Dan Judul Penelitian Hasil Penelitian
Penelitian Penelitian
Tahun
Utomo Analisis Pengaruh Pajak Analisis Hasil penelitian
(2013) Pajak Daerah Dan Daerah Regresi menunjukkan
Retribusi Daerah Linier bahwa secara
Terhadap Retribusi Berganda parsial pajak
Pendapatan Asli Daerah daerah dan
Daerah (Studi retribusi daerah
Empiris Di Pendapatan berpengaruh
Dppkad Wilayah Asli Daerah signifikan
Karesidenan terhadap
Surakarta) pendapatan asli
daerah pada
pemerintah kota
dan pemerintah
kabupaten di
wilayah
karesidenan
surakarta.
Natoen Pengaruh Pajak Pajak Analisis Hasil penelitian
dkk Daerah Dan Daerah Regresi menunjukan
(2018) Retribusi Daerah Linier bahwa pajak
Terhadap Retribusi Berganda daerah secara
Pendapatan Asli Daerah parsial
Daerah Provinsi berpengaruh
Sumatera Selatan Pendapatan signifikan
Asli Daerah terhadap
pendapatan asli
daerah Provinsi
Sumatera
Selatan. Pada
variabel retribusi
daerah
menunjukkan
bahwa retribusi
daerah tidak
berpengaruh
signifikan
terhadap
pendapatan asli
daerah Provinsi
Sumatera Selatan.
Sementara itu,
hasil penelitian
secara simultan
atau bersama-
sama menunjukan
bahwa variabel
pajak daerah dan
retribusi daerah
berpengaruh
signifikan
terhadap
pendapatan asli
daerah Provinsi
Sumatera Selatan.

Usman Pengaruh Pajak Pajak Analisis Hasil penelitian


(2016) Daerah Dan Daerah Regresi ini menunjukkan
Retribusi Daerah Linier bahwa secara
Terhadap Retribusi Berganda simultan pajak
Pendapatan Asli Daerah daerah dan
Daerah (Pad) retribusi daerah
(Studi Kasus Pada Pendapatan berpengaruh
Pemerintah Asli Daerah secara signifikan
Daerah Kota terhadap
Bandung Periode pendapatan asli
2011-2015) daerah sebesar
96,6%. Secara
parsial pajak
daerah
berpengaruh
signifikan secara
positif terhadap
pendapatan asli
daerah, sementara
retribusi daerah
tidak berpengaruh
secara signifikan
terhadap
pendapatan asli
daerah.

Efendi Analisis Pengaruh Pajak Analisis Berdasarkan hasil


(2018) Pajak Daerah, Daerah Regresi penelitian dapat
Retribusi Daerah, Linier disimpulkan
Dan Laba Badan Retribusi Berganda bahwa pajak
Usaha Milik Daerah daerah dan
Daerah (Bumd) retribusi daerah
Terhadap Laba berpengaruh
Pendapatan Asli BUMD terhadap
Daerah Di pendapatan asli
Provinsi Jawa Pendapatan daerah dan laba
Tengah Tahun Asli Daerah Badan Usaha
2015-2016 Milik Daerah
(BUMD) tidak
berpengaruh
terhadap
Pendapatan Asli
Daerah (PAD).
Roslina Kontribusi Pajak Pajak Analisis Berdasarkan hasil
(2014) Daerah Dan Daerah Regresi Uji Regresi, maka
Retribusi Daerah Linier diketahui bahwa
Terhadap Retribusi Berganda Pajak Daerah
Pendapatan Asli Daerah tidak begitu
Daerah (Pad) berpengaruh
Kabupaten Dan Pendapatan terhadap
Kota Di Indonesia Asli Daerah pendapatn asli
Periode Tahun daeah dan
2006-2010 Retribusi Daerah
mempunyai
pengaruh positif
dan signifikan
terhadap
Pendapatan Asli
Daerah (PAD).

Nugroho Analisis Pengaruh Pajak Analisis Hasil penelitian


(2013) Pajak Daerah Dan Daerah Regresi menunjukkan
Retribusi Daerah Linier bahwa
Terhadap Retribusi Berganda penambahan
Pendapatan Asli Daerah pajak daerah
Daerah (Pad) berpengaruh
Kabupaten / Kota Pendapatan positif signifikan
Di Provinsi Jawa Asli Daerah terhadap
Tengah Periode penambahan
2010-2012 pendapatan asli
daerah,
penambahan
retribusi daerah
berpengaruh
positif signifikan
terhadap
penambahan
pendapatan asli
daerah dan
penambahan
pajak daerah dan
retribusi daerah
berpengaruh
secara simultan
terhadap
penambahan
pendapatan asli
daerah.

