Disusun Untuk Memenuhi Stase Keperawatan Dasar Profesi Ners
Disusun Oleh :
Afny Lutfi Hidayah
14901211233
PROGRAM STUDI PROFESI NERS PROGRAM PROFESI
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS KUSUMA HUSADA SURAKARTA
2021/2022 LAPORAN PENDAHULUAN
KEBUTUHAN RASA AMAN NYAMAN (NYERI)
A. Konsep Gangguan Kebutuhan Dasar
1. Pengertian Nyeri Nyeri adalah suatu kondisi yang mempengaruhi seseorang dan ekstensi yang diketahui apabila seseorang pernah mengalaminya. Perasaan yang tidak menyenangkan dan pengalaman emosional yang muncul secara aktual atau menggambarkan adanya kerusakan. Serangan yang terjadi secara pelan atau tiba-tiba intensitasnya dari ringan sampai berat yang dapat diantisipasi dengan akhir dapat diprediksi dengan durasi kurang dari 6 bulan (Asosiasi Studi Nyeri Internasional): awitan yang tiba-tiba atau lambat dari intensitas ringan hingga berat yang dapat diantisipasi atau di prediksi (NANDA, 2015). Nyeri kronis yaitu serangan yang lambat dari intesitas ringan hingga berat yang dapat diantisipasi atau diprediksi yang berlangsung > 3 bulan (NANDA, 2012). Nyeri adalah pengalaman sensori dan pengalaman emosional yang tidak menyenangkan berkaitan dengan kerusakan jaringan yang aktual atau potensial yang dirasakan dalam kejadian dimana terjadi kerusakan jaringan tubuh (Wahyudi & Abd. Wahid, 2016). Berdasarkan beberapa definisi diatas, dapat disimpulkan nyeri adalah pengalaman emosional yang tidak menyenangkan, presepsi nyeri seseorang sangat ditentukan oleh pengalaman dan status emosionalnya. Presepsi nyeri bersifat sangat pribadi dan subjektif. Oleh karena itu, suatu rangsang yang sama dapat dirasakan berbeda oleh dua orang yang berbeda bahkan suatu rangsang yang sama dapat dirasakan berbeda oleh satu orang karena keadaan emosionalnya yang berbeda. 2. Anatomi Sumber : Wahyudi & Abd. Wahid, 2016
Informasi Ekstroseptif meliputi:
a. Sakit b. Temperatur c. Tekanan d. Sentuhan Informasi propioseptif meliputi : a. Keadaan otot sadar/lurik b. Keadaan ligamentum c. Keadaan sendi Untuk dapat mencapai pusat sadar maka semua informasi sensorik harus melewati 3 neuron : 1. Neuron orde pertama : terletak pada ganglion radix posterior s.ganglion spinale dimana dendrite dari sel saraf tersebut datang dari perseptor, sedangkan axon-nya pergi memasuki spinalis untuk bersinapsis pada neuron orde kedua. 2. Neuron orde kedua : pada cornu posterius medulla spinalis, axon-nya dapat menyilang garis tengah atau langsung dalam columna lateralis pada sisi yang sama,selanjutnya dari medulla spinalis naik ke atas untuk bersinapsis pada neuron orde ketiga. 3. Neuron orde ketiga : pada thalamus, axon-nya akan menuju pusat sensorik sadar pada gyrus postcentralis. 3. Fisiologi Nyeri Menurut (Wahyudi & Abd. Wahid, 2016), terdapat tiga komponen fisiologis dalam nyeri yaitu resepsi, presepsi, dan relaksi. Stimulus penghasil nyeri mengirimkan impuls melalui serabut saraf perifer. Serabut nyeri memasuki medula spinalis dan menjalani salah satu dari beberapa rute saraf dan akhirnya sampai di dalam masa berwarna abu-abu di medula spinalis. Terdapat pesan nyeri dapat berinteraksi dengan sel-sel saraf inhibitor, mencegah stimulus nyeri sehingga tidak mencapai otak atau ditransmisi tanpa hambatan ke korteks serebral, maka otak menginterpretasi kualitas nyeri dan memproses informasi tentang pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki serta asosiasi kebudayaan dalam upaya mempersiapkan nyeri. 4. Etiologi Dalam buku Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (PPNI, 2016) penyebab Gangguan Rasa Nyaman adalah : a. Gejala penyakit. b. Kurang pengendalian situasional atau lingkungan. c. Ketidakadekuatan sumber daya (misalnya dukungan finansial, sosial dan pengetahuan). d. Kurangnya privasi. e. Gangguan stimulasi lingkungan. f. Efek samping terapi (misalnya, medikasi, radiasi dan kemoterapi). g. Gangguan adaptasi kehamilan. 