ABSTRAK
This research was conducted with the aim of knowing how the effect of
increasing local taxes and levies on local revenue in the city of Pariaman from
2009 to 2019. This research was conducted in August 2020. The analysis used is
multiple linear regression analysis. Data processing was carried out with the help
of the SPSS 21 computer program.
Based on the results of data processing, it shows that: Partially, local
taxes have a positive and significant effect on local revenue in the city of
Pariaman with a t value of 2.96> 2.30 and a significant value of 0.018 <0.05.
Partially, local levies have no effect on local income in the city of Pariaman with
a t value of 1.616 <2.30 and a significant value of 0.145> 0.05. Simultaneously,
local taxes and levies have a positive and significant effect on local revenue in the
city of Pariaman with a calculated F value of 964,569> 4.46 and a significant
value of 0.00 <0.05. Overall the contribution of local taxes and levies to local
revenue is 99.6% and the rest of 0.4% is influenced by other factors not discussed
in this study.
PENDAHULUAN
1.1 Latarbelakang Masalah
Otonomi memberikan kewenangan kepada daerah untuk mengatur diri
sendiri baik dalam menentukan kebijakan maupun menentukan peraturan lainnya,
peraturan yang dibuat oleh pemerintah daerah dimaksudkan untuk menjamin
lancarnya pelaksanaan kebijakan ekonomi nasional, dari kewenangan yang
diberikan oleh pemerintah pusat, pemerintah daerah dapat menjadikannya sebagai
peluang untuk mengembangkan potensi ekonomi di daerahnya (Mentayani dkk,
2014: 31).
Sebagai daerah otonomi, daerah dituntut untuk dapat mengembangkan dan
mengoptimalkan semua potensi daerah yang ada, dari penggalian dan optimalisasi
potensi yang ada pada daerah tersebut dapat diperoleh sebuah pemasukan bagi
daerah itu sendiri dan dapat dikategorikan sebagai Pendapatan Asli Daerah
(PAD), sedangkan beberapa komponen Pendapatan Asli Daerah (PAD) adalah:
pajak daerah, retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang
dipisahkan, dan pendapatan asli daerah lainnya yang sah (Kusuma dan Wirawati,
2013: 575)
Pendapatan Asli Daerah (PAD) merupakan pendapatan pemerintah daerah
yang bersumber dari sumber daya ekonomi daerah yang berpotensi untuk dikelola
secara maksimal sehingga mampu memberikan manfaat ekonomis bagi daerah
tersebut, komponen paling utama dalam memberikan kontribusinya terhadap PAD
adalah hasil dari pajak daerah dan retribusi daerah, disamping kedua hal tersebut
sumber-sumber lain yang dapat menambah tingginya pendapatan asli daerah juga
perlu dioptimalkan agar dapat untuk meningkatkan PAD (Mentayani dkk, 2014:
31).
Maka dari itu pemerintah daerah dituntut untuk lebih bijaksana dalam
mengambil suatu keputusan yang tepat agar masyarakat dapat memperoleh
pelayanan yang baik dari pemerintah daerah, untuk itu merintah daerah harus adil
dalam melakukan pemungutan pajak daerah dan retribusi daerah kepada seluruh
masyarakatnya, selain itu pemerintah daerah juga dituntut untuk dapat
mengalokasikan hasil penerimaan pajak dan retribusi daerah untuk membangun
berbagai macam sarana publik yang dapat digunakan oleh masyarakat (Kusuma
dan Wirawati, 2013: 575).
Pajak merupakan suatu kewajiban menyerahkan sebagian dari kekayaan ke
kas negara yang disebabkan oleh suatu keadaan, kejadian dan perbuatan yang
memberikan kedudukan tertentu, maka pajak bukan sebagai hukuman yang
diberikan pemerintah kepada masyarakatnya, pemungutan pajak dapat dilakukan
menurut peraturan yang telah ditetapkan pemerintah serta dapat dipaksakan tetapi
tidak ada jasa timbal balik dari negara secara langsung, pajak itu sendiri bertujuan
untuk memelihara kesejahteraan pemerintah daerah tersebut secara umum (Resmi,
2014: 1).
