Anda di halaman 1dari 36

ASUHAN KEPERAWATAN KEKURANGAN KALORI PROTEIN (KKP)

(Diajukan untuk memenuhi salahsatu tugas dalam menempuh mata kuliah Keperawatan Anak)
pengelolaan kelas oleh

Dosen Pengampu :

Irisanna Tambunan S.kep., Ners., M.KM

Oleh

Resa Rosdiana

191FK01096

3C

PROGRAM STUDY DIPLOMA III FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS BHAKTI KENCANA BANDUNG

TAHUN AJARAN 2021/2022


KONSEP TEORI

1. Pengertian KKP
Nama internasional KKP yaitu Calori Protein Malnutrition atau CPM adalah
suatu penyakit difisiensi gizi dari keadaan ringan sampai berat, disebut juga Protein
Energi Malnutrisi (PEM).
Kekurangan kalori protein adalah defisiensi gizi terjadi pada anak yang kurang
mendapat masukan makanan yang cukup bergizi, atau asupan kalori dan protein kurang
dalam waktu yang cukup lama (Ngastiyah, 1997).
Kurang kalori protein (KKP) adalah suatu penyakit gangguan gizi yang
dikarenakan adanya defisiensi kalori dan protein dengan tekanan yang bervariasi pada
defisiensi protein maupun energi (Sediatoema, 1999).
Kekurangan kalori protein diklasifikasi menjadi dua berdasarkan berat tidaknya
yaitu KKP ringan atau sedang disebut juga sebagai gizi kurang (under nutrition) ditandai
oleh adanya hambatan pertumbuhan dan KKP yang meliputi kwasiorkor, marasmus dan
kwashiorkor marasmus. Malnutrisi kalori protein adalah tidak adekuatnya intake protein
dan kalori yang dibutuhkan oleh tubuh. (Suriadi dan Rita Yuliani, 2001).
Kurang energi protein adalah keadaan kurang gizi yang disebabkan rendahnya
konsumsi energi dan protein dalam makanan sehari – hari sehingga tidak memenuhi
angka kebutuhan gizi (AKG). (Arief Mansjoer, 2000).

2. Klasifikasi Anak dengan KKP


Menurut Departemen Kesehatan RI (1999) KKP/ KEP yang dibagi berdasarkan gejala
klinis ada 3 tipe yaitu KEP ringan, sedang, dan berat (gizi buruk). Untuk KEP/KKP
ringan dan sedang, gejala klinis yang ditemukan hanya anak tampak kurus sedangkan
gejala klinis KKP/ KEP berat (gizi buruk) secara garis besar dapat dibedakan sebagai
marasmus, kwashiorkor dan marasmus-kwashiorkor.Adapun Kwashiorkor merupakan
KKP berat karena kekurangan protein(terjadi edema di sekujur tubuh terutama bagian
ekstremitas), Marasmus ialah KKP berat karena kekurangan Kalori atau karbohidrati
(Anak tampak kurus dan wajahnya seperti orangtua) dan Marasmik-Kwashiorkor karena
kekurangan karbohidrat dan protein (campuran gejala klinik dari kwashiorkor dan
marasmus dengan edema tidak mencolok)
3. Etiologi
Etiologi malnutrisi dapat primer, yaitu apabila kebutuhan individu yang sehat akan
protein, kalori atau keduanya, tidak dipenuhi oleh makanan yang adekuat, atau sekunder,
akibat adanya penyakit yang menyebabkan asupan sub optimal, gangguan penyerapan dan
pemakaian nutrien, dan/atau peningkatan kebutuhan karena terjadinya hilangnya nutrien atau
keadaan stres. Kekurangan kalori protein merupakan penyakit energi terpenting di negara
yang sedang berkembang dan salah satu penyebab utama morbilitas dan mortalitas pada
masa kanak – kanak diseluruh dunia. (Rudolph, 2006).
Penyebab langsung dari KKP adalah defisiensi kalori protein dengan berbagai
tekanan, sehingga terjadi spektrum gejala-gejala dengan berbagai nuansa dan melahirkan
klasifikasi klinik (kwashiorkor, marasmus, marasmus kwashiorkor). Penyebab tak langsung
dari KKP sangat banyak sehingga penyakit ini disebut sebagai penyakit dengan
multifactoral.
Berikut ini merupakan sistem holistik penyebab multifactoral menuju ke arah terjadinya
KKP:

1. Ekonomi negara rendah 8. Persediaan pangan kurang


2. Pendidikan umum kurang 9. Penyakit infeksi dan investasi
3. Produksi bahan pangan cacing
rendah 10. Konsumsi kurang
4. Hygiene rendah 11. Absorpsi terganggu
5. Pekerjaan rendah 12. Utilisasi terganggu
6. Pasca panen kurang baik 13. KKP
7. Sistem perdagangan dan 14. Pengetahuan gizi kurang
distribusi tidak lancar 15. Anak terlalu banyak

4. Patofisiologi
Penyakit malnutrisi dengan kekurangan energy-protein atau tidak mencukupinya
makanan bagi tubuh sering kali dikenal dengan marasmus dan kwashiorkor
Kwashiorkor adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh kekurangan protein baik
dari segi kualitas maupun kuantitasnya. Kekurangan protein dalam makanan akan
mengakibatkan kekurangan asam amino essensial dalam serum yang diperlukan untuk
sintesis dan metabolisme terutama sebagai pertumbuhan dan perbaikan sel, makin ber
kurangnya asam amino dalam serum menyebabkan berkurangnya produksi albumin oleh
hati. Kulit akan tampak bersisik dan kering karena depigmentasi. Anak dapat mengalami
gangguan pada mata karena kekurangan vitamin A. Kekurangan mineral khususnya besi,
kalsium dan seng. Edema yang terjadi karena hipoproteinemia yang mana cairan akan
berpindah dari intravascular kompartemen ke rongga interstisial yang kemudian
menimbulkan ascites. Gangguan gastrointestinal seperti adanya perlemakan pada hati dan
atropi pada sel acini pancreas.
Marasmus adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh kekurangan kalori dan
protein. Pada marasmus ditandai dengan atropi jaringan, terutama lapisan subkutan dan
badan tampak kurus seperti orang tua. Pada marasmus metabolisme lemak kurang terganggu
dari pada kwashiorkor, sehingga kekurangan vitamin biasanya minimal atau tidak ada. Pada
marasmus tidak ditemukan edema akibat dari hipoalbuminemia dan atau retensi sodium.
Pemenuhan kebutuhan dalam tubuh masih dapat dipenuhi dengan adanya cadangan protein
sebagai sumber energi.