Mafaza Kontribusi Pajak Pajak Analisis Hasil penelitian


(2016) Daerah Dan Daerah Regresi menunjukkan
Retribusi Daerah Retribusi Linier bahwa variabel
Dalam Daerah Berganda pajak daerah dan
Pendapatan Asli retribusi daerah
Daerah Pendapatan mempunyai
(Studi Pada Dinas Asli Daerah kontribusi dalam
Pendapatan pendapatan asli
Pengelolaan daerah.
Keuangan Dan
Aset Kabupaten
Pacitan)

Hartono Pengaruh Pajak Analisis Hasil analisis


(2017) Penerimaan Pajak Daerah Regresi menunjukkan
Daerah Dan Linier bahwa nilai sig
Retribusi Daerah Retribusi Berganda dari masing–
Terhadap
Daerah masing variabel <
Peningkatan
Pendapatan Asli
5%, sehingga
Daerah (Pad) Pendapatan dapat disimpulkan
Provinsi Daerah Asli Daerah bahwa Pajak
Istimewa Daerah dan
Yogyakarta Retribusi Daerah
(Periode 2012- secara parsial
2016) berpengaruh
terhadap
Pendapatan Asli
Daerah (PAD).
Hasil uji regresi
secara simultan
(uji F)
menunjukkan
nilai sig 0,000 <
5%, sehingga
dapat disimpulkan
bahwa Pajak
Daerah dan
Retribusi Daerah
secara simultan
berpengaruh
terhadap
Pendapatan Asli
Daerah (PAD).

Mauri Analisis Pengaruh Pajak Analisis Hasil penelitian


(2017) Penerimaan Daerah Regresi menunjukkan
Retribusi Daerah Linier bahwa 1)
Dan Pajak Daerah Retribusi Berganda Retribusi Daerah
Terhadap Daerah berpengaruh
Peningkatan positif tapi tidak
Pendapatan Asli Pendapatan signifikan
Daerah Pada Asli Daerah terhadap
Kabupaten peningkatan
Soppeng Pendapatan Asli
Daerah
Kabupaten
Soppeng, 2) Pajak
Daerah
berpengaruh
positif dan
signifikan
terhadap
peningkatan
Pendapatan Asli
Daerah
Kabupaten
Soppeng, 3)
Retribusi
Daerah dan Pajak
Daerah secara
bersama-sama
(simultan)
berpengaruh
signifikan
terhadap
peningkatan
Pendapatan Asli
Daerah
Kabupaten
Soppeng.

Nursali Pengaruh Pajak Analisis Hasil penelitian


(2017) Penerimaan Pajak Daerah Regresi dan pembahasan
Daerah Dan menunjukkan
Retribusi Retribusi Linier bahwa terdapat
Daerah Terhadap Daerah Berganda pengaruh
Pendapatan Asli penerimaan Pajak
Daerah (Pad) Pendapatan Daerah dan
Kabupaten/Kota Asli Daerah Retribusi Daerah
Provinsi Sumatera secara simultan
Selatan terhadap
Pendapatan Ash
Daerah (PAD)
Kabupaten/Kota
Provinsi Sumatera
Selatan.Terdapat
pengaruh
penerimaan Pajak
Daerah terhadap
Pendapatan .Asli
Daerah (P.AD)
Kabupaten/Kota
Provinsi Sumatera
Selatan Terdapat
pengaruh
penerimaan
Retribusi Daerah
terhadap
Pendapatan Asli
Daerah (PAD)
Kabupaten/Kota
Provinsi
Sumatera Selatan

1.7 Kerangka Konseptual


Berikut adalah kerangka konseptual yang digunakan dalam penelitian ini :

Pajak Daerah (X1)


H1
Pendapatan Asli Daerah (Y)
H2
Retribusi Daerah (X2)

H3

Kerangka Konseptual

1.8 Hipotesis Penelitian


Berdasarkan tinjauan dan kerangka konseptual, maka hipotesis yang
diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
H1 : H1 = Pajak daerah berpengaruh terhadap Pendapatan Asli Daerah
(PAD) Kota Pariaman pada tahun 2009-2019.
H0 = Pajak daerah tidak berpengaruh terhadap Pendapatan Asli
Daerah (PAD) Kota Pariaman pada tahun 2009-2019.
H2 : H1 = Retribusi daerah berpengaruh terhadap Pendapatan Asli Daerah
(PAD) Kota Pariaman pada tahun 2009-2019.
H0 = Retribusi daerah tidak berpengaruh terhadap Pendapatan Asli
Daerah (PAD) Kota Pariaman pada tahun 2009-2019.
H3 : H1 = Pajak daerah dan retribusi daerah berpengaruh terhadap
Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kota Pariaman pada tahun 2009-
2019.
H0 = Pajak daerah dan retribusi daerah tidak berpengaruh terhadap
Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kota Pariaman pada tahun 2009-
2019.

METODOLOGI PENELITIAN

2.1 Jenis Penelitian


Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif. Penelitian kuantitatif
menekankan pada pengujian teori-teori melalui pengukuran variabel-variabel
penelitian dengan angka dan melakukan analisis data dengan prosedur statistik
(Indriantoro dan Supomo, 2016: 13).

2.2 Tempat Dan Waktu Penelitian


Waktu yang digunakan dalam penyusunan penelitian ini yaitu dari
penyusunan laporan sampai menganalisis data sampai selesai, yakni pada bulan
Juli 2020 sampai dengan selesai. Wilayah yang digunakan pada penelitian ini
adalah kota Pariaman.

