Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

Hak dan Kewajiban antara suami istri


Mata Kuliah
Hukum Perkawinan Islam

Di susun oleh:
Wafik Itak (C93219111)
Wisma Sanjaini (C93219115)

Dosen Pengampu:
Hj. Nurul Asiya Nadhifah, M.HI.

PRODI HUKUM PIDANA ISLAM


FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL
SURABAYA 2020
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hak adalah kekuasaan seseorang untuk melakukan sesuatu sedangkan kewajiban sesuatu
yang harus di kerjakan.  Berbicara tentang kewajiban suami dan hak suami istri alangkah
baiknya kita mengetahui apakah sebenarnya kewajiban dan hak itu. Drs.H.Sidi Nazar Bakry
dalam buku karanganya yaitu “kunci keutuhan rumah tangga yang Sakinah” mendefinisikan
bahwa kewajiban dengan sesuatu harus dipenuhi dan dilaksanakan dengan baik. Sedangkan
hak adalah sesuatu yang harus diterima. 
Dari definisi di atas dapat kita simpulkan bahwa kewajiban suami istri adalah sesuatu
yang harus suami laksanakan dan penuhi untuk istrinya. Sedangkan kewajiban istri adalah
sesuatu yang harus istri laksanakan dan lakukan untuk suaminya. Begitu juga dengan
pengertian hak suami adalah sesuatu yang harus diterima suami dari istrinya. Sedangkan hak
isteri adalah sesuatu yang harus di terima isteri dari suaminya. Dengan demikian kewajiban
yang dilakukan oleh suami merupakan upaya untuk memenuhi hak isteri. Demikain juga
kewajiban yang dilakukan istri merupakan upaya untuk memenuhi hak suami.
Dengan dilangsungkan akad nikah antara mempelai laki-laki dan mempelai perempuan
yang dilakukan oleh walinya, terjalinlah hubungan suami isteri dan timbul hak dan kewajiban
masing-masing timbal-balik. Hak suami merupakan kewajiban istri, sebaliknya kewajiban suami
merupakan hak istri. Jika suami istri sama-sama menjalankan tanggung jawabnya masing-
masing, maka akan terwujudlah ketentraman dan ketenangan hati, sehingga sempurnalah
kebahagiaan hidup rumah tangga. Dengan demikian, tujuan berkeluarga akan terwujud sesuai
dengan tujuan agama, yaitu sakinah, mawaddah wa rahmah.1

B. Rumusan Masalah
1
Ahmad Azhar Basyir, Hukum Perkawinan Islam, (Yogyakarta: UII Press, 2007), hlm. 61.
1. Apa sajakah hak dan kewajiban istri terhadap suami?
2. Apa sajakah hak dan kewajiban suami terhadap istri?
3. Bagaimana perbandingan hak kewajiban materiil dan immaterial?

BAB II
PEMBAHASAN

A. Hak dan Kewajiban istri terhadap suami


1. Hak-hak isteri

Hak- hak isteri yang menjadi kewajiban suami dapat di bagi menjadi dua, yatu: hak- hak
kebendaan, yaitu mahar (maskawin) serta nafkah, dan hak-hak bukan kebendaan, misalnya
berbuat adil di antara para isteri (dalam perkawanan poligami), tidak berbuat hal-hal yang
merugikan isteri dan sebagianya.

a. Hak-hak kebendaan
 Mahar (maskawin)

QS. An-Nisa ayat 24 memerintahkan, “ Dan berikanlah maskawin kepada perempuan-


perempuan (yang kamu nikahi ) sebagai pemberian wajib. Apabila mereka dengan senang hati
memberikan berbagia maskawin kepadamu. Ambillah dia sebagai makanan sedap lagi baik
akibatnya”

Dari ayat Al-Qur’an tersebut dapat di peroreh suatu pengertian bahwa maskawin itu adalah harta
pemberian wajib dari suami terhadap istri, dan merupakan hak penuh bagi isteri yang tidak boleh
diganggu oleh suami, suami hanya di benarkan ikut makan maskawin apabila diberikan oleh
isteri dengan sukarela.