Pathway
5. Manifetasi Klinis
Pada klien Kwashiorkor
 Muka sembab
 Edema
 Lethargi
 Jaringan otot mengecil
 Jaringan subkutan tipis dan lembut
 Warna rambut pirang atau seperti rambut jagung
 Kulit kering dan bersisik
 Alopecia
 Anorexia
 Gagal dalam Tumbuh kembang
 Tampak anemia

Pada klien Marasmus


 Badan kurus kering
 Tampak seperti orang tua
 Lethargi
 Kulit berkeriput
 Ubun-ubun cekung pada bayi
 Jaringan subkutan hilang
 Turgor kulit jelek
 Malaise
 Apatis
 Kelaparan
Adapun 2 golongan KKP:
1. KKP Ringan
a). Pertumbuhan linear terganggu
b). Peningkatan berat badan berkurang, terhenti, bahkan turun
c). Ukuran lingkar lengan atas menurun
d). Maturasi tulang terlambat
e). Ratio berat terhadap tinggi normal atau cenderung menurun
Anemia ringan atau pucat
f). Aktifitas berkurang
g). Kelainan kulit (kering, kusam)
h). Rambut kemerahan
2. KKP Berat
a). Gangguan pertumbuhan
b). Mudah sakit
c). Kurang cerdas
d). Jika berkelanjutan menimbulkan kematian

6. Pemeriksaan Diagnostik

 Pemeriksaan Fisik
 Pemeriksaan laboratorium, albumin, creatinine, dan nitrogen. Elektrolit, Hb, Ht,
transferin.

7. Penatalaksanaan Terapeutik
 Diit tinggi kalori, protein, mineral dan vitamin
 Pemberian terapi cairan dan elektrolit
 Penanganan diare bila ada cairan, antidiare, dan antibiotic
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN
MARAMUS DAN KWASHIORKOR

1. Pengkajian

a. Identitas Anak
Biodata anak terdiri dari nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan,
suku/bangsa, golongan darah, tanggal masuk rumah sakit, tanggal pengkajian, no
medrec, diagnosa medis, alamat.

b. Identitas Penanggung jawab


Meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan, hubungan
dengan anak, alamat, keadaan kesehatan.

c. Keluhan utama
Pada umumnya anak masuk rumah sakit dengan keluhan gangguan pertumbuhan
(berat badan semakin lama semakin turun), sering diare dan keluhan lain yang
menunjukkan terjadinya gangguan kekurangan gizi.
Pada marasmus: ibu pasien mengatakan anaknya rewel, tidak mau makan, badan
terlihat sangat kurus.Pada kwashiorkor: ibu mengatakan anak mengalami bengkak
pada kaki dan tangan, kondisi lemah, tidak mau makan, BB menurun.

d. Riwayat Keperawatan Sekarang


Pada anak dengan marasmus berat badan menurut < 60% dari berat badan normal
usianya.Pada anak dengan kwashiorkor biasanya mengalami gangguan pertumbuhan
(BB < 80% dari BB normal seusianya), bengkakpada tungkai, perut terlihat busung,
serta mengalami keterbelakangan mental yaitu apatis dan rewel, juga mengalami
penurunan nafsu makan ringan sampai berat.

e. Riwayat Kesehatan dahulu


Meliputi pengkajian riwayat prenatal, natal dan post natal, hospitalisasi dan
pembedahan yang pernah dialami, alergi, pola kebiasaan, tumbuh-kembang,
imunisasi, status gizi (lebih, baik, kurang, buruk), psikososial, psikoseksual, interaksi
dan lain-lain. Data fokus yang perlu dikaji dalam hal ini adalah riwayat pemenuhan
kebutuhan nutrisi anak (riwayat kekurangan protein dan kalori dalam waktu relatif
lama).

f. Riwayat kesehatan keluarga


Meliputi pengkajian komposisi keluarga,lingkungan rumah dan komunitas,
pendidikan dan pekerjaan anggota keluarga, fungsi dan hubungan angota keluarga,
kultur dan kepercayaan perilaku yang dapat mempengaruhi kesehatan, persepsi
keluarga tentang penyakit klien dan lain-lain.Tanyakan apakah anggota keluarga
pasien pernah menderita penyakit yang berhubungan dengan kekurangan gizi atau
kurang protein.

Kaji apakah ada riwayat penyakit keluarga yang bisa menyebabkan terjadinya
kwarshiorkor. Namun, sebagian besar tidak ada pengaruh genetik yang dapat
menyebabkan marasmus-kwarshiorkor. Penyebab yang paling utama dikaitkan dengan
asupan nutrisi yang tidak adekuat.

g. Riwayat pertumbuhan perkembangan


1) Anak yang menderita marasmus-kwarshiorkor mengalami keterlambatan
pertumubuhan akibat defisiensi protein maupun kalori dan gangguan penglihatan
2) Kecerdasan anak dengan marasmus-kwarshiorkor juga akan menurun akibat
keterbelakangan pertumbuhan dan perkembangan
3) Anak mengalami gangguan anoreksia dapat memperberat gangguan nutrisi
sehingga intake nutrisi semakin berkurang dan mengakibatkan penurunan berat
badan
h. Riwayat nutrisi
Anak dengan kwarshiorkor akan mengalami malnutrisi terutama defisiensi
protein. Anak juga kekurangan asupan karbohidrat, lemak, vitamin, dan mineral
penting yang diperlukan tubuh. Vitamin yang kurang diantaranya pembentuk darah
seperti Ferum, vitamin B kompleks (B12, folat, B6) dan vitamin A yang penting untuk
pertumbuhan mata.
i. Pemeriksaan Fisik
Pengkajian secara umum dilakukan dengan metode head to toe yang meliputi:
keadaan umum dan status kesadaran, tanda-tanda vital,area kepala dan wajah, dada,
abdomen, ekstremitas dan genito-urinaria. Fokus pengkajian pada anak dengan KKP
adalah pengukuran antropometri (berat badan, tinggi badan, lingkaran lengan atas dan
tebal lipatan kulit).

 Pengkuran antropometri
 Pada marasmus: Berat badan < 60% dari berat badan normal usianya.
 Pada kwashiorkor: Berat badan menurut usia < 80 % dari berat badan normal
usianya, LLA (Lingkar Lengan Atas) <14cm. Lipatan lemak normal sekitar
1,25 cm pada laki-laki dan sekitar 2,5 cm pada wanita.

