Anda di halaman 1dari 17

TUGAS 1

A. Mengapa kita perlu mempelajari psikologi kepribadian?

Para psikolog mengartikan kepribadian dalam arti yang berbeda-beda.


Sebagian besar dari mereka setuju bahwa kepribadian berasal dari bahasa latin
yaitu, persona. Persona mengacu pada topeng teater yang dikenakan oleh
aktor Romawi dalam drama Yunani. Aktor Romawi kuno ini mengenakan
topeng (persona) untuk memproyeksikan peran atau penampilan yang salah.
Meskipun tidak ada definisi tunggal yang dapat diterima oleh para ahli
kepribadian, kita dapat mengatakan bahwa kepribadian adalah pola sifat yang
relatif permanen dan karakter unik yang memberikan konsistensi serta
individualitas pada sikap seseorang. Sifat berkontribusi perbedaan individu
dalam berperilaku. Sifat mungkin unik, dan umum pada beberapa kelompok,
atau dimiliki oleh seluruh spesies, tetapi pola nya berbeda untuk setiap
individu. Sementara karakteristik adalah kualitas unik dari seorang individu
yang mencakup atribut seperti suhu, fisik, dan kecerdasan.

Mengapa kita perlu mempelajari psikologi kepribadian? Kita


mempelajari psikologi kepribadian untuk mengetahui mengapa orang
berperilaku seperti yang mereka lakukan? Apakah orang memiliki pilihan
dalam membentuk kepribadian mereka sendiri? Lalu apa yang menyebabkan
persamaan dan perbedaan di antara orang-orang? Apa yang membuat orang
bertindak seperti di jalan yang diharapkan? Mengapa orang tidak dapat
diprediksi? Apakah kemauan tersembunyi dan tidak sadar dapat mengontrol
sikap seseorang? Apa yang menyebabkan gangguan mental? apakah perilaku
manusia lebih banyak dibentuk oleh faktor keturunan dan lingkungan? Serta
untuk mengetahui apakah manusia memiliki sifat dasar. Selain itu, Sigmund
Freud mulai menggabungkan spekulasi filosofis dengan metode ilmiah
primitif. Sebagai seorang ahli saraf yang dilatih dalam sains, Freud mulai

1
mendengarkan para pasiennya untuk mencari tahu apa konflik tersembunyi
yang ada di balik gangguan-gangguan mereka. “Mendengarkan, bagi Freud,
lebih dari sekadar seni; itu menjadi sebuah metode, jalan istimewa menuju
pengetahuan yang dipetakan pasiennya untuknya” (Gay, 1988, hal. 70).

B. Carilah 3 definisi kepribadian dari tokoh yang berbeda-beda

Menurut Sigmund Frued, kepribadian merupakan suatu struktur yang


terdiri dari tiga sistem, yakni id, ego, dan superego. Id merupakan sistem
kepribadian yang paling dasar dan sistem yang di dalamnya terdapat naluri-
naluri bawaan. Id adalah sistem yang bertindak sebagai penyedia atau
penyalur energi yang dibutuhkan oleh sistem-sistem tersebut untuk operasi
atau kegiatan yang dilakukannya. Ego adalah sistem kepribadian yang
bertindak sebagai pengarah individu kepada dunia objek dari kenyataan dan
menjalankan fungsinya berdasarkan prinsip kenyataan. Super-ego adalah
sistem kepribadian yang berisi nilai dan aturan yang sifatnya evaluatif
(menyangkut baik dan buruk) (Nurjati, n.d.).

Menurut David Krech dan Richard S. Crutchfield (1969) dalam bukunya


yang berjudul “Elelements of Psychology” merumuskan definsi kepribadian
sebagai berikut: “Personality is the integration of all ofan individual’s
characteristics into a unique organization that determines, and is modified by,
his attemps at adaption to his continually changing environment.”
(Kepribadian adalah integrasi dari semua karakteristik individu kedalam suatu
kesatuan yang unik yang menentukan, dan yang dimodifikasi oleh usaha-
usahanya dalam menyesuaikan diri terhadap lingkungan yang berubah terus-
menerus) (Kuntjojo, 2009).

Menurut Raymond Bernand Cattell kepribadian adalah sesuatu yang


memungkinkan prediksi tentang apa yang akan dikerjakan seseorang dalam

2
situasi tertentu. Kepribadian mencakup semua tingkah laku individu, baik
yang terbuka (lahiriah) maupun yang tersembunyi (batiniah) (Nurjati, n.d.).

