Anda di halaman 1dari 5

Freies Ermessen

Bayu Budi Wijaya1


1
Fakultas Hukum Universitas Bengkulu
E-mail: bayubudiwijaya@gmail.com

ABSTRAK

Freies Ermessen adalah membuat peraturan tentang hal-hal yang belum ada pengaturannya, atau
mengimplementasikan peraturan yang ada sesuai dengan kenyataan. Pencakupan demikian
disebut discretionary power.Untuk melaksanakan tugas menyelenggarakan kesejahteraan
umum, pemerintah diberi juga freies Ermessen yaitu kewenangan yang sah untuk turut campur
dalam kegiatan melaksanakan tugas-tugas menyelenggarakan kepentingan umum. Meskipun
terdapat peluang melaksanakan tugas pemerintahan secara bebasss tanpa terikat sepenuhnya
pada undang-undang, namun dalam kerangka Negara hukum harus dipahami bahwa unsure-
unsur freies Ermessen dalam Negara adalah ditujukan untuk menjalankan tugas-tugas servis
public,sebagai sikap tindak yang aktif dari administrrasi Negara,sikap tindak itu dimungkinkan
oleh hukum,sikap tindak itu diambil atas inisiatif sendiri dan sikap tindak itu dimaksudkan
untuk menyelesaikan persoalan-persoalan penting yang timbul secara tiba-tiba.

Kata kunci : Peraturan,kewenangan dan pemerintahan.

Freies Ermessen is making regulations about things that have not been regulated, or
implementing existing regulations in accordance with reality. Such coverage is called
discretionary power. To carry out the task of administering public welfare, the government is
also given freies Ermessen, namely the legal authority to intervene in activities carrying out
tasks in the public interest. Although there is an opportunity to carry out government duties
freely without being fully bound by the law, within the framework of the rule of law it must be
understood that the freies Ermessen elements in the State are aimed at carrying out public
service tasks, as an active attitude of the State administration, The attitude of action is allowed
by law, the attitude of action is taken on its own initiative and the attitude of action is intended
to solve important problems that arise suddenly.

Keywords: Regulation, authority and government.

Pendahuluan masyarakat dan memberikan pelayanan yang


sebaik-baiknya kepada warga
Istilah diskresi dapat kita temukan dalam
masyarakat.Diskresi merupakan keputusan
Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2014
dan/atau tindakan yang ditetapkan dan/atau
tentang Administrasi Pemerintahan
dilakukan oleh pejabat pemerintahan untuk
(“UU 30/2014)”. Berdasarkan informasi
mengatasi persoalan konkret yang dihadapi
kehadiran UU yang terdiri atas 89 pasal ini
dalam penyelenggaraan pemerintahan dalam
dimaksudkan untuk menciptakan tertib
hal peraturan perundang-undangan yang
penyelenggaraan administrasi pemerintahan,
memberikan pilihan, tidak mengatur, tidak
menciptakan kepastian hukum, 1 mencegah
lengkap atau tidak jelas, dan/atau adanya
terjadinya penyalahgunaan wewenang, 2
stagnasi pemerintahan. Namun,
menjamin akuntabilitas badan dan/atau
penggunaannya harus oleh pejabat yang
pejabat pemerintahan, memberikan
perlindungan hukum kepada warga 2
Ansori Lutfil, “Diskresi dan Pertanggungjawaban
1
Ali Faried, Hukum Tata Pemerintahan Pemerintah dalam Penyelenggaraan
Heteronom dan Otonom, (Bandung: Refika Pemerintahan”, Jurnal Yuridis, Vol. 2 No. 1, Juni
Aditama 2012). Hal 117 2015.

