Anda di halaman 1dari 22

STRATEGI BIMBINGAN DAN KONSELING

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas pada mata kuliah

“Bimbingan dan Konseling”

Dosen Pengampu

AZMI MUSTAQIM, M.A.

Kelompok VII

ADILAH ENDAH PUTRIYANI 211317080

JIHANNITA 211317088

JURUSAN TADRIS ILMU PENGETAHUAN ALAM (IPA) C

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) PONOROGO

MARET 2020
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Bimbingan konseling memiliki kedudukan sebagai salah satu sub
bagian dalam proses pembelajaran. Pelaksanaan bimbingan konseling ini
menjadi salah satu pertimbangan dalam menjalankan proses belajar mengajar.
Bimbingan konseling ini terwujud dalam berbagai layanan yang berkaitan
dengan peserta didik/ konseli. Pelayanan yang diberikan tentunya tidak serta
merta menggunakan cara/ teknik/ strategi yang biasa, tentunya harus
disesuaikan dengan kebutuhan peserta didik.
Penggunaan teknik atau strategi ini, diharapkan atas pertimbangan
beberapa aspek, yaitu kebutuhan dan permasalahan yang dihadapi peserta didik
dalam proses pembelajaram di sekolah. Aspek inilah yang mempengaruhi
seorang guru BK dalam memilih menggunakan strategi bimbingan dan
konseling yang sesuai dengan peserta didiknya. permasalahan yang timbul
tidak cukup diselesaikan dengan melakukan salah satu strategi saja mungkin
bisa lebih bahkan bisa saja harus memilih strategi yang berbeda dari lainnya.
Berdasarkan hal-hal diatas sebagai calon pendidik diharapkan dapat
memahami strategi apa saja yang sesuai dengan perserta didik dalam
melaksanakan bimbingan dan konseling. Sehingga penyusun makalah memilih
judul “Strategi Bimbingan dan konseling” sebagai bahan belajar dalam
memahami berbagai macam startegi yansg dapat digunakan dalam bimbingan
konseling.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas dapat disusun rumusan
masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana pengertian strategi bimbingan dan konseling?
2. Bagaimana pelaksanaan strategi bimbingan konseling dengan konseling
individual?
3. Bagaimana pelaksanaan strategi bimbingan konseling dengan konsultasi?

2
4. Bagaimana pelaksanaan strategi bimbingan konseling dengan bimbingan
kelompok?
5. Bagaimana pelaksanaan strategi bimbingan konseling dengan konseling
kelompok?
6. Bagaimana pelaksanaan strategi bimbingan konseling dengan pengajaran
remidial

C. Tujuan
Berdasarkan latar belakang masalah diatas dapat disusun tujuannya
sebagai berikut:
1. Memahami pengertian strategi imbingan konseling.
2. Memahami pelaksanaan strategi bimbingan konseling dengan konseling
individual.
3. Memahami pelaksanaan strategi bimbingan konseling dengan konsultasi.
4. Memahami pelaksanaan strategi bimbingan konseling dengan bimbingan
kelompok.
5. Memahami pelaksanaan strategi bimbingan konseling dengan konseling
kelompok.
6. Memahami pelaksanaan strategi bimbingan konseling dengan pengajaran
remedial.

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. STRATEGI BIMBINGAN DAN KONSELING

Istilah strategi berasal dari kata benda strategos, merupakan gabungan kata
stratos (militer) dengan ago (memimpin). Sebagai kata kerja, stratego berarti
merencanakan (to plan). Dalam kamus The American Herritage Dictionary (1976:
1273) dikemukakan bahwa “strategy is the science or art of military command as
applied to overall planing and conduct of large-scale combat operation”.
Selanjutnya dikemukakan pula bahwa strategi adalah “the art or skill of using
stratagames (a military manouvre) designed to deceive or suprise an enemy in
politics, business, courtship, or the like”.1

Pada awalnya strategi berarti kegiatan memipin militer dalam menjalankan


tugas-tugasnya di lapangan. Konsep strategi yang semula diterapkan dalam
kemiliteran dan dunia politik (Blicker, 1980), kemudian banyak diterapkan pula
dalam bidang manajemen, dunia usaha, pengadilan, dan pendidikan. Dengan
semakin luasnya penerapan strategi, Mintberg dan Waters (1983) mengemukakan
bahwa strategi adalah pola umum tentang keputusan atau tindakan (strategies are
realized as pattern in streams of decisions or action). Hardy, Langley, dan Rose
dalam Sudjana (1986) mengemukakan “strategy is perceived as a plan or a set of
explisit intention preceeding and and controlling action” (strategi dipahami
sebagai rencana atau kehendak yang mendahului dan mengendalikan kegiatan).2

Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat dikemukakan bahwa strategi


adalah suatu pola yang direncanakan dan ditetapkan secara sengaja untuk
melakukan kegiatan atau tindakan. Strategi mencakup tujuan kegiatan, siapa yang
terlibat dalam kegiatan, isi kegiatan, proses kegiatan, dan sarana penujang

1
Maliki, Bimbingan Konseling di Sekolah Dasar: Suatu Pendekatan Imajinatif (Jakarta: Kencana, 2016),
185.
2
Ibid, 185-186.