 Nafkah

Nafkah adalah mencukupkan segala keperluan isteri, meliputi makan, pakaian, tempat tinggal,
pembantu rumah tangga, dan pengobatan, meskipun isteri tergolong kaya.

QS. Ath-Thalaq ayat 6 menyatakan “tempatkanlah isteri-isteri dimana kamu tinggal menurut


kemampuanmu; jangalah kamu menyusahkan isteri-isteri untuk menyempitkan hati mereka.
Apabila isteri-isteri yang kamu talak itu dalam keadaan hamil, berikanlah nafkah kepada
mereka hingga bersalin”

Dari ayat di atas dapat di simpulkan pula bahwa nafkah merupakan kewajiban suami dalam
membahagiakan isterinya baik lahir maupun batin dengan cara mencukupkan kebutuhan yang
dapat memcukupkan segala kekurangannya dengan maksud meringankan beban padanya.
b.     Hak-hak bukan kebendaan

Hak- hak bukan kebendaan yang wajib ditunaikan suami terhadap isterinya, disimpulkan dalam
perintah QS. An-Nisa ayat 19 agar para suami menggaui isterinya dengan makruf dan bersabar
terhadap hal-ahal yang tidak disayangi, yang terdapat pada isteri. Menggauli isteri dengan
makruf dapat mencakup:

 Sikap menghargai, menghormati, dan perlakuan-perlakuan yang baik, serta


meningkatkan taraf hidupnaya dalam bidang-bidang agama, akhlak, dan ilmu
pengetahuan yang di perlukan.
 Melindungi dan menjaga nama baik isteri
 Memenuhi kebutuhan kodrat (hajat) biologis isteri

Hajat biologis adalah kodrat pembawaan hidup. Oleh karena itu, suami wajib memperhatikan
hak isteri dalam hal ini. Ketentraman dan keserasian hidup perkawinan antara lain ditentukan
oleh faktor hajat biologis ini. Kekecewaan yang dialami dalam masalah ini dapat menimbulkan
keretakan dalam hidup perkawinan, bahkan tidak jarang terjadi penyelewengan isteri disebabkan
adanya perasaan kecewa dalam hal ini.

2. kewajiban-kewajiban Istri

1. Isteri wajib taat kepada suaminya terhadap segala apa saja perintah suami, selagi
dalam hal yang dihalalkan menurut perintah Allah SWT dan Rasul-Nya.
2. Istri tidak boleh berpuasa kecuali atas izin suaminya.
3. Istri tidak boleh keluar rumah, kecuali atas izin dan ridla suaminya.
4. Seorang istri harus bersungguh-sungguh mencari ridla suaminya, karena ridla Allah
berada didalam ridla suaminya dan marahnya Allah berada di dalam marah suaminya.
5. Sekuat mungkin istri wajib berusaha menjauhi yang sekiranya menyebabkan
suaminya marah. 2

B. Hak dan Kewajiban suami terhadap istri


2
Amir Syarifuddin, HUKUM PERKAWINAN ISLAM DI INDONESIA Antara Fiqh Munakahat dan Undang-undang perkawinan , (Jakarta:
KENCANA 2006), hlm. 159.
1.      Hak-hak suami

Hak-hak suami yang wajib dipenuhi isteri hanya merupakan hak-hak bukan kebendaan sebab
menurut hukum Islam isteri tidak dibebani kewajiban kebendaan yang diperlukan untuk
mencukupkan kebutuhan hidup keluarga. Bahkan, lebih diutamakan isteri tidak usah ikut bekerja
mencari nafkah jika suami memang mampu memenuhi kewajiban nafkah keluarga dengan baik.
Hal ini dimaksudkan agar isteri dapat mencurahkan perhatiannya untuk melaksanakan kewajiban
membina keluarga yang sehat dan mempersiapkan generasi yang saleh. Kewajiban ini cukup
berat bagi isteri yang memang benar-benar akan melaksanakan dengan baik.

