Anda di halaman 1dari 17

ASUHAN KEPERAWATAN SISTEM MUSKULOSKELETAL

(SYOK HIPOVOLEMIK)
Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Kritis

Dosen : Idris Hendriana, S.Kep.,Ners.,M.Kep

Disusun Oleh Kelompok 4

Garniwa

Ifan Tufiqullah

Irma Rosdiana

Kina Septianti

Pebriyanti

Rara Wahyuningsih

Silvi Andraresta Dewi

Yuyum Yumita Dewi

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YPIB MAJALENGKA


PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN
2021/2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah dengan judul "Asuhan Keperawatan Sistem Muskuloskeletal Syok
Hipovolemik" pada mata kuliah Keperawatan Kritis .

Penyusunan makalah ini tidak lepas dari bantuan dan motivasi berbagai pihak.
Untuk itu, dalam kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada rekan-rekan
yang telah membantu.

Kami menyadari makalah ini masih banyak kekurangan karena keterbatasan


kemampuan penulis. Untuk itu kami mengharapkan saran dan kritik yang bersifat
konstruktif sehingga kami dapat menyempurnakan makalah ini.

Majalengka, 20 November 2021

Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ...................................................................................................

DAFTAR ISI ..................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ........................................................................................................


B. Rumusan Masalah ...................................................................................................
C. Tujuan .....................................................................................................................
D. Manfaat ...................................................................................................................

BAB II TINJAUAN TEORI

A. Definisi Syok Hipovolemik ....................................................................................


B. Etiologi Syok Hipovolemik ....................................................................................
C. Klasifikasi Syok Hipovolemik ................................................................................
D. Patofisiologi Syok Hipovolemik .............................................................................
E. Tanda dan Gejala Syok Hipovolemik .....................................................................
F. Pathway ...................................................................................................................
G. Pemeriksaan Penunjang ..........................................................................................

BAB III KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian ...............................................................................................................
B. Diagnose Keperawatan ...........................................................................................
C. Intevensi Keprawatan .............................................................................................