4
kegiatan. Strategi yang diterapkan dalam layanan bimbingan dan konseling
disebut strategi layanan dan bimbingan konseling.3

Strategi bimbingan dan konseling dapat berupa konseling individual,


konsultasi, konseling kelompok, bimbingan kelompok, dan pengajaran remedial.

B. KONSELING INDIVIDUAL
Konseling individual adalah proses belajar melalui hubungan khusus secara
pribadi dalam wawancara antara seorang konselor dan seorang konseli (siswa).
Konseli mengalami kesukaran pribadi yang tidak dapat ia pecahkan sendiri,
kemudian ia meminta bantuan konselor sebagai petugas yang profesional dalam
jabatannya dengan pengetahuan, dan keterampilan psikologi. Konseling ditujukan
kepada individu yang normal, yang menghadapi kesukaran dalam masalah
pendidikan, pekerjaan, dan sosial di mana ia tidak dapat memilh atau memutuskan
sendiri. Oleh karena itu, konseng hanya ditujukan kepada individu-individu yang
sudah menyadari kehidupan pribadinya.
Dalam konseling terdapat hubungan yang dinamis dan khusus, karena dalam
interaksi tersebut, konseli merasa diterima dan dimengerti oleh konselor. Dalam
hubungan ini, konselor dapat menerima konseli secara prbadi dan tidak
memberikan penilaian. Konseli merasa ada orang lain yang dapat mengerti
masalah pribadinya dan mau membantu memecahkannya. Konselor dan konseli
saling belajar dalam pengalaman hubungan yang bersifat khusus dan pribadi ini.
Konseling adalah proses belajar yang bertujuan agar konseli (siswa) dapat
mengenal diri sendiri, menerima diri sendiri serta realistis dalam proses
penyesuaian dengan lingkungannya. Suatu hbungan pribadi yang unik dalam
konseling dapat membantu individu (siswa) membuat kepitsan, pemilihan dan
rencana yang bijaksana, serta dapat berkembang dan berperan lebih baik di
lingkungannya.konseling membantu konseli untuk mengerti diri sendiri,

3
Ibid, 186.

5
mengeksplorasi dirisendiri, dan dapat memimpin diri sendiri dalam suatu
masyarakat.
Dalam konseling diharapkan konseli dapat mengubah sikap, keputusan diri
sendiri sehingga ia dapat lebih baik menyesuaikan diri dengan lingkungannga dan
memberikan kesejahteraan pada diri sendiri dan masyarakat sekitarnya.pemilihan
dan penyesuaian yang tepat dapat memberikan perkembangan yang optimal
kepada individu dan dengan perkembangan ini individu dapat lebih baik
menyumbangkan dirinya atau ambil bagian yang lebih baik dalam lingkungannya.
Konseling bertujuan membantu individu untuk memecahkan masalah-masalah
pribadi, baik sosial maupun emosional, yang dialami saat sekarang dan yang akan
datang.
Konseling bertujuan membantu individu untuk mengadakan interpretasi
fakta-fakta, mendalami arti nilai hidup pribadi, kini dan mendatang. Konseling
memberikan bantuan kepada individu untuk mengembangkan kesehatan mental,
perubahan skap, dan tingkah laku. Konseling menjadi strategi utama dalam proses
bimbingan dan merupakan teknik standar serta merupakan tugas pokok seorang
konselor di Pusat Pendidikan.
Konseling individual dibagi menjadi 3 tahapan yaitu tahap awal konseling,
tahap pertengahan (tahap kerja), dan tahap akhir konseling.
1. Tahap Awal Konseling
Tahap ini terjadi sejak klien bertemu konselor hingga berjalan proses
konseling dan menemukan definisi masalah klien. Tahap awal ini disebut
juga dengan istilah introduction, invitation, and environmental support4.
Adapun yang dilakukan oleh konselor dalam proses konseling tahap awal
itu adalah sebagai berikut.
a. Membangun hubungan konseling dengan melibatkan klien yang
mengalami masalah.
Pada tahap ini konselor berusaha untuk membangun hubungan
dengan cara melibatkan klien dan berdiskusi dengan klien.
Hubungan tersebut dinamakan a working relationship yaitu