 Pada anak dengan marasmus

 Penampilan: Muka seorang penderita marasmus menunjukan wajah seperti


orang tua. Anak terlihat sangat kurus (vel over been)
 Kulit: Kulit biasanya kering, dingin, dan mengendor
 Rambut kepala: Walaupun tidak sering seperti pada penderita kwashiorkor,
adakalanya tampak rambut yang kering, tipis dan mudah rontok, berserabut,
rapuh, pudar, depigmentasi.
 Lemak dibawah kulit: Lemak subkutan menghilang hingga turgor kulit
mengurang.
 Otot-otot: Otot-otot atrofis, hingga tulang-tulang terlihat lebih jelas, dan juga
lemas.
 Abdomen: Distensi, lembek, menonjol besar, perototan buruk.
 Jantung: terdapat bradikardi.
 Tekanan darah: Pada umumnya tekanan darah penderita lebih rendah
dibandingkan dengan anak sehat seumurnya.
 Pada anak dengan kwashiorkor:

 Perubahan rambut (defigmentasi, kusam, kering, halus, jarang dan mudah


dicabut)
 Edema palpebra/ edema tungkai
 Tanda-tanda gangguan system pernafasan (batuk, sesak, ronchi, retraksi otot
intercostals)
 Perut tampak buncit
 Hati teraba membesar
 Bissing usus dapat meningkat bila terjadi diare
 Kulit kering, hiperpigmentasi, bersisik dan adanya crazy pavement dermatosis
terutama pada bagian tubuh yang sering tertekan (bokong, fosa popliteal,
lutut, dan ruas-ruas jari kaki).

j. Pengkajian lingkungan rumah dan komunitas


Lingkungan yang buruk, dapat memicu timbulnya infeksi, dikarenakan infeksi
yang kronik misalnya diare yang membuatnya mengalami gangguan penyerapan
protein.

k. Riwayat Psikososial
Ibu dengan anak yang menderita marasmus-kwarshiorkor dapat mengalami cemas
dikarenakan penurunan berat badan anak, penurunan nafsu makan serta anak yang
sering rewel.

l. Pemeriksaan Laboratorium
Pada pemeriksaan laboratorium, anemia selalu ditemukan terutama jenis
normositik normokrom karena adanya gangguan sistem eritropoesis akibat hipoplasia
kronis sumsum tulang di samping karena asupan zat besi yang kurang dalam makanan,
kerusakan hati dan gangguan absorbsi.Pemeriksaan radiologis juga perlu dilakukan
untuk menemukan adanya kelainan pada paru. Selain itu juga ditemukan :

1) Albumin serum, penurunan kadar albumin (Kadar Albumin normal : 3.5-5.0 g/dl)
2) Penurunan kadar kreatinin
3) Kurangnya kadar kalsium, kalium dan magnesium
4) Kadar kolesterol serum, penurunan kolesterol (Kadar Kolesterol normal: <200
mg/dl)
5) Globulin serum, kadar globulin dalam serum kadang-kadang menurun akan tetapi
tidak sebanyak menurunnya albumin serum, hingga terdapat rasio
albumin/globulin yang biasanya 2 menjadi lebih rendah, bahkan pada malnutrisi
berat ditemukan rasio yang terbalik (Kadar globulin normal: 2.0- 3.5 g/dl)
6) Kadar asam amino essensial dalam plasma relatif lebih rendah dari pada asam
amino non essiensial.
7) Kadar amylase, esterase, kolinasterase, transaminase, lipase dan alkali fostase
menurun.

2. Diagnose
Diagnosis yang mungkin dapat ditemukan pada anak dengan Marasmus, yaitu:

a. Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan


malnutrisi energi protein

b. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan diare

c. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan gangguan nutrisi/status penurunan


metabolik

d. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan penurunan imunitas tubuh

e. Perubahan pertumbuhan dan perkembangan berhubungan dengan melemahnya


kemampuan fisik dan ketergantungan sekunder akibat masukan kalori atau nutrisi
yang tidak adekuat

f. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya terpapar informasitentang


penyediaan cara pemberian makan pada anak dengan gizi yang seimbang
Diagnosa yang mungkin dapat ditemukan pada anak dengan Kwarshiorkor adalah:

a. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d kondisi yang mempengaruhi
masukan nutrisi atau peningkatan kebutuhan nutrisi.
m. Perubahan volume cairan (fluktuasi) b.d ketidakmampuan mencerna cairan.
n. Gangguan integritas kulit b.d gangguan nutrisi/status metabolic.
o. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) mengenai kondisi, prognosis, dan
kebutuhan pengobatan b.d kurang terpapar informasi.
p. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan penurunan imunitas tubuh
q. Resiko gangguan tumbuh kembang b.d malnutrisi.

3. Rencana Keperawatan

 Pada anak dengan marasmus


a. Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
malnutrisi energi protein.
 Tujuan: Pemenuhan nutrisi adekuat.
 Kriteria Hasil: Peningkatan pemenuhan nutrisi secara oral.
No. Intervensi Rasional
Mengetahui riwayat diit pasien
1
Kaji riwayat diit pasien sebelumnya yang menyebabkan pasien
menderita marasmus
Mengukur dan mencatat BB pasien BB menggambarkan status gizi pasien
2
dan dapat dijadikan sebagai data dasar.
Anjurkan orang tua atau anggota Menyuapi anak atau ada disaat anak
3 keluarga lain untuk menyuapi anak makan dapat membantu anak untuk
atau ada disaatmakan makan lebih banyak
Minta anak makan dimeja dalam
Waktu makan yang menyenangkan dapat
4 kelompok dan buat waktu makan
meningkatkan nafsu makan anak
menjadi menyenangkan
5 Gunakan alat makan yang menarik Alat makan yang menarik (lucu,
(lucu, bergambar) bergambar) dapat meningkatkan nafsu
makan anak
6 Sajikan makan sedikit tapi sering Mengurangi rasa mual dan muntah
Memberikan makanan tinggi TKTP Nutrisi yang bekalori dan berprotein
7
dapat mengembalikan fungsi tubuh.
Mempertahankan kebersihan mulut
8 Untuk mencegah komplikasi noma
dan gigi
Memberi makan lewat parenteral (D Mengganti zat-zat makanan secara cepat
9 5%) melalui parenteral
Kolaborasi dengan ahli gizi dapat
Kolaborasi dengan ahli gizi dalam
10 membantu mengetahui jenis makan apa
pemberian diit pasien
yang baik untuk pasien

b. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan diare.


