Anda di halaman 1dari 9

Psikologi Kepribadian 2

Teori Kepribadian menurut Gordon W.Allport: Psikologi Individu

Struktur dan Dinamika Kepribadian.

a. Kepribadian, Watak dan Tempramen


1. Kepribadian
Menurut Allport definisi adalah suatu hal yang
tidak bisa untuk dianggap enteng. Setelah
beliau membahas 50 definisi yang telah
dikemukakan oleh para ahli dalam bidang
tersebut, beliau mencoba mengkombinasikan
unsur-unsur yang sudah ada terlebih dahulu
dalam beberapa definisi.

Beliau mendefinisikan kepribadian itu sebagai


“ what a man really is”. Tetapi definisi
tersebut kurang memadai dan berlampau
sangat singkat.

Kemudian beliau mendefinisikan kembali bahwa kepribadian itu adalah organisasi


dinamis yang ada pada individu sebagai sistem psikofisis yang menentukan cara yang
khas dalam menyesuaikan diri terhadap lingkungan. (Allport,1948,p.48)

Definisi tersebut mempunyai maksud sebagai berikut:

a. Organisasi dinamis lebih menekakan pada realita\kenyataan bahwa hal tersebut


dapat berubah maupun berkembang, meskipun dalam hal yang dimaksud
terdapat organisasi sistem yang mengikat dan menghubungkan komponen dalam
segi kepribadian.
b. Psikofisis menunjukan bahwa kepribadian itu bukan hanya mental maupun neural,
melainkan juga melingkupi kerja tubuh dan jiwa yang bersatu dalam kesatuan
kepribadian.
c. Menunjukan bahwa kepribadian itu juga berperan aktif terhadap tingkah laku
individu melalui tendens-tendens determinasi yg terkandung di dalamnya.
d. Sesuatu yang khas atau keunikan adalah tekanan utama yang diberikan Allport
pada individualitas
e. Dalam segi penyesuaian diri terhadap lingkungan, Allport mengemukakan bahwa
sesuatu yang mengantarai individu dengan lingkungan fisis dan lingkungan
psikologis adalah kepribadian itu sendiri. Jadi, kepribadian adalah suatu hal yang
mempunyai fungsi atau arti adaptasi dan menentukan.
Psikologi Kepribadian 2

2. Watak (karakter)
Allport mengemukakan bahwa watak adalah sebuah kata yang menunjukan
arti normative. Beliau mengemukakan bahwa “character is personality
evaluated and personality is character devaluated”. (Allport, 1951, p.52).
3. Tempramen
Menurut Allport, Tempramen adalah bagian khusus dari kepribadian yang
mempunyai definisi seperti berikut: “ tempramen merupakan gejala
karakteristik dari sifat emosi individu, termasuk juga mudah tidaknya individu
akan rangsangan emosi, kekuatan atau kecepatan dalam bereaksi, kualitas
kekuatan suasana hatinya, segala cara daripada fluktuasi dan intensitas suasana
gejala hati. Gejala ini berasal dari faktor konstitusional, terutama berasal dari
faktor keturunan”. (Allport, 1951, p.54).

B. Sifat (trait)

Sifat merupakan tendens determinasi atau predisposisi, yang mempunyai


pengertian seperti berikut:

Sifat adalah sistem neuropsikis yang digeneralisasikan dan diarahkan, dengan


kemampuan untuk menghadapi bermacam-macam perangsang secara sama. Memulai
serta membimbing perilaku adaptif maupun ekspresif secara sama. (Allport, 1951, p.289).

Yang terpenting pada definisi ini adalah tekanan terhadap individualitas dan
kesimpulan bahwa kecenderungan itu tidak hanya terikat kepada sejumlah kecil
perangsang atau reaksi, melainkan dengan seluruh pribadi manusia.
Allport mengikuti pendirian biofisik yang menyatakan bahwa trait adalh
kenyataan terakhir dari organisasi psikologis dan dalam tulisannya (Personality) beliau
menyatakan : “ Suatu sifat mempunyai lebih dari hanya eksistensi nominal saja; sifat itu
tak tergantung kepada pengamat, tetapi kenyataan yang ada pada individu”. (Allport,
1951, p. 289).