1
berwenang dan sesuai dengan mempertimbangkan, bebas menilai, bebas
tujuannya.Pejabat pemerintahan yang menduga, dan bebas mengambil
dimaksud yaitu unsur yang melaksanakan keputusan (Pouvoir Discretionare:
fungsi pemerintahan, baik di lingkungan Perancis, Discretionary Power: Inggris)
pemerintah maupun penyelenggara negara
Oleh Marbun dan Ridwan HR
lainnya.
mengemukakan bahwa freies ermessen
Hasil dan Pembahasan merupakan kebebasan yang melekat bagi
Sebenarnya freies ermessen terinspirasi pemerintah atau administrasi Negara.
dari asas diskresi yang berarti kebebasan Sebenarnya jika ditilik lebih jauh
seorang pejabat untuk bertindak pengguanan asas freies ermessen oleh
berdasarkan pikirannya demi kepentingan pejabat publik bertentangan dengan asas
umum. Selalu kita mendapati di jalan legalitas, namun hal itu tidak berarti tidak
umum misalnya ketika terjadi macet, bisa kita mengatakan bahwa pejabat
maka meski lampu merah menyala polisi kemudian dilarang bertindak padahal itu
lalu lintas membiarkan kendaraan lewat di atas nama demi kepentingan umum. 4
jalur lampu merah tersebut. Inilah Meski salah satu dari tujuan Negara
sebenarnya contoh kecil dari penggunaan adalah Negara hukum, tetapi arah atau
asas diskresi oleh polisi lalu lintas.3 sasaran utamanya adalah Negara
Diskresi diperlukan sebagai pelengkap kesejahteraan (welfare state). Oleh karena
asas legalitas, yaitu asas hukum yang itu pejabat eksekutif yang lebih banyak
menyatakan bahwa setiap tindak atau bersentuhan dnegan pelaksanaan undang-
perbuatan administrasi negara harus undang tidak dapat dibatasi untuk tidak
berdasarkan ketentuan undang-undang, bertindak, ketika terjadi kekosongan
akan tetapi tidak mungkin bagi undang- hukum (wetvacuum) dan adanya peraturan
undang untuk mengatur segala macam hal pelaksanaan undang-undang yang perlu
dalam praktek kehidupan sehari-hari. Oleh ditafsirkan (interpertate). Namun tetap
sebab itu diperlukan adanya kebebasan kembali bahwa meski itu adalah tindakan
atau diskresi pada pejabat publik dalam diskresi pejabat tetap harus
melaksanakan tugas, fungsi dan kewajiban dipertanggungjawabkan secara hukum dan
yang dibebankan kepadanya Freies moral SF Marbun mengemukakan bahwa
ermessen sendiri berasal dari bahasa dengan diberikannya kebebasan bertindak
Jerman. (freies ermessen) kepada administrasi
negara dalam melaksanakan tugasnya
Secara eteimologi berasal dari dua kata mewujudkan welfare state atau social
freies dan ermessen. Pengertian Freies rechtstaat di Belanda sempat
Ermessen berasal dari kata frei dan freie menimbulkan kekhawatiran bahwa akibat
yang berarti bebas, merdeka, tidak terikat, dari freies ermessen akan menimbulkan
lepas dan orang bebas. Ermessen yang kerugian bagi warga masyarakat. 5
berarti mempertimbangkan, menilai,
menduga, penilaian, pertimbangan dan
keputusan. Sedang secara etimologis, 4
Asshiddiqie Jimly, Pengantar Ilmu Hukum Tata
Freies Ermessen artinya orang yang bebas Negara (Jakarta: PT RAJAGRAFINDO PERSADA
2012). Hal 41
3
Arto Ali Mukti, Praktek Perkara Perdata Pada 5
Pengadilan Agama, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar Basah Sjachran, Pencabutan Izin Salah Satu
2011).Hal 22 Sanksi Hukum Administrasi, Makalah pada
Penataran Hukum Administrasi dan Lingkungan di
Fakultas Hukum Unair, Surabaya, 1995

2
Oleh karena itu untuk meningkatkan demikian segala keputusan TUN tidak
perlindungan hukum bagi warga hanya lagi dapat diuji melalu peraturan
masyarakat, tahun 1950 Panitia de perundang-undangan yang berlaku, jikalau
Monchy di Netherland membuat laporan misalnya terjadi penyalahgunaan
tentang asas-asas umum pemerintahan kewenangan (abuse of the power/
yang baik Atau Algemene Beginselen Van detornment of the pouvoir), terjadi
Behoorlijk Bestuur. Pada mulanya timbul pencaplokan kekuasaan (succession of the
keberatan dari pejabat-pejabat dan power) atau terjadi kesewenang-wenangan
pegawai-pegawai pemerintah di oleh pejabat tersebut ketika mengeluarkan
Netherland karena ada kekhawatiran keputusan (willekeur).
bahwa Hakim atau Pengadilan
Administrasi kelak akan mempergunakan Artinya saat ini, semakin luas alat atau
istilah itu untuk memberikan penilaian instrument yang dapat digunakan sebagai
terhadap kebijaksanaan-kebijaksanaan alasan mengajukan gugatan ke peradilan
yang diambil pemerintah, namun administrasi (PTUN) dengan hadirnya
keberatan demikian sekarang ini telah AAUPB sebagai penerapan lebih lanjut
lenyap ditelan masa karena telah hilang dari asas freies ermessen.
relevansinya. Kemudian, kita juga tidak
Kesimpulan
dapat menghilangkan penggunaan freies
ermessen dalam hukum administrasi Diskresi merupakan keputusan atau
Negara, karena hal itu juga sudah tindakan yang ditetapkan atau dilakukan
dinyatakan secara tegas dalam Undang- oleh pejabat pemerintahan untuk
undang Peradilan TUN (UU No. 5 Tahun mengatasi persoalan konkret yang
1986 jo UU No. 9 Tahun 2004), bahwa dihadapi dalam penyelenggaraan
individu atau badan hukum perdata jika pemerintahan dalam hal peraturan
dirugikan dengan keluarnya KTUN, salah perundang-undangan yang memberikan
satu alasan dapat mengajukan gugatan ke pilihan, tidak mengatur, tidak lengkap,
PTUN adalah karena keputusan itu atau tidak jelas, atau adanya stagnasi
bertentang dengan Asas-Asas Uum pemerintahan. Sesuai dengan Undang-
Pemerintahan Yang Baik (AAUPB), jadi Undang No. 30 Tahun 2014 tentang
selain keputusan pejabat TUN dapat diuji Administrasi Pemerintahan untuk
karena bertentang dengan peraturan penggunaannya diskresi digunakan
perudang-undangan yang berlaku juga terutama karena; pertama, kondisi darurat
dapat diuji melalui AAUPB. 6 yang tidak memungkinkan untuk
menerapkan ketentuan tertulis; kedua,
Bahkan dalam perkembangan di bidang
tidak ada atau belum ada peraturan yang
hukum administrasi Negara freies
mengaturnya; ketiga, sudah ada
ermessen dapat kemudian berwujud dalam
peraturannya namun samar atau
hukum yang tertulis, yang biasa disebut
multitafsir. Kebebasan diskresi tersebut
dengan peraturan kebijakan (beleidsregel).
adalah kebebasan administrasi yang
Terkait dengan AAUPB, sebagai anak
7 mencakup kebebasan administrasi
kandung dari freies ermessen, Dengan
(interpretatieverijheid), kebebasan
6
mempertimbangkan
Bradley A. W. dan K. D. Ewing, Constitutional and
(beoordelingsvrijheid), dan kebebasan
Administrative Law, (HarlowLondon: Pearson mengambil kebijakan (beleidsvrijheid).8
Education Ltd 2007).

