Dari segi materi pendidikan Islam terdiri dari pendidikan tauhid atau
keimanan, akhlak, ibadah, kesehatan, dan lain sebagainya.
2 Samsul Nizar., Sejarah Pendidikan Islam, (Jakarta: Kencana Prenada Media Grup, 2007), Hal. 45.
2. Masa Umar bin Khatab (13-23 H: 634-644 M)
Sesuai dengan kedudukan manusia sebagai makhluk yang mulia,
pikiran perasaan dan kemampuan berbuat merupakan komponen dari
kemuliaan' dan kesempurnaan yang melengkapi ciptaan (kejadian)
manusia
Pada masa khalifah Umar bin Khatab, mata pelajaran yang diberikan
adalah membaca dan menulis al-Qur'an dan menghafalnya serta belajar
pokok pokok agama Islam. Pendidikan pada masa Umar bin Khatab ini
lebih maju dibandingkan dengan sebelumnya. Pada masa ini tuntutan
untuk belajar bahasa Arab juga sudah mulai tampak, orang yang baru
masuk Islam dari daerah yang ditaklukkan hams belajar bahasa Arab, jika
ingin beiajar dan memahami pengetahuan Islam. Oleh karena itu, pada
masa ini sudah terdapat pengajaran bahasa Arab.
Nama lengkapnya adalah Usman ibn Abil Ash ibn Umaiyah. Beliau
masuk Islam atas seruan Abu Bakar Siddiq. Usman bin Affan adalah
3 Ibid.46-47
termasuk saudagar besar dan kaya dan sangat pemurah menafkahkan
kekayaannya untuk kepentingan umat Islam. Usman diangkat menjadi
khalifah hasil dari pemilihan panitia enam yang ditunjuk oleh khalifah
Umar bin Khatab menjeiang beliau akan meninggal. Panitia yang enam
adalah: Usman, Ali bin Abi Thalib, Thalhah, Zubair bin Awwam, Saad bin
Abi Waqash, dan Abdurrahman bin’Auf.
Tugas mendidik dan mengajar umat pada masa Usman bin Affan
diserahkan pada umat itu sendiri, artinya pemerintah tidak mengangkat
guru-guru, dengan demikian para pendidik sendiri melaksanakan tugasnya
hanya dengan mengharapkan keridhaan Allah.
Bahwa pada masa khalifah Usman bin Affan tidak banyak terjadi
perkembangan pendidikan, kalau dibandingkan dengan masa kekhalifahan
Umar bin Khatab, sebab pada masa khalifah Usman urusan pendidikan
diserahkan saja kepada rakyat. Dan apabila dilihat dari segi kondisi
pemerintahan Usman banyak timbul pergolakan dalam masyarakat sebagai
akibat ketidaksenangan mereka terhadap kebijakan Usman yang
mengangkat kerabatnya dalam jabatan pemerintahan. 4
Ali bin Abi Thalib bin Abdul Muthalib adalah putra dari paman
Rasulullah dan suami dari Fatimah anak Rasulullah. Ali bin Abi Thalib
4 Ibid.48-49
diasuh dan dididik oleh Nabi. Ali terkenal sebagai anak yang mula-mula
beriman kepada RaSulullah.
Ali adalah khalifah yang ke empat Setelah Usman bin Affan. Pada
pemerintahannya sudah diguncang Peperangan dengan Aisyah (istri Nabi)
beserta Talhah dan Abdullah bin Zubair karena kesalah pahaman dalam
menyikapi pembunuhan terhadap Usman. Peperangan di antara mereka
disebut Perang Jamal (unta) karena Aisyah menggunakan kendaraan unta.
Setelah berhasil mengatasi pemberontakan Aisyah muncul
pemberontakan lain, sehingga masa kekuasaan khalifah ini tidak Pernah
mendapatkan ketenangan dan kedamaian.
b. Madinah. Sahabat yang terkenal antara lain: Abu Bakar, Usman bin
Affan. Ali bin Abi Thalib, dan sahabat-sahabat lainnya.
c. Basrah. Sahabat yang termasyhur antara lain: Abu Musa al-Asy'ary, dia
adalah seorang ahli fikih dan alQur'an.
5 Ibid.49-50.
bin Jabal, Ubaidah, dan Abu Darda‘. Ketiga sahabat ini mengajar di
Syam pada tempat yang berbeda. Abu Darda’ di Damsyik, Mu'az bin
Jabal di Palestine, dan Ubaidah di Hims Mesir. Sahabat yang mula-
mula mendirikan madrasah dan menjadi guru di Mesir adalah Abdullah
bin Amru bin Ash, ia adalah seorang ahli hadis.
5. Ilmu Hadis
Ketika kaum muslimin telah berusaha memahami Al quran, mereka juga
membutuhkan ucapan-ucapan Nabi yang disebut hadis. lalu munculah usaha
untuk mengumpulkan hadis, menyelidiki asal usulnya, sehingga menjadi satu
ilmu yang berdiri sendiri yang dinamakan ilmu hadis.
6. Ilmu Fiqh
Para penguasa membutuhkan adanya peraturan-peraturan untuk menjadi pedoman
dalam menyelesaikan masalah. Mereka kembali lagi kepada Al quran dan
hadis dan mengeluarkan syariat dan keua sumber tersebut untuk mengatur
pemerintahan dan memimpin rakyat. Al quran adalah dasar fiqh islam, dan
zaman ini ilmu fiqh telah menjadi satu cabang ilmu syariat yang berdiri
sendiri.
7. Ilmu Nahwu
Pada masa Dinasti Umayyah karena wilayahnya berkembang secara luas, khususnya
ke wilayah di luar Arab, maka ilmu nahwu sangat diperlukan. Hal tersebut
karena bertambahnya orang-orang Ajam (non Arab) yang masuk islam,
sehingga keberadaan bahasa Arab sangat dibutuhkan. Oleh karena itu,
dibukukanlah ilmu nahwu dan berkembanglah satu cabang ilmu yang penting
untuk mempelajari berbagai ilmu agama islam.
8. Ilmu Jughrafi dan Tarikh
Adanya pengembangan dakwah islam ke daerah-daerah baru yang luas dan jauh
menimbulkan gairah untuk mengarang ilmu jughrafi (ilmu bumi atau geografi)
serta ilmu tarikh.
9. Usaha Penerjemahan
Pada masa Dinasti Ummayah dimulai penerjemahan buku-buku ilmu pengetahuan
dari baha-bahasa lain ke dalam bahasa Arab. Akan tetapi gerakan
penerjemahan ini baru berkembang secara pesat pada zaman Dinasti
Abbasiyah.