5. Faktor-faktor yang mempengaruhi Menurut (Wahyudi & Abd.Wahid, 2016), faktor-faktor yang mempengaruhi nyeri yaitu : a. Usia Usia merupakan variabel penting yang mempengaruhi nyeri, khususnya pada anak-anak dan lansia. Anak kecil mempunyai kesulitan memahami nyeri dan prosedur yang dilakukan perawat yang menyebabkan nyeri. Anak-anak juga mengalami kesulitan secara verbal dalam mengungkapkan dan mengekspresikan nyeri. Sedangkan pasien yang berusia lanjut, memiliki risiko tinggi mengalami situasi yang membuat mereka merasakan nyeri akibat adanya komplikasi penyakit dan degeneratif. b. Jenis Kelamin Beberapa kebudayaan yang mempengaruhi jenis kelamin misalnya menganggap bahwa seorang anak laki-laki harus berani dan tidak boleh menangis, sedangkan anak perempuan boleh menangis dalam situasi yang sama. Namun secara umum, pria dan wanita tidak berbeda secara bermakna dalam berespons terhadap nyeri. c. Kebudayaan Beberapa kebudayaan yakin bahwa memperlihatkan nyeri adalah suatu yang alamiah. Kebudayaan lain cenderung untuk melatih perilaku yang tertutup (introvert). Sosialisasi budaya menentukan perilaku psikologis seseorang. Dengan demikian hal ini dapat mempengaruhi pengeluaran fisiologis opial endogen sehingga terjadilah presepsi nyeri. d. Perhatian Tingkat seorang pasien memfokuskan perhatiannya pada nyeri dapat mempengaruhi presepsi nyeri. Perhatian yang meningkat dihubungkan dengan nyeri yang meningkat sedangkan upaya pengalihan (distraksi) dihubungkan dengan respons nyeri yang menurun. e. Makna nyeri Individu akan mempresepsikan nyeri berbeda-beda apabila nyeri tersebut memberi kesan ancaman, suatu kehilangan, hukuman, dan tantangan. Makna nyeri mempengaruhi pengalaman nyeri dan cara seseorang beradaptasi terhadap nyeri. f. Ansietas Ansietas seringkali meningkatkan presepsi nyeri tetapi nyeri juga dapat menimbulkan suatu perasaan ansietas. Apabila rasa cemas tidak mendapat perhatian dapat menimbulkan suatu masalah penatalaksanaan nyeri yang serius. g. Gaya Koping Individu yang memiliki lokus kendali internal mempresepsikan diri mereka sebagai individu yang dapat mengendalikan lingkungan mereka dan hasil akhir suatu peristiwa seperti nyeri. Sebaliknya, individu yang memiliki lokus kendali eksternal mempresepsikan faktor lain di dalam lingkungan mereka seperti perawat sebagai individu yang bertanggung jawab terhadap hasil akhir suatu peristiwa. h. Keletihan Rasa keletihan menyebabkan sensasi nyeri semakin intensif dan menurunkan kemampuan koping sehingga meningkatkan prespsi nyeri. i. Pengalaman Sebelumnya Setiap individu belajar dari pengalaman nyeri sebelumnya namun tidak selalu berarti bahwa individu tersebut akan menerima nyeri dengan lebih mudah di masa datang. j. Dukungan Keluarga dan Sosial Kehadiran orang-orang terdekat dan bagaimana sikap mereka terhadap klien dapat memengaruhi respons nyeri. Pasien dengan nyeri memerlukan dukungan, bantuan dan perlindungan walaupun nyeri tetap dirasakan namun kehadiran orang yang dicintai akan meminimalkan kesepian dan ketakutan (Wahyudi & Abd.Wahid, 2016). 6. Batasan Karakteristik Menurut (PPNI,2016) batasan karakteristik gangguan rasa anyaman dibagi menjadi 2, yaitu : a. Gejala dan tanda mayor Data subjektif : 1) Mengeluh tidak nyaman 2) Mengeluh mual 3) Mengeluh ingin muntah 4) Tidak berminat makan Data objektif: (tidak tersedia) b. Gejala dan tanda minor Data subjektif: 1) Merasa asam di mulut 2) Sensasi panas/dingin 3) Serigmenelan Data objektif : 1) Saliva meningkat 2) Pucat 3) Diaphoresis 4) Takikardi 5) Pupil dilatasi 7. Diagnosa Keperawatan Menurut SDKI, 2017 : a. Nyeri akut b.d agen cedera fisik (D.0077) b. Gangguan pola tidur b.d kurangnya kontrol tidur (D.0055) 8. Intervensi Keperawatan Menurut SIKI, 2017 : a. Nyeri akut 1) Manajemen nyeri (I.08238) O: - Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, intensitas nyeri. - Identifikasi skala nyeri T: - Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri - Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri - Fasilitasi istirahat tidur E: - Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri - Jelaskan strategi meredakan nyeri - Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri - Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri K: - Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu b. Gangguan Pola Tidur 1) Dukungan Tidur (I. 05174) O: - Identifikasi aktivitas dan tidur - Identifikasi pengganggu tidur - Identifikasi makanan dan minuman yang mengganggu tidur T: - Modifikasi lingkungan - Batasi waktu tidur siang, jika perlu - Tetapkan jadwal tidur rutin E: - Jelaskan pentingnya tidur cukup selama sakit - Anjurkan menepati kebiasaan waktu tidur - Anjurkan menghindari makanan/minuman yang mengganggu tidur - Ajarkan relaksasi otot autogenik atau cara nonfarmakologi lainnya. 9. Daftar Pustaka Kasiati & Rosmalawati. (2016). Kebuthuan Dasar Manusia I. Modul Bahan Cetak Keperawatan. Jakarta Rohmah, N., & Walid, S. (2012). Proses Keperawatan Teori & Aplikasi. Yogyakarta: AR-Ruz Media Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia Definisi dan Indikator Diagnostik. Jakarta: Dewan Pengurus PPNI Wahyudi, Andri Setiya dan Abd. Wahid. (2016). Buku Ajar Ilmu Keperawatan Dasar. Jakarta: Mitra Wacana Media