4
Michael E. Cavanagh, The Counseling Experience (California: Brooks Cole), 1982, 1-2.

6
hubungan yang berfungsi, bermakna, dan berguna. Keberhasilan
konseling diantaranya sangat ditentukan oleh tahap awal ini. Kunci
keberhasilan tahap ini diantaranya ditentukan oleh keterbukaan
konselor dan keterbukaan klien. Keterbukaan klien untuk
mengungkapkan isi hati, perasaan, dan harapan sehubungan dengan
masalah ini akan sangat bergantung pada kepercayaan klien terhadap
konselor. Konselor hendaknya mampu menunjukkan
kemampuannya utuk dapat dipercaya oleh klien, tidak pura-pura,
asli, mengerti, dan menghargai klien. Pada tahap ini konselor
hendaknya mampu melibatkan klien untuk terus menerus dalam
proses konseling.
b. Memperjelas dan mendefinisikan masalah.
Jika hubungan konseling telah berjalin dengan bai dan klien sudah
melibatkan diri, berarti kerjasama antara konselor dan klien bisa
dilanjutkan dengan mengangkat isu, kepedulian, dan masalah yang
dialami klien. Sering klien tidak begitu mudah menjelaskan
masalahnya, walaupun mungkin dia hanya mengetahui gejala-gejala
masalah yang dialaminya. Klien juga sering tidak mengetahui
potensi yang dia miliki yang dapat digunakan untuk mengatasi
masalah. Tugas konselor adalah membantu mengembangkan potensi
klien sehingga klien dengan kemampuannya itu dapat mengatasi
masalahnya. Untuk mengatasi masalahnya itu terlebih dahulu klien
harus mempu menjelaskan masalahnya tersebut. tugas konselor
adalah membantu menjelaskan masalah yang dialamu kliennya itu.
c. Membuat penjajakan alternatif bantusan untuk mengatasi masalah.
Konselor berusaha menjajaki kemungkinan rancangan bantuan yang
mungkin dilakukan, yaitu dengan membangkitkan semua potensi
klien dan lingkungannya yang tepat untuk mengatasi masalah
kliennya.
d. Menegosiasikan kontrak

7
Kontrak konselor dengan klien mengenai waktu, tempat, tugas, dan
tanggung jawab klien, tujuan konseling dan kerja sama lainnya
dengan pihak-pihak yag akan membantu perlu dilakukan pada tahap
ini. Kontrak itu mengatur kegiatan konseling termasuk kegiatan
konselor dan klien. Ini artinya konsleing adalah kegiatan yang saling
menunjang dan bukan pekerjan konselor saja. Di samping itu pula
dalam kontrak ini konselor mengajak klien dan pihak lain untuk
bekerja sama dalam menyelesaikan masalah kliennya
2. Tahap pertengahan (Tahap Kerja)
Berdasarkan kejelasan maslaah klien yang disepakati pada tahap awal,
kegiatan selanjutnya adalah menfokuskan pada: 1) penjelasan masalah yang
dialami klien, dan 2) bantuan apa yang akan diberikan berdasarkan penilaian
kembali apa-apa yang telah dijelajah tentang masalah klien. Tahap ini dsebut juga
dengan tahap action5.
Menilai kembali masalah klien akan membantu klien memperoleh
pemahaman baru, alternatif baru, yang mungkin berbeda dengan sebelumnya.
Pemahaman ini akan membantu dalam membuat keputusan dan tindakan apa
yang akan digunakan untuk mengatasi masalah tersebut. dengan adanya
pemahaman baru berarti ada dinamika pada diri klien untuk melakukan perubahan
dalam mengatasi masalahnya.
Adapun tujuan pada tahap pertengahan ini sebagai berikut.
a. Menjelajahi dan mengeksplorasi masalah serta kepedulian klien dan
lingkungannya dalam mengatasi masalah tersebut.
Dengan penjelajahan ini, konselor berusaha agar kliennya
mempunyai pemahaman dan alternatif pemecahan baru terhadap masalah
yang dialaminya. Konselor mengadakan peilaian kembali dengan
melibatkan klien dan lingkungannya untuk bersama-sama menilai masalah
yang dialami klien. jika klien bersemangat, berarti klien sudah begtu
terlibat dan terbuka dalam proses konseling.
b. Menjaga agar hubungan konseling selalu terpelihara.

5
Ibid, 7.

8
Hal ini dapat terjadi jika klien merasa senang terlibat dalam proses
konseling dan merasa butuh untuk mengembangkan potensi dirinya dalam
mengatasi masalah yang dialaminya. Kondisi ini juga bisa tercipta jika
konselor berupaya secara kreatif menggunakan berbagai variasi
keterampilan konseling serta melihara keramahan, empati, kejujuran,
keikhlasan, dalam memberikan bantuan konseling. Kreativitas konselor
juga dituntut dengan menggunakan berbagai potensi yang ada pada klien
dan lingkungannya untuk membantu menemukan berbagai laternatif
sebagai upaya untuk menyusun rencana bagi penyelesaian masalah dan
pengembangan diri klien.
c. Proses konseling agar berjalan sesuai kontrak
Kontrak dinegosiasikan agar betul-betul memperlancar proses
konseling. Untuk itu konselor dan klien agar selalu menjaga perjanjin dan
selalu mengingatkan salam pikirannya. Namun demikian untuk
memperlancar proses konseling, konsleor boleh menambah kontrak
lainnya dengan kliennya (fleksibel)

3. Tahap akhir konseling


Cavanagh (1982) menyebutkan tahap ini dengan istilah termination. Pada
tahap ini, konseling ditandai oleh beberapa hal berikut ini.
a. Menurunnya kecemasan klien. Hal ini diketahui setelah konselor
menanyakan keadaan kecemasannya.
b. Adanya perubahan perilaku klien ke arah yang lebih positif, sehat, dan
dinamik.
c. Adanya tujuan hidup yang jelas dimasa yang akan datang dengan program
yang jelas pula.
d. Terjadinya perubahan sikap yang positif terhadap maslaah yang dialaminya,
sapat mengoreksikan diri dan meniadakan sikap yang uska menyalahkan
dunia luar, seperti orang tua, teman, dan keadaan yang tidak
menguntungkan.

