“Vector Tikus”
DOSEN PENGAMPU :
1.Fitria Eka Putri, SKM,. M.P.H.
2.Willia Novita Eka Rini,S.KG,. M.Kes
3.Fajrina Hidayati, S.K.M., M.KL.
DISUSUN OLEH :
UNIVERSITAS JAMBI
2019
KATA PENGANTAR
Assalamu‘alaikum wr.wb
Puji syukur senantiasa kami panjatkan kehadirat Allah SWT serta salam, semoga kita
senantiasa dilimpahkan rahmat kepada Nabi Muhammad SAW, juga untuk para keluarga,
sahabat dan pengikutnya sampai akhir jaman karena atas rahmatnya penyusun dapat
menyelesaikan penyusunan makalah ini yang berjudul “PENGENDALIAN VEKTOR
DENGAN PESTISIDA PRINSIP APLIKASI’’
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah AGEN PENYAKIT
BERBASIS LINGKUNGAN, penyusun mengucapkan terima kasih kepada pihak yang telah
membantu dalam penyelesaian makalah ini.
Penyusun berharap makalah ini dapat menambah pengetahuan pembaca dan memberikan
gambaran materi terkait PENGENDALIAN VEKTOR DNGAN PESTISIDA PRINSIP
APLIKASI. Sehingga pembaca dapat menggunakan makalah ini sebagai literatur pendukung
dalam pengembangan bidang ilmu selanjutnya.
Penyusun menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna baik dari materi
maupun bahasanya, maka penyusun mengharapkan saran dan kritik yang membangun untuk
perbaikan makalah ini. Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak yang
menjadikan makalah ini sebagai bahan literatur mengenai materi terkait. Amin
Wassalamualaikum wr.wb.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Vektor penyakit adalah serangga penyebar penyakit atau arthopoda yang dapat memindahkan
ataupun menularkan agen infeksi kepada host yang rentan. Pengendalian vektor adlah suatu
kegiatan untuk menurunkan kepadatan populasi vektor pada tingkat yang tidak lagi
membahayakan bagi kesehatan manusia. (Slamet JS, 1994)
Pada saat ini, penyebaran vektor yang dapat menyebabkan penyakit kepada manusia semakin
meningkat. Dimana dengan berkembangnya zaman, vektor itu sendiri semakin kebal terhadap
insektisida maupun racun.
Adapun dari penggolongan binatang ada dikenal dengan 10 golongan yang dinamakan
phylum diantaranya ada 2 phylum sangat berpengaruh terhadap kesehatan manusia yaitu phylum
anthropoda seperti nyamuk yang dapat bertindak sebagai perantara penularan penyakit malaria,
deman berdarah, dan Phyluml chodata yaitu tikus sebagai pengganggu manusia, serta sekaligus
sebagai tuan rumah (hospes), pinjal Xenopsylla cheopis yang menyebabkan penyakit pes.
Sebenarnya disamping nyamuk sebagai vektor dan tikus binatang pengganggu masih banyak
binatang lain yang berfimgsi sebagai vektor dan binatang pengganggu.
Namun kedua phylum sangat berpengaruh didalam menyebabkan kesehatan pada manusia,
untuk itu keberadaan vektor dan binatang penggangu tersebut harus di tanggulangi, sekalipun
demikian tidak mungkin membasmi sampai keakar-akarnya melainkan kita hanya mampu
berusaha mengurangi atau menurunkan populasinya kesatu tingkat ertentu yang tidak
mengganggu ataupun membahayakan kehidupan manusia.
Dalam hal ini untuk mencapai harapan tersebut perlu adanya suatu managemen pengendalian
dengan arti kegiatan-kegiatan/proses pelaksanaan yang bertujuan untuk memurunkan densitas
populasi vektor pada tingkat yang tidak membahayakan.
PEMBAHASAN
Berdasarkan program yang di rilis oleh WHO tentang pengendalian vektor dengan system
managemen vektor terpadu. Strategi system managemen vektor terpadu dirancang untuk
mencapai manfaat pengendalian penyakit terbesar dengan cara yang paling hemat biaya, dan
meminimalkan dampak negatif terhadap ekosistem (misalnya penipisan keanekaragaman hayati)
dan merugikan efek samping pada kesehatan masyarakat dari penggunaan berlebihan bahan
kimia alam pengendalian vektor.
Dalam pengendalian vektor tidaklah mungkin dapat dilakukan pembasmian sampai tuntas,
yang mungkin dan dapat dilakukan adalah usaha mengurangi dan menurunkan populasi kesatu
tingkat yang tidak membahayakan kehidupan manusia. Namun hendaknya dapat diusahakan agar
segala kegiatan dalam rangka memurunkan populasi vektor dapat mencapai hasil yang baik.
Untuk itu perlu diterapkan teknologi yang sesuai, bahkan teknologi sederhanapun, yang penting
d dasarkan prinsip dan konsep yang benar. Adapun prinsip dasar dalam pengendalian vektor
yang dapat dijadikan sebagai pegangan sebagai berikut :
2. Pengendalian vektor tidak menimbulkan kerusakan atau gangguan ekologi terhadap tata
lingkungan hidup.