C. Jelaskan kelima konsep berikut:


1. Character (karakter)

Karakter adalah penggambaran tingkah laku dengan menonjolkan nilai


secara eksplisit maupun implisit, seperti benar, salah, baik, dan buruk.
Sementara itu, watak adalah karakter yang telah lama dimiliki dan sampai
sekarang belum berubah.

Menurut Allport (Hurlock, 1978), karakter adalah kepribadian yang


dievaluasi dan kepribadian adalah karakter yang terevaluasi. Kepribadian
merupakan susunan sistem psikofisik yang dinamis dalam diri individu yang
unik dan mempengaruhi penyesuaian dirinya terhadap lingkungan.
Karakteristik adalah kualitas unik dari seorang individu yang mencakup
atribut seperti temperamen, fisik, dan kecerdasan/intelegensi (Rohman,2018).

2. Temperament (temperamen)

Temperamen adalah kepribadian yang berkaitan erat dengan determinan


biologis dan fisiologis serta berkaitan dengan hereditas (Rohman, 2018).

3. Traits (sifat-sifat)

Sifat adalah respon yang senada terhadap sekelompok stimuli yang


mirip dan berlangsung dalam kurun waktu yang relatif lama. Traits berfungsi
untuk mengintegrasikan kebiasaan, sikap, dan keterampilan pada pola pikir,
merasa, dan bertindak. Traits dapat diartikan sebagai aspek atau dimensi
kepribadian yang terkait dengan karakteristik respon atau reaksi seseorang
yang relatif konsisten dalam rangka menyesuaikan dirinya secara khas. Traits

3
merupakan kecenderungan-kecenderungan yang dipelajari untuk
mengevaluasi situasi dan mereaksi situasi dengan cara-cara tertentu. Traits
berpengaruh pada perbedaan individu dalam perilaku, konsistensi perilaku dan
stabilitas perilaku dari waktu ke waktu. Traits mungkin unik, umum pada
beberapa kelompok, atau dimiliki bersama oleh seluruh spesies, tetapi polanya
berbeda untuk setiap individu. Meskipun terkadang mirip dengan orang lain
dalam beberapa hal, namun setiap orang memiliki kepribadian yang unik
(Rohman, 2018).

4. Type attribute (ciri)

Tipe adalah konstruksi ideal pengamat dengan mengabaikan sifat-sifat


khas individualnya. Tipe menunjukkan perbedaan perbuatan sedangkan sifat
merupakan refleksi dari individu (Rohman, 2018).

5. Habit (kebiasaan)

Kebiasaan adalah bentuk tingkah laku yang tetap dari usaha


menyesuaikan diri terhadap lingkungan yang mengandung unsur afektif
perasaan (Rohman, 2018).

TUGAS 2

Jelaskan masing-masing dimensi tersebut:

A. Determinism vs Free choice

Perilaku orang ditentukan oleh paksaan yang mana mereka tidak


mempunyai kontrol, atau bisakah orang memilih apa yang mereka
inginkan? Dapatkah perilaku dibebaskan dan di tentukan di saat yang
bersamaan? Meskipun dimensi Determinism vs Free Choice lebih dari
filosofis dan ilmiah, posisi teori mengambil masalah ini, membentuk cara

4
mereka memandang orang dan mewarnai konsep mereka tentang
kemanusiaan.
B. Pessimism vs Optimism
Apakah orang ditakdirkan untuk menjalanu kehidupan yang sengsara,
berkonflik, dan bermasalah atau dapatkah mereka berubah dan tumbuh
menjadi manusia yang sehat secara psikologis, bahagia, dan berfungsi penuh?
Secara umum, ahli teori yang percaya pada determinisme cenderung pesimis.

C. Casuality vs Teology

Secara singkat, casuality berpendapat bahwa perilaku adalah fungsi dari


pengalaman masa lalu, sedangkan teologi adalah penjelasan perilaku dalam
hal tujuan. Apakah orang bertindak karena apa yang terjadi di masa lalu, atau
mereka bertindak karena memiliki harapan tentang masa depan.