 Tujuan: Kekurangan volume cairan dapat teratasi
 Kriteria Hasil: Mukosa bibir lembab, tidak terjadi peningkatan suhu, turgor kulit
baik

No. Intervensi Rasional


Monitor tanda-tanda vital Mengatasi dengan cepat
dan tanda-tanda dehidrasi jika terjadi dehidrasi pada
pasein
Monitor jumlah dan tipe Memonitor jumlah dan tipe
masukan cairan masukan cairan untuk
mengetahui efektivitas dari
terapi yang telah diberikan
Mengobservasi input dan Mengetahui balance intake
output tiap 6 jam dan output cairan pasien
yang menggambarkan
keseimbangan cairan dan
elektrolit tubuh pasien
Kolaborasi pemberian cairan Menunjang kebutuhan
IVFD cairan pasien
c. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan penurunan status metabolik.
 Tujuan: Tidak terjadi gangguan integritas kulit
 Kriteria Hasil: Kulit tidak kering, tidak bersisik, dan elastisitas normal

No. Intervensi Rasional


Monitor adanya kemerahan, Mengetahui adanya tanda-
pucat, dan ikterik tanda gangguan integritas
kulit pada pasien

Anjurkan pasien untuk mandi Menjaga kebersihan tubuh


2 x sehari dan gunakan lotion pasien dan kelembaban
setelah mandi kulit pasien
Massage kulit pada tempat- Meminimalkan terjadinya
tempat penonjolan tulang luka dekubitus pada pasien
Mengganti posisi pasien Meminimalkan terjadinya
ketika berbaring sesering luka dekubitus pada pasien
mungkin

d. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan penurunan imunitas tubuh.


 Tujuan: Pasien tidak menunjukkan tanda-tanda infeksi
 Kriteria Hasil: Suhu tubuh normal, leukosit dalam batas normal

No. Intervensi Rasional


Monitor tanda-tanda vital Tanda-tanda vital pasien
pasien dapat meningkat apabila
terjadi infeksi pada pasien

Monitor adanya tanda-tanda Memonitor adanya tanda-


infeksi tanda infeksi dapat
memberikan tindakan lebih
cepat untuk menanganinya
Ajarkan dan anjurkan mengurangi kontaminasi
keluarga untuk mencuci silang dan infeksi
tangan sebelum dan sesudah
kontak dengan pasien
Gunakan alat-alat yang mengurangi kontaminasi
bersih atau steril silang dan infeksi
Kolaborasi pemberian menghambat atau
antibiotika mematikan kuman dalam
tubuh pasien

e. Perubahan pertumbuhan dan perkembangan berhubungan dengan melemahnya


kemampuan fisik dan ketergantungan sekunder akibat masukan kalori atau nutrisi
yang tidak adekuat.
 Tujuan: Anak mampu tumbuh dan berkembang sesuai dengan kemampuannnya
 Kriteria Hasil:Terjadi peningkatan dalam perilaku personal, sosial, bahasa,
kognitif atau aktifitas motorik sesuai dengan usianya

No. Intervensi Rasional


Ajarkan pada orang tua Menstimulasi anak sesuai
tentang tugas perkembangan dengan kelompok usianya
yang sesuai dengan
kelompok usia
Kaji tingkat perkembangan Mengetahui tingkat
anak dengan Denver II perkembangan anak

Berikan kesempatan bagi Menstimulasi dan


anak yang sakit memenuhi mempertahankanaktifitas
tugas perkembangan anak
Berikan mainan sesuai usia Menimalkan dampak
anak hospitalisasi anak

Berikan waktu bermain yang Bermain dapat merangsang


cukup dan ajarkan permainan system motorik dan
baru sesuai dengan tingkat sensorik anak
perkembangan.

Bicarakan dengan anak Anak menjadi tidak trauma


mengenai perawatan yang dengan tindakan yang
diberikan diberikan

Sering bicara dengan anak Memberi kesempatan pada


tentang perasaan, ide-ide, anak menuangkan
kepedulian terhadap kondisi perasaanya
atau perawatan.

8 Memberikan kesempatan
untuk berinteraksi dengan Interaksi dengan anak

teman seusianya membantu


mempertahankan
kehidupan social

f. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) mengenai kondisi, prognosis, dan


kebutuhan pengobatan b.d kurang terpapar informasi.
 Tujuan: Pengetahuan pasien/ keluarga tentang penyakitnya bertambah.
 Kriteria hasil:
1). Mengungkapkan tentang pemahaman tentang proses kondisi/ penyakit dan
kebutuhan nutrisi individu.
2). Melakukan dengan benar prosedur yang perlu dan menjelaskan

N
Intervensi Rasional
o
1.1 Kaji pengetahuan pasien atau Memberikan informasi dimana
keluarga tentang status nutrisi. pasien/keluarga dapat memilih
Tinjau ulang situasi individu, berdasarkan informasi.
tanda/gejala malnutrisi, harapan Pengetahuan tentang interaksi
masa datang, kebutuhan transisi antara malnutrisi dan penyakit
pemberian makan. membantu untuk memahami
kebutuhan terhadap terapi
khusus.
2 2. Diskusikanalasan penggunaan Mengurangi ansietas mengenai
dukungan nutrisi parenteral/enteral. ketidakmampuan untuk makan
3. melalui mulut.

4.3 Diskusikan penanganan, Pemahaman pasien dan kerja


penyimpangan, persiapan yang tepat sama adalah kunci untuk
dari larutan nutrisi atau makanan pemasangan aman dan
yang di blender, juga diskusikan pemeliharaan alat akses
tehnik aseptic atau bersih untuk dukungan nutrisi serta
peraatan sisi pemasangan dan pencegahan komplikasi.
pengunaan balutan.
5.4 Tinjau ulang penggunaan/ Menurunkan resiko komplikasi
perawatan alat pendukung nutrisi. metabolic dan infeksi.

 Pada anak dengan kwarshiorkor

a. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d kondisi yang mempengaruhi
masukan nutrisi atau peningkatan kebutuhan nutrisi.
 Tujuan : Kebutuhan nutrisi terpenuhi.
 Kriteria hasil : Memperlihatkan berat badan stabil atau penambahan berat badan
progresif ke arah tujuan dengan normalisasi nilai laboratorium dan bebas dari
tanda malnutrisi.

No Intervensi Rasional
1. 1 Kaji status nutrisi secara continue Memberikan kesempatan untuk
selama perawatan setiap hari, mengobservasi penyimpangan
perhatikan tingkat energy, kondisi dari normal/dasar pasien dan
kulit, kuku, rambut, keinginan untuk mempengaruhi pilihan intervensi.
makan ataupun anoreksia.

4. 2 Timbang berat badan,ukur lingkar Membuat data dasar, membantu


lengan atas dan tebal lipatan pemantauan keefektifan
kulitsetiap hari dan bandingkan pengobatan teurapeutik dan dapat
dengan berat badan saat penerimaan menggambarkan perkembangan
status gizi pasien.

7. 3 Dokumentasikan masukan oral Mengidentifikasi


selama 24 jam, riwayat makanan, dan ketidakseimbangan antara
jumlah kalori dengan tepat. perkiraan kebutuhan nutrisi dan
masukan actual.