Jelasnya :
Pandangan ini tidak beranggapan bahwa tiap nama sifat mesti mencerminkan suatu sifat,
tetapi maksudnya di belakang semua kekaburan istilah itu, dibelakang ke tidak sepakatan
pendapat mengenainya dan terpisah dari kekhilafan dan kegagalan observasi
empiris. Ada stuktur batin (mental structure) pada tiap kepribadian yang mencerminkan
keselarasan tingkah lakunya.
Psikologi Kepribadian 2

Contoh :
Dalam sebuah kelompok ada 20 orang menunjukkan sifat keagresifan (common trait).
Tapi kita tidak bisa mengtakan 20 orang itu menunjukkan/mewujudkan keagresifannya
lewat jalan yang sama. Mungkin ada yang asertif dan kompetitif, sarkastic dan
bermusuhan, dan mungkin lewat kekerasan fisik. Personal deposisi dapat disebut sebagai
sub kategori atau jalan khusus sifat terwujud.
Sifat tidak hanya membimbing suatu tingkah laku tapi juga memulai tingkah laku dan
dalam beberapa hal memerankan peran memotivasi yang penting.

Contoh :
Seseorang yang punya sifat ramah/suka bergaul, tidak suka duduk sendiri di rumah
menunggu orang lain menghubunginya. Dia akan mencari teman-temannya.
Akan tetapi sebuah sifat tidak pernah sebagai motivator murni tingkah laku beberapa
dorongan baik internal maupun eksternal yang mendahului tindakan.

Contoh :
Jika seseorang suka pergi ke disko, secara umum dia orang yang suka bergaul tapi ada
tingkah laku khusus bahwa dia suka mendengarkan musik.

2. Pengertian sifat dengan beberapa pengertian yang lain:

a) Kebiasaan (habit)
Sifat (trait) dan kebiasaan (habit) keduanya adalah tendens determinasi, akan
tetapi sifat lebih umum, baik dalam situasi yang cocok, maupun dalam response
yang terkandung di dalamnya.
Contoh: Huming ketika mendengarkan musik, membaca dengan bersuara.

b) Sikap (attitude)
Sifat (trait) dan sikap (attitude) Keduanya adalah predisposisi untuk merespon,
keduanya sangat khas, dapat memulai atau membimbing tingkah laku; kedua hal
tersebut merupakan hasil dari faktor genetik dan belajar. Namun ada juga
perbedaannya diantara kedua hal tersebut, yakni:
i. Sikap (attitude) itu berhubungan dengan suatu objek, Sedangkan sifat
(trait) tidak. Sifat (trait) itu lebih umum dan lebih besar/lebih luas daripada
sikap. dalam realitanya semakin besar obyek yang dikenai sikap itu, maka
semakin mirip dengan sifat. Sikap(attitude) itu bisa berubah dan berbeda
Psikologi Kepribadian 2

dari yang lebih khusus ke lebih umum, akan tetapi tidak dengan sifat(trait),
selalu umum.
ii. Sikap(attitude) biasanya memberikan penilaian (menerima atau menolak)
terhadap obyek yang dihadapi, sedangkan sifat(trait) itu tidak.
Contoh: Kesukaan terhadap partai, atau makanan tertentu.

c) Tipe
Allport berpendapat bahwa sifat dan tipe itu berbeda. Beliau mengatakan bahwa
Setiap orang dapat memiliki sifat, tapi tidak bisa memiliki tipe. Tipe adalah
konstruksi ideal seseorang, dan seseorang itu dapat menyesuaikan diri dengan
tipe tersebut, akan tetapi seseorang itu mengabaikan sifat khas/keunikan yang
ada pada dirinya dengan cara menyembunyikan tipe aslinya.

3. sifat-sifat umum (bersama) dan sifat-sifat individual.

