(Diajukan untuk memenuhi salahsatu tugas dalam menempuh mata kuliah Keperawatan Anak)
pengelolaan kelas oleh
Dosen Pengampu :
Oleh
Resa Rosdiana
191FK01096
3C
1. Pengertian KKP
Nama internasional KKP yaitu Calori Protein Malnutrition atau CPM adalah
suatu penyakit difisiensi gizi dari keadaan ringan sampai berat, disebut juga Protein
Energi Malnutrisi (PEM).
Kekurangan kalori protein adalah defisiensi gizi terjadi pada anak yang kurang
mendapat masukan makanan yang cukup bergizi, atau asupan kalori dan protein kurang
dalam waktu yang cukup lama (Ngastiyah, 1997).
Kurang kalori protein (KKP) adalah suatu penyakit gangguan gizi yang
dikarenakan adanya defisiensi kalori dan protein dengan tekanan yang bervariasi pada
defisiensi protein maupun energi (Sediatoema, 1999).
Kekurangan kalori protein diklasifikasi menjadi dua berdasarkan berat tidaknya
yaitu KKP ringan atau sedang disebut juga sebagai gizi kurang (under nutrition) ditandai
oleh adanya hambatan pertumbuhan dan KKP yang meliputi kwasiorkor, marasmus dan
kwashiorkor marasmus. Malnutrisi kalori protein adalah tidak adekuatnya intake protein
dan kalori yang dibutuhkan oleh tubuh. (Suriadi dan Rita Yuliani, 2001).
Kurang energi protein adalah keadaan kurang gizi yang disebabkan rendahnya
konsumsi energi dan protein dalam makanan sehari – hari sehingga tidak memenuhi
angka kebutuhan gizi (AKG). (Arief Mansjoer, 2000).
4. Patofisiologi
Penyakit malnutrisi dengan kekurangan energy-protein atau tidak mencukupinya
makanan bagi tubuh sering kali dikenal dengan marasmus dan kwashiorkor
Kwashiorkor adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh kekurangan protein baik
dari segi kualitas maupun kuantitasnya. Kekurangan protein dalam makanan akan
mengakibatkan kekurangan asam amino essensial dalam serum yang diperlukan untuk
sintesis dan metabolisme terutama sebagai pertumbuhan dan perbaikan sel, makin ber
kurangnya asam amino dalam serum menyebabkan berkurangnya produksi albumin oleh
hati. Kulit akan tampak bersisik dan kering karena depigmentasi. Anak dapat mengalami
gangguan pada mata karena kekurangan vitamin A. Kekurangan mineral khususnya besi,
kalsium dan seng. Edema yang terjadi karena hipoproteinemia yang mana cairan akan
berpindah dari intravascular kompartemen ke rongga interstisial yang kemudian
menimbulkan ascites. Gangguan gastrointestinal seperti adanya perlemakan pada hati dan
atropi pada sel acini pancreas.
Marasmus adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh kekurangan kalori dan
protein. Pada marasmus ditandai dengan atropi jaringan, terutama lapisan subkutan dan
badan tampak kurus seperti orang tua. Pada marasmus metabolisme lemak kurang terganggu
dari pada kwashiorkor, sehingga kekurangan vitamin biasanya minimal atau tidak ada. Pada
marasmus tidak ditemukan edema akibat dari hipoalbuminemia dan atau retensi sodium.
Pemenuhan kebutuhan dalam tubuh masih dapat dipenuhi dengan adanya cadangan protein
sebagai sumber energi.
Pathway
5. Manifetasi Klinis
Pada klien Kwashiorkor
Muka sembab
Edema
Lethargi
Jaringan otot mengecil
Jaringan subkutan tipis dan lembut
Warna rambut pirang atau seperti rambut jagung
Kulit kering dan bersisik
Alopecia
Anorexia
Gagal dalam Tumbuh kembang
Tampak anemia
6. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan laboratorium, albumin, creatinine, dan nitrogen. Elektrolit, Hb, Ht,
transferin.