1. Mencegah wabah penyakit yang tergolong vector-borne disease >> memperkecil risiko
kontak antara manusia dg vektor penyakit dan memperkecil sumber penularan penyakit/reservoir
2. Mencegah dimasukkannya vektor atau penyakit yg baru ke suatu kawasan yg bebas >>
dilakukan dengan pendekatan legal, maupun dengan aplikasi pestisida (spraying, baiting,
trapping)
B. METODE PENGENDALIAN VEKTOR
Pengendalian vektor dan binatang pengganggu adalah upaya untuk mengurangi atau
menurunkan populasi vektor atau binatang pengganggu dengan maksud pencegahan atau
pemberantasan penyakit yang ditularkan atau gangguan (nuisance) oleh vektor dan binatang
pengganggu tersebut.
1 Pengendalian secara alamiah (naturalistic control) >> memanfaatkan kondisi alam yang dapat
mempengaruhi kehidupan vector >> jangka waktu lama
· Manipulasi lingkungan
Adalah suatu upaya pengelolaan lingkungan yang meliputi kegiatan yang terencana yg
bertujuan untuk mengubah kondisi sementara yang tidak menguntungkan bagi perkembang
biakan vektor penyakit pada habitatnya sebagai contoh adalah : pembersihan tanaman,
peneduhan dan pengeringan rawa
· Modifikasi Lingkungan
Adalah upaya pengelolaan lingkungan yang meliputi perubahan fisik yang bersifat permanen
terhadap lahan, air dan tanaman yang bertujuan untuk mencegah, menghilangkan atau
mengurangi habitat vektor penyakit tanpa menyebabkan terganggunya kualitas lingkungan hidup
manusia. Termasuk kegiatan ini adalah drainase, penimbunan tempat perindukan vektor penyakit
berupa genangan air
2. Pengendalian terapan (applied control) >> memberikan perlindungan bagi kesehatan manusia
dari gangguan vektor >> sementara
Cara ini menitikberatkan kepada pemanfaatan iklim/musim dan menggunakan alat penangkap
mekanis antara lain :
c. Pengendalian secara biologis (biological control) >> memanfaatkan musuh alamiah atau
pemangsa/predator, fertilisasi.
Musuh alami insekta dapat berupa pemangsanya ataupun mikroba penyebab penyakitnya.
Untuk ini perlu diteliti lebih lanjut pemangsa dan penyebab penyakit mana yang paling efektif
dan efisien mengurangi populasi insekta. Untuk ni perlu juga dicari bagaimana caranya untuk
melakukan pengendalian pertumbuhan pemangsa dan penyebab penyakit ini apabila populasi
vektor sudah terkendali jumlahnya.
Selain itu penggunaan DDT/Dieldrin ini menimbulkan efek kekebalan tubuh pada nyamuk
sehingga pada penyemprotan selanjutnya tidak banyak artinya. Selanjutnya bahan kimia tersebut
dilarang digunakan. Penggunaan bahan kimia pemberantas serangga tidak lagi digunakan secara
missal, yang masih dgunakan secra individual sampai saat ini adalah jenis Propoxur (Baygon).
Pyrethrin atau dari ekstrak tumbuhan/bunga-bungaan.
Untuk memberantas Nyamuk Aedes secara missal dilakukan fogging bahan kimia jenis
Malathion/Parathion, untuk jentik nyamuk Aedes digunakan bahan larvasida jenis Abate yang
dilarutkan dalam air. Cara kimia untuk membunuh tikus dengan menggunakan bahan racun
arsenic dan asam sianida. Arsenik dicampur dalam umpan sedangkan sianida biasa dilakukan
pada gudang-gudang besar tanpa mencemai makanan atau minuman, juga dilakukan pada kapal
laut yang dikenal dengan istilah fumigasi. Penggunaan kedua jenis racun ini harus sangat berhati-
hati dan harus menggunakan masker karena sangat toksik terhadap tubuh manusia khususnya
melalui saluran pernafasan.
Penggunaan bahan kimia lainnya yang tidak begitu berbahaya adalah bahan attractant dan
repellent. Bahan Attractant adalah bahan kimia umpan untuk menarik serangga atau tikus masuk
dalam perangkap. Sedangkan repellent adalah bahan/cara untuk mengusir serangga atau tikus
tidak untuk membunuh. Contohnya bahan kimia penolak nyamuk yang dioleskan ke tubuh
manusia (Autan, Sari Puspa, dll) atau alat yang menimbulkan getaran ultrasonic untuk mengusir
tikus (fisika).
f. Pengendalian terpadu ( integrated control)/Pengendalian Vektor Terpadu (Integrated Vektor
Management)
IVM merupakan konsep pengendalian vektor yang diusulkan oleh WHO untuk
mengefektifkan berbagai kegiatan pemberantasan vektor oleh berbagai institusi. IVM dalam
pengendalian vektor DBD saat ini lebih difokuskan pada peningkatan peran serta sektor lain
melalui kegiatan Pokjanal DBD, Kegiatan PSN anak sekolah dll.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
B. SARAN
Saran dari saya adalah, diharapkannya semua cara dalam memberantas vektor nyamuk seperti
diatas dapat diaplikasikan secara optimal dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga angka kematian
akibat dari vektor dapat menurun.
DAFTAR PUSTAKA
Budiman dan Suyono. 2010. Ilmu Kesehatan Masyarakat dalam Konteks Kesehatan
Lingkungan.Jakarta : EGC
http://fkmutu.blogspot.com
http://dinadwinuryani.blogspot.co.id/2013/09/pengendalian-vektor.html