Anda di halaman 1dari 8

TUGAS 1

Jelaskan konsep kepribadian menurut Sullivan, sebutkan struktur kepribadian


menurut Sullivan, dan sebutkan konsep dinamika kepribadian menurut
Sullivan.

1. Konsep Kepribadian Menurut Sullivan


Sullivan (1953) mendefinisikan kepribadian (personality) sebagai
karakteristik di mana seorang individu berurusan dengan orang lain. Sullivan
percaya bahwa tidak ada artinya untuk menganggap seseorang sebagai objek
studi psikologis, karena seorang individu berkembang dan hanya ada dalam
konteks hubungan dengan orang lain. Hubungan interpersonal merupakan dasar
kepribadian.
Menurut Sullivan, istilah kepribadian hanya sebuah hipotesis, yaitu
konstruksi imajiner yang digunakan untuk menjelaskan dan memprediksi
perilaku tertentu. Sullivan menyarankan untuk mempertimbangkan kepribadian
sebagai wujud kesatuan atau entitas (entity) yang terpisah dari situasi
antarpribadi (interpersonal) yang muncul. Jadi, definisi kepribadian Sullivan
menekankan komponen empiris yang dapat kita amati secara langsung daripada
struktur intrapsikis (intrapsychic). Individu dapat melihat, mendengar, dan
merasakan bahwa seorang individu berhubungan dengan orang lain dengan cara
tertentu, seperti secara pasif atau dominan.
Empiris: berdasarkan pengalaman (terutama yang diperoleh dari penemuan,
percobaan, pengamatan yang telah dilakukan)

2. Struktur Kepribadian Menurut Sullivan


Struktur Kepribadian
Sullivan memandang tegas sifat dinamik kepribadian, sehingga
merendahkan konsep id-ego-superego yang membuat kepribadian menjadi
statis atau stabil. Namun, Sullivan berpendapat bahwa ada beberapa aspek
kepribadian yang dapat stabil dalam waktu yang lama: dinamisme,
personifikasi, self-system, dan proses kognitif.
1. Dinamisme
Dinamisme adalah pola khas tingkah laku yang menetap dan berulang kali
terjadi sehingga menjadi ciri khusus seseorang. Dinamisme menjadi
pembeda antar pribadi.
2. Personifikasi
Personifikasi adalah gambaran mengenai diri sendiri atau orang lain yang
dibangun berdasarkan pengalaman yang menimbulkan kepuasan atau
kecemasan. Hubungan interpersonal yang memberi kepuasan cenderung
membangkitkan image-positif, sedangkan hubungan interpersonal yang
melibatkan kecemasan cenderung membangkitkan image-negatif.

The Structure of Personality


Menurut Sullivan, manusia mengorganisasi pengalamannya dengan
membentuk konsep mental tentang dirinya sendiri dan tentang orang lain.
Personifikasi ini terdiri dari perasaan dan kepercayaan yang dipelajari dan
seringkali tidak sesuai dengan kenyataan.
Sebagai contoh, seorang ibu cenderung salah menafsirkan anaknya
sampai batas tertentu. Dia dapat membentuk personifikasi yang lebih
seperti yang dia inginkan, atau dipengaruhi oleh pengalamannya dengan
anak sebelumnya. Bayi tersebut secara bertahap mengembangkan
personifikasi ibu yang baik dari perilakunya yang lembut dan kebutuhan
yang memuaskan, dan juga membentuk personifikasi ibu yang buruk dari
perilakunya yang frustasi dan menghasilkan kecemasan. Personifikasi ini
juga agak tidak akurat, sebagian karena kemampuan bayi untuk memahami
dan menafsirkan lingkungan terbatas. Faktanya, pada awalnya bayi tidak
menyadari bahwa personifikasi dari ibu yang baik dan jahat mengacu pada
orang yang sama, meskipun bagian yang signifikan dari masing-masing
akhirnya bergabung menjadi satu yang rumit. (Lihat Sullivan, 1953/1968,
hlm. 110–124, 167, 188–189).
Aspek irasional dari personifikasi terbukti dalam kasus stereotip,
atau kepercayaan yang diterapkan secara kaku dan setara kepada
sekelompok orang dan mengaburkan perbedaan sejati di antara mereka.
Anak kecil umumnya membentuk stereotip dari lawan jenis sebagai hal
yang tidak diinginkan, sedangkan individu yang berprasangka salah
mempersonifikasikan anggota kelompok tertentu sebagai memiliki
karakteristik negatif tertentu yang sama. (Lihat Sullivan, 1953/1968, hlm.
236–238, 302–304). Ketidakrasionalan seperti itu juga tampak dalam
personifikasi yang kita bentuk dari diri kita sendiri.

3. Self-System
Self-system merupakan bagian dinamisme yang paling kompleks. Suatu
pola tingkah laku yang konsisten yang mempertahankan keamanan
interpersonal dengan menghindari atau mengecilkan kecemasan. Ketika
self-system mulai berkembang, orang mulai membentuk gambaran diri atau
personifikasi diri yang konsisten.
4. Proses Kognitif
Menurut Sullivan, proses kognitif dapat dikelompokkan menjadi tiga
kelompok yaitu prototaksis, parataksis, dan sintaksis.
1. Prototaxic
Ialah rangkaian pengalaman yang terpisah-pisah yang dialami pada
masa bayi dimana arus kesadaran (pengindraan, bayangan, dan
perasaan) mengalir kedalam jiwa tanpa pengertian sebelum atau
sesudah.
2. Parataxic
Ialah pada awal tahun kedua bayi mulai mengenali persamaan dan
perbedaan peristiwa-peristiwa. Hal seperti ini disebut sebagai
pengalaman parataksis.
3. Syntaxic
Adalah berpikir logis dan realistis, anak mulai berpikir sintaksis ketika
anak mulai belajar berbicara dan mempelajari kata yang secara umum
diterima sebagai wakil dari suatu peristiwa. Sintaksis mulai
mendominasi manusia mulai umur 4-10 tahun.

3. Konsep Dinamika Kepribadian Menurut Sullivan


Sullivan memandang kehidupan manusia sebagai sistem energi yang perhatian
utamanya adalah bagaimana menghilangkan ketegangan yang ditimbulkan oleh
keinginan dan kecemasan. Energi dapat berwujud dalam bentuk tegangan atau
dalam bentuk tingkah laku itu sendiri.
1. Tensions (Tegangan)
Tegangan adalah potensi untuk bertingkah laku yang disadari maupun yang
tidak disadari. Ada dua sumber tegangan utama yaitu tegangan yang
disebabkan oleh kebutuhan organisme (needs) dan tegangan sebagai akibat
dari kecemasan (anxiety).
2. Energy Transformations (Transformasi Energi)
Transformasi energi adalah tegangan yang ditransformasikan menjadi
tingkah laku baik tingkah laku yang terbuka maupun tertutup. Tingkah laku
hasil transformasi itu meliputi gerakan yang kasat mata dan kegiatan mental
seperti pikiran, perasaan, persepsi, dan ingatan.
TUGAS 2

Energy transformation adalah tensions yang diubah bentuknya menjadi


tindakan, baik tindakan yang tersembunyi maupun yang terbuka. Istilah ini mengacu
pada tingkah laku kita yang bertujuan untuk memuaskan needs dan mengurangi
anxiety. Anxiety dan needs merupakan 2 tensions utama. Tidak semua energy
transformation terlihat jelas sebagai tindakan yang terbuka, dan sebagian besar
energy transformation dapat berbentuk emosi, pikiran atau tingkah laku yang
tersembunyi yang dapat disembunyikan dari orang lain. 
Tensions adalah potensi dari tindakan yang mungkin atau tidak mungkin
dialami seseorang dalam kesadaran. Oleh karena itu, tidak semua tensions dirasakan
secara sadar. Banyak tensions, seperti rasa cemas, firasat, kebosanan, rasa lapar, dan
hasrat seksual sering dirasakan seseorang, namun hal tersebut tidak selalu berada
pada tingkat kesadaran. Faktanya, kemungkinan semua tentions yang dirasakan
merupakan distorsi/penyimpangan dari sebagian kenyataan. Sullivan menyebutkan
dua jenis tentions, yaitu needs dan anxiety. Needs biasanya menghasilkan tindakan
yang produktif dan biasanya positif, sedangkan anxiety menghasilkan tingkah laku
non-produktif dan bersifat disintegrasi yang biasanya negatif. 
Needs merupakan salah satu dari jenis ketegangan yang dipaparkan oleh
Sullivan. Needs adalah ketegangan yang dibawa oleh ketidakseimbangan biologis
antara seseorang dengan lingkungan fisiokimiawinya, baik didalam maupun diluar
organisme. Needs memiliki sifat yang sementara, saat needs terpuaskan, needs
tersebut kehilangan kekuatannya untuk sementara, namun seiring waktu, needs
cenderung akan muncul kembali. Walaupun sebenarnya kebutuhan memiliki
komponen biologis, banyak kebutuhan yang berakar dari situasi interpersonal.
Kebutuhan interpersonal yang paling mendasar adalah kelembutan (tenderness).
Seorang bayi mengembangkan kebutuhan untuk menerima kelembutan dari penjaga
utamanya (yang disebut Sullivan sebagai “seseorang yang keibuan”). Berbeda dengan
kebutuhan lainnya, kelembutan membutuhkan tindakan paling tidak dari dua orang.
Contohnya, kebutuhan bayi untuk menerima kelembutan akan diungkapkan dengan
tangis, senyum, atau dengkuran, sedangkan kebutuhan ibu untuk memberi
kelembutan mungkin berubah bentuk menjadi menyentuh, membelai, atau menimang.
Dalam contoh ini, kebutuhan akan kelembutan terpuaskan dengan menggunakan
mulut bayi dan tangan ibu.
Kelembutan adalah kebutuhan umum karena berkaitan dengan kesejahteraan
seseorang secara menyeluruh. Kebutuhan-kebutuhan umum lainnya, termasuk
oksigen, makanan, dan air, berlawanan dengan kebutuhan zona khusus (zonal needs)
yang timbul dari area tertentu pada tubuh. Beberapa area tubuh berfungsi dalam
memenuhi kebutuhan umum maupun zona khusus. Contohnya mulut dapat
memuaskan kebutuhan umum dengan cara memasukkan makanan dan oksigen,
namun juga memenuhi kebutuhan zona khusus untuk kegiatan oral. Tangan juga
dapat digunakan untuk memuaskan kebutuhan umum akan kelembutan, tetapi tangan
juga dapat digunakan untuk memuaskan kebutuhan untuk kegiatan manual. Demikian
juga halnya dengan zona tubuh lainnya, seperti anus dan alat genital, dapat digunakan
untuk memenuhi kedua jenis kebutuhan tersebut. 
Dalam kehidupan awal, berbagai zona tubuh mulai memainkan peran
signifikan dan kekal dalam hubungan interpersonal. Sementara memenuhi kebutuhan
umum akan makanan, air, dan seterusnya, seorang bayi mengeluarkan energi lebih
dari seharusnya, energi yang melampaui batas tersebut diubah bentuk menjadi ragam
karakteristik konsisten, yang Sullivan sebut sebagai dinamisme.

Anxiety

Tipe kedua dari tension adalah anxiety. Anxiety berbeda dari tension of needs,
hal ini karena anxiety memiliki sifat memisahkan, lebih tersebar dan samar, oleh
karena itu seseorang tidak menuntut tindakan konsisten untuk menghilangkan
anxiety. Contoh sederhananya ada pada bayi, apabila bayi kekurangan makanan (a
need), maka selanjutnya bayi akan mengekspresikan rasa laparnya dengan menangis.
Namun, bila sang bayi cemas, maka tidak banyak tindakan yang dapat dilakukan oleh
bayi untuk melepaskan diri dari rasa anxiety tersebut.

Oleh karena itu, Sullivan kemudian membuat postulat mengenai bagaimana


anxiety dapat muncul. Menurut Sullivan (1953b), anxiety ditransfer dari orang tua
kepada bayi melalui proses empati. Apabila seorang ibu memiliki anxiety ketika
merawat bayinya, maka akibatnya adalah dapat menyebabkan anxiety pada bayi juga.
Oleh karena semua ibu memiliki sejumlah anxiety ketika merawat bayi mereka, maka
semua bayi juga dapat merasa cemas hingga tingkat tertentu.

Sama seperti bayi yang tidak memiliki kapasitas untuk mengurangi


anxietynya, orang tua juga tidak memiliki cara yang efektif untuk mengatasi anxiety
pada bayi. Setiap tanda anxiety atau rasa insecurity yang ditunjukkan oleh bayi dapat
mengarah pada upaya orang tua untuk memuaskan kebutuhan bayi. Misalnya,
seorang ibu akan segera menyusui bayinya yang menangis dan merasa cemas pada
saat itu, namun kenyataannya sang ibu salah memahami anxiety sang bayi, mungkin
sang ibu memaknai bahwa anxiety bayi terjadi karena rasa lapar. Apabila bayi enggan
menerima susu ibunya, maka sang ibu mungkin akan semakin cemas, sehingga dapat
semakin menambah anxiety pada bayi. Pada akhirnya, anxiety bayi mencapai titik di
mana kegiatan mengemut dan menelan akan mengambil alih. Maka dapat
disimpulkan bahwa kecemasan bekerja berlawanan dengan tensions of needs dan
mencegah kebutuhan terpuaskan.

Anxiety juga memiliki efek merusak pada orang dewasa. Anxiety dapat
diartikan sebagai kekuatan pengganggu utama yang menghambat perkembangan
hubungan interpersonal yang sehat. Anxiety yang parah dapat diibaratkan seperti
pukulan keras pada kepala seseorang. Anxiety dapat membuat manusia menjadi tidak
mampu belajar, merusak ingatan, mempersempit sudut pandang, dan bahkan dapat
menyebabkan amnesia total. Selain itu ada hal unik yang terkait dengan tensions yaitu
bahwa tensions tetap akan mempertahankan keadaan sebagaimana saat itu terjadi,
walaupun seseorang benar-benar merasa terganggu. Selanjutnya terdapat hubungan
yang bertolak belakang antara tensions dan anxiety, diantaranya yaitu : ketika
tensions menghasilkan tindakan yang secara khusus diarahkan untuk mencapai
perasaan lega, sebaliknya anxiety justru menghasilkan perilaku yang (1) mencegah
manusia belajar dari kesalahan mereka sendiri, (2) membuat orang tetap mengejar
keinginan yang kekanak-kanakan demi mencapai rasa aman, dan (3) umumnya
anxiety memastikan bahwa manusia tidak akan belajar dari pengalaman mereka.

Sullivan menyatakan bahwa anxiety dan loneliness merupakan pengalaman


yang unik karena anxiety dan loneliness sama sekali tidak kehendaki dan tidak
diinginkan. Oleh karena anxiety merupakan hal yang menyakitkan, maka orang
cenderung menghindarinya, dan biasanya terdapat faktor bawaan untuk cenderung
memilih situasi yang euphoria atau menghilangkan tensions daripada memiliki
anxiety. Menurut Sullivan (1954), keberadaan anxiety jauh lebih buruk daripada
ketidakberadaannya sama sekali.
Selain itu, Sullivan juga membedakan anxiety dengan fear dalam beberapa hal
penting. Pertama, anxiety biasanya berasal dari situasi interpersonal yang kompleks
dan hanya samar-samar terwakili dalam kesadaran; fear lebih jelas dikenali dan asal-
usulnya lebih mudah diketahui. Kedua, anxiety tidak memiliki nilai positif. Hal ini
akan menjadi nilai positif, hanya ketika anxiety berubah bentuk menjadi tensions lain
(contohnya rasa marah atau rasa takut), maka anxiety akan mendorong kearah
tindakan yang menguntungkan. Ketiga, anxiety menghambat kepuasan akan needs,
sedangkan fear kadang membantu manusia untuk memenuhi needs tertentu.
Pertentangan terhadap pemuasan needs, diungkapkan dengan kata-kata yang dapat
dianggap sebagai definisi anxiety menurut Sullivan yaitu "anxiety adalah tensions
yang bertentangan dengan tensions of needs dan anxiety juga bertentangan dengan
tindakan yang membuat manusia merasa nyaman" (Sullivan, 1953b, hlm. 44).

Jadi dapat disimpulkan bahwa, keterkaitan antara anxiety dengan energy


transformation adalah bahwa anxiety adalah kekuatan pengganggu utama yang
menghambat perkembangan hubungan interpersonal yang sehat. Anxiety juga
cenderung dihindari karena tidak memiliki nilai positif dan membuat seseorang tidak
dapat berpikir lebih jauh dan membuat seseorang tidak dapat memperbaiki dirinya
karena terus mengulang hal yang salah. Oleh karena itu, ketika anxiety berubah
bentuk menjadi tensions lain (contohnya rasa marah atau rasa takut), maka anxiety
akan mendorong kearah tindakan yang menguntungkan.

Anda mungkin juga menyukai