D. Concious vs Unconscious Determinants

Apakah orang-orang biasanya menyadari apa yang mereka lakukan dan


tahu alasan nya, atau dorongan tidak sadar mendorong mereka untuk
bertindak tanpa kesadaran akan dorongan mendasar ini?

E. Biological vs Sosial Influences on Personality Personality

Apakah kebanyakan orang adalah mahluk bilogis, atau kepribadian


mereka sebagian besar dibentuk oleh hubungan sosial mereka? Elemen yang
lebih spesifik dari masalah ini adalah; Biological vs Sosial Influences on
Personality Personality yaitu, apakah karakteristik pribadi lebih merupakan
hasil dari keturunan, atau sedang mereka ditentukan lingkungan?

F. Uniqueness vs Similarities

5
Apakah fitur yang menonjol dari orang individualitas mereka, atau
apakah itu karakteristik umum mereka? Harus mempelajari kepribadian
berkonsentrasilah pada sifat-sifat yang membuat orang mirip, atau harus
dilihat sifat-sifat yang membuat orang berbeda?

TUGAS 3

Jelaskan masing-masing komponen dari teori kepribadian tersebut.

1. Struktur kepribadian

Fitur utama dari setiap teori kepribadian adalah konsep struktural yang
mengacu pada karakteristik yang relatif abadi yang orang tunjukkan di
berbagai keadaan dan dari waktu ke waktu. Struktur kepribadian mewakili
unit dasar / blok bangunan dasar kehidupan psikologis. Bagi Freud, unit-unit
dasar adalah naluri; untuk Eysenck, mereka adalah faktor yang ditentukan
secara matematis. Bagi Allport, struktur yang paling penting adalah struktur
yang memungkinkan deskripsi orang dalam hal karakteristik individu, dan ia
menyebut karakteristik individu ini sebagai disposisi pribadi. (Jess, Feist).
Dalam pengertian ini dianalogikan dengan konsep-konsep seperti atom dan sel
dalam ilmu alam. Namun, konsep struktural ini bersifat hipotetis. Konsep
struktural tidak dapat diamati secara mikroskopis seperti neuron di otak.

Personologis mengusulkan tambalan konsep yang digunakan untuk


menjelaskan seperti apa orang itu. Salah satu contoh paling populer dari
konsep struktural adalah sifat. Ciri kepribadian mengacu pada kualitas tahan
lama atau kecenderungan untuk berperilaku dengan cara tertentu dalam
berbagai situasi. Contoh-contoh sifat yang umum termasuk impulsif,
kejujuran, sensitivitas, dan sifat takut-takut. Gordon Allport, Raymond Cattell,
dan Hans Eysenck, tiga ahli traitologi terkemuka, berteori bahwa struktur

6
kepribadian paling baik diterapkan dalam hal kualitas disposisional hipotetis
yang mendasari perilaku.

Pada tingkat analisis yang lebih luas, struktur kepribadian juga dapat
dideskripsikan berdasarkan konsep tipe. Tipe kepribadian mengacu pada
pengelompokan beberapa sifat yang berbeda ke dalam kategori yang berbeda
dan tidak kontinu (tidak berlanjut). Dibandingkan dengan konsep sifat
struktur, konsep tipologi ini memiliki tingkat yang lebih besar dari
keseluruhan konsistensi dan generalitas terhadap perilaku. Sedangkan orang
dapat memiliki satu atau beberapa tingkat sifat, mereka umumnya
digambarkan sebagai tipe tertentu. Misalnya, Carl Jung berpendapat bahwa
orang masuk ke dalam salah satu dari dua kategori terpisah: introvert dan
ekstrovert. Dalam pandangan ini, seseorang adalah salah satu dari yang lain.

Teori kepribadian memiliki jenis dan jumlah konsep yang berbeda yang
digunakan dalam mengkarakterisasi struktur kepribadian. Beberapa ahli teori
mengusulkan sistem struktural yang sangat kompleks dan rumit, yang di
dalamnya banyak bagian komponen dihubungkan satu sama lain dalam
berbagai cara. Contohnya, pembagian kepribadian tripartit Freud menjadi id,
ego, dan superego yang menggambarkan deskripsi struktur dan organisasinya
yang sangat kompleks. Ahli teori lain, sebaliknya, mengusulkan sistem
struktural sederhana, di mana sejumlah bagian komponen diidentifikasi dan
memiliki sedikit koneksi satu sama lain. Sebagai contoh, Kelly, seorang ahli
teori kognitif terkemuka, menggunakan konsep tunggal konstruksi personal
untuk menjelaskan dimensi struktur kepribadian yang relatif abadi.