2.3 Data Dan Sumber Data


Jenis data yang diperoleh adalah data dokumenter, Sumber data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang bersumber dari laporan
realisasi pendapatan pemerintah kota Pariaman selama kurun waktu 12 tahun,
yakni tahun 2008-2019. Data ini diperoleh dari kantor BKD Kota Pariaman.

2.4 Teknik Pengumpulan Data


Studi pustaka yang dilakukan untuk mengumpulkan teori dalam penelitian
ini diperoleh dari buku, jurnal, dan skripsi yang telah dibuat oleh peneliti
sebelumnya. Penelitian ini menghimpun data yang telah terdokumentasi serta
terpublikasi pada sumber yang bekerja khusus untuk menyediakan data, yakni
laporan realisasi pendapatan pemerintah kota Pariaman selama 12 tahun, yaitu
tahun 2008-2019. Data tersebut diperoleh dari kantor BKD kota Pariaman.

2.5 Variabel Penelitian


2.5.1 Variabel Terikat (Pendapatan Asli Daerah)
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah Pendapatan Asli Daerah
(PAD) sebagai Y. Pendapatan Asli Daerah (PAD) merupakan semua penerimaan
yang diperoleh daerah dalam wilahnya sendiri berdasarkan peraturan daerah
sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku (Sunarto dan Fatimah,
2016: 95). Data pendapatan asli daerah yang digunakan dalam penelitian ini
diperoleh dari BKD kota Pariaman.
Dalam hal ini pengukuran variabel Pendapatan Asli Daerah yaitu dengan
menggunakan rumus peningkatan pendapatan asli daerah, sebagai berikut :
PAD rt – PAD rt-1
Peningkatan PAD = x 100%
PAD rt-1

2.5.2 Variabel Bebas


2.5.2.1 Pajak Daerah
Pajak daerah adalah pajak-pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah
yang diatur berdasarkan peraturan daerah masing-masing dan hasil
pemungutannya digunakan untuk pembiayaan rumah tangga daerah (Prakosa,
2005: 1). Data pajak daerah yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari
BKD kota Pariaman.
Dalam hal ini pengukuran variabel pajak daerah yaitu dengan
menggunakan rumus peningkatan pajak daerah, sebagai berikut :
Pajak Daerah rt – Pajak Daerah rt-1
Peningkatan Pajak Daerah = x 100%
Pajak Daerah rt-1

2.5.2.2 Retribusi daerah


Retribusi daerah adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa
atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan/atau diberikan oleh
pemerintah daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan (Sunarto dan
Fatimah, 2016: 95). Data retribusi daerah yang digunakan dalam penelitian ini
diperoleh dari BKD kota Pariaman.
Dalam hal ini pengukuran variabel retribusi daerah yaitu dengan
menggunakan rumus peningkatan retribusi daerah, sebagai berikut :
Peningkatan Retribusi Retribusi Daerah rt – Retribusi Daerah rt-1
= x 100%
Daerah Retribusi Daerah rt-1

2.6 Teknik Analisis Data


Analisis Untuk analisis data, data-data yang terkumpul melalui data primer
maupun data sekunder selanjutnya dilakukan analisa. Dalam pengolahan data
selanjutnya dalam penelitian ini digunakan statistik analitik yang dianalisis
dengan bantuan program SPSS 21 untuk mengetahui lebih lanjut pengaruh
variabel bebas dan variabel terikat dilakukan analisis uji regresi. Sebelum analisis
uji regresi dilakukan ada beberapa uji yang perlu dilakukan, yaitu uji kelayakan
data atau uji asumsi klasik.

PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN


3.1 Profil Singkat Kota Pariaman
3.1.1 Sejarah Singkat Kota Pariaman
Kota Pariaman termasuk kota tertua di pantai barat Pulau Sumatera.
Pariaman merupakan daerah yang cukup dikenal oleh pedagang bangsa asing
semenjak tahun 1500-an. Catatan tertua tentang Pariaman ditemukan oleh Tomec
Pires (1446-1524), seorang pelaut Portugis yang bekerja untuk kerajaan Portugis
di Asia. Ia mencatat telah ada lalu lintas perdagangan antara India dengan
Pariaman, Tiku dan Barus (www.pariamankota.go.id).
Secara historis, Pariaman dikenal sebagai pusat pengembangan ajaran
Islam yang tertua di pantai barat Sumatera. Salah seorang ulama yang terkenal
seperti alm. Syekh Burhanuddin merupakan murid dari Khatib Sangko yang
bermakam di Pulau Angso Duo yang sekarang dikenal dengan “kuburan panjang”.
Jauh sebelum kemerdekaan Indonesia diproklamirkan, pelaksanaan pendidikan
bernuansa Islam telah berkembang di Pariaman (www.pariamankota.go.id).
Secara administratif, Kota Pariaman adalah kota yang baru berdiri
merupakan wilayah pemekaran dari Kabupaten Padang Pariaman yang terbentuk
pada tanggal 2 Juli 2002 berdasarkan Undang-undang No. 12 Tahun 2002,
memiliki luas wilayah sekitar 73,36 Km². Kota Pariaman merupakan wilayah
pemekaran dari Kabupaten Padang Pariaman, yang terbentuk dengan berlakunya
Undang-undang No. 12 Tahun 2002. Secara geografis, Kota Pariaman terletak
dipantai barat pulau Sumatera dan berhadapan langsung dengan Samudera
Indonesia. Pada sisi utara, selatan dan timur berbatasan langsung dengan
Kabupaten Padang Pariaman dan di sebelah barat dengan Samudera Indonesia
(www.pariamankota.go.id).
Letak geografis Kota Pariaman di daerah perlintasan antara beberapa kota
di Sumatera Barat khususnya dan regional umumnya, merupakan faktor strategis
bagi kota ini. Jalan raya Padang-Lubuk Basung-Pasaman Barat merupakan jalan
negara yang penting bagi pemerintah, karena itu kondisinya selalu terjaga dengan
baik. Kondisi ini menguntungkan bagi Kota Pariaman (www.pariamankota.go.id).
Kota Pariaman juga memiliki kawasan pesisir yang terbentang dengan
potensi perikanan dan pariwisata yang bernilai tinggi. Dengan berkembangnya
kegiatan perdagangan dan pariwisata, maka posisi Kota Pariaman sebagai pusat
perdagangan hasil pertanian dan pariwisata pantai, akan menjadi semakin penting
(www.pariamankota.go.id).