Namun, tidak dapat dipahamkan bahwa Islam dengan demikian menghendaki agar isteri tidak
pernah melihat dunia luar, agar isteri selalu berada di rumah saja. Yang dimaksud ialah agar
isteri jangan sampai ditambah beban kewajibannya yang telah berat itu dengan ikut mencari
nafkah keluarga. Berbeda halnya apabila keadaan memang mendesak, usaha suami tidak dapat
menghasilkan kecukupan nafkah keluarga. Dalam batas-batas yang tidak memberatkan, isteri
dapat diajak ikut berusaha mencari nafkah yang diperlukan itu.

Hak-hak suami dapat disebutkan pada pokoknya ialah hak ditaati mengenai hal-hal yang
menyangkut hidup perkawinan dan hak memberi pelajaran kepada isteri dengan cara yang baik
dan layak dengan kedudukan suami isteri.

1)      Hak di taati

Q.S. An-Nisa : 34 mengajarkan bahwa kaum laki-laki (suami) berkewajiban memimpin kaum
perempuan  (isteri) karena laki-laki mempunyai kelebihan atas kaum perempuan (dari segi kodrat
kejadiannya), dan adanya kewajiban laki-laki memberi nafkah untuk keperluan keluarganya.

Isteri-isteri yang saleh adalah yang patuh kepada Allah dan kepada suami-suami mereka serta
memelihara harta benda dan hak-hak suami,meskipun suami-suami mereka dalam keadaan tidak
hadir, sebagai hasil pemeliharaan Allah serta taufik-Nya kepada isteri-isteri itu. Hakim
meriwayatkan dari ‘Aisyah r.a. :

‫اس أَ ْعظَ ُم َحقَّا َعلَى‬


ِ َّ‫ اَىُّ الن‬: ‫لّم‬ZZ‫ه وس‬ZZ‫لّى هللا علي‬ZZ‫ول هللا ص‬ZZ‫ت رس‬
ُ ‫ ْأل‬Z ‫ َس‬: ‫ت‬
ْ َ‫ال‬ZZَ‫ةَ ق‬Z ‫ع َْن عَائِ َش‬
‫ا‬ZZ‫ اُ ُّمهُ (رواه الح‬: ‫ال‬ ِ َّ‫ فَأ َ ىُّ الن‬: ‫ت‬
َ َ‫اس اَ ْعظَ ُم َحقَّا عَل َى ال َّر ُج ِل ؟ ق‬ ْ َ‫ قَال‬.‫ زَ وْ ُجهَا‬: ‫ْال َمرْ أَ ِة ؟ قَا َل‬
‫كم‬
Artinya:“Dari Aisyah, ia berkata : Saya bertanya kepada Rasulullah SAW : Siapakah orang
yang paling besar haknya terhadap perempuan? Jawabnya : Suaminya. Lalu saya bertanya
lagi: Siapakah orang yang paling besar haknya terhadap laki-laki? Jawabannya: Ibunya.”

Dari bagian pertama ayat 34 Q.S. : An-Nisa tersebut dapat diperoleh ketentuan bahwa kewajiban
suami memimpin isteri itu tidak akan terselenggara dengan baik apabila isteri tidak taat kepada
pimpinan suami. Isi dari pengertian taat adalah :

1.      Isteri supaya bertempat tinggal bersama suami di rumah yang telah disediakan

2.      Taat kepada perintah-perintah suami, kecuali apabila melanggar larangannya

3.      Berdiam di rumah, tidak keluar kecuali dengan izin suami

4.      Tidak menerima masuknya seseorang tanpa izin suami

2)        Hak memberi pelajaran

Bagian kedua dari ayat 34 Q.S. An-Nisa mengajarkan, apabila terjadi kekhwatiran suami bahwa
isterinya bersikap membangkang (nusyus), hendaklah nasihat secara baik-baik. Apabila dengan
nasihat, pihak isteri belum juga mau taat, hendaklah suami berpisah tidur dengan isteri. Apabila
masih belum juga kembali taat, suami dibenarkan member pelajaran dengan jalan memukul
(yang tidak melukai dan tidak pada bagian muka).