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan .............................................................................................................
B. Saran .......................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Diseluruh dunia terdapat 6-20 juta kematian tiap tahun, meskipun penyebab nya
berbeda-beda tiap negara. Jumlah insiden syok semakin semakin meningkat di
Indonesia. Tidak jarang kita temui insiden seperti ini. Dinegara maju penyebab terbanyak
hipovolemik adalah perdarahan akibat trauma. Sebuah studi menyebutkan bahwa
prevalensi insiden trauma di Amerika diperkirakan mencapai 700 hingga 900 kasus tiap
satu juta penduduk (200.000 hingga 250.000 orang). Enam puluh persen yang cedera
berusia antara 16 sampai 30 tahun dan 80% berusia antara 16 sampai 45 tahun. Laki-laki
mengalami cedera empat kali lebih banyak daripada perempuan. Faktor etiologi yang
paling sering adalah kecelakaan kendaraan bermotor (45%), terjatuh (21,5%), luka
tembak atau kekerasan (15,4%), dan kecelakaan olah raga, biasanya menyelam (13,4%).
Lebih kurang 53% dari cedera itu adalah kuadriplegi.
Syok didefinisikan sebagai suatu keadaan tidak adekuatnya perfusi jaringan,
Keadaan akut yang menyebar secara luas dimana terjadi penurunan perfusi jaringan dan
tidak adekuatnya sirkulasi volume darah intravaskuler yang efektif. Syok merujuk kepada
suatu keadaan di mana terjadi kehilangan cairan tubuh dengan cepat sehingga terjadinya
multiple organ failure akibat perfusi yang tidak adekuat. Syok paling sering timbul
setelah terjadi perdarahan hebat (syok hemoragik). Perdarahan eksternal akut akibat
trauma tembus dan perdarahan hebat akibat kelianan gastrointestinal merupakan 2
penyebab syok hemoragik yang paling sering ditemukan. Syok hemoragik juga bisa
terjadi akibat perdarahan internal akut ke dalam rongga toraks dan rongga abdomen.
Penyebab utama perdarahan internal adalah terjadinya trauma pada organ dan ruptur pada
aneurysme aortic abdomen. Syok bisa merupakan akibat dari kehilangan cairan tubuh lain
selain dari darah dalam jumlah yang banyak. Contoh syok hipovolemik yang terjadi
akibat kehilangan cairan lain ini adalah gastroenteritis refraktrer dan luka bakar hebat.
Objektif dari keseluruhan jurnal ini adalah terfokus kepada syok hipovolemik yang
terjadi akibat perdarahan dan pelbagai kontroversi yang timbul seputar cara
penanganannya.
B. Rumusan Masalah
“Bagaimanakah konsep Asuhan Keperawatan pada klien dengan Syok Hipovolemik ?”
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Menjelaskan konsep asuhan keperawatan pada klien dengan Syok Hipovolemik
2. Tujuan Khusus
a. Menjelaskan Definisi Syok Hipvolemik
b. Menjelaskan Etiologi Syok Hipovolemik
c. Menjelaskan Klasifikasi Syok Hipovolemik
d. Menjelaskan Patofisiologi Syok Hipovolemik
e. Menjelaskan Tanda Gejala Syok Hipovolemik
f. Menjelaskan Pemeriksaan Penunjang Pada Syok Hipovolemik
g. Menjelaskan Asuhan Keperawatan Syok Hipovolemik
D. Manfaat
1. Mengetahui dan Memahami Definisi Syok Hipvolemik
2. Mengetahui dan Memahami Etiologi Syok Hipovolemik
3. Mengetahui dan Memahami Klasifikasi Syok Hipovolemik
4. Mengetahui dan Memahami Patofisiologi Syok Hipovolemik
5. Mengetahui dan Memahami Tanda Gejala Syok Hipovolemik
6. Mengetahui dan Memahami Pemeriksaan Penunjang Pada Syok Hipovolemik
7. Mengetahui dan Memahami Asuhan Keperawatan Syok Hipovolemik
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Definisi Syok Hipovolemik
Syok dapat didefinisikan sebagai gangguan sistem sirkulasi yang menyebabkan tidak
adekuatnya perfusi dan oksigenasi jaringan. Bahaya syok adalah tidak adekuatnya perfusi ke
jaringan atau tidak adekuatnya aliran darah ke jaringan. Jaringan akan kekurangan oksigen
dan bisa cedera. Syok hipovolemik merupakan suatu keadaan dimana volume cairan tidak
adekuat didalam pembuluh darah. akibatnya perfusi jaringan.
Syok hipovolemik terjadi apabila ada defisit volume darah ≥15%, sehingga
menimbulkan ketidakcukupan pengiriman oksigen dan nutrisi ke jaringan dan penumpukan
sisa-sisa metabolisme sel. Berkurangnya volume intravaskular dapat diakibatkan oleh
kehilangan cairan tubuh secara akut atau kronik, misalnya karena oligemia, hemoragi, atau
kebakaran.
Syok hipovolemik merupakan tipe syok yang paling umum ditandai dengan penurunan
volume intravascular. Cairan tubuh terkandung dalam kompartemen intraselular dan
ekstraseluler. Cairan intra seluler menempati hamper 2/3 dari air tubuh total sedangkan cairan
tubuh ekstraseluler ditemukan dalam salah satu kompartemen intravascular dan intersisial.
Volume cairan interstitial adalah kira-kira 3-4x dari cairan intravascular.
Syok hipovolemik terjadi jika penurunan volume intavaskuler 15% sampai 25%.
Tahap Syok Hipovolemik
- Tahap I :
a. Terjadi bika kehilangan darah 0-10% (kira-kira 500ml)
b. Terjadi kompensasi dimana biasanya Cardiak output dan tekanan darah masih dapat
Dipertahankan
- Tahap II:
a. terjadi apabila kehilanagan darah 15-20%
b. tekanan darah turun, PO2 turun, takikardi, takipneu, diaforetik, gelisah, pucat.
- Tahap III
a. bila terjadi kehilengan darah lebih dari 25%
b. terjadi penurunan : tekanan darah, Cardiak output,PO2, perfusi jaringan secara cepat
c. terjadi iskemik pada organ
d. terjadi ekstravasasi cairan
B. Etiologi
1. Absolut
a. kehilangan darah dan seluruh komponennya
- trauma
- pembedahan
- perdarahan gastrointestinal
b. kehilangan plasma
- luka bakar
- lesi luas
c. kehilangan cairantubuh lain
- muntah hebat
- diare berat
- diuresis massive
2. Relatif
a. kehilangan integritas pembuluh darah
- Ruptur limpa
- Fraktur tulang panjang Atau pelvis
- Pankreatitis hemoragik
- Hemothorax / hemoperitoneum
- Diseksi arteri
b. peningkatan permeabilitas
- membran kapiler
- sepsis
- anaphylaxis
- luka bakar