10. 4Berikan larutan nutrisi pada Ketentuan dukungan nutrisi


kecepatan yang dianjurkan melalui didasarkan pada perkiraan
alat control infuse sesuai kebutuhan . kebutuhan kalori dan protein.
Atur kecepatan nutrisi per jam.
11.
12. 5Jadwalkan aktivitas dan istirahat Meminimalisir kebutuhan kalori.
13. 6Kaji fungsi GI dan toleransi pada Karena pergantian protein dari
pemberian makanan enteral: catat mukosa GI terjadi kira-kira setiap
bising usus, keluhan mual/muntah, 3 hari, saluran GI beresiko tinggi
ketidaknyamanan abdomen, adanya pada disfungsi dini dan atrofi dari
diare/konstipasi, atau kram abdomen. penyakit malnutrisi.
14.
15. 7Pertahankan patensi selang Formula enteral mengandung
pemberian makan enteral dengan protein yang menghambat selang
membilas menggunakan air hangat pemberian makan yang
sesuai indikasi. memerlukan
16. Tekankan pentingnya transisi pada pembuangan/penggantian selang.
pemberian makanan oral dengan
tepat.
17.
18. 8Kaji reflek kemampuan untuk Meskipun pasien memiliki sedikit
mengunyah/ menelan dan minat/ hasrat untuk makan,
keterampilan motorik bila mengingat transisi pemberian makan peroral
pada pemberian makan transisi. lebih baik mengingat efek
19. samping/komplikasi potensial dari
terapi dukungan nutrisi.

20. 9Beri waktu mengunyah, menelan, Memerlukan intervensi tambahan.


dan melembutkan makanan. Beri Misalnya: latihan oleh ahli
sosialisasi dan bantuan makan sesuai disfagia dukungan nutrisi jangka
indikasi. panjang.
21.
22.10Berikan makan sedikit dan sering . Pasien perlu dorongan/ bantuan
Masukkan kesukaan dan untuk menghadapi maslah dasar
ketidaksukaan pasien dalam seperti anoreksia, kelelahan, atau
perencanaan makan. kelemahan otot.
23.
Kolaborasi

24.11Rujuk pada tim nutrisi atau ahli diet. Meningkatkan hasrat pada
25. makanan dan jumlah makanan.

26.12Berikan obat-obatan sesuai indikasi. Membantu dalam identifikasi


Misalnya: preparat multivitamin. deficit nutrient nutrisi
27. parenteral/enteral.
Vitamin larut dalam air
ditambahkan pada larutan
parenteral. Vitamin lain diberikan
untuk defisiensi yang terindikasi.
b. Perubahan volume cairan (fluktuasi) b.d ketidakmampuan mencerna cairan.
 Tujuan : Volume cairan tubuh stabil.
 Kriteria hasil : Menunjukkan membrane mukosa/ kulit lembab. Tanda vital
stabil.Haluaran urinarius adekuat.Bebas edema.Bebas penurunan berat badan
berlebihan.Bebas penambahan berat badan tidak tepat.
No Intervensi Rasional
1.1Kaji tanda klinis dehidrasi, Deteksi dini dan intervensi dapat
misalnya: kulit atau membrane mencegah kekambuhan / kelebihan
mukosa kering, hipotensi atau fluktuasi pada keseimbangan
kekurangan cairan (misalnya edema cairan.
perifer, takikardi, bunyi nafas
adventisius)
2.2Berikan tambahan cairan oral. Tambahan cairan diperlukan untuk
3. mengurangi dehidrasi.
4.3Catat masukan dan haluaran, hitung Kehilangan urinarius berlebihan
keseimbangan cairan, dan hitung dapat menunjukkan terjadinya
berat jenis urine. dehidrasi. Berat jenis adalah
5. indicator hidrasi dan fungsi renal.
6.4Timbang berat badan setiap hari Penambahan berat badan cepat
sesuai indikasi. (menunjukkan retensi cairan) dapat
7. mempredisposisikan/ menimbulkan
GJK atau edema pulmonal.

c. Gangguan integritas kulit b.d gangguan nutrisi/status metabolik


 Tujuan : Tidak terjadinya gangguan integritas kulit.
 Kriteria hasil : Kulit tidak kering, tidak bersisik, dan elastisitas kulit baik.
No Intervensi Rasional
1.1 Obervasi adanya kemerahan, Area ini meningkat resikonya untuk
pucat, ekskoriasi. kerusakan dan memerlukan
pengobatan dan perawatan lebih
intensif
2.2 Gunakan krim kulit 2 kali sehari Melicinkan kulit dan menurunkan
setelah mandi, pijat kulit, gatal. Pemijatan sirkulasi pada kulit,
khususnya di daerah di atas dapat meningkatkan tonus kulit.
penonjolan tulang.
3.
4.3 Lakukan perubahan posisi sering. Meningkatkan sirkulasi dan perfusi
5. kulit dengan mencegah tekanan
lama pada jaringan.
6.4 Tekankan pentingnya masukan Perbaikan nutrisi dan hidrasi akan
nutrisi/cairan adekuat. memperbaiki kondisi kulit.
7.
8.5 Massage kulit khususnya diatas Menyegarkan kulit dan menghindari
penonjolan tulang. decubitus

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN KWASHIORKOR

Kasus

An. Z berumur 3 tahun datang ke rumah sakit dibawa oleh keluarganya dengan keluhan berat
badan anak menurun, bengkak pada wajah, kaki dan perut membesar sejak 4 bulan yang lalu,
anak sering rewel dan kehilangan nafsu makan. Anak sehari-hari makan 2 kali sehari dengan nasi
dan sayur seadanya. An. H adalah anak ke 6 dari keluarga seorang petani. Setelah dilakukan
pengkajian didapatkan data TD: 90/70, N: 96x/ menit, R: 20x/ menit, S: 36 C. BB: 7 kg, TB:
100cm, LILA : 12 cm, turgor kulit menurun, terdapat edema pada kaki dan terdapat asites pada
abdomen, serta rambut kemerahan dan mudah rontok.

1. Pengkajian
1) Identitas Klien
Nama : An. Z
Tempat tanggal lahir : Gowa, 21 Februari 2019
Umur : 3 Tahun 1 bulan
Jenis kelamin : Laki-Laki
Agama : Islam
Alamat : Desa Cibalok Kecamatan Cihideung, Bogor
Tanggal masuk RS : 22 Oktober 2021
Tanggal pegkajian : 22 Oktober 2021
Diagnosa medik : Kwashiorkor

2) Identitas Penanggungjawab
Nama : Ny. S
Umur : 38 tahun
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Status perkawinan : Menikah
Agama : Islam
Alamat : Desa Cibalok Kecamatan Cihideung, Bogor
Hubungan keluarga : Ibu klien

3) Keluhan Utama
Kekurangan Nutrisi akibat nafsu makan menurun.