Allport mengemukakan bahwa tidak ada seorang individu memiliki sifat atau karakter
yang sama, melainkan berbeda antara satu dengan yang lain. Apabila diantara keduanya
terdapat kesamaan, itu hanya sebatas kemiripan. Meskipun keduanya memiliki kemiripan
tapi pasti ada perbedaan diantara keduanya, karena salah satu diantara keduanya pasti
memiliki sifat, karakter yang khas/ keunikan tersendiri.

Allport juga mengatakan bahwa hal-hal yang mempengaruhi perkembangan individu


adalah karena adanya pengaruh dari masyarakat dan karena adanya kesamaan biologis.
Secara garis besar penyesuaian diri itu dapat di bandingkan. Jadi penyelidik mungkin
menyusun ketentuan-ketentuan (ukuran-ukuran) yang menunjukkan aspek-aspek yang
sama daripada sifat-sifat individual dan mempunyai sifat prediktif kasar – inilah sifat
umum atau sifat nomothetis. Jadi pada umumnya Allport mengakui bahwa penyelidikan
mengenai sifat-sifat umum itu akan berguna dalam konsepsi yang demikian itu
menggambarkan individu setepat-tepatnya.

4. Sifat pokok, sifat sentral dan sifat sekunder

Allport membedakan antara sifat pokok, sifat sentral dan sifat sekunder sebagai
berikut :

a. Sifat pokok atau cardinat trait


Sifat pokok ini demikian menonjol (dominan) sehingga hanya sedikit saja
kegiatan-kegiatan yang tak dapat dicari, baik secara langsung maupun tidak
langsung bahwa kegiatan itu berlangsung pengaruhnya. Macam sifat ini relative
kurang biasa dan kurang nampak pada tiap individu.
b. Sifat sentral (central trait)
Psikologi Kepribadian 2

Sifat ini lebih khas, dan merupakan kecenderungan –kecenderungan individu


yang sangat khas/karakteristik sering berfungsi dan mudah ditandai.
c. Sifat sekunder (secondary trait)
Sifat sekunder ini berfungsi lebih terbatas, dan kurang menentukan dalam
mendeskripsikan kepribadian, dan lebih terpusat pada respons-respons dasar
serta rangsangan yang cocok.

5. Sifat-sifat ekspresif

Sifat-sifat ekpresif ini merupakan disposisi yang memberi warna atau mempengaruhi
bentuk tingkah laku, tetapi kebanyakan orang mempunyai sifat mendorong. Contoh sifat-
sifat ekpresif ini ialah melagak, ulet, dan sebagianya. Yang bertujuan untuk dikejar, orang
yang mempunyai sifat ini dapat bekerja, dan dapat memberi warna kepada tingkah
lakunya.

6. Kebebasan sifat-sifat

Allport berpendapat bahwa sifat itu dapat ditandai bukan dari sifat bebasnya yang
cenderung kaku, akan tetapi oleh kualitas yang memusat. Jadi sifat itu cenderung untuk
mempunyai pusat; di sekitar pusat itulah pengaruhnya berfungsi; tetapi tingkah laku yang
ditimbulkannya juga secara serempak/bersamaan (simultan) dipengaruhi sifat-sifat lain.

7. Konsistensi (consistency) sifat-sifat

Disini sudah jelas bahwa kesimpulan yang digunakan untuk menandai sifat adalah
konsistensi. Jadi sifat itu tidak dapat dikenal hanya dari keteraturan atau ketetapan di
dalam individu dalam bertingkah laku. Dalam realitanya, bahwa ada banyak sifat –sifat
yang saling menutup satu sama lain yang secara serempak aktif menunjukkan, bahawa
ketidaktetapan (inconsistency) yang jelas di dalam tingkah laku individu relative akan
sering diketahui. Selanjutnya, didalam realita, sifat-sifat itu terorganisasi secara khas
individual memberi kesimpulan bahwa sifat-sifat itu mungkin meliputi unsur-unsur yang
nampaknya tidak tetap apabila dipandang dari segi normative atau dari luar. Jadi, orang
mungkin menyaksikan ketidaktetapan tingkah laku yang sebenarnya mencermikan batin
yang tetap yang terorganisasi secara khas.