c. penurunan tekanan osmotik koloid


- pengeluaran sodium hebat
- hypopituitarism
- cirrhosis
- obstruksi intestinal
C. Klasifikasi
1. Kehilangan cairan
Akibat diare, muntah-muntah atau luka bakar, bisa berakibat dehidrasi. Derajat
dehidrasi:
Tanda klinis Ringan Sedang Berat
Defisit 3-5% 6-8% >10%
Hemodinamik Takikardi, nadi Takikardi, nadi Takikardi, nadi
lemah sangat lemah, tak teraba, akral
volume kolaps, dingin, sianosis
hipotensi ortostatik
Jaringan Lidah kering, Lidah keriput, turgor Atonia, turgor
turgor turun kurang buruk
Urine pekat Jumlah turun oliguria
SSP mengantuk apatis coma

2. Perdarahan
Syok yang diakibatkan oleh perdarahan dapat dibagai dalam beberapa kelas:

Variabel Kelas I Kelas II Kelas III Kelas IV


Sistolik (mmHg) >110 >100 >90 <90
Nadi (x/mnt) <100 >100 >120 >140
Napas (x/mnt) 16 16-20 21-26 >26
Mental Anxious Agitated Confused Lethargic
Kehilangan darah <750 ml 750-1500 ml 1500-2000 ml >2000 ml
<15% 15-30% 30-40% >40%

D. Patofisiologi
Tubuh manusia berespon terhadap perdarahan akut dengan mengaktivasi sistem
fisiologi utama sebagai berikut: sistem hematologi, kardiovaskuler, ginjal, dan sistem
neuroendokrin. Sistem hematologi berespon terhadap kehilangan darah yang berat dan
akut dengan mengaktivasi kaskade koagulasi dan vasokonstriksi pembuluh darah
(melalui pelelepasan tromboksan A2 lokal). Selain itu, platelet diaktivasi (juga melalui
pelepasan tromboksan A2 lokal) dan membentuk bekuan darah immatur pada sumber
perdarahan. Pembuluh darah yang rusak menghasilkan kolagen, yang selanjutnya
menyebabkan penumpukan fibrin dan menstabilkan bekuan darah. Dibutuhkan waktu
sekitar 24 jam untuk menyempurnakan fibrinasi dari bekuan darah dan menjadi bentuk
yang sempurna.
Sistem kardiovaskuler pada awalnya berespon terhadap syok hipovolemik dengan
meningkatkan denyut jantung, meningkatkan kontraktilitas miokard, dan vasokonstriksi
pembuluh darah perifer. Respon ini terjadi akibat peningkatan pelepasan norepinefrin dan
penurunan ambang dasar tonus nervus vagus (diatur oleh baroreseptor di arcus caroticus,
arcus aorta, atrium kiri, dan penbuluh darah pulmonal). Sistem kardiovaskuler juga
berespon dengan mengalirkan darah ke otak, jantung, dan ginjal dengan mengurangi
perfusi kulit, otot, dan traktus gastrointestinal.
Sistem renalis berespon terhadap syok hemoragik dengan peningkatan sekresi
renin dari apparatus juxtaglomeruler. Renin akan mengubah angiotensinogen menjadi
angiotensin I, yang selanjutnya akan dikonversi menjadi angiotensin II di paru-paru dah
hati. Angotensin II mempunyai 2 efek utama, yang keduanya membantu perbaikan
keadaan pada syok hemoragik, yaitu vasokonstriksi arteriol otot polos, dan menstimulasi
sekresi aldosteron dari korteks adrenal. Aldosteron bertanggungjawab pada reabsorbsi
aktif natrium dan akhirnya akan menyebabkan retensi air.
Sistem neuroendokrin berespon terhadap syok hemoragik dengan meningkatan
Antidiuretik Hormon (ADH) dalam sirkulasi. ADH dilepaskan dari glandula pituitari
posterior sebagai respon terhadap penurunan tekanan darah (dideteksi oleh baroreseptor)
dan terhadap penurunan konsentrasi natrium (yang dideteksi oleh osmoreseptor). Secara
tidak langsung ADH menyebabkan peningkatan reabsorbsi air dan garam (NaCl) pada
tubulus distalis, duktus kolektivus, dan lengkung Henle.
E. Tanda dan Gejala
Gejala syok hipovolemik cukup bervariasi, tergantung pada usia, kondisi
premorbid, besarnya volume cairan yang hilang, dan lamanya berlangsung. Kecepatan
kehilangan cairan tubuh merupakan faktor kritis respon kompensasi. Pasian muda dapat
dengan mudah mengkompensasi kehilangan cairan dengan jumlah sedang
vasokontriksinya dan takikardia. Kehilangan volume yang cukup besar dalam waktu
lambat, meskipun terjadi pada pasien usia lanjut, masih dapat ditolerir juga dibandingkan
kehilangan dalam waktu yang cepat atau singkat. (Toni Ashadi, 2006).
Apabila syok talah terjadi, tanda-tandanya akan jelas. Pada keadaan hipovolemia,
penurunan darah lebih dari 15 mmHg dan tidak segera kembali dalam beberapa menit.
Tanda-tanda syok adalah menurut Toni Ashadi, 2006 adalah:
1. Kilit dingin, pucat, dan vena kulit kolaps akibat penurunan pengisian kapiler selalu
berkaitan dengan berkurangnya perfusi jaringan.
2. Takhikardi : peningkatan laju jantung dan kontraktilitas adalah respon homeostasis
penting untuk hipovolemia. Peningkatan kecepatan aliran darah ke homeostasis
penting untuk hopovolemia.peningkatan kecepatan aliran darah ke mikrosirkulasi
berfungsi mengurangi asidosis jaringan.
3. Hipotensi : karena tekanan darah adalah produk resistensi pembuluh darah sistemik
dan curah jantung, vasokontriksi perifer adalah faktor yang esensial dalam
mempertahankan tekanan darah. Autoregulasi aliran darah otak dapat dipertahankan
selama tekanan arteri turun tidak dibawah 70 mmHg.
4. Oliguria : produksi urin umumnya akan berkurang pada syok hipovolemik. Oliguria
pada orang dewasa terjadi jika jumlah urin kurang dari 30ml/jam.