2. Menggauli Istri Secara Baik dan Adil


Kewajiban suami dalam Islam salah satunya adalah menggauli (bersenggama) dengan
istrinya secara baik dan adil. Karena ini termasuk inti dari pernikahan sehingga istri dapat
memperoleh kenikmatan bersenggama dengan suaminya, begitu juga suami dapat
memperoleh kenikmatan dari istrinya.
Dalam Surat An-Nisa ayat 19 Allah SWT berfirman yang artinya: "Dan bergaullah
dengan mereka secara patut. Kemudian bila kamu tidak menyukai mereka, (bersabarlah)
karena mungkin kamu tidak menyukai sesuatu, padahal Allah menjadikan padanya
kebaikan yang banyak."
3. Menjaga Istri dari Perbuatan Dosa
Kewajiban suami dalam rumah tangga yang lainnya adalah menjaga sang istri dari
perbuatan dosa. Seorang suami harus menjaga istri dan keluarganya dari perbuatan dosa
yang dapat mengakibatkan kesengsaraan bagi keluarga. Hal ini didasarkan dari Surat At-
Tahrim ayat 6:
"Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka
yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang
kasar, keras dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada
mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan."
4. Memberikan Rasa Tenang, Cinta dan Kasih Sayang
Kewajiban suami-istri setelah menikah adalah memberikan rasa tenang dan kasih sayang.
Sekalipun istri sakit, suami wajib merawatnya. Sesuai dengan surat Ar-Rum ayat 21:
"Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu istri-istri
dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya dan
dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih sayang dan rahmat. Sesungguhnya yang demikian
itu benar-benar menjadi tanda-tanda bagi kaum yang berfikir”.
5. Menjaga Rahasia Istri
Suami wajib menjaga semua rahasia istrinya, terlebih lagi dengan urusan di atas ranjang.
Suami dilarang menyebarkan rahasia ranjangnya kepada orang lain baik ucapan, tulisan
ataupun foto.
Membuka rahasia ranjang rumah tangga sangat tidak disukai Allah SWT. Sebagaimana
hadis mengenai kewajiban suami terhadap istri yang diriwayatkan Muslim berikut ini:
"Abu Bakar bin Abu Syaibah telah menceritakan kepada kami: Marwan bin Muawiyah
telah menceritakan kepada kami: Dari Umar bin Hamzah Al-Umari: Abdurrahman bin
Sa'ad telah menceritakan kepada kami, dia berkata: Aku mendengar Abu Sa'id Al-Khudri
berkata: Rasulullah Shallallahu'Alaihi Wasallam bersabda: Sesungguhnya manusia yang
paling buruk kedudukannya di sisi Allah pada hari kiamat ialah orang yang menyetubuhi
istrinya dan istri bersetubuh dengan suaminya, kemudian dia menyebarkan rahasianya".
3

3
Abd Rahman Ghazaly, Fiqh Munakahat,(Jakarta: KENCANA 2006), hlm 155.
1. Kewajiban Suami yang bersifat kebendaan atau materiil