7 8
Craig P.P., Administrative Law, (London: Sweet & Craig P.P., Administrative Law, (London: Sweet &
Maxwell 1983). Maxwell 1983).

3
Ucapan Teimakasih
Saya ucapkan terima kasih kepada
Allah.SWT,Berikutnya kepada Bapak
Dosen selaku pengampu mata kuliah
Hukum Administrasi Negara.Juga Orang
Tua saya dan berbagai pihak yang telah
mensupport saya dalam menyelesaikan
Tugas mata kuliah Hukum Administrasi
Negara.

Referensi

 Ali Faried, Hukum Tata Pemerintahan


Heteronom dan Otonom, (Bandung:
Refika Aditama 2012).
 Ansori Lutfil, “Diskresi dan
Pertanggungjawaban Pemerintah
dalam Penyelenggaraan
Pemerintahan”, Jurnal Yuridis, Vol. 2
No. 1, Juni 2015.
 Arto Ali Mukti, Praktek Perkara
Perdata Pada Pengadilan Agama,
(Yogyakarta: Pustaka Pelajar 2011).
 Asshiddiqie Jimly, Pengantar Ilmu
Hukum Tata Negara (Jakarta: PT
RAJAGRAFINDO PERSADA 2012).
 Basah Sjachran, Pencabutan Izin
Salah Satu Sanksi Hukum
Administrasi, Makalah pada
Penataran Hukum Administrasi dan
Lingkungan di Fakultas Hukum
Unair, Surabaya, 1995
Catatan Kaki
 Bradley A. W. dan K. D. Ewing,
 Ali Faried, Hukum Tata
Constitutional and Administrative
Law, (HarlowLondon: Pearson
Pemerintahan Heteronom dan
Education Ltd 2007). Otonom, (Bandung: Refika
 Craig P.P., Administrative Law, Aditama 2012). Hal 117
(London: Sweet & Maxwell 1983).  Ansori Lutfil, “Diskresi dan
 Darumurti Khrisna Djaya, Diskresi Pertanggungjawaban Pemerintah
Kajian Teori Hukum (Yogyakarta: dalam Penyelenggaraan
GENTA Publishing 2016). Pemerintahan”, Jurnal Yuridis,
Vol. 2 No. 1, Juni 2015.
 Arto Ali Mukti, Praktek Perkara
Perdata Pada Pengadilan Agama,

4
(Yogyakarta: Pustaka Pelajar
2011).Hal 22
 Asshiddiqie Jimly, Pengantar Ilmu
Hukum Tata Negara (Jakarta: PT
RAJAGRAFINDO PERSADA
2012). Hal 41
 Basah Sjachran, Pencabutan Izin
Salah Satu Sanksi Hukum
Administrasi, Makalah pada
Penataran Hukum Administrasi
dan Lingkungan di Fakultas
Hukum Unair, Surabaya, 1995
 Bradley A. W. dan K. D. Ewing,
Constitutional and Administrative
Law, (HarlowLondon: Pearson
Education Ltd 2007).
 Craig P.P., Administrative Law,
(London: Sweet & Maxwell 1983).
 Darumurti Khrisna Djaya, Diskresi
Kajian Teori Hukum (Yogyakarta:
GENTA Publishing 2016).

Anda mungkin juga menyukai