Bunyan Al-Ma’arifii Kaidah Nahy dan ‘Amr Dalam Alqur’an Amr adalah tuntutan untuk melaksanakan suatu perintah, dan Nahi berarti perintah atau tuntutan meninggalkan suatu larangan. Keduanya adalah perintah, yang pertama adalah perintah untuk melaksanakan hal-hal yang diperintah, yang kedua adalah perintah untuk meninggalkan hal-hal yang dilarang. Sebagaimana Amr, Nahi juga merupakan tuntutan. Nahy secara bahasa merupakan larangan baik yang harus ditinggalkan, atau lebih dikenal dengan haram, atau sebaiknya ditinggalkan disebut makruh. Amr bisa juga berarti perintah yang harus dilakukan atau disebut juga Wajib, atau berupa perintah yang sebaiknya dilakukan atau yang disebut Sunnah. Mekanisme perintah dan laranganmerupakan salah satu pendekatan untuk memahami syari’at islam melalui kaidah bahasa. Karena Al-quran yang kunci untuk menjalani kehidupan ini dengan baik mengguanakan medium bahasa. Oleh karena itu untuk memahami syariat yang terkandung didalamnya perlu memahami kaidah-kaidah kebahasaan bahasa Arab. Dalam kaidah bahasa Arab, bentuk ‘amr menggunakan sighat if’al, yang aritnya kerjaka, dan li taf’al yang berarti hendaklah kamu kerjakan. Sementara Nahy,menggunakan sighat laa taf’al yang berarti jangnlah kamu kerjakan. Pola Perintah (Amr) dalam Al-Qur’n, 1. Fi’il amr (kata kerja imperatif) 2. Fi’il Mudhari yang disertai huruf lam yang berfungsi imperatif 3. Ism Mashdar yang berfungsi sebagai fi’il amr 4. Ism fi’il amr 5. Jumlah Khabariyah yang digunakan sebagai tuntutan (thalab) 6. Pernyataan yang berakar dari kata amr 7. Pernyataan yang berakar dari kata fardl 8. Pernyataan yang berakar dari kata kutiba Sedangkan Pola Larangan (Nahi) dalam Al-Qur’an Lafadz Nahi juga memiliki model yang yang variatif. Ada beberapa model yang mempunyai arti larangan, yaitu: 1. Menggunakan kata yang berakar dari naha 2. Menggunakan kata yang berakar dari haruma 3. Menggunakan kata yang berakar dari zara’a, 4. Menggunakan kalimat khabar yang didahului oleh huruf la nafi.