Seperti halnya pajak pada umumya, pajak daerah adalah pajak yang
dipungut oleh pemerintah daerah dan dapat digunakan untuk membiayai sebagian
belanja daerah dan pajak daerah merupakan kontribusi wajib kepada pemerintah
daerah yang bersifat memaksa berdasarkan Peraturan Pemereintah Republik
Indonesia nomor 91 tahun 2010 tentang jenis pajak yang dipungut berdasarkan
penetapan kepala daerah atau dibayar sendiri oleh wajib pajak dan UU nomor 28
Tahun 2009 tentang pajak daerah dan retribusi daerah.
Selain bersumber dari pajak daerah, pendapatan asli daerah juga dapat
bersumber dari retribusi daerah yang merupakan pungutan yang dikenakan
sehubungan dengan suatu jasa atau fasilitas yang diberikan oleh pemerintah secara
langsung dan nyata kepada pembayar, dengan demikian, retribusi daerah juga
mempunyai peran penting dalam meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD)
serta membiayai pengeluaran pemerintah daerah secara berkelanjutan (Resmi,
2014: 2).
Seperti halnya pajak daerah, retribusi daerah merupakan salah satu sumber
Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang diharapkan mampu membiayai
penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan daerah, untuk itu maka retribusi
daerah ini memberlakukan sistem self assessment, yang berarti wajib pajak dapat
menentukan sendiri jumlah pajak yang terutang sesuai dengan ketentuan undang-
undang perpajakan, jadi retribusi daerah sangat berperan penting terhadap
Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan pembiayaan pemerintah (Sunarto dan
Fatimah, 2016: 93).
Kontribusi pajak dan retribusi banyak dibahas oleh peneliti-peneliti
terdahulu yang mendukung bahwa pajak daerah dan retribusi daerah berpengaruh
terhadap pendapatan asli daerah seperti halnya hasil penelitian yang dilakukan
oleh Mentayani, dkk (2014) menunjukkan bahwa pajak daerah dan retribusi
daerah berpengaruh positif terhadap pendapatan asli daerah. Penelitian tersebut
juga didukung oleh penelitian putri dan Rahayu (2015) yang menghasilkan bahwa
pajak daerah dan retribusi daerah secara parsial berpengaruh terhadap pendapatan
asli daerah. Menurutnya pajak dan retribusi adalah komponen yang paling utama
dan memiliki konstribusi yang besar terhadap peningkatan penadapatan asli
daerah.
Dengan demikian, daerah harus mampu untuk lebih meningkatkan dan
menggali potensi daerahnya demi terwujudnya pelaksanaan pembangunan yang
baik dan mampu membiayai belanja rumah tangganya sendiri seperti yang telah
diterapkan di kota Pariaman. Kota Pariaman merupakan salah satu kota yang
terletak di Sumatera Barat. Kota Pariaman diresmikan sebagai daerah otonom
pada tanggal 2 Juli 2002 berdasarkan Undang-undang Nomor 12 Tahun 2002
tentang pembentukan kota Pariaman di Provinsi Sumatera Barat. Sebelumnya kota
ini berstatus kota administratif dan menjadi bagian dari kabupaten Padang
Pariaman (tribunnews.com/tag/pariaman, 2019).
Karena sekarang kota Pariaman telah berdiri sendiri, untuk meningkatkan
APBD daerah dan keluasan dalam penyusunan anggaran maka pemerintah Kota
Pariaman juga harus meningkatkan penerimaannya agar program daerah yang
terancang terlaksana dengan baik. Pendapatan Asli Daerah (PAD) pemerintah
Kota Pariaman memiliki peran yang penting dalam menentukan kemampuan
daerah untuk melakukan aktivitas pemerintahan dan program-program
pembangunan (tribunnews.com/tag/pariaman, 2019).
Pertumbuhan perekonomian Kota Pariaman semenjak disahkan menjadi suatu
daerah yang otonom pada tahun 2002 terus mengalami kenaikan, terutama pada sektor
keuangan yang dikelola secara mandiri oleh pemerintah kota Pariaman. Hal ini dapat
dilihat dari pendapatan asli daerahnya pada tahun 2009-2018. Berikut adalah
pertumbuhan penerimaan daerah kota Pariaman :
1.4 Pajak
Menurut kamus besar bahasa Indonesia Pajak adalah hak untuk
mengusahakan sesuatu dengan membayar sewa kepada negara. Menurut Undang-
Undang No. 28 Tahun 2009, “Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang
terutang oleh wajib pajak pribadi atau badan yang sifatnya memaksa berdasarkan
Undang-Undang dan tidak mendapatkan imbalan secara langsung digunakan
untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat”.
