Anda di halaman 1dari 10

B.

Struktur Kepribadian
1. Sifat (Trait) sebagai struktur neuropsikik membimbing orang untuk bertingkahlaku
yang konsisten lintas waktu yang tempat, merespon secara sama kelompok stimuli
yang mirip. Allport menjelaskan sifat-sifat yang terpenting dari trait, sebagai berikut:
a. Nyata, Trait itu bukan konsep abstrak tetapi obyek nyata, yakni struktur
neuropsikis. Suatu hari nanti, neurofisiologi akan dapat menjelaskan (misalnya
pada trait takut, agresif, kejujuran, introversi, ekstraversi, dll).
b. Membuat banyak stimuli berfungsi ekuevalen, Trait itu telah menetapkan orang
untuk memandang berbagai stimulus memiliki makna yang sama dan merespon
stimuli itu dengan tingkah laku yang mirip.
c. Mengubah/menetukan tingkah laku, Trait muncul bukan hanya ada stimulus yang
sesuai. Tenaga dorongnya bervariasi, trait yang kuat memiliki motif untuk
menggerakkan tingkah laku, mendorong orang untuk mencari stimulus yang
sesuai sehingga dapat menampung ekspresi itu. Trait yang lemah hanya berperan
membimbing tingkah laku yang sudah siap untuk bergerak.
d. Empiric, Pembuaktian empiric. Pertama, trait disimpulkan dari terjadinya
tingkahlaku berulang yang mempunyai makna yang sama, mengikuti rentangan
stimulus tertentu yang memiliki makna personal yang sama. Kedua, trait
disimpulkan berdasarkan keajegan tingkahlaku. Ketiga, trait disimpulkan dari
jawaban atau kegiatan merespon stimuli kuesioner.
e. Kemandirian yang relative, Trait dikenali bukan dari kemandiriannya yang kaku,
tetapi dari kecenderungannya di seputar operasi pengaruhnya. Tingkahlaku dari
suatu trait tertentu dipengaruhi oleh trait yang lain, saling tumpang tindih – tanpa
batas yang jelas.

Allport membedakan antara trait umum (common trait disebut juga nomothetic trait);
dengan trait individual (individual traits disebut juga personal disposition
atau morphological traits atau idiographic traits)

Trait Umum: sifat-sifat yang dimiliki bersama oleh banyak orang, dipakai untuk
membandingkan orang dari latar budaya yang berbeda. Sekelompok orang lebih suka
terbuka atau lebih sopan disbanding kelompon lain. Asumsi yang mendasari trait ini
adalah persamaan evolusi dan pengaruh social.
Trait Individual: Merupakan manifestasi trait umum pada diri seseorang, sehingga
selalu unik bagi orang itu, konstruk neuropsikik yang membimbing, mengarahkan,
dan memotivasi tingkah laku penyesuaian yang khas. Sifat unik itu merupakan
gambaran yang tepat dari struktur kepribadian seseorang.

Perbedaan antara trait umum dengan trait individual bukan sekedar bahwa trait umum
berlaku pada sekelompok orang, sedang trait individual diterapkan khusus kepada
individu orang perorang, karena secara mendasar trait individual bias ditempatkan
sebagai subkategori atau aspek pengkhususan dari trait umum. Menurut Allport
pentingnya membedakan dua jenis trait ini lebih kepada perbedaan pendekatan riset.
Trait individu atau disposisi pribadi memiliki tingkat generalitas yang berbeda-beda,
ada yang mempengaruhi tingkah laku seseorang secara umum, ada pula yang
mempengaruhi tingkah laku tertentu saja. Ada tiga tingkatan disposisi:

1. Disposisi Kardinal (Cardinal Disposition): sifat luar biasa khas yang hanya
memiliki sedikit orang, sifat yang sangat berperan dan mendominasi keseluruhan
hidupnya. Umumnya orang tidak memiliki disposisi cardinal, hanya beberapa
orng memilikinya dan kemudian dikenal dengan sifat khasnya itu.
Allport mengidentifikasi beberapa tokoh sejarah dan karakter fiktif yang memiliki
disposisi ini, bahkan mereka samapai menjadi frasa baru dalam bahasa sehari-
hari. Misalnya, quixotic, chauvinistic, narcisstic, sadistic, don yuan, dan
sebagainya. Karena disposisi personal bersifat individual dan tidak ditularkan
kepada orang lain, hanya Don Quixote yang benar-benar bersifat quixotic
(pelamun berat), hanya Narcissus yang benar-benar narcistic (memperoleh
kepuasaan dari diri sendiri), dan hanya Marquis de Sade yang memiliki disposisi
cardinal sadism (memperoleh kepuasan dengan menyiksa orang lain). Kalau
nama-nama itu dipakai untuk mendiskripsi karakter seseorang, hal itu hanya
untuk memudahkan pemahaman bahwa yang bersangkutan mempunyai sifat yang
sama, atau dengan kata lain nama-nama atau cardinal disposisi itu menjadi trait
umum (sifat yang sama yang dimiliki beberapa orang).
2. Disposisi Sentral (central disposition): kecenderungan sifat yang menjadi ciri
seseorang, yang menjadi titik pusat tingkah lakunya. Trait sentral adalah sifat-
sifat yang biasa ditulis dalam surat rekomendasi yang menjelaskan sifat-sifat
seseorang, seperti: posesif, ambisius, baik hati, senang berkompetisi, dan agresif.
3. Disposisi Sekunder (Secondary Disposition): adalah trait yang semakin tidak
umum, dan kurang penting untuk menggambarkan kepribadian. Trait sekunder
tidak menyolok, jarang dipakai atau hanya dipakai pada kesempatan yang sangat
khusus. Allport menyarankan manakala secondary disposition itu hanya bangkit
oleh rentang stimulus situasi yang sempit, lebih tepat disebut sikap (attitude) alih-
alih sifat (trait). Misalnya, orang yang biasanya sabar menjadi marah meledak-
ledak ketika seseorang menghina kelompok etnik penyabar itu; sifat marah itu
disposisi sekunder karena sehari-hari dia memakai disposisi sentral penyabar.
Traits – Habit – Atitud: Allport secara cermat membedakan penggunaan
istilah trait-attitude-habit-type yang dalam kehidupan sehari-hari dianggap
sinonim. Trait, attitude, dan habit semua predisposisi, mereka bias unik, mereka
semua produk factor genetic dan belajar, dan masing-masing mungkin mengawali
atau membimbing tingkah laku (Tabel 27). Type bias dianggap sebagai super-
ordinasi dari ketiga konsep lainnya.
1. Sifat (Trait) adalah predisposisi untuk merespon secara sama kelompok stimuli
yang mirip, penentu kecenderungan yang bersifat umum; dapat dipakai dalam
lebih banyak situasi, dan memunculkan lebih banyak variasi respon. Trait
merupakan kombinasi atau taraf umum dari dua habit atau lebih.
2. Kebiasaan (Habit) seperti traits tetapi sebagai penentu kecenderungan habit
bersifat khusus, hanya dipakai untuk merespon satu situasi atau stimulus dan
pengulangan dari situasi atau stimulus itu.
3. Sikap (Attitude) lebih umum disbanding habit tetapi kurang umum disbanding
trait.Attitude terentang dari yang sangat spesifik sampai yang sangat
umum. Attitude berbeda dengan habit dan trait dalam hal sifatnya yang evaluatif.
Misalnya, sikap pria terhadap persamaan hak antara pria dan wanita mungkin
positif (menyetujui persamaan hak) atau negative (tidak setuju, mengabaikan
bahkan menghalangi persamaan hak).
4. Tipe (Type) adalah kategori nomotetik, dan konsep yang jauh lebih luas
disbanding tiga konsep diatas. Sebagai suatu kategori, tipe akan
mengelompokkan manusia menjadi beberapa jenis atau model tingkahlaku. Tipe
merangkum ketiga konsep yang lain, menggambarkan kombinasi trait-habit-atitud
yang secara teoritik dapat ditemui pada diri seseorang. Namun manakala kita
menganalisis individu dalam hal tepenya, kita kehilangan pengamatan mengenai
sifat keunikannya. Karena tidak ada orang yang cocok dengan tipe secara
sempurna, tipe menjadi pembeda artifisial yang mengaburkan realita.
Trait dan Konsestensi Pribadi: Allport (kerja bersama Odberg) mengumpulkan
hamper 18.000 kata, umumnya kata sifat dalam bahasa Inggris yang bermakna trait,
tidak termasuk kata-kata majemuk yang menggabungkan beberapa sifat, seperti
pecinta-sejati, atau kasih-kasih sayang.
2. Proporium, aspek kepribadian yang teoritisi lain memberi nama self atau ego, istilah
yang Allport tidak mau memakainya, karena keduanya sudah diberi makna yang
bermacam-macam oleh banyak teoritisi. Propium adalah sesuatu yang mengenainya
kita segera sadar, sesuatu yang kita fikirkan sebagai bagian yang hangat, sentral, dan
privat dari kehidupan kita, sehingga menjadi inti dari kehidupan. Contoh dari
proprium adalah self identity, self esteem, self image, dsb. Proprium ini tidak dibawa
sejak lahir, namun berkembang di dalam perkembangan individu. Ada delapan aspek
proprium yang berkembang bertahap mulai dari bayi hingga dewasa, yaitu:
1. Usia 0 – 3 tahun, mencakup tiga aspek proprium.
a. Sense of Bodily Self, yaitu kesadaran tentang fisik. Misalnya : “Ini
tanganku”.
b. Sense of Continuing Self Identity, yaitu kesadaran adanya identitas diri yang
berkesinambungan. Misalnya : anak menyadari bahwa pada usianya yang
ketiga, ia masih merupakan orang yang sama dengan waktu usia 1 atau 2
tahun.
c. Self Esteem, yaitu berkembangnya perasaan bangga akan kemampuan diri.
2. Usia 4 – 6 tahun, mencakup dua aspek proprium.
a. Extension of Self, yaitu kesadaran akan keberadaan objek dan orang lain.
Misalnya : “Itu ibuku, itu mainanku, dsb”.
b. Self Image, yaitu kesadaran akan gambaran diri yang mencakup pandangan
aktual dan ideal mengenai diri sendiri.
3. Usia 6 – 12 tahun, mencakup satu aspek proprium.
a. Self as Rational Coper, yaitu kesadaran akan adanya kemampuan berpikir
rasional yang dimilikinya, yang dapat digunakan untuk memecahkan
masalah.
4. Usia Remaja, mencakup satu aspek proprium.
a. Propriate Striving, yaitu kesadaran eksistensi diri dalam pencapaian tujuan
jangka panjang, dengan menyusun rencana. Allport meyakini bahwa ketika
orang dapat membuat rencana jangka panjang, maka bangunan self menjadi
lengkap.
5. Usia Dewasa, mencakup satu aspek proprium.
a. Self as Knower, yaitu kesadaran mengenai diri sendiri yang mencakup
totalitas dari tujuh aspek sebelumnya.
3. Motivasi, Ada dua ciri teori motivasi dari Allport, yaitu :
(1) menolak masa lalu sebagai elemen penting dari motivasi ;
(2) pentingnya proses kognitif, seperti tujuan dan perencanaan, sebagai dasar
motivasi.

Dua teori ini menunjukkan keyakinan Allport bahwa manusia adalah makhluk
sadar dan rasional, yang bertingkah laku berdasar apa yang diharapkan dapat dicapai,
bukan karena keinginan primitif atau pengalaman traumatik masa lalu. Hal ini
didukung oleh Abraham Maslow, bahwa jika ingin memahami motivasi, maka kita
harus memahami sifat dasar dari motivasi, seperti :

(1) Kontemporer, yaitu motivasi merupakan kekuatan pendorong bagi masa depan.
Masa lalu hanya akan menjadi motivasi jika memiliki kekuatan pendorong bagi
masa kini dan masa depan.
(2) Pluralistik, yaitu motivasi sifatnya kompleks, tidak dapat disederhanakan menjadi
beberapa dorongan saja. Misalnya mencari kenikmatan, mengurangi tegangan,
atau mencari rasa aman.
(3) Proses Kognitif, yaitu motivasi akan melibatkan proses kognitif, seperti adanya
perencanaan tujuan secara sadar.
(4) Kongkrit dan Nyata, yaitu motivasi bukanlah sesuatu yang abstrak, melainkan
nyata.
Otonomi Funsional, Dalam mempelajari motivasi, kita mengenal istilah Otonomi
Fungsional, yang memandang motif orang dewasa beraneka ragam, mandiri sebagai
sistem kontemporer, berkembang dari sistem anteseden, tetapi secara fungsi tidak
bergantung kepada sistem. Artinya, suatu tingkah laku dapat merupakan tujuan akhir
dari tingkah laku itu sendiri, walaupun awalnya memiliki tujuan lain. Misalnya,
perilaku membaca, awalnya memiliki tujuan agar dapat memahami sesuatu. Ini yang
disebut prinsip sederhana. Namun kemudian perilaku membaca menjadi otonom.
Perilaku membaca dilakukan karena orang hanya ingin membaca atau merasa puas
setelah dapat membaca. Banyak tingkah laku orang dewasa yang tetap terjadi karena
prinsip sederhana. Namun, kematangan seseorang diukur dari seberapa jauh motivasi
menjadi fungsional otonom. Ada dua tingkat Otonomi Fungsional menurut Allport,
yaitu:
1. Otonomi fungsional terbiasa (Perseverative Functional Autonomy), yaitu
kecenderungan suatu pengalaman mempengaruhi pengalaman berikutnya.
Perilaku yang masuk dalam kategori ini adalah perilaku yang berulang dan rutin.
Misalnya, kita minum kopi karena ingin mengatasi rasa kantuk. Namun setelah
itu, kita minum kopi bukan untuk mengatasi rasa kantuk lagi, tetapi karena sudah
terbiasa.
2. Otonomi funsional propriate (Propriate Functional Autonomy), yaitu
kecenderungan yang dekat dengan inti kepribadian, seperti minat yang dipelajari,
nilai, sentimen, tujuan, motif pokok, disposisi pribadi, gambaran diri, atau gaya
hidup. Motivasi yang berhubungan dengan gambaran diri tersebut lah yang
disebut motivasi proprium yang fungsional otonom. Misalnya, X bekerja karena
ingin mendapat uang. Ketika mulai bekerja, pekerjaan itu tampak membosankan.
Namun, setelah satu tahun, X menyukai pekerjaan tersebut. Oleh karena itu,
kemudian bukan uang yang menahan X di tempat kerja, melainkan pekerjaan itu
sendiri yang menjadi motivasi dalam bekerja.

Prinsip-Prinsip Otonomi Propriate, Otonomi funsional propriate dapat diperjelas


dengan memahami prinsip-prinsip kerjanya, menurut Allport otonomi propriate
berfungsi dengan menggunakan tiga prinsip kerja:

1. Mengorganisir tingkat energi (organizing energy level): agar energi tidak


digunakan untuk hal yang merusak atau membahayakan. Misalnya, B memiliki
ambisi untuk menjadi kepala divisi keuangan. Energi yang dimiliki B sangat
besar untuk mencapai tujuannya. Namun energi itu diarahkan dengan cara-cara
yang tepat, seperti bekerja sebaik mungkin, dan bukan menjegal rekan-rekan
kerjanya.
2. Penguasaan dan kompetensi (competence and mastery): Mendorong orang untuk
mencapai tingkat tertinggi dalam memuaskan motif nya, karena orang yang sehat
akan termotivasi untuk melakukan yang terbaik, supaya dapat mempertinggi
kompetensi dan penguasaan (competence and mastery).
3. Pola Propriate (propriate patterning): yaitu usaha untuk memiliki kepribadian
yang konsisten dan integral, dengan cara mengorganisir proses persepsi, kognitif,
memperluas self yang propriate, dan menolak yang nonpropriate.

Tingkahlaku yang bukan otonomi fungsional. Namun, tidak semua tingkah laku dapat
dijelaskan dengan menggunakan konsep otonomi fungsional. Ada delapan jenis
tingkah laku yang tidak berada di bawah kendali motif otonomi fungsional, yaitu :

1. Tingkah laku yang berasal dari dorongan biologis, seperti makan, minum, tidur,
bernafas ;
2. Refleks-mengedip, seperti mengedip, mengangkat lutut, proses pencernaan ;
3. Peralatan Konstitusi-kecerdasan, seperti kecerdasan, bentuk tubuh, temperamen,
kesehatan ;
4. Habit ; beberapa habit termasuk otonomi fungsional, lainnya tidak ada motivasi
sama sekali ;
5. Tingkah laku yang tergantung pada penguat primer ;
6. Motif yang terkait langsung dengan usaha mereduksi dorongan dasar ;
7. Tingkah laku non produktif, seperti kompulsi, fiksasi, regresi ;
8. Sublimasi - kalau motif yang asli disublimasikan ke motif yang lain ;

Hubungan Antara Otonomi Fungsional Dengan Motivasi Masa Lalu

Proprium tempat beradanya motivasi dan otonomi fungsional adalah fenomena yang
berkembang sehingga mengesankan motivasi juga berhubungan dengan masa lalu.
Proprium sendiri agar terus berkembang, berusaha memperoleh kekuatan motivasi
yang berakar pada masa kini dan masa yang akan datang, dan membuang motivasi
masa lalu. Pada kebanyakan orang dewasa motifnya tidak lagi berhubungan secara
fungsional dengan akar historis motif itu. Karena itulah Allport mengukur kemasakan
dari seberapa jauh motivasi seseorang menjadi otonom ( dari pengaruh motivasi masa
lalu).

Motivasi Sadar dan Taksadar

Allport menekankan pentingnya motivasi sadar, lebih dari pakar kepribadian lainnya.
Orang dewasa yang sehat umumnya sadar terhadap apa yang mereka kerjakan dan
alasan mengapa mereka melakukannya. Menurutnya hampir semua tingkah laku
simptomatik itu terjadi melalui pengulangan otomatis, biasanya menyalahkan diri
sendiri , dan di motivasi oleh kecenderungan tak sadar. Tingkah laku semacam itu
berasal dari masa kanak-kanak dan menjadi tingkah laku kekanak-kanakan pada usia
dewasa. Individu yang sehat, kesadarannya mengontrol tingkah lakunya. Tingkah
laku yang normal itu fungsional otonom dan dimotivasi melalui proses sadar, terpisah
dari motivasi tak sadar sekaligus memilki pemicu tingkah laku sendiri

4. Perkembangan Kepribadian Allport berpendapat bahwa ada perubahan signifikan


antara anak-anak dengan orang dewasa. Allport menawarkan dua teori terpisah
mengenai kepribadian: pertama adalah teori motivasi model sederhana, biologik,
peredaan ketegangan, cocok untuk menjelaskan tingkah laku bayi. Keuda adalah
model yang lebih kompleks, dibutuhkan untuk menjelaskan tingkah lakunorang
dewasa. Di suatu tempat (waktu) antara bayi dan dewasa ada transformasi lengkap,
walaupun tidak dengan tiba-tiba. Orang dewasa yang masak dan sehat secara
kualitatif berbeda dengan bayi; alasan tingkahlaku orang dewasa berbeda total
dengan alasan tingkah laku bayi.
a. Perkembangan Masa Bayi, Allport memandang bayi yang baru lahir sebagai
makhluk hereditas, primitive drive, dan reflex behavior. Bayi tidak memiliki
kepribadian. Bayi membawa potensi tertentu, seperti fisik, dan temperamen,
tetapi pemenuhan potensi ini menunggu pertumbuhan dan maturasi. Bayi dapat
memberi respon spesifik dalam bentuk refleks, sepeti mengisap dan menelan.
Menurut Allport sumber motivasi tingksh lsku bayi adalah arus aktivitas yang
mengatur bayi untuk bereaksi. Sesuai dengan tingkap perkembangan bayi,
motivasinya lebih sarat dengan warna biologis,tegangan yang menuntut
kepuasan dan menghindar dari rasa sakit.
b. Perkembangan Masa Dewasa, Penentu utama tingkah laku dewasa yang
masak adalah seperangkat sifat (trait) yang terorganizir dan seimbang, yang
mengawali dan membimbing tingkah laku sesuai dengan prinsip otonomi
fungsional. Pada usia dewasa memperoleh kekuatan motifnya dari sumber
kekinian. Masa lalu tidak penting, kecuali hal itu tampak dalam dinamik
aktivitas masa kini.
c. Kualitas Kepribadian yang Masak, Tidak semua orang dewasa mencapai
maturitas sepenuhnya. Orang-orang yang mengalami gangguan melakukan
perbuatan tanpa tahu mengapa perbuatan itu dilakukan, tingkah laku mereka
lebih dekat hubungannya dengan peristiwa anak-anak alih-alih peristiwa masa
kini atau masa yang akan datang. Tingkat seberapa besar fikiran dan keinginan
sadar mengambil alih motivasi tak sadar, dan tingkat seberapa jauh trait bebas
dari asalnya yang kekanak-kanakan, adalah ukuran kenormalan dan kemaskan
seseorang.
(1) Studi dokumen pribadi adalah strategi idiografik untuk mengukur unitas,
keunikan, .dan konsistensi dari individu.
(2) Pendekatan kasus-tunggal memperlakukan penelitian kepribadian sebagai
usaha untuk memahami secara utuh organisme dari sisi pandangan subjektif
atau fenomenal. Dampaknya, pendekatan kasus-tunggal memechkan
kekacauan kepribadian dengan memakai pemecahan orang itu sendiri.

Psikoterapi. Bagi Allport, pribadi yang sehat dan masak adalah orang yang
terus menerus dalam kondisi perubahan (becoming), sedang pribadi yang tidak
sehat dan tidak masak adalah mereka yang perkembangannya mandeg. Allport
setuju dengan Freud bahwa perkembangan individu dapat terpenjara sebagai
akibat kesalahan hubungan dengan orang tua, khususnya dengan ibunya pada
awal masa kanak-kanak. Semua orang membutuhkan keamanan dan
perlindungan, dan kekurangan cinta dan kasih sayang dapat berdampak buruk
dan berjangka lama terhadap pertumbuhan. Untuk mengatasi kekurangan itu,
Allport berpendapat orang harus dapat merasa “diterima dan dikehendaki oleh
terapis, keluarga dan masyarakatnya.” Orang harus merasa dicintai dan belajar
mencintai. Menurutnya bentuk terbaik dari terapi adalah memberi cinta dan
menerima cinta.

Tetapi itu hanya satu sisi dari gambaran manusia.ada banyak orang yang
memiliki latar belakang rasa aman dan cinta ternyata belakangan menjadi
neurotik. Walaupun latar belakang keamanan dan cintamembuat mereka bebas
berkembang, masalah lain muncul merusak. Orang mendapat tekanan untuk
menyesuaikan diri dengan masyarakat normal, dan sering penyesuaian itu
menghalangi pertumbuhan yang positif. Ini terjadi karena masyarakat sendiri
sedang sakit. Kondisi masyarakat yang penuh ketidakadilan, hipokrit
(munafik), perang, perbedaan kelas sosial, adalah potensial berbenturan dengan
aspirasi pribadi. Dampaknya bisa muncul pembatasan perluasan diri, gambaran
diri yang menyimpang, lumpuhnya usaha menjadi propriate, dan sikap tidak
toleran kepada kelompok lain. Tugas terapis menurut Allport adalah membantu
mereka menyadari sumber-sumber yang melencengkan tujuan hidupnya, dan
membantu mereka mencapai kemasakan dan kesejahteraan.

C. Kritik
Banyak pakar yang menganggap Allport sebagai bapak psikologi kepribadian di
Amerika, melalui bukunya yang terbit tahun 1973, dia menempatkan kepribadian dalam
peta psikologi. Namun konsep Allport mengenai disiplin psikologi kepribadian sejak
awal sudah kontroversial. Dia menekankan pentingnya pengorganisasian sebagai
pembentuk kepribadian. Dia meyakinkan bahwa kepribadian itu sangat kompleks dan
tidak dapat dipelajari sepotong-sepotong.
Teori Allport tidak banyak merangsang penelitian psikologi. Mungkin karena
pendekatan morfogonik yang kurang disukai psikologi kontemporer yang lebih
kuantitatif dalam penentun responden (jumlahnya banyak) dan dalam melakukan analisis
(memakai jargon statistik). Di samping itu teori Allport sukar diterjemahkan kedalam
batasan operasional, lebih-lebih kalau penelitian akan dilakukan di seting laboratorium.
Konsep keunikan juga banyak dikritik karena pendekatan ilmiah selalu berisi keunikan
dan keumuman. Tidak mungkin dapat memahami seseorang kalau tidak memiliki
kerangka pandang yang bersifat umum. Banyak juga ahli psikologi kepribadian yang
tidak dapat menerima pemisahan antara anak dengan orang dewasa, antara hewan dan
manusia, dan antara normal dengan abnormal. Mereka lebih memandang kedua kutub
yang berbeda itu sebagai suatu kontinum. Akhirnya, Allport juga dikritik cenderung
mengabaikan penentu tingkah laku yang bersifat sosial dan kultural.

Anda mungkin juga menyukai