Anda di halaman 1dari 23

Tarif Overhead Departemen Dan

Perhitungan Biaya Produk

Disusun Oleh :
Febri Nur Fitriyani 1714190004
Nanda Sholikha 1714190022

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


UNIVERSITAS PERSADA INDONESIA YAI
JAKARTA
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Perusahaan merupakan suatu organisasi yang mempunyai kegiatan tertentu yang sangat
kompleks. Pertumbuhan suatu badan usaha biasanya tidak lepas dari berbagai permasalahan
yang dihadapi perusahaan. Hal ini dapat terlihat dari semakin banyaknya transaksi yang
terjadi, perubahan dan permintaan konsumen dan target laba yang diinginkan pemilik modal.
Permasalahan konsumen tersebut diiringi dengan adanya situasi dan kondisi yang semakin
kompetitif. Maka para pengusaha dan manajer memperoleh tantangan yang lebih berat, yaitu
meningkatkan efektifitas serta efisiensi operasi perusahaan yang dikelola.
Peningkatan efektifitas dari efisiensi tersebut, tidak lepas dari bagaimana manajemen
perusahaan dapat merencanakan, mengorganisasi dan mengawasi jalannya perusahaan.
Seperti yang telah diketahui bahwa biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya
overhead pabrik merupakan biaya-biaya yang dikeluarkan untuk mengolah bahan baku
menjadi produk jadi.
Dalam makalah ini, yang akan lebih banyak dikaji adalah tentang biaya overhead pabrik.
Biaya overhead pabrik adalah biaya yang tidak melekat dan sulit untuk diidentifikasi pada
produk, sehingga memerlukan perlakuan yang khusus demi tercapainya harga pokok produk
yang tepat. Biaya ini memang sulit penetapannya sedangkan jumlah dan pengaruhnya relatif
besar dibandingkan biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Apa pengertian BOP ?

2. Apa tujuan penyusunan anggaran biaya overhead pabrik?

3. Bagaimana penggolongan biaya overhead pabrik?

4. Bagaimana cara penentuan tarif biaya overhead pabrik?

5. Bagaimana pembebanan bop kepada produk atas dasar tarif?


6. Bagaimana pengumpulan biaya overhead pabrik sesungguhnya?

7. Bagaimana cara penyusunan anggaran bop per departemen?

8. Bagaimana alokasi bop departemen pembantu ke departemen produksi?


9. Berikan contoh perhitungan tarif pembebanan bop per departemen?

C. TUJUAN PENULISAN
· Agar Pembaca mengerti tentang macam-macam biaya
· Agar Pembaca mengetahui hal-hal yang berhubungan dengan biaya overhead
· Agar Pembaca mengerti tentang biaya distribusi

D. MANFAAT
Saya berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi setiap pihak yang ingin mengetahui
aspek-aspek biaya overhead dan distribusi seperti calon investor, pengusaha, dan distributor
yang ingin berkecimpung di dunia usaha.

BAB II
PEMBAHASAN
ANGGARAN BIAYA OVERHEAD PABRIK (BOP)

A. PENGERTIAN

Biaya Overhead Pabrik adalah semua biaya produksi kecuali biaya bahan baku dan biaya
tenaga kerja (ini untuk perusahaan yang proses produksinya berdasarkan metode harga pokok
proses)

Biaya Overhead Pabrik adalah semua biaya produksi kecuali biaya bahan baku dan biaya
tenaga kerja langsung (ini untuk perusahaan yang proses produksinya berdasarkan metode harga
pokok pesanan)

Anggaran biaya overhead pabrik adalah suatu perencanaan yang terperinci mengenai biaya –
biaya tidak langsung yang dikeluarkan sehubungan dengan proses produksi selama periode yang
akan dating ,meliputi jenis biaya, waktu,serta tempat (departemen) dimana biaya itu terjadi.

B. TUJUAN PENYUSUNAN ANGGARAN BIAYA OVERHEAD PABRIK

1. Mengetahui penggunaan biaya secara lebih efisien

2. Menentukan harga pokok produk secara lebih cepat

3. Mengetahui pengalokasian biaya overhead pabrik sesuai dengan tempat (departemen)


dimana biaya dibebankan

4. Sebagai alat pengawasan biaya overhead pabrik

C. PENGGOLONGAN BIAYA OVERHEAD PABRIK

1. Menurut sifatnya

a. Biaya bahan penolong

b. Biaya reparasi dan pemeliharaan


c. Biaya tenaga kerja tidak langsung

d. Biayayang timbul sebagai akibat penilaian aktiva tetap

e. Biaya overhead pabrik lain yang secara langsung memerlukan pengeluaran uang
tunai

2. Menurut perilakunya dalam hubungannya dengan perubahan volume kegiatan

a. Biaya overhead pabrik tetap

b. Biaya overhead pabrik variabel

c. Biaya overhead pabrik semi variabel

3. Menurut hubungannya dengan departemen

a. Biaya overhead pabrik langsung departemen

Yaitu BOP yang terjadi dalam departementertentu dan manfaatnya hanya dinikmati
oleh departemen tersebut.Contoh : biaya gaji mandor dalam departemen
produksi,biaya depresiasi mesin ,biaya bahan penolong.

b. Biaya overhead pabrik tidak langsung departemen

Yaitu BOP yang manfaatnya dinikmati oleh lebih dari satu departemen. Contoh :
biaya depresiasi,pemeliharaan ,asuransi gedung pabrik dimana pabrik digunakan oleh
beberapa departemen produksi.

D. PENENTUAN TARIF BIAYA OVERHEAD PABRIK

Perusahaan yang produksinya berdasarkan pesanan , biaya overhead pabrik yang dibebankan
kepada produk atas dasar tarif yang ditentukan dimuka. Alasan pembebanan biaya overhead
pabrik kepada produk atas dasar tariff yang ditentukan dimuka adalah sebagai berikut :

1. Pembebanan BOP atas dasar biaya sesungguhnya terjadi seringkali mengakibatkan


berubah-rubahnya harga pokok per satuan produk yang dihasilkan dari bulan yang satu ke
bulan yang lain. Hal ini akan berakibat pada penyajian harga pokok persediaan dalam
neraca dan besar kecilnya laba atau rugi yang disajikan dalam laporan R/L. Apabila BOP
yang sesungguhnya terjadi dibebankan kepada produk,maka harga pokok produksi per
satuan akan berfluktuasi karena :
a. Perubahan tingkat kegiatan produksi dari bulan ke bulan

b. Perubahan tingkat efisiensi produksi

c. Adanya BOP yang terjadi secara sporadic,menyebar tidak merata selama jangka
waktu setahun

d. Biaya overhead pabrik tertentu sering terjadi secara teratur pada waktu-waktu
tertentu

2. Dalam perusahaan yang menghitung harga pokok produksinya dengan metode harga
pokok pesanan, manajemen memerlukan informasi harga pokok produksi per satuan pada
saat pesanan selesai dikerjakan. Padahal ada elemen biaya overhead pabrik yang baru dapat
diketahui jumlahnya pada akhir setiap bulan,dan akhir tahun. Contoh : bila perusahaan
memakai listrik dari PLN ,tagihan baru dapat diketahui pada akhir bulan.

Langkah-langkah penentuan tarif biaya overhead pabrik

a) Menyusun anggaran biaya overhead pabrik

b) Memilih dasar pembebanan biaya overhead pabrik kepada produk

c) Menghitung tarif biaya overhead pabrik

3. Menyusun anggaran BOP

Dalam menyusun anggaran BOP harus diperhatikan tingkat kegiata (kapasitas) yang akan
dipakai sebagai dasar penaksiran biaya overhead pabrik. Ada tiga macam kapasitas yang
dapat dipakai sebagai dasar pembuatan anggaran BOP :

a) Kapasitas teoritis

Adalah kapaitas pabrik atau suatu departemen untuk menghasilkan produk pada
kecepatan penuh tanpa berhenti selama jangka waktu tertentu.

b) Kapasitas normal

Adalah kemampuan perusahaan untuk memproduksi dan menjual produknya dalam


jangka panjang.

c) Kapasitas sesungguhnya yang diharapkan

Adalah kapasitas sesungguhnya yang diperkiraan akan dapat dicapai dalam tahun yang
akan dating
Memilih dasar pembebanan biaya overhead pabrik kepada pabrik

Ada beberapa macam dasar yang dapat dipakai untuk membebankan biaya overhead
pabrik kepada produk diantaranya adalah :

a. Satuan produk

b. Biaya bahan baku

c. Biaya tenaga kerja langsung

d. Jam tenaga kerja langsung

e. Jam mesin

Faktor-faktor yang harus diperhitungkan dalam memilih dasar pembebanan yang dipakai adalah
:

a. Harus diperhatikan jenis biaya overhead pabrik yang dominan jumlahnya dalam
departemen produksi

b. Harus diperhatikan sifat-sifat biaya overhead pabrik yang dominan tersebut dan eratnya
hubugan sifat-sifat tersebut dengan dasar pembebanan yang akan dipakai.

Berikut ini uraian beberapa dasar pembebanan BOP kepada produk :

a. Satuan produk

Beban BOP untuk setiap produk dihitung dengan rumus sebagai berikut :

Taksiran BOP : Taksiran jumlah satuan produk yang dihasilkan = Tarif BOP per
satuan

Contoh :

Taksiran BOP selama 1 tahun anggaran Rp. 2.000.000,-

Taksiran jumlah produk yang akan dihasilkan selama 1 tahun anggaran tersebut 4.000 unit

Taksiran BOP sebesar : Rp. 2.000.000,- : Rp. 4.000,- = Rp. 500/unit produk

b. Biaya bahan baku

Jika BOP yang dominan bervariasi dengan nilai bahan baku (misalnya biaya asuransi bahan
baku ) maka dasar yang dipakai untuk membebankan kepada produk adalah biaya bahan
baku yang dipakai dengan rumus :
(Taksiran BOP dari biaya bahan : Taksiran biaya bahan baku yang dipakai ) X 100%
= Tarif BOP dari biaya bahan baku yang dipakai

c. Biaya tenaga kerja

Jika sebagian elemen BOP mempunyai hubungan yang erat dengan jumlah upah tenaga
kerja langsung (misalnya pajak penghasilan atas upah karyawan yang menjadi tanggungan
perusahaan), maka dasar yang dipakai untuk membebankan BOP kepada produk adalah
biaya tenaga kerja langsung dengan rumus :

(Taksiran BOP dari biaya tenaga kerja : Taksiran biaya tenaga kerja langsung) X
100% = tariff BOPdari biaya tenaga kerja langsung

d. Jam tenaga kerja langsung

Karena ada hubungan yang erat antara jumlah upah dengan jumlah jam kerja ( jumlah upah
adalah hasil kali jumlah jam kerja dengan tarif upah ) maka disamping BOP dibebankan
atas dasar upah tenaga kerja langsung ,dapat pula dibebankan atas dasar jam tenaga kerja
langsung ,dengan rumus :

Taksiran BOP setahun : Taksiran jam tenaga kerja langsung = Tarif BOP per jam
TKL

e. Jam mesin

Apabila BOP bervariasi dengan waktu penggunaan mesin (misalnya bahan bakar atau
listrik yang dipakai untuk menjalankan mesin ),maka dasar yang dipakai untuk
membebankannya adalah jam mesin :

Taksiran BOP setahun : Taksiran jam mesin = Tarif BOP per jam TKL

Menghitung tarif biaya overhead pabrik :

Biaya overhead pabrik yang dianggarkan : taksiran dasar pembebanan = Tarif biaya
overhead pabrik

Contoh :

PT ABC

Anggaran BOP untuk tahun 2012

Atas dasar kapasitas normal 80.000 jam mesin


No Jenis Biaya Tetap / Jumlah
Rekening Variabel

5101 Biaya bahan penolong V Rp. 1.050.000,-


5102 Biaya listrik V Rp. 1.500.000,-
5103 Biaya bahan bakar V Rp. 1.000.000,-
5104 Biaya tenaga kerja tidak langsung V Rp. 1.500.000,-
T Rp. 2.000.000,-
5105 Biaya kesejahteraan karyawan T Rp. 1.500.000,-
5106 Biaya reparasi dan pemeliharaan V Rp. 750.000,-
T Rp. 500.000,-
5107 Biaya asuransi gedung T Rp. 600.000,-
5108 Biaya depresiasi T Rp. 800.000,-
V Rp. 5.800.000,-
Jumlah
T Rp.5.400.000,-
Jumlah Total Rp. 11.200.000,-

Perhitungan tarif BOP :

Tarif BOP variabel : Rp. 5.800.000,- : 80.000 jam = Rp. 72,50 per jam mesin

Tarif BOP tetap : Rp. 5.400.000,- : 80.000 jam = Rp. 67,50 per jam mesin

Tarif BOP total : Rp. 72,50 + Rp. 67,50 = Rp. 140,00 per jam mesin

E. PEMBEBANAN BOP KEPADA PRODUK ATAS DASAR TARIF

Tarif BOP yang telah ditentukan dimuka kemudian digunakan untuk membebankan BOP kepada
produk yang diproduksi

· Jika perusahaan menggunakan metode fill costing didalam penentuan harga pokok
produksinya ,produk akan dibebani biaya overhead pabrik dengan menggunakan tarif
biaya overhead pabrik variabel dan tarif BOP tetap.
· Jika perusahaan menggunakan metode variabel costing didalam penentuan harga
pokok produksinya ,produk akan dibebani biaya overhead pabrik dengan menggunakan
tarif biaya overhead pabrik variabel .

Dalam merode variabel costing,BOP tetap tidak diperhitungka sebagai unsure biaya
produksi,sehingga tidak diperhitungkan sebagai unsur harga pokok persediaan produk jadi
maupun persediaan produk dalam proses.Biaya overhead pabrik tetap diperhitungkan sebagai
biaya periode dan langsung digunakan untuk mengurangi pendapatan penjualan dalam periode
yang bersangkutan.

F. PENGUMPULAN BIAYA OVERHEAD PABRIK SESUNGGUHNYA

Contoh BOP yang sesungguhnya terjadi

PT ABC

Anggaran BOP untuk tahun 2012

Atas dasar kapasitas normal 75.000 jam mesin

No Jenis Biaya Tetap / Jumlah


Rekening Variabel
5101 Biaya bahan penolong V Rp. 1.050.000,-
5102 Biaya listrik V Rp. 1.450.000,-
5103 Biaya bahan bakar V Rp. 750.000,-
5104 Biaya tenaga kerja tidak langsung V Rp. 1.500.000,-
T Rp. 2.000.000,-
5105 Biaya kesejahteraan karyawan T Rp. 1.500.000,-
5106 Biaya reparasi dan pemeliharaan V Rp. 500.000,-
T Rp. 500.000,-
5107 Biaya asuransi gedung T Rp. 600.000,-
5108 Biaya depresiasi T Rp. 800.000,-
Jumlah V Rp. 5.300.000,-
T Rp.5.400.000,-
Jumlah Total Rp. 10.700.000,-

Pengumpulan BOP sesungguhnya dalam metode full costing

Berkaitan dengan soal diatas,maka jurnal yang dibuat untuk mencatat BOP yang sesungguhnya
terjadi sebagai berikut :

BOP sesungguhnya Rp. 10.700.000,-

Persediaan bahan penolong Rp. 1.100.000,-

Persediaan bahan bakar Rp. 750.000,-

Gaji dan upah Rp. 5.000.000,-

Persediaan suku cadang Rp. 1.000.000,-

Persekot asuransi gedung Rp. 600.000,-

Akumulasi depresiasi mesin Rp. 800.000,-

Kas Rp. 1.450.000,-

Perhitungan dan analisis BOP dengan metode full costing :

Pada akhir periode akuntansi dilakukan perhitungan selisih BOP yang dibebankan kepada produk
sebagai berikut :

BOP yang dibebankan kepada produk Rp. 10.500.000,-

BOP yang sesungguhnya Rp. 10.700.000,-

Selisih BOP Rp. 200.000,-

Untuk mencatat selisih BOP tersebut ,perlu dibuat jurnal sebagai berikut :

a. Jurnal untuk menutup rekening BOP yang dibebankan ke rekening BOP sesungguhnya

BOP yang dibebankan Rp. 10.500.000,-


BOP sesungguhnya Rp. 10.500.000,-

b. Jurnal untuk selisih BOP

Selisih BOP Rp. 200.000,-

BOP sesungguhnya Rp. 200.000,-

Pengumpulan BOP sesungguhnya dalam metode variabel costing

Karena dalam metode variabel costing BOP tetap sesungguhnya dibebankan sebagai biaya dalam
periode terjadinya ,tidak diperhitungkan ke dalam harga pokok produksi maka BOP
sesungguhnya yang telah dicataat dalam rekening BOP sesungguhnya kemudian dipecah menjadi
2 kelompok biaya : BOP variabel sesungguhnya dan BOP tetap sesungguhnya

Jurnal :

BOP sesungguhnya Rp. 10.700.000,-

Persediaan bahan penolong Rp. 1.100.000,-

Persediaan bahan bakar Rp. 750.000,-

Gaji dan upah Rp. 3.500.000,-

Persediaan suku cadang Rp. 500.000,-

Persekot asuransi gedung Rp. 600.000,-

Akumulasi depresiasi mesin Rp. 800.000,-

Kas Rp. 3.450.000,-

Jurnal yang dibuat untuk mencatat pemisahan BOP yang sesungguhnya terjadi menurut
perilakunya :

BOP variabel sesungguhnya Rp. 5.300.000,-

BOP tetap sesungguhnya Rp. 5.400.000,-

BOP sesungguhnya Rp. 10.700.000,-

Perhitungan dan analisis selisih BOP dengan metode variabel costing

BOP variabel yang dibebankan kepada produk Rp. 5.437.500,-

BOP variabel yang sesungguhnya Rp. 5.300.000,-


Selisih BOP variabel Rp. 137.500,-

Untuk mencatat selisih BOP tersebut perlu dibuat dua jurnal sebagai berikut :

a. Jurnal untuk menutup rekening BOP yang dibebankan ke rekening BOP variabel
sesungguhnya

BOP variabel yang dibebankan Rp. 5.437.500,-

BOP variabel sesungguhnya Rp. 5.437.500,-

b. Jurnal untuk selisih BOP

Selisih BOP variabel Rp. 137.500,-

BOP variabel sesungguhnya Rp. 137.500,-

Selisih BOP variabel Rp. 137.500,- dan jumlah ini disebut selisih pengeluaran variabel.Karena
metode variabel costing tidak membebankan BOP tetap kepada produk,maka tidak ada selisih
yang dihitung yang bersangkutan dengan kapasitas.

G. PENYUSUNAN ANGGARAN BOP PER DEPARTEMEN

1. Penaksiran BOP langsung departemen atas dasar kapasitas yang direncanakan untuk tahun
anggaran

2. Penaksiran BOP tak langsung departemen

Biaya tak langsung departemen-departemen yang menikmati manfaatnya atas dasar distribusi
tertentu,yaitu :

Biaya tak langsung departemen Dasar distribusi


a) Biaya depresiasi gedung Meter persegi luas lantai
b) Biaya reparasi dan pemeliharaan gedung Meter persegi luas lantai
c) Gaji pengawas departemen Jumlah karyawan
d) Biaya angkut bahan baku Biaya bahan baku
3. Distribusi BOP tak langsung departemen ke departemen-departemen yang menikmati
manfaatnya

4. Penjumlahan BOP per departemen

H. ALOKASI BOP DEPARTEMEN PEMBANTU KE DEPARTEMEN PRODUKSI

Alokasi BOP departemen pembantu ke departemen produksi dapat dilakukan dengan salah satu
dari cara berikut :

1. Metode alokasi langsung

BOP departemen pembantu dialokasikan ke tiap-tiap departemen produksi yang


menikmatinya.Metode alokasi langsung digunakan apabila jasa yang dihasilkan oleh
departemen pembantu hanya dinikmati oleh departemen produksi saja. Tidak ada
departemen pembantu yang memakai jasa departemen pembantu yang lain.

2. Metode alokasi bertahap

Metode ini digunakan apabila jasa yang dihasilkan departemen pembantu tidak hanya
dipakai oleh departemen produksi saja,tetapi digunakan pula oleh departemen pembantu
yang lain. Contoh : departemen pembangkit listrik memberikan jasa berupa listrik kepada
departemen bengkel.

Sebaliknya departemen pembangkit tenaga listrik menerima jasa reparasi dan


pemeliharaan dari departemen bengkel. Baik departemen bengkel dan pembangkit tenaga
listrik,keduanya adalah departemen pembantu. Metode alokasi bertahap dibagi menjadi 2
kelompok metode :

a. Metode alokasi bertahap yang memperhitungkan transfer jasa timbale balik antar
departemen pembantu,yang termasuk dalam kelompok metode ini : metode alokasi
kontinyu dan metode aljabar
b. Metode alokasi bertahap yang tidak memperhitungkan transfer jasa timbale balik
antar departemen pembantu.Metode alokasi yang termasuk dala kelompok ini
adalah metode urutan lokasi yang diatur .

I. CONTOH PERHITUNGAN TARIF PEMBEBANAN BOP PER DEPARTEMEN

PT Salsa mengolah produknya melalui dua departemen poduksi : departemen A dan departemen B
,dan ditunjang oleh tiga departemen pembantu : departemen X,departemen Y dan departemen Z.
Anggaran BOP per departemen untuk tahun 2012 sebagai berikut :

Dept.Produksi Dept.Pembantu
Jenis BOP
Jml A B X Y Z
BOP Langsung departemen 1.450 550 750 50 75 25
-Biaya bahan penolong 1.000 - - - 1.000 -
-Biaya bahan Bakar 2.000 750 800 200 150 100
-Biaya tenaga kerja tak langsung
1.375 400 500 300 100 75
-Biaya kesejahteraan karyawan
Jumlah BOP langsung departemen 5.825 1.700 2.050 550 1.325 200
BOP tak langsung departemen
-Biaya depresiasi gedung 400 100 120 76 40 64
-Biaya asuransi gedung 500 125 150 95 50 80
Jumlah BOP tak langsung dept. 900 225 270 171 90 144
Jumlah BOP 6.725 1.925 2.320 721 1.415 344

Dasar distribusi BOP


Luas lantai Proporsi luas lantai ((b) :
Dept. yang menikmati manfaat biaya
(m2) 8.000) x 100%

(a) (b) ©
Departemen A 2.000 25%
Departemen B 2.400 30%
Departemen X 1.520 19%
Departemen Y 800 10%
Departemen Z 1.280 16%
Jumlah 8.000 100%

PT. Salsa

Taksiran jasa departemen-departemen pembantu yang dipakai oleh

Departemen Produksi

Departemen pembantu Departemen Produksi A Departemen Produksi B


Departemen X 75 % 25%
Departemen Y 45 % 55%
Departemen Z 60 % 40%

PT.Salsa

Alokasi BOP departemen pembantu ke departemen produksi

(dalam ribuan rupiah)

Dept.Produksi Dept.Pembantu
Keterangan
A B X Y Z
Jumlah BOP langsung dan tak 1.925 2.320 721 1.415 344
langsung departemen
Alokasi BOP Departemen X 206,4 137,6 - - (344)
Alokasi BOP Departemen Y 636,75 778,25 - (1.415) -

Alokasi BOP Departemen Z 540,75 180,25 (721) - -


Jumlah alokasi BOP dari departemen 1.383,9 1.096,1 0 0 0
pembantu
Jumlah biaya departemen ,produksi 3.308,9 3.416,1 0 0 0
setelah menerima alokasi biaya dari
departemen pembantu

BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Biaya Overhead Pabrik adalah semua biaya produksi kecuali biaya bahan baku dan biaya
tenaga kerja (ini untuk perusahaan yang proses produksinya berdasarkan metode harga pokok proses).
Biaya-biaya produksi yang tidak dapat dikategorikan ke dalam biaya bahan baku dan biaya tenaga
kerja langsung atau yang wujud riilnya adalah biaya bahan baku tidak langsung dan biaya tenaga kerja
tidak langsung serta biaya pabrik lainnya dikelompokkan tersendiri yang disebut biaya overhead
pabrik. Departementalisasi biaya overhead pabrik bermanfaat untuk mengendalikan biaya dan
ketelitian penentuan harga pokok produk. Pengendalian BOP dapat lebih mudah dilakukan dengan
cara menghubungkan biaya dengan pusat terjadinya, sehingga dengan demikian akan memperjelas
tanggung jawab setiap biaya yang terjadi dalam depaartemen tertentu. Dengan digunakannya tarif-
tarif BOP yang berbeda-beda untuk tiap departemen, maka pesanan atau produk yang melewati suatu
departemen produksi akan dibebani dengan BOP. Sesuai dengan departemen bersangkutan.

DAFTAR PUSTAKA

http://tugashamidanshori.blogspot.co.id/2015/01/makalah-anggaran-biaya-overhead.html
Nama : Nanda Sholikha

Nim : 1714190022

Matkul : Seminar Manajemen Akuntansi

7–8 Pengalokasian Biaya Departemen Pendukung dengan Menggunakan


Metode Langsung

Schroeder Company memproduksi suatu produk dalam sebuah pabrik yang memiliki
dua departemen Produksi (Pemotongan dan Penjahitan) dan dua Departemen
Pendukung (S1 dan S2). Penggerak bagi aktivitas S1 adalah jumlah karyawan dan
penggerak aktivitas bagi S2 adalah jumlah jam pemeliharaan. Data berikut
menyangkuta Schroeder Company.

Departemen Pendukung Departemen Produksi

S1 S2 Pemotongan Penjahitan

Biaya langsung $200.000 $140.000 $122.000 $90.500

Aktivitas normal :

Jumlah karyawan - 50 120 80

Jam pemeliharaan 1.200 - 15.000 5.000

Diminta

1. Hitunglah rasio alokasi yang akan digunakan di bawah metode langsung untuk
Departemen S1 dan S2 (Tiap Dpertemen Pendukung akan memiliki dua rasio
alokasi satu untuk pemotongan dan lainnya untuk penjahitan).

2. Alokasikan biaya Departemen pendukung ke Departemen Produksi dengan


menggunakan metode langsung!
Jawaban

1. Allocation ratios for S1 based on number of employees:


Cutting = 120/(120 + 80) = 0.60
Sewing = 80/(120 + 80) = 0.40

Allocation ratios for S2 based on number of maintenance hours:

Cutting = 15,000/(15,000 + 5,000) = 0.75


Sewing = 5,000/(15,000 + 5,000) = 0.25

2. Support Departments Producing Departments


S1 S2 Cutting Sewing
$200,000 $ 140,000 $ 122,000 $ 90,500
Direct costs
Allocate:
S1 (200,000) — 120,000 80,000
S2 — (140,000) 105,000 35,000
Total $ 0 $ 0 $ 347,000 $ 205,500

7–9 Pengalokasian Baiaya Departemen Pendukung ke Departemen Produksi dengan


Menggunaka Metode Berurutan (TB3)

Berkaitan dengan Latihan 7-8. Dengan menggunakan metode berurutan, biaya


Departemen S1 dialokasikan terlebih dahulu.

Diminta
1. Hitunglah rasio alokasi dngan menggunakan metode berurutan bagi S1 dan S2!
Buatlah perhitungan Anda sehingga menjadi dua digit! (S1 akan memiliki tiga
rasio alokasi yang tiap rasionya untuk S2, Pemotongan, dan Penjahitan. S2 akan
memiliki dua rasio yang satu rasionya untuk tiap Departemen Produksi)
2. Alokasikan biaya Departemen Pendukung ke Departemen Produksi dengan
menggunakan metode berurutan.
Jawaban

1. Allocation ratios for S1 based on number of employees: S2


= 50/(50 + 120 + 80) = 0.20
Cutting = 120/(50 + 120 + 80) = 0.48
Sewing = 80/(50 + 120 + 80) = 0.32

Allocation ratios for S2 based on number of maintenance hours: Cutting


= 15,000/(15,000 + 5,000) = 0.75
Sewing = 5,000/(15,000 + 5,000) = 0.25
2. Alokasi biaya Departemen Pendukung

Departemen Pendukung Departemen Produksi


S1 S2 Pemotongan Penjahitan
Biaya langsung $200.000 $140.000 $122.000 $ 90.500
Alokasi biaya :
S1 (200.000) 40.000 96.000 64.000
S2 - (180.000) 135.000 45.000
Total $ 0 $ 0 $353.000 $199.500

7 – 10 Pengalokasian Biaya Departemen Pendukung dengan Menggunakan Metode Timbal Balik


(TB3)

Berkaitan dengan Latihan 7-8.

Diminta

1. Hitunglah rasio alokasi yang dingunakan di bawah metode timbal balik untuk S1 dan S2!
Buatlah perhitungan Anda hingga menjadi empat digit! (S1 akan memiliki tiga rasio alokasi
yang tiap rasionya untuk S2, Pemotongan, dan Penjahitan. S2 akan memiliki tiga rasio alokasi
yang tiap rasionya untuk S1, Pemotongan, dan Penjahitan).
2. Buatlah persamaan biaya untk tiap Departemen Pendukung dan selesaikan persamaan untuk
biaya total Departemen Pendukung!
3. Berdasarkan pada perhitungan dalam Permintaan 1, alokasikan biaya Departemen Pendukung
ke Departemen Produksi dengan menggunakan metode timbal balik!

Jawaban

1. Rasio alokasi
Proportion of Output Used by Department
S1 S2 Cutting Sewing
Alocation ratio :
S1 - 0.2000 0.4800 0.3200
S2 0.0566 - 0.7075 0.2358

2. S1 = Direct costs + Share of S2 costs


S1 = $200,000 + 0.0566(S2)
S2 = Direct costs + Share of S1 costs
S2 = $140,000 + 0.200(S1)
S2 = $140,000 + 0.200 [$200,000 + 0.0566(S2)]
S2 = $140,000 + $40,000 + 0.0113(S2)
0.9887S2 = $180,000 S2 = $182,057

Substituting $180,057 for S2 into the S1 equation yields total S1 cost:


S1 = $200,000 + 0.0566($182,057)
= $200,000 + $10,304 = $210,304
3. Support Departments Producing Departments
S1 S2 Cutting Sewing
Direct costs $200,000 $140,000 $122,000 $ 90,500
Allocated from:
S1 (210,304) 42,061 100,946 67,297
S2 10,304 (182,057) 128,805 42,929
Total $ 0 $ (6)* $351,751 $200,726
*Difference due to rounding.

Anda mungkin juga menyukai