8. Intensi (intensio)

Lebih penting dari penyelidikan mengenai masa lampau ialah penyelidikan mengenai
intensi atau keinginan individu akan masa depannya. Istilah intensi digunakan dalam arti
yang meliputi : harapan-harapan, keinginan-keinginan, ambisi, cita-cita seseorang. Teori
Allport menunjukkan, bahwa apa yang akan dicoba dilakukan oleh seseoramg merupakan
kunci dan hal yang terpenting bagi apa yang dikerjakannya sekarang.
Psikologi Kepribadian 2

c. Proprium

Allport mengemukakan bahwa semua fungsi self atau ego itu disebut sebagai fungsi
proprium (propriate function) dari kepribadian. Fungsi ini (termasuk kesadaran jasmani,
self identity, self esteem, self extention, rational thingking, self image, propriate striving )
semauanya adalah bagian vital dari kepribadian. Dalam bidang ini terdapat akar dari
ketetapan (consistency) yang menandai sikap intensi dan evaluasi. Proprium itu tidak
dibawa sejak lahir akan tetapi berkembang dalam perkembangan individu.

d.Otonomi Fungsional (Functional Autonomy)

Pada pokoknya prinsip dari Otonomi Fungsional menyatakan, bahwa aktivitas


tertentu atau bentuk tingkah laku tertentu dapat menjadi akhir atau tujuan sendiri
walaupun dalam kenyataannya itu terjadi karena ada alasan lain. Tiap tingkah laku,
sederhana atau kompleks, walaupun yang mulanya berasal dari tegangan organis, dapat
terus berlangsung dengan sendirinya tanpa adanya factor bilolgis yang memperkuatnya
lagi (tanpa biological reinforcement).

Prinsip-prinsip otonomi fungsional adalah sebagai berikut:

a. Bahwa dorongan –dorongan itu terikat pada prinsip kekinian, jadi dorongan itu
mendorong kini, terikat secara fungsional kepada asalnya atau tujuan yang lebih
dulu, tetapi hanya terikat tujaun yang ada kini.
b. Bahwa sifat dorongan-dorongan itu dari kanak –kanak ke dewasa itu mengalami
perubahan radikal, sehingga dapat dikatakan dorongan-dorongan pada masa
dewasa itu merupakan tunas daripada dorongan-dorongan pada masa kanak-
kanak.
c. Bahwa kedewasaan orang diukur dari taraf otonomi fungsional dorongan-
dorongan yang telah dicapainya; di dalam hal itu memang ada dalam tiap
kepribadian akan sifat-sifat yang archais (infantilisme, regresi response-response,
refleks), namun manusia yang berkebudayaan dan telah tersosialisasikan
menunjukkan kematangan sampai taraf-taraf tertentu.
d. Bahwa proses deferensiasi dalam belajar mempengaruhi temperamen dan bakat
ke arah perkembangan yang devergen, yang menimbulkan terbentuknya
dorongan-dorongan yang khas pada individu. Struktur dinamis tiap kepribadian
itu unik, meskipun terdapat kesamaan karena species, alam kebudayaan,
mungkin itu juga dapat menimbulkan kemiripan sampai batas tertentu.
e. Dengan tidak mengingkari kemungkinan adanya instink-instink pada masa kanak-
kanak atau adanya refleks atau tingkah laku instinktif selama hidup meskipun
hanya bersifat sementara, namun prinsip otonomi fungsional tetap menganggap
kepribadian yang telak dewasa itu secara hakiki merupakan gejala “post
insnctive”.

Contoh:
Psikologi Kepribadian 2

Seorang pemburu tetap saja kan memburu meskipun tidak ada nilai instrumentalnya
(semata-mata senang berburu).