Singkatnya, setiap pendekatan terhadap kepribadian yang dianggap


berguna harus berurusan dengan beberapa cara dengan masalah apa yang
merupakan aspek stabil, tidak berubah dari perilaku manusia. Masalah
struktur dan, yang paling penting, sifat organisasi dan pengaruhnya terhadap

7
individu yang berfungsi, merupakan komponen kunci dari semua teori
kepribadian.

2. Motivasi

Konsep motivasi, atau dikenal sebagai aspek proses dari fungsi individu,
yang berfokus pada dinamika, perubahan perilaku manusia. Beberapa teori
mengusulkan bahwa proses kepribadian – misalnya mulai dari pelepasan
seksual hingga kenikmatan humor - berasal dari upaya individu untuk
mengurangi ketegangan. Model motivasi pengurangan ketegangan tersebut,
awalnya dirumuskan oleh Freud, menunjukkan bahwa kebutuhan fisik
(biogenik) individu membuat ketegangan yang memaksa individu untuk
mencari pengurangan dengan memenuhi kebutuhan. Banyak jenis kebutuhan
dasar, seperti kelaparan, kehausan, kantuk, dan seks, cocok dengan pandangan
pengurangan ketegangan motivasi manusia ini. Sebaliknya, teori-teori
dinamika kepribadian lainnya menekankan upaya individu untuk penguasaan
lingkungan dan kerinduan untuk pengalaman baru demi kesenangan mereka
sendiri. Pendukung pandangan ini berpendapat bahwa ketika individu menjadi
dewasa, perilaku mereka akan lebih banyak diinvestasikan dalam
pengembangan keterampilan demi kompetensi atau untuk berurusan secara
efektif dengan lingkungan, dan lebih sedikit dari perilaku mereka dalam
pelayanan pengentasan.

Oleh karena itu kita tidak perlu dibatasi oleh model-model yang
memotivasi kita dalam berperilaku. Maslow, seorang ahli teori motivasi yang
terkemuka, mengemukakan bahwa pada waktu-waktu tertentu individu
tersebut diatur oleh kebutuhan defisit dan berupaya mengurangi ketegangan,
sedangkan pada waktu lain, individu itu dikendalikan oleh kebutuhan
pertumbuhan dan berupaya meningkatkan ketegangan sebagai sarana

8
pemenuhan pribadi. Meskipun pandangan Maslow cukup masuk akal, namun
para ahli teori lainnya cenderung berpendapat untuk menggunakan salah satu
model motivasi sebagai fitur motivasi dalam seseorang berperilaku. 

3. Perkembangan Kepribadian

Konsep perkembangan berfokus pada masalah bagaimana aspek


struktural dan motivasi dari fungsi seseorang berubah dari masa kanak-kanak
menjadi dewasa dan usia lanjut. Penjelasan tentang perubahan tersebut adalah
komponen kunci dari apa yang mendefinisikan teori kepribadian.
Perkembangan kepribadian berlangsung seumur hidup oleh karena itu,
beberapa ahli teori telah mengusulkan model panggung untuk menjelaskan
pola pertumbuhan dan perubahan dalam kehidupan seseorang. Contoh adalah
teori Freud tentang bagaimana kepribadian dikembangkan dalam hal
serangkaian tahap-tahap psikoseksual. Ada juga formulasi Erikson tentang 8
tahap dalam pengembangan ego yang menggambarkan langkah lain. Teori
lain, sebaliknya, menekankan peran hubungan orang tua-anak sebagai faktor
penting dalam memahami masalah perkembangan. Misalnya, menempatkan
pentingnya konsep diri individu dibentuk, baik secara kognitif maupun
emosional, oleh sikap dan perilaku orang tua selama tahun-tahun
pembentukan kehidupan.

Selain itu pertumbuhan kepribadian dipengaruhi oleh faktor eksternal


dan internal. Faktor penentu eksternal (sisi lingkungan), yang terdiri dari
keanggotaan individu dalam budaya tertentu, kelas sosial-ekonomi, dan
pengaturan keluarga yang unik. Penentu internal terdiri dari kekuatan genetik
biologis, dan fisiologis. Selain itu ada banyak perubahan yang menyertai
perkembangan kita lainnya ada fisik, sosial, intelektual, emosional, dan moral.