Sedangkan menurut Soemitro dalam Bahar (2010) pajak adalah gejala
masyarakat, artinya pajak hanya ada di dalam masyarakat. Masyarakat adalah
kumpulan manusia yang pada suatu waktu berkumpul untuk tujuan tertentu.
Masyarakat terdiri atas individu, individu mempunyai hidup sendiri dan
kepentingan sendiri, yang dapat dibedakan dari hidup masyarakat dan kepentingan
masyarakat. Namun individu tidak mungkin hidup tanpa adanya masyarakat
(Bahar, 2010).
Davey (1983) dalam Prawoto (2011: 420) menyatakan bahwa terdapat
empat kriteria mengenai pajak daerah. Keempat kriteria tersebut adalah :
1. Kecukupan dan elastisitas.
2. Keadilan.
3. Kemampuan administratif.
4. Adanya kesepakatan politik.
Nama
Variabel Metodologi
Dan Judul Penelitian Hasil Penelitian
Penelitian Penelitian
Tahun
Utomo Analisis Pengaruh Pajak Analisis Hasil penelitian
(2013) Pajak Daerah Dan Daerah Regresi menunjukkan
Retribusi Daerah Linier bahwa secara
Terhadap Retribusi Berganda parsial pajak
Pendapatan Asli Daerah daerah dan
Daerah (Studi retribusi daerah
Empiris Di Pendapatan berpengaruh
Dppkad Wilayah Asli Daerah signifikan
Karesidenan terhadap
Surakarta) pendapatan asli
daerah pada
pemerintah kota
dan pemerintah
kabupaten di
wilayah
karesidenan
surakarta.
Natoen Pengaruh Pajak Pajak Analisis Hasil penelitian
dkk Daerah Dan Daerah Regresi menunjukan
(2018) Retribusi Daerah Linier bahwa pajak
Terhadap Retribusi Berganda daerah secara
Pendapatan Asli Daerah parsial
Daerah Provinsi berpengaruh
Sumatera Selatan Pendapatan signifikan
Asli Daerah terhadap
pendapatan asli
daerah Provinsi
Sumatera
Selatan. Pada
variabel retribusi
daerah
menunjukkan
bahwa retribusi
daerah tidak
berpengaruh
signifikan
terhadap
pendapatan asli
daerah Provinsi
Sumatera Selatan.
Sementara itu,
hasil penelitian
secara simultan
atau bersama-
sama menunjukan
bahwa variabel
pajak daerah dan
retribusi daerah
berpengaruh
signifikan
terhadap
pendapatan asli
daerah Provinsi
Sumatera Selatan.
H3
Kerangka Konseptual
METODOLOGI PENELITIAN
Unstandardized
Residual
N 11
Normal Parametersa,b Mean 0.0000000
Std. Deviation 12.65369198
Most Extreme Absolute 0.137
Differences Positive 0.096
Negative -0.137
Test Statistic 0.137
Asymp. Sig. (2-tailed) 0.200
Sumber data : hasil pengolahan data dengan SPSS 21
Berdasarkan hasil pengolahan data memperlihatkan bahwa nilai asymp-sig
yang ditunjukkan dari tabel kolmogorov-smirnov adalah 0,200 lebih besar jika
dibandingkan dengan 0,05. Maka dapat dipastikan bahwa data yang digunakan
berdistribusi normal.
Collinearity Statistics
Model
Tolerance VIF
1 (Constant)
Pajak Daerah 0.611 1.636
Retribusi Daerah 0.611 1.636
Sumber data : hasil pengolahan data dengan SPSS 21
Berdasarkan tabel diatas diperlihatkan bahwa masing-masing variabel
menunjukkan tingkat nilai tolerance lebih besar dari 0,1 dan tingkat nilai VIF
lebih kecil dari 10. Maka berdasarkan hasil pengolahan data tersebut dapat
dipastikan tidak terjadi multikolinieritas.
Unstandardized
Residual
a
Test Value -1.02790
Cases < Test Value 5
Cases >= Test Value 6
Total Cases 11
Number of Runs 7
Z 0.029
Asymp. Sig. (2-tailed) 0.977
Sumber data : hasil pengolahan data dengan SPSS 21
Berdasarkan hasil pengujian run test memperlihatkan bahwa nilai asymp-
sig adalah sebesar 0.977. Karena nilai ini lebih besar dari 0.05 maka dapat
dipastikan bahwa tidak terjadi autokorelasi dalam model penelitian ini.
Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta T Sig.
1 (Constant) 10.814 2.446 4.420 0.002
Pajak Daerah 0.022 0.062 1.116 0.352 0.734
Retribusi Daerah -0.058 0.126 -1.451 -0.458 0.659
Sumber data : hasil pengolahan data dengan SPSS 21
Dari hasil uji glejser memperlihatkan nilai signifikansi untuk variabel
pajak daerahl adalah 0,734 dan retribusi daerah adalah 0,659. Nilai ini lebih besar
dari 0,05. Berdasarkan kriteria tersebut maka dapat dipastikan bahwa tidak terjadi
heteroskedastisitas dalam penelitian ini sesuai dengan penelitian Effendi (2018)
yang juga lolos dengan menggunakan uji glejser. Sedangkan Utomo (2013) tidak
menggunakan uji glejser atau bertolak belakang dengan penelitian ini.
Unstandardized Coefficients
Model
B Std. Error
1 (Constant) -1.965 4.579
Pajak Daerah 0.345 0.117
Retribusi Daerah 0.382 0.236
Sumber data : hasil pengolahan data dengan SPSS 21
Berdasarkan tabel diatas maka rumus regresi linier berganda dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut :
Y = -1. 965 + 0.345 X1 + 0.382X2
Unstandardized Standardized
Model Coefficients Coefficients t Sig.
B Std. Error Beta
1 (Constant) -1.965 4.579 -.429 0.679
Pajak Daerah 0.345 0.117 0.646 2.961 0.018
Retribusi Daerah 0.382 0.236 0.353 1.616 0.145
Sumber data : hasil pengolahan data dengan SPSS 21
a. Berdasarkan pengolahan data memperlihatkan nilai t hitung variabel Pajak
Daerah atau X1 yang dihasilkan adalah 2.96 > 2.30, dan nilai signifikan
sebesar 0,018 < 0,05.
b. Berdasarkan pengolahan data memperlihatkan nilai t hitung variabel Retribusi
Daerah atau X2 yang dihasilkan adalah 1.616 < 2.30, dan nilai signifikan
sebesar 0.145 > 0.05.
3.5.2 Uji F
Uji F dalam penelitian berdasarkan yang sudah dibahas pada bab 3, uji F
dilakukan dengan membandingkan nilai F hitung yang diperoleh dari hasil pengolahan
data dengan F tabel yang diperoleh dari tabel F. Nilai F tabel dalam penelitian ini adalah
sebesar 4,46 diperoleh dari tabel F berdasarkan nilai orang df bawah = 8 (sampel 11
dikurangi 2 variabel x dan 1 variabel y (11-2-1) dan nilai df atas = 2 (variabel 3 dikurangi
1 (3-2) Berikut hasil pengolahan data :
ANOVAa
Sum of Mean
Model df F Sig.
Squares Square
1 Regression 386107.182 2 193053.591 964.569 0.000b
Residual 1601.159 8 200.145
Total 387708.341 10
Sumber data : hasil pengolahan data dengan SPSS 21
Berdasarkan pengolahan data memperlihatkan nilai F hitung yang
dihasilkan adalah 964.569 > 4.46 dan nilai signifikan sebesar 0,000 < 0,05.
3.6 ANALISIS KOEFISISEN DETERMINASI
Koefisien Determinasi Summary
R Adjusted R Std. Error of
Model R
Square Square the Estimate
1 0.998 0.996 0.995 14.14726
Sumber data : hasil pengolahan data dengan SPSS 21
3.7 Pembahasan
3.7.1 Pengaruh Pajak Daerah Terhadap Pendapatan Asli Daerah
Secara parsial pajak daerah berpengaruh positif dan signifikan terhadap
pendapatan asli daerah kota Pariaman dengan nilai t hitung sebesar 2.96 > 2.30
dan nilai signifikan sebesar 0,018 < 0,05. Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil
penelitian yang dilakukan oleh Utomo (2013) yang menyatakan bahwa pajak
daerah berpengaruh positif dan signifikan terhadap pendapatan asli daerah.
Pendapat ini didukung oleh Natoen (2018) yang berpendapat bahwa pajak daerah
adalah komponen yang paling utama dalam peningkatan pendapatan asli daerah.
Akan tetapi hasil penelitian ini bertolak belakang dengan hasil penelitian Roslina
(2014), ia manyatakan bahwa pajak daerah tidak berpengaruh terhadap
pendapatan asli daerah.
Samudra (2015: 52) menyatakan bahwa pajak daerah merupakan salah
satu sumber pendapatan daerah yang penting guna membiayai pelaksanaan
pemerintahan daerah. Dalam rangka meningkatkan pelayanan kepada masyarakat
dan kemandirian daerah, perlu dilakukan perluasan objek pajak daerah serta
ditentukan dalam menentukan besarnya terif pajak yang harus dibayarkan.
Sumber penerimaan asli daerah yang dapat digali salah satunya berupa pajak
daerah yang merupakan andalan bagi daerah dan diharapkan dari sumber
penerimaan tersebut dapat memberikan kontribusi yang berarti terhadap
pendapatan asli daerah (Fitriana, 2014 : 1884). Semakin tinggi penerimaan pajak
daerah maka akan meningkatkan pendapatan asli daerah, semakin rendah
penerimaan pajak daerah maka akan menurunkan pendapatan asli daerah. Maka
dapat disimpulkan bahwa pajak daerah mempengaruhi pendapatan asli daerah.
Hubungan yang positif yang diberikan oleh pajak daerah terhadap
pendapatan asli daerah ini dapat dibuktikan dengan data yang peneliti gunakan.
Dari data yang peneliti gunakan mulai dari tahun 2012 sampai tahun 2015
pendapatan asli daerah meningkat dengan pesat. Akan tetapi hal tersebut terjadi
karena pajak daerah juga meningkat dari tahun 2012 sampai tahun 2015. Meski
pada tahun 2015 sampai 2016 pendapatan asli daerah sempat turun akan tetapi
pada tahun selanjutnya pendapatan daerah terus meningkat sampai pada
puncaknya pada tahun 2019. Tentu saja hal ini terjadi karena pengaruh pajak
daerah yang juga terus meningkat dari tahun 2016 sampai tahun 2019.
3.7.2 Pengaruh Retribusi Daerah Terhadap Pendapatan Asli Daerah
Secara parsial retribusi daerah tidak berpengaruh terhadap pendapatan asli
daerah kota Pariaman dengan nilai t hitung sebesar 1.616 < 2.30 dan nilai
signifikan sebesar 0.145 > 0.05. Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian
yang dilakukan oleh Usman (2016) yang menyatakan bahwa retribusi daerah tidak
berpengaruh terhadap pendapatan asli daerah. Hal ini didukung oleh pernyataan
Natoen (2018) yang berpendapat bahwa retribusi daerah tidak begitu dominan
dalam peningkatan pendapatan asli daerah secara signifikan. Hasil penelitian ini
bertolak belakang dengan hasil penelitian Utomo (2013), ia menyatakan bahwa
retribusi daerah berpengaruh terhadap pendapatan asli daerah.
Retribusi daerah menurut Undang-undang Nomor 28 Tahun 2009 yaitu
pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang
khusus disediakan dan/atau diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk kepentingan
orang pribadi atau badan. Retribusi daerah mempunyai peranan yang sangat besar
terhadap pelaksanaan otonomi daerah untuk merealisasi peningkatan pendapatan
asli daerah. Penerimaan retribusi daerah dapat mempengaruhi pendapatan asli
daerah. Semakin besar jumlah penerimaan Retribusi Daerah maka akan semakin
besar pula jumlah penerimaan Pendapatan Asli Daerah (PAD). Meskipun begitu
hasil penelitian ini bertolak belakang dengan pernyataan tersebut, retribusi daerah
tidak begitu dominan dalam peningkatan pendapatan asli daerah.
Pengaruh yang tidak signifikan antara retribusi daerah terhadap
pendapatan asli daerah dapat dibuktikan dengan data yang digunakan. Pada tahun
2010 retribusi daerah mengalami penurunan akan tetapi pendapatan asli daerah
tetap meningkat dari tahun 2010 sampai tahun-tahun berikutnya. Hubungan yang
tidak jelas berikutnya dapat dilihat dari tahun 2015 ke tahun 2016. Dimana terjadi
penurunan pendapatan asli daerah sementara retribusi daerah menurun.
3.7.3 Pengaruh Pajak Daerah Dan Retribusi Daerah Terhadap Pendapatan
Asli Daerah
Secara simultan pajak daerah dan retribusi daerah berpengaruh positif dan
signifikan terhadap pendapatan asli daerah kota Pariaman dengan nilai F hitung
sebesar 964.569 > 4.46 dan nilai signifikan sebesar 0,00 < 0,05. Hasil penelitian
ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Utomo (2013) yang
menyatakan bahwa pajak daerah dan retribusi daerah berpengaruh positif dan
signifikan terhadap pendapatan asli daerah. Hal ini juga didukung oleh Usman
(2016) yang berpendapat bahwa jika dua komponen penting ini dikelola dengan
baik maka hal tersebut sudah cukup untuk menjadi faktor dominan dalam
peningkatan pendapatan asli daerah.
Pajak daerah dan retribusi daerah adalah dua komponen penting dalam
peningkatan pendapatan asli daerah, karena hal ini dapat dilihat dari realisasi
pendapatan asli daerah yang didominasi oleh dua komponen atau dua faktor yaitu
pajak daerah dan retribusi daerah. Maka jika kedua komponen tersebut yaitu pajak
daerah dan retribusi daerah dapat dimaksimalkan maka pendapatan asli daerah
akan meningkat drastis. Seperti yang diungkapkan oleh Kusuma dan Wirawati
(2013) bahwa penerimaan pajak dan retribusi daerah dapat mempengaruhi
pendapatan asli daerah. Semakin besar jumlah penerimaan pajak dan retribusi
daerah maka akan semakin besar pula penerimaan Pendapatan Asli Daerah.
Hubungan yang signifikan ini dapat dilihat pada data penelitian yang
digunakan. Dari tahun 2008 sampai tahun 2019 memperlihatkan hubungan yang
positif yang diberikan oleh pajak daerah dan retribusi daerah terhadap pendapatan
asli daerah. Meski ada beberapa penurunan yang diperlihatkan pada tahun 2011 ke
tahun 2012 dan dari tahun 2015 ke tahun 2016, tapi itu tidak terlalu besar atau
tidak signifikan.
5.2 Saran
Dari kesimpulan hasil penelitian ini maka saran yang dapat peneliti
berikan terkait dari hasil penelitian ini adalah :
1. Bagi Pemerintah Kota Pariaman
Dianjurkan bagi Pemerintah Kota Pariaman untuk mengelola pemungutan
pajak daerah lebih baik lagi. Karena sektor pajak adalah sektor penerimaan
pemerintah Kota Pariaman yang paling dominan. Jika terjadi kesalahan dalam
pemungutan pajak atau adanya wajib pajak yang bermain dalam pembayaran
pajak, hal tersebut akan menggangu terealisasinya pendapatan asli daerah
yang maksimal sehingga menjadi penerimaan pendapatan asli daerah akan
menjadi tidak maksimal.
2. Bagi Akademik
Skripsi ini akan peneliti serahkan pada civitas akademika STIE Sumbar
Pariaman sebagai salah satu syarat untuk mengambil gelar sarjana (S1). Selain
itu Skripsi ini juga akan menjadi koleksi perpustakaan sebagai suatu
sumbangan di bidang ilmiah dan hasil penelitian ini dapat digunakan oleh para
peneliti selanjutnya untuk menjadi sebuah rujukan terkait objek penelitian
yang sama.