4) Riwayat Kesehatan Sekarang


Ibu klien mengatakan anaknya tidak mau makan kira-kira sejak seminggu sebelum
klien dirawat. Tetapi sebelumnya pada usia 18 bulan, klien makan kurang dari 3x
sehari dan hanya makan dengan nasi dan sayur seadanya tanpa lauk pauk yang bergizi
yang menyebabkan berat badan klien semakin menurun. Perut klien terlihat membucit
sejak 4 bulan yang lalu dan wajahnya serta kakinya bengkak. Sementara keadaan anak
saat ini sangat lemah, tidak mau makan, dan sering rewel. Keluarga tidak mengetahui
keadaan penyakit yang dialami oleh anak. Klien dirawat di rumah sakit pada tanggal 22
Oktober 2021.

5) Riwayat Kesehatan yang Lalu


Ibu mengatakan, klien belum pernah dirawat sebelumnya. Semenjak dari dalam
kandungan ibu klien kurang mengkonsumsi makanan yang bernutrisi terutama yang
mengandung protein, sehingga berdampak pada kandungannya ketika lahir. Ibu klien
melahirkan dengan usia kandungan 28 minggu, klien lahir dengan BBLR 2 kg. Sejak
bayi klien juga kurang mendapatkan ASI secara eksklusif.

6) Riwayat Kesehatan Keluarga


Ibu klien mengatakan, klien adalah anak keenam dari enam bersaudara, anak pertama
sampai kelima tidak ada yang mempunyai riwayat penyakit yang sama dengan klien
atau penyakit lainnya. Ayah dan ibu klien hanya bekerja sebagai petani dengan
penghasilan yang sangat kurang untuk memenuhi asupan nutrisi anaknya.

7) Riwayat Tumbuh Kembang Anak


a. Pertumbuhan fisik
1. Berat badan lahir : 2000 gram
2. Tinggi badan lahir : 40 cm
3. Waktu tumbuh gigi : 9 bulan, tanggal gigi tahun (-)
b. Perkembangan tiap tahap
Usia anak saat:
1. Berguling : tidak ingat
2. Duduk : tidak ingat
3. Merangkak : 10 bulan
4. Berdiri : 13 bulan
5. Berjalan : 15 bulan
6. Senyum kepada orang lain : tidak ingat
7. Bicara pertama kali : tidak ingat
8. Berpakaian tanpa dibantu : tidak ingat

8) Riwayat Nutrisi
a. Pemberian ASI
1) Pertama kali disusui : sejak lahir
2) Cara pemberian : ibu klien bekerja di luar rumah, disusui ketika pagi
hari dan malam hari
3) Lama pemberian : kurang dari 12 bulan.
b. Pemberian susu formula
Belum pernah diberikan susu formula
c. Pemberian makanan tambahan
1) Pertama kali diberikan : 3 bulan
2) Jenis : nasi tim dengan sayur

9) Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum : Klien tampak lemah
b. Tingkat kesadaran

Kualitas : apatis
Kuantitas:
Respon motorik :5
Respon verbal :3
Respon membuka mata :3 +

Jumlah                           11
c. Tanda-tanda vital
TD : 90/70 mmHg
Suhu : 36 C
Nadi : 96x/ menit
Respirasi : 20x/ menit
d. Antropometri
Berat badan : 7 kg
Tinggi badan : 100 cm
LILA : 12 cm
Lingkar Kepala : 40 cm
Lingkar dada : 43 cm
Lingkar perut : 58 cm

e. Head to toe

1. Kepala dan Rambut


 Inspeksi : rambut tipis kemerahan, penyebaran
rambut tidak merata, tampak kusam dan kering, tidak
ada lesi.
 Palpasi : mudah rontok, terasa tipis, tidak teraba benjolan.
2. Wajah
 Inspeksi : wajah terlihat bengkak, terlihat seperti moon face
3. Mata
 Inspeksi : simetris, sclera putih, konjungtiva pucat
 Palpasi : tidak teraba benjolan, tidak ada nyeri tekan
4. Hidung
 Inspeksi : lubang hidung simetris, tidak ada sumbatan, tidak ada
lesi, tidak ada cuping hidung
 Palpasi : tidak ada nyeri tekan
5. Mulut dan gigi
 Inspeksi : mukosa bibir kering, adanya karies pada gigi
 Palpasi : tidak ada nyeri tekan, tidak teraba benjolan
6. Telinga
 Inspeksi : daun telinga simetris, tidak ada lesi
 Palpasi : tidak ada nyeri tekan, tidak teraba benjolan
7. Leher
 Inspeksi : tidak terdapat pembesaran JVP, tidak ada lesi
 Palpasi : tidak terdapat pembengkakan kelenjar tiroid dan
kelenjar limfe.
8. Thorax dan Fungsi Pernafasan
 Inspeksi     :   bentuk simetris kiri dan kanan, tidak terdapat lesi,
gerakan dada asimetris.
 Palpasi       :   tidak ada pembengkakan
 Perkusi      :   terdengar sonor kiri dan kanan
 Auskultasi :  terdengar bunyi vesikuler
9. Jantung
 Inspeksi : Tidak tampak pembesaran Jantung
 Palpasi : frekuensi nadi normal, irama teratur
 Perkusi : terdengar pekak/dullness
 Auskultasi : bunyi jantung teratur
10. Abdomen
 Inspeksi     :   ada asites, tidak ada lesi
 Palpasi       :  tidak ada nyeri tekan, ada pembesaran hepar
 Perkusi      :   bunyi hypertimpani
 Auskultasi :   bising usus 12x/menit
11. Ekstremitas dan kulit
a). Kulit
 Inspeksi : tidak ada lesi, warna kulit mengalami hiperpigmentasi,
kulit bersisik dan kering.
 Palpasi : turgor kulit tidak elastis, tidak ada nyeri tekan
b). Ekstremitas
 Inspeksi : Terdapat edema ringan pada kaki, kuku klien terlihat kotor
 Palpasi : teraba edema pada kaki
c). Kriteria kekuatan otot
 = Normal
Tangan

5 5
5 5
Kaki

12. Anus
 Inspeksi : bersih, tidak terdapat hemoroid, tidak ada perdarahan
 Palpasi : tidak ada benjolan atau massa
13. Genitalia
 Inspeksi : Bersih, tidak terdapat kateter

10) Pola Aktivitas Sehari-hari


a. Pola makan
Ibu klien mengatakan di rumah klien makan tidak teratur terkadang kurang dari 3x
sehari, klien dirumah minum kurang lebih 8 gelas perhari, klien tidak
mengkonsumsi susu formula.

b. Pola istirahat dan Tidur


Ibu klien mengatakan klien biasa tidur pukul 19.00 WIB dan bangun pukul 06.30
WIB. Terkadang pola tidur klien terganggu karena kambuhnya gejala penyakit
yang diderita klien pada malam hari.
c. Pola Eliminasi
Klien menyatakan bahwa BAK di rumah tergantung banyak atau tidaknya minum
tetapi biasanya 5x/hari dan BAB teratur 1x/hari.
d. Pola aktivitas dan latihan
Di rumah klien mengalami gangguan aktivitas akibat status mental yang apatis dan
rewel, klien tidak pernah berrmain dengan anak seusianya dan hanya berbaring di
tempat tidur saja.