Aspek budaya juga mempengaruhi perkembangan kepribadian


seseorang. Keanggotaan dalam budaya tertentu mengarah pada sosialisasi

9
akhirnya ke dalam pola pikir, perasaan, dan perilaku normatif. Kekuatan
budaya membentuk citra diri, hubungan dengan orang lain, memenuhi
kebutuhan diri, dan tujuan yang ingin kita capai. Demikian juga, keanggotaan
dalam kelas sosial-ekonomi tertentu secara signifikan mempengaruhi nilai-
nilai, sikap, dan gaya hidup yang kita peroleh. Walaupun, beberapa aspek
perkembangan dapat dipahami tanpa merujuk pada kelompok tempat kita
berada. 

Faktor-faktor kelas sosial juga memberikan pengaruh yang besar pada


pengalaman seseorang tentang bentuk-bentuk stress dan konflik utama dan
cara-cara untuk menghadapinya. Bahkan ada hubungan bahwa faktor sosial
merupakan indikasi dari penyakit mental. Survey baru-baru ini ada lima
komunitas termasuk sekitar 10.000 orang Amerika menemukan bahwa lulusan
perguruan tinggi memiliki masalah kesehatan mental yang jauh lebih sedikit
dari pada lulusan non-perguruan tinggi. 

Pengaruh yang dihasilkan dari keanggotaan dalam lingkungan keluarga


juga berdampak pada perkembangan kepribadian individu. Pola perilaku
orang tua yang digunakan sangat penting untuk mensosialisasikan anak
sehubungan dengan nilai-nilai, keyakinan, dan tujuan. Orang tua berperan
sebagai model untuk mengidentifikasi dan dapat berkomunikasi secara halus
dengan anak-anak. 

Faktor genetik berpengaruh pada perilaku yang dimiliki orang tua


kepada anak-anaknya melalui mekanisme keturunan. Anak-anak dapat
memainkan perannya dalam lingkungan dalam menentukan perkembangan
kepribadian. Ada sebuah perdebatan mengenai kepentingan relatif terhadap
faktor lingkungan dan genetika, ternyata ada penekanan tentang bagaimana
faktor tersebut dapat berinteraksi untuk menghasilkan karakteristik perilaku.
Jadi intinya, tidak ada yang tumbuh tanpa dipengaruhi oleh faktor lingkungan

10
dan tidak ada yang berkembang tanpa dipengaruhi oleh kemampuan genetik.
Ada juga yang berpendapat bahwa faktor keturunan menentukan batasan pada
rentang pengembangan karakteristik, namun untuk perkembangan lebih lanjut
ditentukan oleh faktor lingkungan (Scarr & Carter-Saltzman, 1982; Scarr &
McCartney, 1983).

Meskipun demikian, teori kepribadian yang lengkap harus menjelaskan


perkembangan struktur dan proses yang mendasari perilaku manusia.

4. Psikopatologi

Hampir setiap personologis mempertimbangkan mengapa orang-orang


tertentu menampilkan gaya perilaku patologis dalam kehidupan sehari-hari.
Etiologi, penelitian dan penjelasan tentang penyebab fungsi abnormal, adalah
masalah utama dari komponen teori kepribadian ini. 

Beberapa pendekatan telah dikembangkan untuk menjelaskan penyebab


perilaku abnormal. Ahli teori kepribadian yang mendukung perspektif
psikodinamik, misalnya, percaya bahwa konflik yang tidak terselesaikan
selama masa kanak-kanak pada akhirnya membawa perilaku abnormal di
masa dewasa. Sebaliknya, perspektif behavioral memandang perilaku itu
sendiri sebagai masalah. Menurut agama Kristen, tidak perlu membuat
hipotesis, mekanisme yang rumit, dan tidak perlu menjelaskan perilaku
abnormal seseorang. Sebagai gantinya, seseorang harus menganalisis
bagaimana perilaku abnormal telah dipelajari melalui pengalaman masa lalu
dan bagaimana perilaku tersebut dipertahankan di masa sekarang oleh
keadaan yang ada di lingkungan sosial seseorang.