2. Perkembangan Kepribadian

a. Kanak-kanak

Neonatus : Allport memandang neonatus itu semata-mata sebagai makhluk yang


dilengkapi dengan keturunan-keturunan, dorongan-dorongan/nafsu –nafsu dan refleks-
refleks. Jadi belum memiliki bermacam –macam sifat yang kemudian dimilikinya. Dengan
kata lain belum memiliki kepribadian. Pada waktu lahir anak telah mempunyai potensi-
potensi baik fisik maupun temperamen, yang aktualisasinya tergantung perkembangan
dan kematangan. Kecuali itu neonatus telah memiliki refleks-refleks tertentu (mengisap,
menelan) serta melakukan gerakan-gerakn yang masih belum terdiferensiasikan, dimana
hamper semua gerakan otot-otot itu ikut digerakkan.

b. Transformasi kanak-kanak
Perkembangan itu melewati garis-garis yang ganda,. Bermacam-macam
mekanisme atau prinsip dipakai untuk membuat deskripsi mengenai perubahan-
perubahan sejak kanak-kanak sampai dewasa yaitu :
1) Diferensiasi
2) Integrasi
3) Pemasakan (maturation)
4) “Belajar”
5) Kesadaran diri (self consciousness)
6) Sugesti
7) Self Esteem
8) Inferiority, dan kompensasi
9) Mekanisme-mekanisme psikoanalitis
10) Otonomi fungsional
11) Reorientasi mendadak truma
12) Extension of self
13) Self obyektification ,instink dan humor
14) Pandangan hidup pribadi (personal Weltanschauung)

Allport mengemukakan bahwa manusia itu adalah makhluk biologis sejak manusia itu
dilahirkan. Egonya pun berkembang seiring manusia itu berkembang menjadi individu,
strukur sifat-sifatnya pun meluas, dan semua itu merupakan inti dari tujuan-tujuan atau
aspirasi akan masa depannya.

c. Orang Dewasa
Psikologi Kepribadian 2

Pada orang dewasa faktor-faktor yang menentukan tingkah laku adalah sifat-sifat
(traits) yang terorganisasikan dan selaras. Sifat-sifat ini timbul dalam berbagai cara dari
perlengkapan-perlengkapan yang dimiliki neonatus. Biasanya individu normal
mengerti/menyadari apa yang dikerjakannya dan mengapa itu dikerjakannya. Untuk
memahami manusia dewasa tidak dapat dilakukan tanpa mengerti tujuan-tujaun serta
aspirasi-aspirasinya. Motif-motifnya terutama tidak berakar di masa lampau (echo dari
masa lampau) akan tetapi bersandar pada masa depan.

Menurut Allport pribadi yang telah dewasa itu pada pokoknya harus memiliki hal-hal
sebagai berikut :

1) Extension of self

yaitu bahwa hidupnya tidak harus terikat secara sempit kepada kegiatan-kegiatan yang
memiliki hubungan erat dengan kebutuhan –kebutuhan serta kewajiban –kewajiban yang
langsung. Dia harus dapat mengambil bagian dan menikmati bermacam-macam kegiatan.
Suatu hal yang penting daripada extension of the self itu adalah proyeksi ke masa depan :
merencanakan, mengharapkan (planning, hoping).

2) Self Objectification

Ada dua komponen pokok dalam hal ini, ialah humor dan insight:

a) Insight adalah kecakapan individu untuk mengerti dirinya.

b) Humor

Yang dimaksud humor di sini tidak hanya berarti kecapakan untuk mendapatkan
kesenangan dan hal yang menertawakan saja, melainkan juga kecakapan untuk
mempertahankan hubungan positif dengan dirinya sendiri dan obyek-obyek yang
disenangi, serta menyadari adanya ketidakselarasan dalam hal ini.

3) Falsafah hidup (Weltanschauung, philosophy of life).

Walaupun individu itu harus dapat obyektif dan bahkan menikmati kejadian-kejadian
dalam hidupnya, namun harus ada latar belakang yang mendasari segala sesuatu yang
dikerjakannya, yang memberinya arti dan tujuan. Religi merupakan salah satu hal yang
penting dalam hal ini.

REFERENSI/DAFTAR PUSTAKA
Psikologi Kepribadian 2

 http://dianapsycho.blogspot.com/2012/03/teori-kepribadian-gordon-w-allport.html
di akses : Kamis, 17 mei 2013 pukul 23.36

 _pareira.wordpress.com

Anda mungkin juga menyukai