7. Penatalaksanaan Terapeutik
Diit tinggi kalori, protein, mineral dan vitamin
Pemberian terapi cairan dan elektrolit
Penanganan diare bila ada cairan, antidiare, dan antibiotic
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN
MARAMUS DAN KWASHIORKOR
1. Pengkajian
a. Identitas Anak
Biodata anak terdiri dari nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan,
suku/bangsa, golongan darah, tanggal masuk rumah sakit, tanggal pengkajian, no
medrec, diagnosa medis, alamat.
c. Keluhan utama
Pada umumnya anak masuk rumah sakit dengan keluhan gangguan pertumbuhan
(berat badan semakin lama semakin turun), sering diare dan keluhan lain yang
menunjukkan terjadinya gangguan kekurangan gizi.
Pada marasmus: ibu pasien mengatakan anaknya rewel, tidak mau makan, badan
terlihat sangat kurus.Pada kwashiorkor: ibu mengatakan anak mengalami bengkak
pada kaki dan tangan, kondisi lemah, tidak mau makan, BB menurun.
Kaji apakah ada riwayat penyakit keluarga yang bisa menyebabkan terjadinya
kwarshiorkor. Namun, sebagian besar tidak ada pengaruh genetik yang dapat
menyebabkan marasmus-kwarshiorkor. Penyebab yang paling utama dikaitkan dengan
asupan nutrisi yang tidak adekuat.
Pengkuran antropometri
Pada marasmus: Berat badan < 60% dari berat badan normal usianya.
Pada kwashiorkor: Berat badan menurut usia < 80 % dari berat badan normal
usianya, LLA (Lingkar Lengan Atas) <14cm. Lipatan lemak normal sekitar
1,25 cm pada laki-laki dan sekitar 2,5 cm pada wanita.
k. Riwayat Psikososial
Ibu dengan anak yang menderita marasmus-kwarshiorkor dapat mengalami cemas
dikarenakan penurunan berat badan anak, penurunan nafsu makan serta anak yang
sering rewel.
l. Pemeriksaan Laboratorium
Pada pemeriksaan laboratorium, anemia selalu ditemukan terutama jenis
normositik normokrom karena adanya gangguan sistem eritropoesis akibat hipoplasia
kronis sumsum tulang di samping karena asupan zat besi yang kurang dalam makanan,
kerusakan hati dan gangguan absorbsi.Pemeriksaan radiologis juga perlu dilakukan
untuk menemukan adanya kelainan pada paru. Selain itu juga ditemukan :
1) Albumin serum, penurunan kadar albumin (Kadar Albumin normal : 3.5-5.0 g/dl)
2) Penurunan kadar kreatinin
3) Kurangnya kadar kalsium, kalium dan magnesium
4) Kadar kolesterol serum, penurunan kolesterol (Kadar Kolesterol normal: <200
mg/dl)
5) Globulin serum, kadar globulin dalam serum kadang-kadang menurun akan tetapi
tidak sebanyak menurunnya albumin serum, hingga terdapat rasio
albumin/globulin yang biasanya 2 menjadi lebih rendah, bahkan pada malnutrisi
berat ditemukan rasio yang terbalik (Kadar globulin normal: 2.0- 3.5 g/dl)
6) Kadar asam amino essensial dalam plasma relatif lebih rendah dari pada asam
amino non essiensial.
7) Kadar amylase, esterase, kolinasterase, transaminase, lipase dan alkali fostase
menurun.
2. Diagnose
Diagnosis yang mungkin dapat ditemukan pada anak dengan Marasmus, yaitu:
a. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d kondisi yang mempengaruhi
masukan nutrisi atau peningkatan kebutuhan nutrisi.
m. Perubahan volume cairan (fluktuasi) b.d ketidakmampuan mencerna cairan.
n. Gangguan integritas kulit b.d gangguan nutrisi/status metabolic.
o. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) mengenai kondisi, prognosis, dan
kebutuhan pengobatan b.d kurang terpapar informasi.
p. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan penurunan imunitas tubuh
q. Resiko gangguan tumbuh kembang b.d malnutrisi.