3.1.2 Visi Dan Misi


3.1.2.1 Visi Kota Pariaman (dikutib dari web (www.pariamankota.go.id))
"PARIAMAN KOTA WISATA, PERDAGANGAN, JASA YANG RELIGIUS
DAN BERBUDAYA"

3.1.2.2 Misi Kota Pariaman (dikutib dari web (www.pariamankota.go.id))


1. Mewujudkan pengelolaan wisata kota yang maju, religius, tertib dan
berbudaya.
2. Mewujudkan kehidupan masyarakat yang berbudaya dan berkualitas.
3. Mewujudkan pemerintah yang andal dan prima untuk meningkatkan kualitas
pelayanan publik.
4. Mewujudkan kota pesisir modern, dinamis, dan berwawasan lingkungan.
5. Memperkuat ekonomi kerakyatan yang berbasis lokal dan budaya masyarakat.

3.2 Analisis Deskriptif Data Penelitian


Fokus penelitian ini adalah pada hubungan peningkatan pajak daerah dan
retribusi daerah terhadap pendapatan asli daerah kota Pariaman pada periode tahun
2008-2019. Dibawah ini peneliti akan mendeskripsikan data yang digunakan :
Pertumbuhan Pendapatan Asli Daerah Serta Konstribusi Pajak Dan
Retribusi Daerah Terhadap Peningkatannya (Dalam Miliaran Rupiah)
Tahun 2008-2019

Dari grafik diatas memperlihatkan hubungan yang positif antara dua


komponen penting dari pendapatan asli daerah kota Pariaman yaitu pajak daerah
dan retribusi daerah. Hubungan yang positif ini diperlihatkan dari ketiga garis
yang memperlihatkan bahwa ketiganya cendrung membentuk garis diagonal.
Hanya saja poin penting yang perlu diperhatikan di sini adalah dari tahun 2010 ke
tahun 2011 pajak daerah dan retribusi mengalami penurunan akan tetapi
pendapatan asli daerah tetap naik. Sebaliknya poin penting lainnya terdapat pada
tahun 2015 ke tahun 2016 dimana pendapatan asli daerah mengalami penurunan
akan tetapi pajak dan retribusi daerah tetap naik. Hal ini sangat berkaitan pada
kondisi ekonomi kota Pariaman saat itu dan bisa saja dipengaruhi oleh hal lain.

3.3 Uji Asumsi Klasik


3.3.1 UJI NORMALITAS
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized
Residual
N 11
Normal Parametersa,b Mean 0.0000000
Std. Deviation 12.65369198
Most Extreme Absolute 0.137
Differences Positive 0.096
Negative -0.137
Test Statistic 0.137
Asymp. Sig. (2-tailed) 0.200
Sumber data : hasil pengolahan data dengan SPSS 21
Berdasarkan hasil pengolahan data memperlihatkan bahwa nilai asymp-sig
yang ditunjukkan dari tabel kolmogorov-smirnov adalah 0,200 lebih besar jika
dibandingkan dengan 0,05. Maka dapat dipastikan bahwa data yang digunakan
berdistribusi normal.

3.3.2 UJI MULTIKOLINIERITAS


Uji Multikolinieritas (Coefficientsa)

Collinearity Statistics
Model
Tolerance VIF
1 (Constant)
Pajak Daerah 0.611 1.636
Retribusi Daerah 0.611 1.636
Sumber data : hasil pengolahan data dengan SPSS 21
Berdasarkan tabel diatas diperlihatkan bahwa masing-masing variabel
menunjukkan tingkat nilai tolerance lebih besar dari 0,1 dan tingkat nilai VIF
lebih kecil dari 10. Maka berdasarkan hasil pengolahan data tersebut dapat
dipastikan tidak terjadi multikolinieritas.