11) Riwayat Psikologi


Keadaan umum klien sangat lemah, sering rewel, dan tidak dapat berinteraksi dengan
orang lain selain keluarga. Keluarga juga mengalami kecemasan karena melihat kondisi
umum klien.

12) Riwayat Spiritual


Klien dan keluarga menganut agama Islam. Klien belum diajarkan pendidikan spiritual
oleh keluarga, namun ibu klien selalu berdoa atas kesembuhan klien.

13) Pemeriksaan Penunjang

Nilai
Jenis Pemeriksaan Hasil
Rujukan

Hematologi:
Hemoglobin 12* 13.0 - 16.0 g/dL
Hematokrit 36* 40 - 54%
Lekosit 25000* 4000 - 10000/uL
Trombosit 480000* 150000-450000/uL

Fungsi Hati:
Protein total 4* 7,0-9,0 gr/dl
Globulin 1* 1,5-3,0 gr/dl
Albumin 2,5* 3,5-5,0 gr/dl
SGOT 60* 0 - 37 u/L
SGPT 45* 0 - 40 u/L
Fungsi ginjal:
Ureum 16 10-50 mg/dL
Creatinin 0.48* 0.60 - 1.30 mg/dL

Elektrolit:
Natrium 120* 135 - 145 mEq/L
Kalium 3.4* 3.5 - 5.3 mEq/L
Chlorida 100 95 - 106 mg/dL

Glukosa Sewaktu 50*


80.120/dL

2. Analisa Data
No Data senjang Kemungkinan penyebab Masalah

1. DS: Defisiensi protein Ketidakseimbangan


ibu klien mengatakan nutrisi kurang dari
anaknya tidak mau makan, Hipoproteinemia kebutuhan tubuh
badannya kurus, dan
sering rewel akumulasi cairan di rongga
DO: usus
klien tampak lemah, Porsi
makan tidak dihabiskan Asites
BB: 11 kg, TB: 100 cm,
LILA: 12 cm Anoreksia

Ketidakseimbangan nutrisi
kurang dari kebutuhan
tubuh

2 DS: Defisiensi protein Perubahan volume


cairan (fluktuasi)
Ibu klien mengatakan kaki
dan wajah anaknya Kurangnya asam amino
essensial
bengkak
DO: Produksi albumin menurun
wajah dan kaki klien
Tekanan osmotik menurun
tampak bengkak, perut
acites, membran mukosa Edema pada tungkai
kering
Perubahan volume cairan
(fluktuasi)

3 DS: Kurang pengetahuan


Ibu klien mengatakan Defisiensi protein

cemas dan sering bertanya


Kurang terpapar informasi
tentang kondisi dan
penyakit yang dialami oleh
Kurang pengetahuan
anaknya.
DO:
Ibu klien tampak cemas
dan sering bertanya

3. Diagnose Keperawaan
1). Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d kondisi yang
mempengaruhi masukan nutrisi (asites)
2). Perubahan volume cairan (fluktuasi) b.d ketidakmampuan mencerna cairan.
3). Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) mengenai kondisi, prognosis, dan kebutuhan
pengobatan b.d kurang terpapar informasi.
4. Intervensi Keperawatan

N Diagnosa Noc Nic Rasional


o Keperawatan
1. Ketidakseimbanga Setelah dilakukan 1. Kaji status nutrisi 1. Memberikan
asuhan keperawatan secara continue kesempatan untuk
n nutrisi kurang
selama 2x24 jam selama perawatan mengobservasi
dari kebutuhan setiap hari, penyimpangan dari
diharapkan nutrisi
tubuh b.d kondisi perhatikan tingkat normal/dasar pasien
terpenuhi dengan
yang energy, kondisi kulit, dan mempengaruhi
Kriteria hasil: kuku, rambut, pilihan intervensi.
mempengaruhi  Memperlihatka keinginan untuk
masukan nutrisi. makan ataupun
n berat badan
anoreksia. 2. Membuat data dasar,
DS: stabil atau 2. Timbang berat membantu
ibu klien penambahan badan,ukur lingkar pemantauan
mengatakan lengan atas dan tebal keefektifan
berat badan lipatan kulitsetiap pengobatan
anaknya tidak mau
progresif ke hari dan bandingkan teurapeutik dan dapat
makan, badannya
dengan berat badan menggambarkan
kurus, dan sering arah tujuan saat penerimaan perkembangan status
rewel gizi pasien.
dengan
DO: 3. Dokumentasikan 3. Mengidentifikasi
klien tampak normalisasi masukan oral selama ketidakseimbangan
lemah, Porsi nilai 24 jam, riwayat antara perkiraan
makan tidak makanan, dan jumlah kebutuhan nutrisi dan
dihabiskan laboratorium kalori dengan tepat. masukan actual.
BB: 11 kg, TB: dan bebas dari 4. Berikan larutan 4. Ketentuan dukungan
100 cm, LILA: 12 nutrisi pada nutrisi didasarkan
tanda kecepatan yang pada perkiraan
cm
malnutrisi. dianjurkan melalui kebutuhan kalori dan
alat control infuse protein.
sesuai kebutuhan.
Atur kecepatan
nutrisi per jam.