F. Pathway
Hipovolemia absolut Hipovolemia relatif
(Seperti: Infeksi Virus Dengue)

Terbentuk komplek antigen-antibodi


Mengaktivasi sistem komplemen

Dilepaskan C3a dan C5a (peptida)

Melepaskan histamin
Permeabilitas membran meningkat
Kebocoran plasma

Hipovolemia

Renjatan hipovolemi dan hipotensi

 Kekurangan volume cairan

Berkurangnya volume sirkulasi

Sroke volume menurun

Cardiac output menurun

 Penurunan curah jantung

G. Pemeriksaan Penunjang
1. Sel Darahh Puti : Ht mungkinmeningkat pada status hipovolemik karena
hemokonsentrasi. Leukopenia ( penurunan SDP ) terjadi sebelumnya, dikuti oleh
pengulangan leukositosis ( 15.000 – 30.000 ) dengan peningkatan pita ( berpiondah
ke kiri ) yang mempublikasikan produksi SDP tak matur dalam jumlah besar.
2. Elektrolit serum ; berbagai ketidak seimbangan mungkin terjadi dan menyebabkan
asidosis, perpindahan cairan, dan perubahan fungsi ginjal.
3. Pemeriksaan pembekuan : Trombosit terjadi penurunan ( trombositopenia ) dapat
terjadi karena agregasi trombosit. PT/PTT mungkin memanjang
mengindentifikasikan koagulopati yang diasosiasikan dengan iskemia hati / sirkulasi
toksin / status syok.
4. Laktat serum meningkat dalam asidosis metabolic,disfungsi hati, syok.
5. Glukosa serum terjadi hiperglikemia yang terjadi menunjukan glukoneogenesis dan
glikogenolisis di dalam hati sebagai respon dari perubahan selulaer dalam
metabolisme.
6. BUN/Kr terjadi peningkatan kadar disasosiasikan dengan dehidrasi ,
ketidakseimbangan / gagalan hati.
7. GDA terjadi alkalosis respiratori dan hipoksemia dapat terjadi sebelumnya dalam
tahap lanjut hioksemia, asidosis respiratorik dan asidosis metabolic terjadi karena
kegagalan mekanismekompensasi.
8. Urinalisis adanya SDP / bakteri penyebab infeksi. Seringkali muncul protein dan
SDM.
9. Sinar X film abdominal dan dada bagian bawah yang mengindentifikasikan udara
bebas didalam abdomen dapat menunjukan infeksi karena perforasi abdomen / organ
pelvis.
10. EKG dapat menunjukan perubahan segmen ST dan gelombang T dan disritmia yang
menyerupai infark miokard.

BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Pengkajian Primer
a. Airway
Penilaian kepatenan jalan nafas, meliputi pemeriksaan mengenai adanya
obstruksi jalan nafas, adanya benda asing. Pada klien yang dapat berbicara dapat
dianggap jalan nafas bersih. Dilakukan pula pengkajian adanya suara nafas
tambahan seperti snoring.
b. Breathing
Penilaian frekuensi jalan nafas, apakah ada penggunaan otot bantu
pernafasa retraksi dinding dada, adanya sesak nafas. Palpasi pengembangan
paru, auskultasi suara nafas, kaji adanya suara nafas tambahan seperti ronchi,
wheezing dan kaji adnya trauma pada dada.
c. Circulation
Pada pengkajian sirkulasi dilakukan pengkajian tentang volume darah dan
cardiac output serta adnya perdarahan. Pengkajian juga meliputi status
hemodinamik, warna kulit dan nadi.
d. Disability
Nilai tingkat kesadaran, serta ukuran dan reaks pupil. Gejala-gejala syok
seperti kelemahan, penglihatan kabur, dan kebingungan. Nyeri dada, perut atau
punggung mungkin menunjukan gangguan pada pembuluh darah.
e. Exposure
Pada pengkajian ini yang dilakukan yaitu menentukan apakah pasien
mengalami cidera tertentu.
2. Pengkajian Sekunder
Menurut Horne (2010)
a. Penampilan umum (GCS)
b. Riwayat penyakit/pengkajian SAMPLE (Sign and Symptom, Allergies, Past
Illnes, Last Meal, Event landing to injury illness)
c. Pengkajian nyeri (PQRST)
d. Tanda dan gejala
Tanda dan gejala meliputi pusing, kelemahan, keletihan, sinkope,
anoreksia, mual, muntah, haus, kekacauan, mental, konstipasi, oliguria.
e. Pengkajian fisik
Pada pengkajian ini dapat dilakukan inspeksi dan didapatkan hasil
takipnea dan hiperventilasi, pada pemeriksaan secara palpasi didapatkan hasil
kulit dingin, berkeringat saat di auskultasi didapatkan takikardi dan nadi lemah
halus. Selain itu secara umum hasil pengkajian akan di dapati penurunan tekanan
darah, peningkatan frekuensi jantung, turgor kulit menjadi buruk, lidah kering
dan kasar, mata cekung, vena leher kemps, peningkatan suhu, dan penurunan
berat badan akut. Pasien syok hipovolemik akan tampak pucat, hipotensi dan
oliguria.
f. Pengkajian Perubahan pada Hipovolemik
Hipovolemia Ringan Hipovolemia Sedang Hipovolemia Berat
Anoreksia Hipotensi Ortostatik Hipotensi
Berbaring
Keletihan Takikardi Nadi cepat dan
lemah
Kelemahan Penurunan CVP Oliguria
Penurunan Haluaran Kacau mental,
Urine stupor, koma
g. Pengukuran Hemodinamik
Penurunan CVP, penurunan tekanan arteri pulmoner (TAP), penurunan
curah jantung, penurunan tekanan arteri rerata, peningkatan tahanan vaskuler
sistemik.
h. Riwayat dan factor resiko
- Kehilangan GI abnormal : muntah, diare, drainase intestinal.
- Kehilahangan kulit abnormal : diaphoresis berlebihan terhadap demam atau
latihan, luka bakar, fibrosis sistik.
- Kehilangan ginjal abnormal : terapi diuretic, diabetes insipidus, dirusis
oemotik, insufisiensi adrenal (missal diabetes militus tak terkontrol).
- Spasium ke tiga atau perpindahan cairan plasma ke intersisial : peritonitis,
obstruksi usus, luka bakar, arsites.
- Hemoragi
- Perubahan masukan : koma, kekurangan cairan.
B. Diagnose Keperawatan
Menurut NANDA (2017)
1. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan penurunan ekspansi paru dan
edema paru
2. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan perubahan darah aktif
3. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan dalam preload
4. Gangguan eliminasi urine berhubungan dengan penurunan perfusi ginjal
C. Intervensi Keperawatan
No Diagnose Tujuan Intervensi
1 Pola nafas tidak Setelah dilakukan tindakan 1. Monitor TTV
efektif b.d 2x24 jam diharapkan pola 2. Posisikan pasien untuk
penurunan curah nafas klien kembali efektif memaksimalkan ventilasi
jantung dengan kriteria : 3. Catat pergerakan dada dan
1. Status respoirasi dalam adnanya retraksi
batas normal 4. Berikan alat bantu
2. Klien tidak mengeluh pernafasan
sesak nafas
3. Tidak ada tanda dan
gejala sianosis
2 Ketidakefektifan Setelah dilakukan tindakan 1. Monitor TTV
perfusi jaringan b.d keperawatan selama 2x24 2. Gunakan prinsip aseptic
penurunan aliran jam diharapkan aliran untuk kontrak dengan
darah perifer perfusi perifer klien efektif pasien
yang ditandai dengan : 3. Monitor adanya
1. Tekanan sistol dan tromboplebilitis
diastole dalam rentang 4. Batasi gerakan pada
yang diharapkan ekstremitas
2. Mampu menunjukan 5. Kolaborasi pemberian
konsentrasi obat
3. Tidak ada ortostatik
hipertensi