Beberapa teori membuat asumsi bahwa perilaku orang ada yang normal
dan tidak normal, bentuk oleh jenis kelompok keluarga, masyarakat, dan
budaya tempat mereka hidup. Kita semua adalah bagian dari jejaring sosial
keluarga, teman, kenalan, orang asing, dan jenis hubungan yang berkembang

11
dengan orang lain dapat meningkatkan perilaku abnormal dan bahkan
menyebabkannya terjadi. Pendukung dari model kelainan sosiokultural
berpendapat bahwa jenis stres dan konflik yang dialami orang sebagai bagian
dari interaksi sehari-hari mereka dengan orang-orang di sekitar mereka dapat
menyebabkan dan mendukung bentuk perilaku patologis.

Masalah yang mendasari adalah bagaimana psikopatologi telah


menyebabkan beragam pendekatan terhadap sejarah singkat teori kepribadian
secara relatif. Walaupun tidak hanya menunjukkan perbedaan penyebab
perilaku abnormal tapi juga berbagai pendekatan perawatan. Namun, yang
penting untuk dikenali adalah bahwa teori kepribadian yang lengkap harus
mencakup analisis yang terinformasi tentang mengapa beberapa orang merasa
hidup begitu menyedihkan dan gagal mengembangkan keterampilan
pemecahan masalah yang efektif.
5. Kesehatan psikologis
Dalam menjelaskan berbagai aspek perilaku manusia, teori kepribadian
yang kuat harus memberikan kriteria untuk mendefinisikan kepribadian yang
sehat. Hal ini merupakan masalah karena apa yang membentuk kehidupan
yang baik dan berbagai perspektif para ahli dari teori kepribadian mewakili
komponen yang sangat penting. Duane Schultz membahas masalah ini ketika
ia mencatat: "Banyak psikolog percaya bahwa penelitian tentang kepribadian
yang sehat harus menjadi fokus utama psikologi.
Kebanyakan dari teori kepribadian telah membahas persoalan tentang
apa yang dimaksud kesejahteraan psikologis. Misalnya, Freud mengusulkan
bahwa cara kerja kepribadian dewasa dipengaruhi oleh kapasitas untuk
bekerja produktif dan hubungan antar pribadi yang memuaskan. Meskipun
kriteria ini untuk masalah psikologis mungkin tampak terlalu global dan
nonspesifik, namun ada beberapa implikasi penting. Misalnya, kapasitas untuk
bekerja menurut Freud, mencakup kesanggupan untuk menetapkan dan

12
mengejar tujuan jangka panjang, untuk meraih kepuasan naluriah dari
tujuannya dan untuk mengatasi kekhawatiran, sehingga perilaku kita tidak
mengalami kerusakan yang serius. Demikian pula penekanan Freud pada
hubungan sosial yang memuaskan, melibatkan kemampuan untuk mengalami
dan menikmati berbagai emosi tanpa merasa terancam, dan menutup diri dari
dorongan seksual dan agresif dengan kreatif.
Kesehatan psikologis juga dapat diartikan dalam hal perspektif teori
pembelajaran sosial. Bandura (1982), misalnya menaruh perhatian khusus
pada daya ingat kita tentang kesanggupan kita untuk menangani tuntutan
kehidupan. Dalam istilahnya, self-effiacy, atau persepsi bahwa seseorang
mampu melaksanakan perilaku yang diperlukan untuk mencapai tujuan, hal
ini merupakan fitur penting dari penyesuaian pribadi. Selain itu, Bandura
mengklaim bahwa, orang-orang yang memandang diri mereka sendiri sebagai
orang yang berdaya guna menerima tantangan yang lebih besar, mengeluarkan
lebih banyak usaha, dan mungkin lebih berhasil dalam mencapai tujuan
mereka sebagai hasilnya.
Beberapa personologis mencurahkan cukup banyak perhatian untuk
menciptakan gambaran psikologi dari kehidupan yang baik dan yang tercakup
di dalamnya. Hal ini sangat jelas dalam kasus teori Maslow tentang aktualisasi
diri berdasarkan hirarki kebutuhan. Bagi Maslow (1987), pertumbuhan yang
sehat memerlukan peralihan dari pentingnya kebutuhan yang relatif, dari yang
paling primitif (contohnya fisiologis, keamanan dan psikologi) sampai yang
paling maju atau yang paling “manusiawi” (misalnya, kebenaran dan
keindahan). 
Kriteria yang digunakan dalam menilai kesehatan mental sangat penting
bagi teori kepribadian yang komprehensif. Sebagian besar teori yang akan kita
bahas memberikan konstruksi dan proposisi yang menunjukkan kematangan
psikologis.
6. Perubahan kepribadian melalui intervensi terapi