3. Rencana Keperawatan
8 Memberikan kesempatan
untuk berinteraksi dengan Interaksi dengan anak
N
Intervensi Rasional
o
1.1 Kaji pengetahuan pasien atau Memberikan informasi dimana
keluarga tentang status nutrisi. pasien/keluarga dapat memilih
Tinjau ulang situasi individu, berdasarkan informasi.
tanda/gejala malnutrisi, harapan Pengetahuan tentang interaksi
masa datang, kebutuhan transisi antara malnutrisi dan penyakit
pemberian makan. membantu untuk memahami
kebutuhan terhadap terapi
khusus.
2 2. Diskusikanalasan penggunaan Mengurangi ansietas mengenai
dukungan nutrisi parenteral/enteral. ketidakmampuan untuk makan
3. melalui mulut.
a. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d kondisi yang mempengaruhi
masukan nutrisi atau peningkatan kebutuhan nutrisi.
Tujuan : Kebutuhan nutrisi terpenuhi.
Kriteria hasil : Memperlihatkan berat badan stabil atau penambahan berat badan
progresif ke arah tujuan dengan normalisasi nilai laboratorium dan bebas dari
tanda malnutrisi.
No Intervensi Rasional
1. 1 Kaji status nutrisi secara continue Memberikan kesempatan untuk
selama perawatan setiap hari, mengobservasi penyimpangan
perhatikan tingkat energy, kondisi dari normal/dasar pasien dan
kulit, kuku, rambut, keinginan untuk mempengaruhi pilihan intervensi.
makan ataupun anoreksia.
24.11Rujuk pada tim nutrisi atau ahli diet. Meningkatkan hasrat pada
25. makanan dan jumlah makanan.
Kasus
An. Z berumur 3 tahun datang ke rumah sakit dibawa oleh keluarganya dengan keluhan berat
badan anak menurun, bengkak pada wajah, kaki dan perut membesar sejak 4 bulan yang lalu,
anak sering rewel dan kehilangan nafsu makan. Anak sehari-hari makan 2 kali sehari dengan nasi
dan sayur seadanya. An. H adalah anak ke 6 dari keluarga seorang petani. Setelah dilakukan
pengkajian didapatkan data TD: 90/70, N: 96x/ menit, R: 20x/ menit, S: 36 C. BB: 7 kg, TB:
100cm, LILA : 12 cm, turgor kulit menurun, terdapat edema pada kaki dan terdapat asites pada
abdomen, serta rambut kemerahan dan mudah rontok.
1. Pengkajian
1) Identitas Klien
Nama : An. Z
Tempat tanggal lahir : Gowa, 21 Februari 2019
Umur : 3 Tahun 1 bulan
Jenis kelamin : Laki-Laki
Agama : Islam
Alamat : Desa Cibalok Kecamatan Cihideung, Bogor
Tanggal masuk RS : 22 Oktober 2021
Tanggal pegkajian : 22 Oktober 2021
Diagnosa medik : Kwashiorkor
2) Identitas Penanggungjawab
Nama : Ny. S
Umur : 38 tahun
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Status perkawinan : Menikah
Agama : Islam
Alamat : Desa Cibalok Kecamatan Cihideung, Bogor
Hubungan keluarga : Ibu klien
3) Keluhan Utama
Kekurangan Nutrisi akibat nafsu makan menurun.
8) Riwayat Nutrisi
a. Pemberian ASI
1) Pertama kali disusui : sejak lahir
2) Cara pemberian : ibu klien bekerja di luar rumah, disusui ketika pagi
hari dan malam hari
3) Lama pemberian : kurang dari 12 bulan.