9
Tujuan tahap akhir ini adalah memutuskan perubahan sikap dan perilaku
yang tidak bermasaah. Klien dapat melakukan keputusan tersebut karena klien
sejak awal berkomunikasi dengan konsleor dalam memutuskan perubahan sikap
tersebut. adapun tujuan lainnya dari tahap ini adalah:

 Terjadinya transfer of learning pada diri klien


 Melaksanakan perubahan perilsku klien agar mampu mengatasi
masalahnya, dan
 Mengakhiri hubungan konseling

C. KONSULTASI
Peluncuran program bimbingan dapat dilakukan dengan cara melakukan
teknik konsultasi. Konsultasi merupakan salah satu strategi bimbingan yang
penting sebab banyak masalah karena sesuatu hal akan lebih berhasil jika
ditangani secara tidak langsung oleh konselor. Konsultasi dalam pengertian umum
dipandang sebagai nasihat dari seorang yang profesional.
Pengertian konsultasi dalam program bimbingan dipandang sebagai suatu
proses menyediakan bantuan teknis untuk guru, orang tua, administrator, dan
konselor lainnya dalam mengidentifikasi dan memperbaiki masalah yang
membatasi efektivitas peserta didik atau sekolah.
Brown dan teman-temannya telah menegaskan bahwa konsultasi itu bukan
konseling atau psikoterapi sebab konsultasi tidak merupakan layanan yang
langsung ditujukan kepada siswa, tetapi secara tidak langsung melayani siswa
melalui bantuan yang diberikan orang lain. 6
Ada beberapa tujuan konsultasi yaitu:
a. Mengembangkan dan menyempurnakan lingkungan belajar bagi siswa, orang
tua, dan asministrator sekolah;
b. Menyempurnakan komunikasi dengan mengembangkan informasi diantara
orang penting;

6
Maliki, Bimbingan Konseling di Sekolah Dasar: Suatu Pendekatan Imajinatif (Jakarta: Kencana, 2016),
189

10
c. Mengajak bersama pribadi yang memiliki peran dan fungsi yang bermacam-
macam untuk menyempurnakan lingkungan belajar;
d. Memperluas layanan dari para ahli
e. Memperluas layanan pendidikan dari guru dan administrator
f. Membantu orang lain bagaimana belajar tentang perilaku;
g. Menciptakan suatu lingkungan yang berisi semua komponen lingkungan
belajar yang baik;
h. Menggerakkan organisasi yang mandiri.7
Ada lima langkah proses konsultasi yaitu:
i. Menumbuhkan hubungan berdasarkan komunikasi dan perhatian pada konsulti
j. Menentukan diagnisis atas sebuah hipotesis kerja sebagai rencana kegiatan;
k. Mengembangkan motivasi untuk melaksanakan kegiatan
l. Melakukan pemecahan masalah;
m. Melakukan alternatif lain apabila masalah belum terpecahkan.8

D. BIMBINGAN KELOMPOK
Strategi lain dalam meluncurkan layanan bimbingan dan konseling adalah
bimbingan kelompok. Bimbingan kelompok dimaksudkan untuk mencegah
berkembangnya masalah atau kesulitan pada diri konseli (siswa). Isi kegiatan
bimbingan kelompok terdiri atas penyampaian informasi yang berkenaan dengan
masalah pendidikan, pekerjaan, pribadi, dan masalah sosial yang tidak disajikan
dalam bentuk pelajaran.
Penataan bimbingan kelompok pada umumnya berbentuk kelas yang
beranggotakan 20 sampai 30 orang. Informasi yang diberikan dalam bimbingan
kelompok itu terutama dimaksudkan untuk memperbaiaki dan mengembangkan
pemahaman diri dan pemahaman mengenai orang lain, sedangkan perubahan
sikap merupakan tujuan yang tidak langsung. Kegiatan bimbingan kelompok
biasanya dipimpin oleh seorang konselor pendidikan atau guru.

7
Nurihsan, Achmad Juntika, Strategi Layanan Bimbingan dan Konseling, (Bandung: PT Refika
Aditama, 2012), 18.
8
Ibid,18-19.