Kewajiban suami yang bersifat materiil meliputi kewajiban yang bersifat sekali saja dan ada
yang terus menerus diberikan, kewajiban yang pertama adalah kewajiban suami untuk
memberikan mahar, dimana mahar tersebut juga termasuk dalam rukun pernikahan. Hal inii
didasarkan pada Firman Allah Ta'ala Surah An-Nisa : 24
َ‫افِ ِحين‬Z ‫ر ُم َس‬Z ِ ْ‫َاب هَّللا ِ َعلَ ْي ُك ْم َوأُ ِح َّل لَ ُك ْم َما َو َرا َء َذلِ ُك ْم أَ ْن تَ ْبتَ ُغوا بِأ َ ْم َوالِ ُك ْم ُمح‬
َ Z‫صنِينَ َغ ْي‬ َ ‫ت أَ ْي َمانُ ُك ْم ِكت‬
ْ ‫َات ِمنَ النِّ َسا ِء إِاَّل َما َملَ َك‬
ُ ‫صن‬َ ْ‫َو ْال ُمح‬
َ ‫د ْالفَ ِر‬Zِ Z‫ ِه ِم ْن بَ ْع‬Zِ‫ ْيتُ ْم ب‬Z‫اض‬
‫ا‬ZZ‫ا َح ِكي ًم‬ZZ‫انَ َعلِي ًم‬ZZ‫ ِة إِ َّن هَّللا َ َك‬Z‫يض‬ َ ‫ا تَ َر‬ZZ‫َاح َعلَ ْي ُك ْم فِي َم‬َ ‫ َواَل ُجن‬ ً‫يض&ة‬ َ ‫فَآتُوهُنَّ أُ ُجو َرهُنَّ فَ ِر‬ ‫فَ َما ا ْستَ ْمتَ ْعتُ ْم بِ ِه ِم ْنه َُّن‬
]24 : ‫[النساء‬
"Dan (diharamkan juga kamu mengawini) wanita yang bersuami, kecuali budak-budak yang
kamu miliki (Allah Telah menetapkan hukum itu) sebagai ketetapan-Nya atas kamu. dan
dihalalkan bagi kamu selain yang demikian (yaitu) mencari isteri-isteri dengan hartamu untuk
dikawini bukan untuk berzina. Maka isteri-isteri yang Telah kamu nikmati (campuri) di antara
mereka, berikanlah kepada mereka maharnya (dengan sempurna), sebagai suatu kewajiban;
dan tiadalah Mengapa bagi kamu terhadap sesuatu yang kamu Telah saling merelakannya,
sesudah menentukan mahar itu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana".

Sedangkan kewajiban yang bersifat materiil yang kedua ( yang bersifat terus menerus dan
istimrar ) adalah pemberian nafkah kepada istri, dimana di sini suami wajib memberikan
kebutuhan – kebutuhan baik sandang ( berupa pakaian yang pantas dan dapat digunakan untuk
menutup aurat bagi istri ), pangan ( pemberian makanan sehari – hari ), papan ( tempat tinggal
untuk berteduh dan juga kelengkapannya ) dan juga pengobatan ( untuk menjaga kesehatan dan
pengobatan di saat sakit ).
2. kewajiban suami yang bersifat bukan kebendaan atau immaterial.
Kewajiban suami yang bersifat immaterial yang harus diberikan kepada istri adalah sebagai
berikut
Dalam Surah An-Nisa : 19, Allah TA'ala telah berfirman :
ِ َ‫أْتِينَ بِف‬ZZَ‫وه َُّن إِاَّل أَ ْن ي‬ZZ‫ا آتَ ْيتُ ُم‬ZZ‫ْض َم‬
‫ ٍة‬Zَ‫ ٍة ُمبَيِّن‬Z‫اح َش‬ ِ ‫ذهَبُوا بِبَع‬Zْ Zَ‫لُوه َُّن لِت‬Z‫ْض‬
ُ ‫ا َواَل تَع‬ZZً‫ا َء كَرْ ه‬Z‫وا النِّ َس‬ZZُ‫ لُّ لَ ُك ْم أَ ْن ت َِرث‬Z‫وا اَل يَ ِح‬ZZُ‫يَا أَيُّهَا الَّ ِذينَ آ َمن‬
19 : ‫ُوف فَإ ِ ْن َك ِر ْهتُ ُموه َُّن فَ َع َسى أَ ْن تَ ْك َرهُوا َش ْيئًا َويَجْ َع َل ُ فِي ِه َخ ْيرًا َكثِي ًر [النساء‬
‫هَّللا‬ ِ ‫َاشرُوه َُّن بِ ْال َم ْعر‬ ِ ‫َوع‬
"Hai orang-orang yang beriman, tidak halal bagi kamu mempusakai wanita dengan jalan
paksaaan janganlah kamu menyusahkan mereka Karena hendak mengambil kembali sebagian
dari apa yang Telah kamu berikan kepadanya, terkecuali bila mereka melakukan pekerjaan keji
yang nyata. dan bergaullah dengan mereka secara patut. Kemudian bila kamu tidak menyukai
mereka, (maka bersabarlah) Karena mungkin kamu tidak menyukai sesuatu, padahal Allah
menjadikan padanya kebaikan yang banyak".
Sedangkan menggauli istri dengan ma'ruf beliau membaginya menjadi tiga :
a)      Sikap menghargai, menghormati, dan perlakuan – perlakuan yang baik, serta meningkatkan taraf
hidupnya dalam bidang – bidang agama, akhlaq, dan imu pengetahuan yang diperlukan.
b)      melindungi dan menjaga nama baik istri
c)      memenuhi kebutuhan kodrat ( hajat ) biologis istri.4