3.3.3 UJI AUTOKORELASI


Run Test

Unstandardized
Residual
a
Test Value -1.02790
Cases < Test Value 5
Cases >= Test Value 6
Total Cases 11
Number of Runs 7
Z 0.029
Asymp. Sig. (2-tailed) 0.977
Sumber data : hasil pengolahan data dengan SPSS 21
Berdasarkan hasil pengujian run test memperlihatkan bahwa nilai asymp-
sig adalah sebesar 0.977. Karena nilai ini lebih besar dari 0.05 maka dapat
dipastikan bahwa tidak terjadi autokorelasi dalam model penelitian ini.

3.3.4 UJI HETEROSKEDASTISITAS


Uji Heteroskedastisitas Dengan Uji Glejser

Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta T Sig.
1 (Constant) 10.814 2.446 4.420 0.002
Pajak Daerah 0.022 0.062 1.116 0.352 0.734
Retribusi Daerah -0.058 0.126 -1.451 -0.458 0.659
Sumber data : hasil pengolahan data dengan SPSS 21
Dari hasil uji glejser memperlihatkan nilai signifikansi untuk variabel
pajak daerahl adalah 0,734 dan retribusi daerah adalah 0,659. Nilai ini lebih besar
dari 0,05. Berdasarkan kriteria tersebut maka dapat dipastikan bahwa tidak terjadi
heteroskedastisitas dalam penelitian ini sesuai dengan penelitian Effendi (2018)
yang juga lolos dengan menggunakan uji glejser. Sedangkan Utomo (2013) tidak
menggunakan uji glejser atau bertolak belakang dengan penelitian ini.

3.4 ANALISIS REGRESI LINIER BERGANDA


Analisis Regresi Linier Berganda (Coefficientsa)

Unstandardized Coefficients
Model
B Std. Error
1 (Constant) -1.965 4.579
Pajak Daerah 0.345 0.117
Retribusi Daerah 0.382 0.236
Sumber data : hasil pengolahan data dengan SPSS 21
Berdasarkan tabel diatas maka rumus regresi linier berganda dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut :
Y = -1. 965 + 0.345 X1 + 0.382X2

Berdasarkan rumus tersebut nilai konstanta adalah sebesar -1.965. Nilai


koefisien regresi pajak Daerah atau X1 adalah 0.345 dan nilai koefisien regresi
retribusi daerah atau X2 adalah 0.382. Nilai tersebut adalah suatu ukuran atau
nilai estimasi dalam sebuah perkiraan.:
1. Konstanta
Nilai konstanta dalam hubungan antara x dan y dalam penelitian ini adalah
sebesar -1.965. Nilai yang negatif menunjukkan bahwa suatu pengurangan
terhadap y akan terjadi sebesar 1.965 jika x tidak ada atau nol.
2. Koefisien regresi pajak daerah
Nilai koefisien regresi pajak daerah atau x1 adalah sebesar 0,345. Nilai yang
positif menunjukkan hubungan yang positif antara x1 terhadap nilai y. Jika x1
naik sebesar satu maka y akan bertambah sebesar 0,345 dalam asumsi jika
variabel lain adalah 0.
3. Koefisien regresi retribusi daerah
Nilai koefisien regresi retribusi daerah atau x2 adalah sebesar 0,382. Nilai
yang positif menunjukkan hubungan yang positif antara x2 terhadap nilai y.
Jika x2 naik sebesar satu maka y akan bertambah sebesar 0,382 dalam asumsi
jika variabel lain adalah 0.

3.5 Uji Hipotesis


3.5.1 Uji T
Uji t dalam penelitian berdasarkan yang sudah dibahas dalam pada bab 3,
uji t dilakukan dengan membandingkan nilai t hitung yang diperoleh dari hasil
pengolahan data dengan t tabel yang diperoleh dari tabel t. Nilai t tabel dalam
bahasa penelitian ini adalah sebesar 2,30 diperoleh dari tabel t berdasarkan nilai
orang df = 8 ( jumlah sampel 11 dikurangi 2 variabel x dan 1 variabel y (11-2-1)
dan nilai signifikan sebesar 0,050. Berikut adalah hasil yang ditunjukkan oleh
pengolahan data :
Uji T (Coefficientsa)

Unstandardized Standardized
Model Coefficients Coefficients t Sig.
B Std. Error Beta
1 (Constant) -1.965 4.579 -.429 0.679
Pajak Daerah 0.345 0.117 0.646 2.961 0.018
Retribusi Daerah 0.382 0.236 0.353 1.616 0.145
Sumber data : hasil pengolahan data dengan SPSS 21
a. Berdasarkan pengolahan data memperlihatkan nilai t hitung variabel Pajak
Daerah atau X1 yang dihasilkan adalah 2.96 > 2.30, dan nilai signifikan
sebesar 0,018 < 0,05.
b. Berdasarkan pengolahan data memperlihatkan nilai t hitung variabel Retribusi
Daerah atau X2 yang dihasilkan adalah 1.616 < 2.30, dan nilai signifikan
sebesar 0.145 > 0.05.