11
Kegiatan ini banyak menggunakan alat-alat pelajaran seperti cerita-cerit
yang tidak tamat, boneka, dan film. Kadang-kadang dalam pelaksanaanya,
konselor mendatangkan ahli tertentu untuk memberikan ceramah yang bersifat
informatis. Kegiatan bimbingan kelompok pada umumnya menggunakan prinsip
dan proses dinamika kelompok, seperti dalam kegiatan sosiodrama, diskusi panel,
dan teknik lainnya yang berkaitan dengan kegiatan kelompok.
Penyelenggaraan bimbingan kelompok memerlukan persiapan dan praktik
pelaksanaan kegiatan yang memadai, dari langkah awal sampai dengan evaluasi
dan tindak lanjutnya.
1. Langkah Awal
Langkah atau tahap awal diselenggarakan dalam rangka pembentukan
kelompok sampai dengan mengumpulkan para peserta yang melaksanakan
kegiatan kelompok. Langkah awala ini dimulai dengan penjelasan tentang adanya
layanan bimbingan kelompok bagi para siswa, pengertian, tujuan, dan kegunaan
bimbingan kelompok. Setelah penjelasan ini, langkah selanjutnya menghasilkan
kelompok yang langsung merencanakan waktu dan tempat menyelenggarakan
kegiatan bimbingan kelompok.
2. Perencanaan Kegiatan
Perencanaan kegiatan bimbingan kelompok meliputi penetapan:
 Materi layanan;
 Tujuan yang ingin dicapai;
 Sasaran kegiatan;
 Bahan atau sumber bahanuntuk bimbingan kelompok;
 Rencana penialian; dan
 Waktu dan tempat
3. Pelaksanaan Kegiatan
Kegiatan yang telah direncanakan itu selanjutnya dilaksanakan melalui
kegiatan sebagai berikut.
a) Persiapan menyeluruh meliputi persiapan fisik (tempat dan
kelengkapannya); persiapan bahan, persiapan keterampilan, dan
persiapan administrasi.

12
Menegenai persiapan keterampilan, untuk penyelenggaraan bimbingan
kelompok, guru pembimbing diharapkan mampu melaksanakan teknik-
teknik berikut ini.
 Teknik umum, yaitu teknik “Tiga M”: mendengar dengan baik,
memahami secara pebuh, merespon secara tepat dan positif;
dorongan minimal; dan keruntutan.
 Keterampilan memberikan tanggapan: mengenal perasaan
peserta; mengungkapkan perasaan sendiri; dan merefleksikan.
 Keterampilan memberikan pengarahan: memberikan informasi;
memberikan nasihat; bertanya secara langsung dan terbuka;
mempengaruhi dan mengajak; menggunakan contoh pribadi;
memberikan penafsiran; mengkonfrontasikan; mengupas
masalah; dan menyimpulksn. Satu hal lagi yang perlu
dipersiapkan oleh guru pembimbing ialah keterampilan dan
memantapkan asas kerahasiaan kepada seluruh peserta.
b) Pelaksaan tahap-tahap kegiatan
Tahap pertama: Pembentukan
Temanya pengenalan, pelibatan, dan pemasukan diri. Meliputi kegiatan:
 Mengungkapkan pengertian dan tujuan bimbingan kelompok;
 Menjelaskan cara-cara dan asas-asas bimbingan kelompok;
 Saling memperkenalkan dan mengungkapkan diri;
 Teknik khusus; dan
 Permainan penghangatan/ pengakraban.

Tahap kedua: Peralihan

Meliputi kegiatan:

 Menjelaskan kegiatan yang akan ditempuh pada tahap berikutnya;


 Menawarkan atau mengamati apakah para anggota sudah siap
menjalani kegiatan pada tahap selanjutnya;
 Membahas suasana yang terjadi;

13
 Meningkatkan kemampuan keikutsertaan anggota; dan
 Kalau perlu kembali ke beberapa aspek tahap pertama atau tahap
pembentukan.

Tahap ketiga: Kegiatan

Meliputi kegiatan:

 Pemimpin kelompok mengemukakan suatu masalah atau topik;


 Tanya jawab antara anggota dan pemimpin kelompok tentang
hal-hal yang belum jelas yang menyangkut masalah atau topik
yang dikemukakan pemimpin kelompok;
 Anggota membahas maslaha atau topik tersebut secara
mendalam dan tuntas; dan
 Kegiatan selingan.

4. Evaluasi Kegiatan
Penilaian kegiatan bimbingan kelompok difokuskan pada perkembangan
pribadi siswa dan hal-hal yang diraskan mereka berguna. Isi kesan-kesan yang
diungkapkan oleh para peserta merupakan isi penilaian yang sebenarnya.
Penilaian terhadap bimbingan kelompok dapat dilakukan secara tertulis, baik
melalui esai, daftar cek, maupun daftar isian sederhana. Secara tertulis para
peserta diminya mengungkapkan perasaannya, pendapatnya, harapannya, minat
dans ikapnya terhadap berbagai hal, baik yang telah dilakukans elama kegiatan
bimbingan kelompok (isi maupun proses), maupun kemungkinan keterlibatan
mereka untuk kegiatan serupa selanjutnya. Kepada para peserta juga dapat diminta
untuk mengemukakan (baik lisan maupun tertulis) tentang ha-hal yang paling
berharga dan atau kurang mereka senangi selamakegiatan kelompok.
Penialaian terhadap bimbingan kelopok berorientasi pada perkembangan
yaitu mengenali kemajuan atau perkembangan positif yang terjadi pada diri
peserta. Lebih jauh, penilaian terhadapa bimbingan kelompok leih nersifat
penialain “dalam proses” yang dapat dilakuakan melalui:

14
 Mengamati partisipasi dan aktivitas peserta selama kegiatan
berlangsung;
 Mengungkapkan pemahaman peserta atas materi yang dibahas;
 Mengungkapkan kegunaan bimbingan kelompok begi mereka dan
perolehan ereka sebagai hasil dari keikutsertaan mereka;
 Mengungkapkan minat dan sikap mereka tentang kemungkinan
kegiatan lanjutan; dan
 Mengungkapkan kelancaran proses dan suasana penyelenggaraan
bimbingan kelompok.

5. Analisis dan Tindak Lanjut


Hasil penialian kegiatan bimbingan kelompok perlu dianilisis untuk
mengetahui lebih lanjut seluk beluk kemajuan para peserta dan seluk beluk
penyelenggaran bimbingan kelompok. Perlu dikaji apakah hasil-hasil pembahasan
dan atau pemecahan masalah sudah dilakukan sedalam atau setuntas mungkin,
atau sebenarnya maih ada aspek-aspek penting yang belum dijangkau.
Dalam analisis tersebut, satu hal yang menarik adalah analisis tentang
kemungkinan dilanjutkannya pembahasna topik atau masalah yang telah dibahas
sebelumnya. Usaha tindak lanjut mengikuti arah dan hail analasis tersebut di atas.
Tindak lanjut itu dapat dilaksanakan melalui bimbingan kelompok selanjutnya
ataukegiatan dianggap sudah memadai dan selesai sehingga oleh karenanya upaya
tindak lanjut secara tersendiri dianggap tidak diperlukan.

E. KONSELING KELOMPOK
Strategi berikutnya dalam melaksanakan program bimbingan adalah
konseling kelompok. Konsling kelompok merupakan upaya bantuan kepada
peserta didik (siswa) dalam rangka memberikan kemudahan dalam
perkembangkan dan pertumbuhannya. Selain bersifat pencegahan, konseling
kelompok dapat pula bersifat penyembuhan.
Konseling kelompk adalah suatu upaya bantuan kepada peserta didik dalam
suasana kelompok yang bersifat penceghan dan penyembuhan, dan diarahkan

15
kepada pemberian kemudahan dalam rangka perkembangan dan pertumbuhannya.
Konseling kelompok bersifat pecegaha, dalam arti bahwa klien-klien (siswa) yang
bersangkutan mempunyai kemampuan untuk brfungsi secara wajar dalam
masyarakat, tetapi mungkin memiliki suau titik lemah dalam kehdupannya
sehingga mengganggu kelancaran berkomunikasi dengan orang lain. Koseling
kelompok bersifat pemberian kemudahan dalam pertumbuhan dan perkembangan
individu, dalam arti bahwa konseling kelompok itu menyajikan dan memberikan
dorongan kepada individu-individu yang bersangkutan untuk megubah dirinya
selaras dengan minatnya sendiri. Dalam hal ini, individu-individu tersebut
didorong untuk melakukan tidnakan yang selaras dengan kemampuannya
semaksimal mungkin melalui perilaku perwujudan diri.
Konseling kelompok adalah suatu proses antar pribadi yang dinamis yang
terpusat pada pemikiran dan perilaku yang sadar dan melibatkan fungsi-fungsi
terapi seperti sifat permisif, orientasi pada kenyataan, katarsis, saling
mempercayai, saling memperlakukan dengan akrab, saling pengertian, saling
menerimadan saling mendukung. Fungsi-fungsi terapi itu diciptakan dan
dikembangkan dalam suatu kelompok kecil melalui cara saling mempedulikan di
antara para peserta konseling kelompok. Klien-klien dalam konseling kelompok
pada dasarnya adalah individu-individu normal yang memiliki berbagai
kepedulian dan persoalan yang tidak memerlukan perubahan kepribadian dalam
penanganannya. Klien dalam konseling kelompok dapat menggunakan interaksi
dalam kelompok untuk meningkatkan pemahaman dan penerimaan terhadap nilai-
nilai dan tujuan tertentu, untuk mempelajari atau menghilangkan sikap-sikap dan
perilaku tertentu.
Prosedur konseling kelompok sama dengan bimbingan kelompok yaitu
terdiri dari (1) tahap pembentukan; (2) tahap peralihan; (3) tahap kegiatan; (4)
tahap pengakhiran. Tahap pembentukan temanya pengenalan, pelibatan, dan
pemasukan diri. Tahap peralihan temanya pembangunan jembatan antara tahap
pertama dan tahap ketiga. Tahap kegiatan temanya kegiatan pencapaian tujuan.
Tahap pengakhiran temanya penilaian dan tindak lanjut.