b. Pemberian susu formula
Belum pernah diberikan susu formula
c. Pemberian makanan tambahan
1) Pertama kali diberikan : 3 bulan
2) Jenis : nasi tim dengan sayur
9) Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum : Klien tampak lemah
b. Tingkat kesadaran
Kualitas : apatis
Kuantitas:
Respon motorik :5
Respon verbal :3
Respon membuka mata :3 +
Jumlah 11
c. Tanda-tanda vital
TD : 90/70 mmHg
Suhu : 36 C
Nadi : 96x/ menit
Respirasi : 20x/ menit
d. Antropometri
Berat badan : 7 kg
Tinggi badan : 100 cm
LILA : 12 cm
Lingkar Kepala : 40 cm
Lingkar dada : 43 cm
Lingkar perut : 58 cm
e. Head to toe
5 5
5 5
Kaki
12. Anus
Inspeksi : bersih, tidak terdapat hemoroid, tidak ada perdarahan
Palpasi : tidak ada benjolan atau massa
13. Genitalia
Inspeksi : Bersih, tidak terdapat kateter
Nilai
Jenis Pemeriksaan Hasil
Rujukan
Hematologi:
Hemoglobin 12* 13.0 - 16.0 g/dL
Hematokrit 36* 40 - 54%
Lekosit 25000* 4000 - 10000/uL
Trombosit 480000* 150000-450000/uL
Fungsi Hati:
Protein total 4* 7,0-9,0 gr/dl
Globulin 1* 1,5-3,0 gr/dl
Albumin 2,5* 3,5-5,0 gr/dl
SGOT 60* 0 - 37 u/L
SGPT 45* 0 - 40 u/L
Fungsi ginjal:
Ureum 16 10-50 mg/dL
Creatinin 0.48* 0.60 - 1.30 mg/dL
Elektrolit:
Natrium 120* 135 - 145 mEq/L
Kalium 3.4* 3.5 - 5.3 mEq/L
Chlorida 100 95 - 106 mg/dL
2. Analisa Data
No Data senjang Kemungkinan penyebab Masalah
Ketidakseimbangan nutrisi
kurang dari kebutuhan
tubuh
3. Diagnose Keperawaan
1). Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d kondisi yang
mempengaruhi masukan nutrisi (asites)
2). Perubahan volume cairan (fluktuasi) b.d ketidakmampuan mencerna cairan.
3). Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) mengenai kondisi, prognosis, dan kebutuhan
pengobatan b.d kurang terpapar informasi.
4. Intervensi Keperawatan
Kolaborasi Kolaborasi:
1. Rujuk pada tim 1. Membantu dalam
nutrisi atau ahli identifikasi deficit
diet. nutrient nutrisi
parenteral/enteral.
2. Vitamin larut dalam
2. Berikan obat-obatan air ditambahkan
sesuai indikasi. pada larutan
Misalnya: preparat parenteral. Vitamin
multivitamin.
lain diberikan untuk
defisiensi yang
terindikasi.
2. Perubahan volume Setelah dilakukan 1. Kaji tanda klinis 1. Deteksi dini dan
cairan (fluktuasi) b.d asuhan keperawatan dehidrasi, intervensi dapat
ketidakmampuan selama 2x24 jam misalnya: kulit mencegah
mencerna cairan. atau membrane kekambuhan /
diharapkan nutrisi
mukosa kering, kelebihan fluktuasi
terpenuhi dengan
DS: hipotensi atau pada keseimbangan
Ibu klien mengatakan Kriteria hasil: kekurangan cairan.
kaki dan wajah Menunjukkan cairan (misalnya
anaknya bengkak membrane edema perifer,
DO: takikardi, bunyi
mukosa/ kulit nafas
wajah dan kaki klien adventisius) 2. Tambahan cairan
lembab.
tampak bengkak, 2. Berikan diperlukan untuk
Tanda vital tambahan cairan mengurangi dehidrasi.
perut acites, membran oral. 3. Kehilangan urinarius
stabil.
mukosa kering berlebihan dapat
Haluaran 3. Catat masukan menunjukkan
dan haluaran, terjadinya dehidrasi.
urinarius hitung Berat jenis adalah
adekuat. keseimbangan indicator hidrasi dan
cairan, dan fungsi renal.
Bebas edema. hitung berat jenis 4. Penambahan berat
urine. badan cepat
Bebas
(menunjukkan
penurunan 4. Timbang berat retensi cairan) dapat
badan setiap hari
berat badan mempredisposisikan
sesuai indikasi.
berlebihan
/ menimbulkan GJK
atau edema
pulmonal.