3.5.2 Uji F
Uji F dalam penelitian berdasarkan yang sudah dibahas pada bab 3, uji F
dilakukan dengan membandingkan nilai F hitung yang diperoleh dari hasil pengolahan
data dengan F tabel yang diperoleh dari tabel F. Nilai F tabel dalam penelitian ini adalah
sebesar 4,46 diperoleh dari tabel F berdasarkan nilai orang df bawah = 8 (sampel 11
dikurangi 2 variabel x dan 1 variabel y (11-2-1) dan nilai df atas = 2 (variabel 3 dikurangi
1 (3-2) Berikut hasil pengolahan data :
ANOVAa
Sum of Mean
Model df F Sig.
Squares Square
1 Regression 386107.182 2 193053.591 964.569 0.000b
Residual 1601.159 8 200.145
Total 387708.341 10
Sumber data : hasil pengolahan data dengan SPSS 21
Berdasarkan pengolahan data memperlihatkan nilai F hitung yang
dihasilkan adalah 964.569 > 4.46 dan nilai signifikan sebesar 0,000 < 0,05.
3.6 ANALISIS KOEFISISEN DETERMINASI
Koefisien Determinasi Summary
R Adjusted R Std. Error of
Model R
Square Square the Estimate
1 0.998 0.996 0.995 14.14726
Sumber data : hasil pengolahan data dengan SPSS 21

Berdasarkan hasil pengolahan data nilai R square dalam model penelitian


ini adalah sebesar 0,996 atau 99.6%. Maka secara keseluruhan variabel bebas
dalam penelitian ini yaitu pajak daerah dan retribusi daerah dapat menjelaskan
variabel terikat yaitu pendapatan asli daerah sebesar 99.6%. Dan selebihnya
dipengaruhi oleh faktor lain

3.7 Pembahasan
3.7.1 Pengaruh Pajak Daerah Terhadap Pendapatan Asli Daerah
Secara parsial pajak daerah berpengaruh positif dan signifikan terhadap
pendapatan asli daerah kota Pariaman dengan nilai t hitung sebesar 2.96 > 2.30
dan nilai signifikan sebesar 0,018 < 0,05. Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil
penelitian yang dilakukan oleh Utomo (2013) yang menyatakan bahwa pajak
daerah berpengaruh positif dan signifikan terhadap pendapatan asli daerah.
Pendapat ini didukung oleh Natoen (2018) yang berpendapat bahwa pajak daerah
adalah komponen yang paling utama dalam peningkatan pendapatan asli daerah.
Akan tetapi hasil penelitian ini bertolak belakang dengan hasil penelitian Roslina
(2014), ia manyatakan bahwa pajak daerah tidak berpengaruh terhadap
pendapatan asli daerah.
Samudra (2015: 52) menyatakan bahwa pajak daerah merupakan salah
satu sumber pendapatan daerah yang penting guna membiayai pelaksanaan
pemerintahan daerah. Dalam rangka meningkatkan pelayanan kepada masyarakat
dan kemandirian daerah, perlu dilakukan perluasan objek pajak daerah serta
ditentukan dalam menentukan besarnya terif pajak yang harus dibayarkan.
Sumber penerimaan asli daerah yang dapat digali salah satunya berupa pajak
daerah yang merupakan andalan bagi daerah dan diharapkan dari sumber
penerimaan tersebut dapat memberikan kontribusi yang berarti terhadap
pendapatan asli daerah (Fitriana, 2014 : 1884). Semakin tinggi penerimaan pajak
daerah maka akan meningkatkan pendapatan asli daerah, semakin rendah
penerimaan pajak daerah maka akan menurunkan pendapatan asli daerah. Maka
dapat disimpulkan bahwa pajak daerah mempengaruhi pendapatan asli daerah.
Hubungan yang positif yang diberikan oleh pajak daerah terhadap
pendapatan asli daerah ini dapat dibuktikan dengan data yang peneliti gunakan.
Dari data yang peneliti gunakan mulai dari tahun 2012 sampai tahun 2015
pendapatan asli daerah meningkat dengan pesat. Akan tetapi hal tersebut terjadi
karena pajak daerah juga meningkat dari tahun 2012 sampai tahun 2015. Meski
pada tahun 2015 sampai 2016 pendapatan asli daerah sempat turun akan tetapi
pada tahun selanjutnya pendapatan daerah terus meningkat sampai pada
puncaknya pada tahun 2019. Tentu saja hal ini terjadi karena pengaruh pajak
daerah yang juga terus meningkat dari tahun 2016 sampai tahun 2019.
3.7.2 Pengaruh Retribusi Daerah Terhadap Pendapatan Asli Daerah
Secara parsial retribusi daerah tidak berpengaruh terhadap pendapatan asli
daerah kota Pariaman dengan nilai t hitung sebesar 1.616 < 2.30 dan nilai
signifikan sebesar 0.145 > 0.05. Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian
yang dilakukan oleh Usman (2016) yang menyatakan bahwa retribusi daerah tidak
berpengaruh terhadap pendapatan asli daerah. Hal ini didukung oleh pernyataan
Natoen (2018) yang berpendapat bahwa retribusi daerah tidak begitu dominan
dalam peningkatan pendapatan asli daerah secara signifikan. Hasil penelitian ini
bertolak belakang dengan hasil penelitian Utomo (2013), ia menyatakan bahwa
retribusi daerah berpengaruh terhadap pendapatan asli daerah.
Retribusi daerah menurut Undang-undang Nomor 28 Tahun 2009 yaitu
pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang
khusus disediakan dan/atau diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk kepentingan
orang pribadi atau badan. Retribusi daerah mempunyai peranan yang sangat besar
terhadap pelaksanaan otonomi daerah untuk merealisasi peningkatan pendapatan
asli daerah. Penerimaan retribusi daerah dapat mempengaruhi pendapatan asli
daerah. Semakin besar jumlah penerimaan Retribusi Daerah maka akan semakin
besar pula jumlah penerimaan Pendapatan Asli Daerah (PAD). Meskipun begitu
hasil penelitian ini bertolak belakang dengan pernyataan tersebut, retribusi daerah
tidak begitu dominan dalam peningkatan pendapatan asli daerah.
Pengaruh yang tidak signifikan antara retribusi daerah terhadap
pendapatan asli daerah dapat dibuktikan dengan data yang digunakan. Pada tahun
2010 retribusi daerah mengalami penurunan akan tetapi pendapatan asli daerah
tetap meningkat dari tahun 2010 sampai tahun-tahun berikutnya. Hubungan yang
tidak jelas berikutnya dapat dilihat dari tahun 2015 ke tahun 2016. Dimana terjadi
penurunan pendapatan asli daerah sementara retribusi daerah menurun.
3.7.3 Pengaruh Pajak Daerah Dan Retribusi Daerah Terhadap Pendapatan
Asli Daerah
Secara simultan pajak daerah dan retribusi daerah berpengaruh positif dan
signifikan terhadap pendapatan asli daerah kota Pariaman dengan nilai F hitung
sebesar 964.569 > 4.46 dan nilai signifikan sebesar 0,00 < 0,05. Hasil penelitian
ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Utomo (2013) yang
menyatakan bahwa pajak daerah dan retribusi daerah berpengaruh positif dan
signifikan terhadap pendapatan asli daerah. Hal ini juga didukung oleh Usman
(2016) yang berpendapat bahwa jika dua komponen penting ini dikelola dengan
baik maka hal tersebut sudah cukup untuk menjadi faktor dominan dalam
peningkatan pendapatan asli daerah.
Pajak daerah dan retribusi daerah adalah dua komponen penting dalam
peningkatan pendapatan asli daerah, karena hal ini dapat dilihat dari realisasi
pendapatan asli daerah yang didominasi oleh dua komponen atau dua faktor yaitu
pajak daerah dan retribusi daerah. Maka jika kedua komponen tersebut yaitu pajak
daerah dan retribusi daerah dapat dimaksimalkan maka pendapatan asli daerah
akan meningkat drastis. Seperti yang diungkapkan oleh Kusuma dan Wirawati
(2013) bahwa penerimaan pajak dan retribusi daerah dapat mempengaruhi
pendapatan asli daerah. Semakin besar jumlah penerimaan pajak dan retribusi
daerah maka akan semakin besar pula penerimaan Pendapatan Asli Daerah.
Hubungan yang signifikan ini dapat dilihat pada data penelitian yang
digunakan. Dari tahun 2008 sampai tahun 2019 memperlihatkan hubungan yang
positif yang diberikan oleh pajak daerah dan retribusi daerah terhadap pendapatan
asli daerah. Meski ada beberapa penurunan yang diperlihatkan pada tahun 2011 ke
tahun 2012 dan dari tahun 2015 ke tahun 2016, tapi itu tidak terlalu besar atau
tidak signifikan.

KESIMPULAN DAN SARAN


5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengolahan data dan pembahasan yang telah peneliti
lakukan maka kesimpulan dari hasil penelitian ini adalah :
1. Secara parsial pajak daerah berpengaruh positif dan signifikan terhadap
pendapatan asli daerah kota Pariaman dengan nilai t hitung sebesar 2.96 >
2.30 dan nilai signifikan sebesar 0,018 < 0,05.
2. Secara parsial retribusi daerah tidak berpengaruh terhadap pendapatan asli
daerah kota Pariaman dengan nilai t hitung sebesar 1.616 < 2.30 dan nilai
signifikan sebesar 0.145 > 0.05.
3. Secara simultan pajak daerah dan retribusi daerah berpengaruh positif dan
signifikan terhadap pendapatan asli daerah kota Pariaman dengan nilai F
hitung sebesar 964.569 > 4.46 dan nilai signifikan sebesar 0,00 < 0,05.