BAB III
4
Miftah Faridl, Rumahku Surgaku, (Jakarta: Gema Insani, 2005), hlm. 113.
PENUTUP

KESIMPULAN

Kewajiban suami istri adalah sesuatu yang harus suami laksanakan dan penuhi untuk
istrinya. Sedangkan kewajiban istri adalah sesuatu yang harus istri laksanakan dan lakukan untuk
suaminya. Begitu juga dengan pengertian hak suami adalah sesuatu yang harus diterima suami
dari istrinya. Sedangkan hak isteri adalah sesuatu yang harus di terima isteri dari suaminya.
Dengan demikian kewajiban yang dilakukan oleh suami merupakan upaya untuk memenuhi hak
isteri. Demikain juga kewajiban yang dilakukan istri merupakan upaya untuk memenuhi hak
suami.
Hak-hak isteri diantaranya adalah mendapatkan mahar (mas kawin) dari seorang suami.
Kewajiban suami diantaranya adalah Sikap menghargai, menghormati, dan perlakuan-perlakuan
yang baik, serta meningkatkan taraf hidupnaya dalam bidang-bidang agama, akhlak, dan ilmu
pengetahuan yang di perlukan, melindungi dan menjaga nama baik isteri, memenuhi kebutuhan
kodrat (hajat) biologis isteri.
Kewajiban yang bersifat materiil ( yang bersifat terus menerus dan istimrar ) adalah
pemberian nafkah kepada istri, dimana di sini suami wajib memberikan kebutuhan-kebutuhan
baik sandang ( berupa pakaian yang pantas dan dapat digunakan untuk menutup aurat bagi istri ),
pangan ( pemberian makanan sehari-hari ), papan (tempat tinggal untuk berteduh dan juga
kelengkapannya ) dan juga pengobatan ( untuk menjaga kesehatan dan pengobatan di saat sakit ).
Kewajiban suami yang bersifat immaterial yang harus diberikan kepada istri adalah Sikap
menghargai, menghormati, dan perlakuan-perlakuan yang baik, serta meningkatkan taraf
hidupnya dalam bidang-bidang agama, akhlaq, dan imu pengetahuan yang
diperlukan,  melindungi dan menjaga nama baik istri.
DAFTAR PUSTAKA

Basyir, Ahmad Azhar, H, 2007, Hukum Perkawinan Islam. (Yogyakarta: UII Press).

Ghozali, Abdul Rohman, Prof., DR., MA., 2008. Fiqih Munkahat. (Jakarta: Kencana Prenada
Media Grup, 2008).

Syarifuddin, Amir, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia, (Jakarta: Kencana, 2006).

Faridl, Miftah, Rumahku Surgaku, (Jakarta: Gema Insani 2005).

Anda mungkin juga menyukai