16
F. PENGAJARAN REMEDIAL
Pengajaran remedial dapat didefinisikan sebaga upaya guru untuk
menciptakan suatu situasi yang memungkinkan individu atau kelompok siswa
tertentu lebih mampu mengembangkan dirinya seoptimal mungkin sehingga dapat
memenuhi kriteria keberhasilan minimal yang diharapkan, dengan melalui suatu
proses interaksi yang berencana, terorganisasi, terarah, terkoordinasi, terkontrol
dengan lebih memperhatikan taraf kesesuaiannya terhadap keragaman kondisi
objektif individu dan atau kelompok siswa yang bersangkutan serta daya dukung
sarana dan lingkungannya9.
Pengajaran remedial merupakan salah satu tahap kegiatan utama dalam
keseluruhan kerangka pola layanan bimbingan belajar, serta merupakan rangkaian
kegiatan lanjutan logis dari usaha diagnostik kesulitan belajar mengajar. Secara
skematika prosedur remedial tersebut dapat digambarkan sebagai berikut.
1) Diagnostik kesulitan belajar-mengajar.
2) Rekomendasi/ referral.
3) Penelaahaan kembali kasus.
4) Pilihan alternatif tindakan.
5) Layanan konseling.
6) Pelaksanaan pengajaran remedial.
7) Pengukuran kembali hasil belajar-mengajar.
8) Reevaluasi/ rediagnostik.
9) Tugas tambahan.
10) Hasil yang diharapkan.10

Strategi dan teknik pengajaran remedial dapat dilakukan secara preventif,


kuratif, dan pengembangan.tindakan pengajaran remedial dikatakan bersifat
kuratif jika jika dilakukan setelah program PBM utama selesai diselenggarakan.
Pendekatan preventif ditujukan kepada siswa tertentu yang diperkirakan akan
mengalami hambatan terhadap pelajaran yang akan ditempuhnya. Pendekatan

9
Abin Syamsuddin Makmun, Psikologi Kependidikan, Perangkat Sistem. (Bandung: Rosdakarya, 1998),
228.
10
Nurihsan, Achmad Juntika, Strategi Layanan Bimbingan dan Konseling (Bandung: PT Refika
Aditama, 2012), 23.

17
pengembangan merupakan tindak lanjut dari upaya diagnostik yang dilakukan
guru selama berlangsung program PBM.11

Selain dengan pengajaran remedial, bimbingan belajar juga dapat dilakukan


oleh guru selama mengajar. Keberhasilan belajar siswa akan lebih memadai
apabila wali kelas/ guru menerapkan peran bimbingan waktu mengajar12.
Penerapan peran bimbingan waktu mengajar yang dilakukan oleh guru untuk
memfasilitasi perkembangan kepribadian siswa, serta upaya bimbingan lain dalam
bentuk membimbing siswa menentukan tujuan yang hendak dicapainya,
membimbing siswa dalam mencapai tujuan itu sendiri, dan membimbing siswa
dalam menilai keberhasilannya dalam mencapai tujuan itu.13

Dalam melaksanakan peranan bimbingannya, baik secara umum maupun


dalam proses belajar-mengajar, guru sering mengeluh karena tugasnya selalu
melimpah. Sebenarnya apabila wali kelas/ guru lebih memperhatikan siswa dan
bukan hanya memperhatikan pelajarannya, guru itu akan menemukan bahwa
proses belajar itu lebih penting dari pada bahan pelajaran yang diberikannya. Guru
akan lebih efektif, apabila memberikan perhatian yang, lebih besar kepada proses
belajar dan proses perkembangan siswanya.

Selanjutnya, apabila hal tersebut telah disadari oleh guru, maka dia akan
menyadari pula betapa pentingnya pelayanan bimbingan bagi siswa yang sedang
belajar. Guru akan menemukan bahwa pendekatan bimbingan akan meningkatlan
efektivitas mengajar.

Kegiatan bimbingan yang dilakukan guru dalam proses belajar-mengajar,


secara umum dapat dikelompokkan menjadi:

a) Mengenal dan memahami siswa secara mendalam;


b) Memperlakukan siswa berdasarkan perbedaan individual;
c) Memperlakukan siswa secara manusiawi;

11
Ibid, 23.
12
Rohman Natawidjaja, Peranan Guru dalam Pendidikan di Sekolah, (Bandung: CV Abardin, 1988), 43.
13
Ibid, 24.

18
d) Memberi kemudahan kepada siswa untuk mengembangkan diri secara
optimal; dan
e) Memelihara suasana kelas supaya tetap menyenangkan bagi siswa.14

Berkaitan dengan bahasan di atas, maka fenomena perilaku guru dalam


proses belajar-mengajar yang bernuansa bimbingan dapat diperinci sebagai
berikut:

1) Mengembangkan iklim kelas yang bebas dari ketegangan dan berupaya


menciptakan suasana yang membantu perkembangan siswa.
2) Memberikan pengarahan atau orientasi dalamrangka belajar yang efektif,
baik secara khusus dalam bidang studi yang diajarkannya, maupun secara
umum dalam keseluruhan sekolah.
3) Mempelajari dan menelaah siswa untuk menemukan kekuatan, kelemahan,
kebiasaan, dan kesulitan yang dihadapinya, terutama dalam hubungannya
dengan bidang studi yang dikerjakannya. Dalam hal ini, guru merupakan
orang yang utama dan pertama yang dapat memberikan informasi kepada
siapa pun yang memerlukannya.
4) Konseling tak resmi kepada siswa yang menghadapi kesulitan tertentu,
terutama dalam hubungannya dengan bidang studi yang diajarkannya.
5) Menyajikan informasi tentang masalah pendidikan dan jabatan/ karir.
6) Mendorong dan meningkatkan pertumbuhan pribadi dan sosial siswa.
Dengan pergaulan yang longgar dan sering bertemu dalam kesempatan
belajar, guru dapat membantu siswa dalam mengembangkan pribadi serta
hubungan sosial yang memadai.
7) Melakukan pelayanan rujukan (referal) apabila guru mendapatkan siswa
yang memiliki kesulitan yang tidak dapat dipecahkan olehnya sendiri, dan
tidak dapat pula dipecahkan dalam lingkungan sekolahnya. Dalam hal ini,
guru dapat menunjukkan tempat untuk mendapatkan bantuan yang tepat
kepada siswa yang bersangkutan.
8) Melaksanakan bimbingan kelompom di kelas.

14
Ibid, 24.

19
9) Memperlakukan siswa sebagai individu yang mempunyai harga diri, dengan
memahami kekurangan, kelebihan, dan masalah-masalahnya.
10) Melengkapi rencana-rencana yang telah dirumuskan oleh siswa bersama-
sama dengan wali kelas/ konselor.
11) Menyelenggarakan perkuliahan sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan
siswa.
12) Membimbing setiap siswa untuk mengambangkan kebiasaan belajar dengan
baik.
13) Meniali hasil belajar siswa secara menyeluruh dan berkesinambungan.
14) Melakukan perbaikan perkuliahan bagi siswa yang memerlukannya.
15) Mempersiapkan informasi yang diperlukan untuk dijadikan masukan dalam
pembicaraan kasus yang berhubungan dengan bidang studi yang diajarkan.
16) Bekerja sama dengan wali kelas/ konselor dan tenaga pendidikan lainnya
dalam memberikan bantuan yang dibutuhkan oleh siswa dengan
memperhatikan kebijakan dan prosedur bimbingan di lembaga tersebut.15

15
Ibid, 25.

20
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Strategi adalah suatu pola yang direncanakan dan ditetapkan secara sengaja
untuk melakukan kegiatan atau tindakan. Strategi yang diterapkan dalam layanan
bimbingan dan konseling disebut strategi layanan dan bimbingan konseling.
Strategi bimbingan dan konseling dapat berupa konseling individual, konsultasi,
konseling kelompok, bimbingan kelompok, dan pengajaran remedial.

Konseling individual adalah proses belajar melalui hubungan khusus secara


pribadi dalam wawancara antara seorang konselor dan seorang konseli (siswa).
Konsultasi dalam program bimbingan dipandang sebagai suatu proses
menyediakan bantuan teknis untuk guru, orang tua, administrator, dan konselor
lainnya dalam mengidentifikasi dan memperbaiki masalah yang membatasi
efektivitas peserta didik atau sekolah.
Strategi lain dalam meluncurkan layanan bimbingan dan konseling adalah
bimbingan kelompok. Bimbingan kelompok dimaksudkan untuk mencegah
berkembangnya masalah atau kesulitan pada diri konseli (siswa). Dan terakhir
pengajaran remedial. Pengajaran remedial dapat didefinisikan sebaga upaya guru
untuk menciptakan suatu situasi yang memungkinkan individu atau kelompok
siswa tertentu lebih mampu mengembangkan dirinya seoptimal mungkin sehingga
dapat memenuhi kriteria keberhasilan minimal yang diharapkan.

B. SARAN

Demikianlah makalah bimbingan dan konseling ini kami susun, semoga


pembahasan kami mengenai “Strategi Bimbingan dan Konseling” memberikan
manfaat bagi para pembaca. Adapun mengenai penulisan makalah ini, masih
terdapat banyak kekurangan, sehingga kami mengharap adanya kritik yang
membangun dari para pembaca.

21
DAFTAR PUSTAKA

Cavanagh, Michael E. 1982. The Counseling Experience. California: Brooks


Cole.
Makmun, Abin Syamsuddin . 1998. Psikologi Kependidikan, Perangkat Sistem.
Bandung: Rosdakarya.
Maliki. 2016. Bimbingan Konseling di Sekolah Dasar: Suatu Pendekatan
Imajinatif. Jakarta: Kencana.

Mulawarman, Eem Munawaroh. 2016. Psikologi Konseling. UNNES.

Natawidjaja, Rohman. 1988. Peranan Guru dalam Pendidikan di Sekolah.


Bandung: CV Abardin.
Nurihsan, Achmad Juntika. 2012. Strategi Layanan Bimbingan dan Konseling.
Bandung: PT Refika Aditama.

22

Anda mungkin juga menyukai