5.2 Saran
Dari kesimpulan hasil penelitian ini maka saran yang dapat peneliti
berikan terkait dari hasil penelitian ini adalah :
1. Bagi Pemerintah Kota Pariaman
Dianjurkan bagi Pemerintah Kota Pariaman untuk mengelola pemungutan
pajak daerah lebih baik lagi. Karena sektor pajak adalah sektor penerimaan
pemerintah Kota Pariaman yang paling dominan. Jika terjadi kesalahan dalam
pemungutan pajak atau adanya wajib pajak yang bermain dalam pembayaran
pajak, hal tersebut akan menggangu terealisasinya pendapatan asli daerah
yang maksimal sehingga menjadi penerimaan pendapatan asli daerah akan
menjadi tidak maksimal.
2. Bagi Akademik
Skripsi ini akan peneliti serahkan pada civitas akademika STIE Sumbar
Pariaman sebagai salah satu syarat untuk mengambil gelar sarjana (S1). Selain
itu Skripsi ini juga akan menjadi koleksi perpustakaan sebagai suatu
sumbangan di bidang ilmiah dan hasil penelitian ini dapat digunakan oleh para
peneliti selanjutnya untuk menjadi sebuah rujukan terkait objek penelitian
yang sama.
3. Bagi Peneliti Selanjutnya
Dianjurkan bagi peneliti selanjutnya untuk mengambil objek penelitian yang
lebih luas sehingga hasil penelitian yang didapatkan akan menjadi lebih
kongkrit dan sempurna untuk membahas bagaimana hubungan peningkatan
pajak daerah dan retribusi daerah terhadap pendapatan asli daerah. Setelah itu
peneliti selanjutnya juga disarankan untuk mengambil variabel lain seperti
pendapatan BUMD dan hasil-hasil alam daerah lainnya.

DAFTAR PUSTAKA

Bahar, Ujang. Peran Daerah dalam Pengadaan Tanah (Tinjauan dari segi
Pembiayaan). Hukum Keuangan Jurnal Hukum Bisnis. 1, 2010.
Fitriana. (2014). Pengaruh pajak daerah dan retribusi daerah dalam meningkatkan
pendapatan asli daerah (PAD) di Kota Bontang. E-journal ilmu
pemerintahan. 1(2).1875-1888.
Ghozali, Imam. Aplikasi dan Analisis Multivariate dengan Proses SPSS.
Semarang: Universitas Diponegoro: 2005.
Indriantoro, N., & Supomo. (1999). Metode penelitian bisnis untuk akuntansi dan
manajemen(Ed. Ke-1). Yogyakarta: BPFE.
Kusuma, M. K. A. A., dan Wirawati, N. G. P. (2013). Analisis pengaruh
penerimaan pajak daerah dan retribusi daerah terhadap peningkatan pad
sekabupaten/kota di Provinsi Bali. E-Jurnal Akuntansi Universitas
Udayana. 5(3). 574-585.
Mentayani,I., Rusmanto., dan Mirda, L. (2014). Pengaruh penerimaan pajak
daerah dan retribusi daerah terhadap pendapatan asli daerah pada
kabupaten dan kota di Provinsi Kalimantan Selatan. Dinamika ekonomi
jurnal ekonomi dan bisnis. 1(7). 30-43.
Prakosa, K. P. (2005). Pajak daerah dan retribusi daerah (Ed. Revisi).Yogyakarta:
UII Press Yogyakarta.
Prawoto, A. (2011). Pengantar keuangan publik. Yogyakarta: BPFE.

Putri, M. E., dan Rahayu, S. (2015). Pengaruh pajak daerah dan retribusi daerah
terhadap pendapatan asli daerah (studi kasus pada pemerintah daerah
Kabupaten Cirebon tahun anggaran 2010-2014). e-Proceeding of
Management. 1(2). 281-288.
Resmi, S. (2014). Perpajakan : teori dan kasus (Ed. Ke-8). Jakarta: Salemba
Empat.
Samudra, A. A. (2015). Perpajakan di Indonesia. Jakarta: Rajawali.
Siahaan, M. P. (2005). Pajak daerah dan retribusi daerah. Jakarta: Rajawali.
Sugiyono. (2014). Metode penelitian kuantitatif, kualitatif, dan R&D. Bandung:
ALFABETA.
Sunanto. (2015). Analisis pengaruh pajak daerah terhadap pendapatan asli daerah
(PAD) di Kabupaten Musi Banyuasin. Jurnal ACSY Politeknik Sekayu.
1(2). 1-10.
Sunarto., dan Fatimah, R. D. A. N. (2016). Pengaruh penerimaan retribusi dan
penetapan tarif obyek wisata terhadap pendapatan asli daerah Kabupaten
Gunung Kidul tahun 2013-2015. Jurnal akuntansi. 2(4). 91-101.
Suparmoko, M. (2002). Ekonomi publik untuk keuangan dan pembangunan
daerah.Yogyakarta: Andi Offest.
Undang-undang Republik Indonesia. (2000).Undang-undang RI No.34 Tahun
2000 tentang pajak dan retribusi daerah.
Undang-undang Republik Indonesia. (2009).Undang-undang RI No.28 Tahun
2009 tentang pajak dan retribusi daerah.
Undang-undang Republik Indonesia. (2004).Undang-undang RI No.33 Tahun
2004 tentang pajak dan retribusi daerah.
Wirawan B dan Burton, Richard. 2007. Hukum Pajak. Jakarta: Salemba
empat,2007.

Anda mungkin juga menyukai