3 Kekurangan volume Setelah dilakukan tindakan 1. Mengevaluasi TTV


cairan b.d keperawatan selama 2x24 2. Evaluasi kebutuhan cairan
kehilangan cairan jam diharapkan volume 3. Evaluasi kebutuhan nutrisi
cairan klien seimbang 4. Penuhi kebutuhan cairan
dengan kriteria hasil : dan elektrolit
1. Balance cairan baik 5. Tingkatkan asupan nutrisi
2. TTV normal pasien
3. Tidak ada tanda-tanda 6. Kolaborasi pemberian
dehidrasi obat
4. Elastisitas turgor baik,
mukosa bibir lembab

BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpilan
Berhasil tidaknya penanggulangan syok tergantung dari kemampuan mengenal
gejala-gejala syok, mengetahui, dan mengantisipasi penyebab syok serta efektivitas dan
efisiensi kerja kita pada saat-saat/menit-menit pertama pasien mengalami syok.
Syok adalah gangguan sistem sirkulasi dimana sistem kardiovaskuler (jantung dan
pembuluh darah) tidak mampu mengalirkan darah ke seluruh tubuh dalam jumlah yang
memadai yang menyebabkan tidak adekuatnya perfusi dan oksigenasi jaringan. Syok
terjadi akibat berbagai keadaan yang menyebabkan berkurangnya aliran darah, termasuk
kelainan jantung (misalnya serangan jantung atau gagal jantung), volume darah yang
rendah (akibat perdarahan hebat atau dehidrasi) atau perubahan pada pembuluh darah
(misalnya karena reaksi alergi atau infeksi)
B. Saran
Dengan mempelajari materi ini mahasiswa keperawatan yang nantinya menjadi
seorang perawat professional agar dapat lebih peka terhadap tanda dan gejala ketika
menemukan pasien yang mengalami syock sehingga dapat melakukan pertolongan
segera. Mahasiswa dapat melakukan tindakan-tindakan emergency  untuk melakukan
pertolongan segera kepada pasien yang mengalami syock.

DAFTAR PUSTAKA
https://id.scribd.com/document/359729488/Muskulo-2-Askep-Syok-Hipovolemik-Dan-
Neurogenik

https://www.academia.edu/42084833/SYOK_HIPOVOLEMIK

https://id.scribd.com/document/396328199/Lp-SYOK-Hipovolemik-Gadar

Anda mungkin juga menyukai