3. Bagi Peneliti Selanjutnya
Dianjurkan bagi peneliti selanjutnya untuk mengambil objek penelitian yang
lebih luas sehingga hasil penelitian yang didapatkan akan menjadi lebih
kongkrit dan sempurna untuk membahas bagaimana hubungan peningkatan
pajak daerah dan retribusi daerah terhadap pendapatan asli daerah. Setelah itu
peneliti selanjutnya juga disarankan untuk mengambil variabel lain seperti
pendapatan BUMD dan hasil-hasil alam daerah lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
Bahar, Ujang. Peran Daerah dalam Pengadaan Tanah (Tinjauan dari segi
Pembiayaan). Hukum Keuangan Jurnal Hukum Bisnis. 1, 2010.
Fitriana. (2014). Pengaruh pajak daerah dan retribusi daerah dalam meningkatkan
pendapatan asli daerah (PAD) di Kota Bontang. E-journal ilmu
pemerintahan. 1(2).1875-1888.
Ghozali, Imam. Aplikasi dan Analisis Multivariate dengan Proses SPSS.
Semarang: Universitas Diponegoro: 2005.
Indriantoro, N., & Supomo. (1999). Metode penelitian bisnis untuk akuntansi dan
manajemen(Ed. Ke-1). Yogyakarta: BPFE.
Kusuma, M. K. A. A., dan Wirawati, N. G. P. (2013). Analisis pengaruh
penerimaan pajak daerah dan retribusi daerah terhadap peningkatan pad
sekabupaten/kota di Provinsi Bali. E-Jurnal Akuntansi Universitas
Udayana. 5(3). 574-585.
Mentayani,I., Rusmanto., dan Mirda, L. (2014). Pengaruh penerimaan pajak
daerah dan retribusi daerah terhadap pendapatan asli daerah pada
kabupaten dan kota di Provinsi Kalimantan Selatan. Dinamika ekonomi
jurnal ekonomi dan bisnis. 1(7). 30-43.
Prakosa, K. P. (2005). Pajak daerah dan retribusi daerah (Ed. Revisi).Yogyakarta:
UII Press Yogyakarta.
Prawoto, A. (2011). Pengantar keuangan publik. Yogyakarta: BPFE.
Putri, M. E., dan Rahayu, S. (2015). Pengaruh pajak daerah dan retribusi daerah
terhadap pendapatan asli daerah (studi kasus pada pemerintah daerah
Kabupaten Cirebon tahun anggaran 2010-2014). e-Proceeding of
Management. 1(2). 281-288.
Resmi, S. (2014). Perpajakan : teori dan kasus (Ed. Ke-8). Jakarta: Salemba
Empat.
Samudra, A. A. (2015). Perpajakan di Indonesia. Jakarta: Rajawali.
Siahaan, M. P. (2005). Pajak daerah dan retribusi daerah. Jakarta: Rajawali.
Sugiyono. (2014). Metode penelitian kuantitatif, kualitatif, dan R&D. Bandung:
ALFABETA.
Sunanto. (2015). Analisis pengaruh pajak daerah terhadap pendapatan asli daerah
(PAD) di Kabupaten Musi Banyuasin. Jurnal ACSY Politeknik Sekayu.
1(2). 1-10.
Sunarto., dan Fatimah, R. D. A. N. (2016). Pengaruh penerimaan retribusi dan
penetapan tarif obyek wisata terhadap pendapatan asli daerah Kabupaten
Gunung Kidul tahun 2013-2015. Jurnal akuntansi. 2(4). 91-101.
Suparmoko, M. (2002). Ekonomi publik untuk keuangan dan pembangunan
daerah.Yogyakarta: Andi Offest.
Undang-undang Republik Indonesia. (2000).Undang-undang RI No.34 Tahun
2000 tentang pajak dan retribusi daerah.
Undang-undang Republik Indonesia. (2009).Undang-undang RI No.28 Tahun
2009 tentang pajak dan retribusi daerah.
Undang-undang Republik Indonesia. (2004).Undang-undang RI No.33 Tahun
2004 tentang pajak dan retribusi daerah.
Wirawan B dan Burton, Richard. 2007. Hukum Pajak. Jakarta: Salemba
empat,2007.