13
Sejak teori kepribadian memberikan beberapa pertimbangan yang
menyebabkan psikopatologi, secara alami teori kepribadian tersebut juga
memberikan beberapa cara untuk mengobati perilaku yang dihasilkan. Oleh
karena itu, isu keenam ini tentang bagaimana membantu orang untuk
menemukan kompetensi baru mereka, mengurangi perilaku maladaptive
(perilaku maladaptive digunakan untuk menggambarkan jenis perilaku yang
menghambat kemampuan seseorang untuk menyesuaikan diri dengan situasi.
Sering terlihat pada orang dengan gangguan kecemasan sosial (SAD), perilaku
maladaptive dapat digunakan untuk mengurangi kecemasan dan ketakutan
pada saat itu), dan mencapai perubahan kepribadian yang positif.
Banyak teori kepribadian yang telah berevolusi dari klinis atau
konseling. Oleh karena itu tidak mengherankan terdapat banyak pendekatan
terapi sebanyak teori kepribadian. Perbedaan yang ada bukan hanya di metode
terapi, melainkan juga di asumsi para ahli teori tentang kepribadian pada
umumnya. Model psikodinamik tentang intervensi terapi, berfokus pada
menolong seseorang untuk memperoleh insight tentang alam bawah sadar dan
kenangan masa kecil dari konflik mereka, mengenali bagaimana konflik itu
mengganggu kehidupan mereka saat dewasa. Perbedaan lainnya tampak pada
teori behavioral yang memegang pandangan bahwa peristiwa di lingkungan
sekitar sebagian besar menentukan perilaku. Para ahli teori mengasumsikan
seseorang yang menampilkan perilaku maladaptive telah gagal dalam
mempelajari kemampuan untuk mengatasi tuntutan kehidupan sehari-hari atau
mereka memiliki kemampuan yang salah namun tetap dipertahankan karena
mendapatkan reinforcement. Oleh karena itu, pendekatan perilaku untuk
pengobatan ditujukan untuk membantu orang dalam mempelajari perilaku
baru untuk menggantikan pola rusak yang telah mereka kembangkan atau
melupakan respon maladaptive mereka.
Perubahan kepribadian atau perilaku karena intervensi terapi
memungkinkan banyak kemungkinan, seperti: perubahan self-image, gaya

14
hubungan interpersonal, proses kognitif, reaksi emosional, nilai, tujuan hidup,
dan manajemen waktu. 
Ada beberapa pendekatan teoritis yang berbeda untuk pemahaman
kepribadian. Terlepas dari semua keragaman, teori kepribadian memiliki
kerangka konseptual yang umum dibatasi oleh enam isu mengenai perilaku
manusia yaitu, struktur kepribadian, motivasi, perkembangan kepribadian,
psikopatologi, kesehatan psikologis, dan perubahan kepribadian melalui
intervensi terapi.

15
DAFTAR PUSTAKA

Larry A Hjelle & Daniel J. Zigler. (1992).  Personality Theories: Basic Assumptions,
Research & Applications. (Third edition). United States: McGraw-Hill Publishing. 
Feist, Jess., Feist, Gregory. J. (2008). Theory of Personalitiy. United States: McGraw-Hill
Companies. 

16
DAFTAR RUJUKAN

Iain Syekh Nurjati. Teori tentang Kepribadian.


(http://sc.syekhnurjati.ac.id/esscamp/risetmhs/BAB214121110147.pdf.), diakses pada
tanggal 14 Februari 2020, Pukul 14.00 WIB). 
Kuntjojo. (2009). Psikologi Kepribadian.
(https://www.academia.edu/9420432/PSIKOLOGI_KEPRIBADIAN), diakses pada
tanggal 16 Februari 2020, Pukul 01.56 WIB.
Rohman, M. (2018). Psikologi Kepribadian.
(https://www.academia.edu/36972035/Kumpulan_Makalah_Psikologi_Kepribadian.p
df ), diakses pada tanggal 13 Februari 2020, Pukul 20.40 WIB.

17

Anda mungkin juga menyukai