3. Kurang pengetahuan Setelah dilakukan 1. Kaji 1. Memberikan
(kebutuhan belajar) asuhan keperawatan pengetahuan informasi dimana
mengenai kondisi, selama 2x24 jam pasien atau pasien/keluarga
prognosis, dan diharapkan nutrisi keluarga tentang dapat memilih
kebutuhan status nutrisi. berdasarkan
terpenuhi dengan
pengobatan b.d Tinjau ulang informasi.
kurang terpapar Kriteria hasil: situasi individu, Pengetahuan
informasi. Mengungkapka tanda/gejala tentang interaksi
n tentang malnutrisi, antara malnutrisi
DS: harapan masa dan penyakit
Ibu klien mengatakan pemahaman datang, membantu untuk
cemas dan sering tentang proses kebutuhan memahami
bertanya tentang transisi kebutuhan terhadap
kondisi dan penyakit kondisi/penyaki pemberian terapi khusus.
yang dialami oleh t dan kebutuhan makan. 2. Mengurangi
anaknya. ansietas mengenai
DO: nutrisi individu. 2. Diskusikanalasa ketidakmampuan
Melakukan n penggunaan untuk makan
Ibu klien tampak dukungan nutrisi melalui mulut.
dengan benar parenteral/entera 3. Menurunkan resiko
cemas dan sering prosedur yang l. komplikasi
metabolic dan
bertanya perlu dan
3. Diskusikan infeksi.
menjelaskan penanganan,
penyimpangan,
persiapan yang
tepat dari larutan
nutrisi atau
makanan yang di
blender, juga
diskusikan
tehnik aseptic
atau bersih untuk
peraatan sisi
pemasangan dan
pengunaan
balutan.
Pukul 13.00 2. - Mengkaji tanda klinis dehidrasi, misalnya: S: Ibu klien masih bertanya-
kulit atau membrane mukosa kering, tanya tentang kondisi klien
hipotensi atau kekurangan cairan (misalnya O: ibu klien tampak cemas
edema perifer, takikardi, bunyi nafas A: Masalah belum terarasi
adventisius)
P: Lanjutkan interensi
- Memberikan tambahan cairan oral.
- Mencatat masukan dan haluaran, hitung
keseimbangan cairan, dan hitung berat
jenis urine.
- Menimbang berat badan setiap hari sesuai
indikasi
Pukul 14.00 3. - Mengkaji pengetahuan pasien atau S: Ibu klien masih bertanya-
keluarga tentang status nutrisi. Tinjau tanya tentang kondisi klien
ulang situasi individu, tanda/gejala O: ibu klien tampak cemas
malnutrisi, harapan masa datang, A: Masalah belum terarasi
kebutuhan transisi pemberian makan.
P: Lanjutkan interensi
- Mendiskusikan alasan penggunaan
dukungan nutrisi parenteral/enteral.
- Mendiskusikan penanganan,
penyimpangan, persiapan yang tepat dari
larutan nutrisi atau makanan yang di
blender, juga diskusikan tehnik aseptic
atau bersih untuk peraatan sisi pemasangan
dan pengunaan balutan
DAFTAR PUSTAKA
https://www.academia.edu/39255328/MAKALAH_KEPERAWATAN_ANAK_I
https://www.scribd.com/document/377271118/Askep-KKP-BAB-I
1. Irianto, Kus dan Kusno Waluyo. 2004. Gizi dan Pola Hidup Sehat. Bandung : Yrama
Widya. Tim Penyusun Pusat Kamus. 2007. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta:
Balai Pustaka
2. Depkes RI. (1999). Rencana pembangunan kesehatan menuju Indonesia sehat 2010.
Jakarta.
3. Nuuhsan Lubis an Arlina Mursada. 2002. Penatalaksanaan Busung Lapar pada Balita.
Jakarta : EGC.
4. Kemenkes Ri. 2013. Riset Kesehatan Dasar; RISKESDAS. Jakarta: Balitbang Kemenkes Ri13
5. Rani, A. A., Jacobus, A., 2011. Buku Ajar Gastroenterologi, In: Ilmu Penyakit Dalam
FKUI. 1st ed. Jakarta Pusat: Interna Publishing. 55-65. 13
6. Arisman. 2004. Gizi dalam Daur Kehidupan. Buku Kedokteran EGC. Jakarta. 180- 195.13
7. Nelson. 2000. Ilmu kesehatan Anak ,volume 2 Edisi 15. EGC. Jakarta.