Kolaborasi Kolaborasi:
1. Rujuk pada tim 1. Membantu dalam
nutrisi atau ahli identifikasi deficit
diet. nutrient nutrisi
parenteral/enteral.
2. Vitamin larut dalam
2. Berikan obat-obatan air ditambahkan
sesuai indikasi. pada larutan
Misalnya: preparat parenteral. Vitamin
multivitamin.
lain diberikan untuk
defisiensi yang
terindikasi.
2. Perubahan volume Setelah dilakukan 1. Kaji tanda klinis 1. Deteksi dini dan
cairan (fluktuasi) b.d asuhan keperawatan dehidrasi, intervensi dapat
ketidakmampuan selama 2x24 jam misalnya: kulit mencegah
mencerna cairan. atau membrane kekambuhan /
diharapkan nutrisi
mukosa kering, kelebihan fluktuasi
terpenuhi dengan
DS: hipotensi atau pada keseimbangan
Ibu klien mengatakan Kriteria hasil: kekurangan cairan.
kaki dan wajah  Menunjukkan cairan (misalnya
anaknya bengkak membrane edema perifer,
DO: takikardi, bunyi
mukosa/ kulit nafas
wajah dan kaki klien adventisius) 2. Tambahan cairan
lembab.
tampak bengkak, 2. Berikan diperlukan untuk
 Tanda vital tambahan cairan mengurangi dehidrasi.
perut acites, membran oral. 3. Kehilangan urinarius
stabil.
mukosa kering berlebihan dapat
 Haluaran 3. Catat masukan menunjukkan
dan haluaran, terjadinya dehidrasi.
urinarius hitung Berat jenis adalah
adekuat. keseimbangan indicator hidrasi dan
cairan, dan fungsi renal.
 Bebas edema. hitung berat jenis 4. Penambahan berat
urine. badan cepat
 Bebas
(menunjukkan
penurunan 4. Timbang berat retensi cairan) dapat
badan setiap hari
berat badan mempredisposisikan
sesuai indikasi.
berlebihan
/ menimbulkan GJK
atau edema
pulmonal.
3. Kurang pengetahuan Setelah dilakukan 1. Kaji 1. Memberikan
(kebutuhan belajar) asuhan keperawatan pengetahuan informasi dimana
mengenai kondisi, selama 2x24 jam pasien atau pasien/keluarga
prognosis, dan diharapkan nutrisi keluarga tentang dapat memilih
kebutuhan status nutrisi. berdasarkan
terpenuhi dengan
pengobatan b.d Tinjau ulang informasi.
kurang terpapar Kriteria hasil: situasi individu, Pengetahuan
informasi.  Mengungkapka tanda/gejala tentang interaksi
n tentang malnutrisi, antara malnutrisi
DS: harapan masa dan penyakit
Ibu klien mengatakan pemahaman datang, membantu untuk
cemas dan sering tentang proses kebutuhan memahami
bertanya tentang transisi kebutuhan terhadap
kondisi dan penyakit kondisi/penyaki pemberian terapi khusus.
yang dialami oleh t dan kebutuhan makan. 2. Mengurangi
anaknya. ansietas mengenai
DO: nutrisi individu. 2. Diskusikanalasa ketidakmampuan
Melakukan n penggunaan untuk makan
Ibu klien tampak dukungan nutrisi melalui mulut.
dengan benar parenteral/entera 3. Menurunkan resiko
cemas dan sering prosedur yang l. komplikasi
metabolic dan
bertanya perlu dan
3. Diskusikan infeksi.
menjelaskan penanganan,
penyimpangan,
persiapan yang
tepat dari larutan
nutrisi atau
makanan yang di
blender, juga
diskusikan
tehnik aseptic
atau bersih untuk
peraatan sisi
pemasangan dan
pengunaan
balutan.

5. Implementasi Keperawatan dan Evaluasi

Tanggal dan No Implementasi Evaluasi


Jam DX
22 Oktober 1. - Mengkaji status nutrisi secara continue S: ibu klien mengatakan klien
2021, pukul selama perawatan setiap hari, perhatikan sudah mau makan sedikit-sedikit
12.00 tingkat energi, kondisi kulit, kuku, rambut, O: porsi makan habis 1/3 porsi
keinginan untuk makan ataupun anoreksia. BB: 11 kg
- Menimbang berat badan,ukur lingkar LILA: 12cm
lengan atas dan tebal lipatan kulit setiap A: Masalah belum teratasi
hari dan bandingkan dengan berat badan
P: lanjutkan intervensi
saat penerimaan
- Mendokumentasikan masukan oral selama
24 jam, riwayat makanan, dan jumlah
kalori dengan tepat.
- Memberikan larutan nutrisi pada kecepatan
yang dianjurkan melalui alat control infuse
sesuai kebutuhan . Atur kecepatan nutrisi
per jam.
- Berkolaborasidengan tim nutrisi atau ahli
diet.
- Berkolaborasi dalam pemberian obat-
obatan sesuai indikasi. Misalnya: preparat
multivitamin.

Pukul 13.00 2. - Mengkaji tanda klinis dehidrasi, misalnya: S: Ibu klien masih bertanya-
kulit atau membrane mukosa kering, tanya tentang kondisi klien
hipotensi atau kekurangan cairan (misalnya O: ibu klien tampak cemas
edema perifer, takikardi, bunyi nafas A: Masalah belum terarasi
adventisius)
P: Lanjutkan interensi
- Memberikan tambahan cairan oral.
- Mencatat masukan dan haluaran, hitung
keseimbangan cairan, dan hitung berat
jenis urine.
- Menimbang berat badan setiap hari sesuai
indikasi

Pukul 14.00 3. - Mengkaji pengetahuan pasien atau S: Ibu klien masih bertanya-
keluarga tentang status nutrisi. Tinjau tanya tentang kondisi klien
ulang situasi individu, tanda/gejala O: ibu klien tampak cemas
malnutrisi, harapan masa datang, A: Masalah belum terarasi
kebutuhan transisi pemberian makan.
P: Lanjutkan interensi
- Mendiskusikan alasan penggunaan
dukungan nutrisi parenteral/enteral.
- Mendiskusikan penanganan,
penyimpangan, persiapan yang tepat dari
larutan nutrisi atau makanan yang di
blender, juga diskusikan tehnik aseptic
atau bersih untuk peraatan sisi pemasangan
dan pengunaan balutan

DAFTAR PUSTAKA

https://www.academia.edu/39255328/MAKALAH_KEPERAWATAN_ANAK_I
https://www.scribd.com/document/377271118/Askep-KKP-BAB-I
1. Irianto, Kus dan Kusno Waluyo. 2004. Gizi dan Pola Hidup Sehat. Bandung : Yrama
Widya. Tim Penyusun Pusat Kamus. 2007. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta:
Balai Pustaka
2. Depkes RI. (1999). Rencana pembangunan kesehatan menuju Indonesia sehat 2010.
Jakarta.
3. Nuuhsan Lubis an Arlina Mursada. 2002. Penatalaksanaan Busung Lapar pada Balita.
Jakarta : EGC.
4. Kemenkes Ri. 2013. Riset Kesehatan Dasar; RISKESDAS. Jakarta: Balitbang Kemenkes Ri13
5. Rani, A. A., Jacobus, A., 2011. Buku Ajar Gastroenterologi, In: Ilmu Penyakit Dalam
FKUI. 1st ed. Jakarta Pusat: Interna Publishing. 55-65. 13
6. Arisman. 2004. Gizi dalam Daur Kehidupan. Buku Kedokteran EGC. Jakarta. 180- 195.13  
7. Nelson. 2000. Ilmu kesehatan Anak ,volume 2 Edisi 15. EGC. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai