Anda di halaman 1dari 9

UAS SOSIOLOGI HUKUM

OLEH :

NAMA : ADI PAPA SAMTO HERMANTO HOTONG


NIM : 1802010546
KELAS / SEMESTER : A / VII
DOSEN WALI : A. RESOPIJANI, S.H, M.H
DOSEN PENGASUH MK : YORHAN YOHANIS NOME.,SH.,M.HUM

FAKULTAS HUKUM
PROGRAM STUDI ILMU HUKUM
UNIVERSITAS NUSA CENDANA
2021
1. Sebutkan dan jelaskan optik pembelajaran hukum.
- Ilmu hukum normatif: memandang hukum dari apa yang tertuang dalam peraturan atau
hukum itu sendiri yang didalmnya meliputi Hukum Perdata, Hukum Pidana, Hukum Tata
Negara, Hukum Administrasi Negara, Hukum Internsional.
- Hukum perdata: ketentuan-ketentuan yang mengatur hak dan kewajiban seseorang
dalam masyarakat.
- Hukum pidana: bagian dari keseluruhan hukum yang berlaku di suatu negara yang
mengadakan dasar-dasar dan mengatur ketentuan tentang perbuatan yang tidak boleh
dilakukan, dilarang yang disertai ancaman pidana bagi barang siapa yang melakukan.
- HTN: hukum hubungan tertentu, yang muncul dalam perjalanan sejarah dan diatur oleh
hukum yang disebut negara.
- Hukum Administrasi Negara adalah keseluruhan peraturan yang mengatur tentang
aparatur pemerintah dalam melakukan berbagai aktivitas atau tugas-tugas negara, guna
mencapau tujuan yang telah ditentukan.
- Hukum Internasional adalah bagian hukum yang mengatur aktivitas entitas berskala
internasional. Hukum antar bangsa atau hukum antarnegara menunjukkan pada
kompleks kaidah dan asas yang mengatur hubungan antara anggota masyarakat bangsa-
bangsa atau negara.
- Ilmu socio-legal: melihat hukum melalui penggabungan antara hukum normatif (norma –
norma hukum, yuridis) dan pendekatan non hukum / diluar hukum, dan menjelaskan
hukum dalam nya (empiris) dalam kehidupan social.

2. Sebutkan dan jelaskan 3 komponen sitem hukum dalam kaitannya dengan dinamika sosial
a. Substansi hukum: Tatanan norma yang dibuat untuk menetapkan mana perbuatan yang
dilarang dan mana perbuatan yang di perbolehkan oleh hukum, dll
b. Struktur hukum: tatanan norma yang mengatur tentang bagaimana prosedur hukum
harus dijalankan, dan dimana saluran kelembagan yang harus dilalui
c. Budaya hukum: tatanan nilai yang dimiliki oleh masyarakat yang menjiwai dan
menentukan pola pikir dan pola perilaku masyarakat dalam setiap bidang kehidupan,
termasuk dalam bidang hukum

3. Sebutkan dan jelaskan ragam cara pandang terhadap hukum dari aspek dunia ide dan aspek
dunia realitas
a. Aspek dunia ide:
- Kaidah hukum positif
- Nilai moral keadilan
- Putusan hakim

b. Dunia realitas:
- Institusi sosial: terarah pada realitas hukum dalam konteks sistem masyarakat.
- Makna simbolik: terarah pada signifikansi hukum dalam aksi dan interaksi manusia
(tindakan manusia)

4. Sebutkan dan jelaskan pandangan sosiologis terhadap hukum


Kekuasaan, sosial, budaya, politik, keamanan, religi, ekonomi, pendidikan.
- Hukum hanyalah satu sub sistem dari sistem sosial secara keseluruhan
- Hukum saling berinteraksi dengan sekalian subsistem sosial untuk menata
kehidupan sosial
- Konsekuensi logisnya hukum tidak netral atau tidak bebas nilai, karena selalu
mendapat pengaruh dari subsistem- subsistem sosial lainnya.
5. Sebutkan dan jelaskan pandangan non-sosiologis terhadap hukum
Antara hukum dan masyarakat saling terpisah. Hukum berada diluar sistem sosial, dan
berperan sebagai alat untuk memotret dan menilai kehidupan sosial yang berarti hukum
harus netral atau bebas nilai

6. Sebutkan dan jelskan 5 konsekuensi teoritik dari pandangan sosiologis dan non-sosiologis
terhadap hukum
a. Hukum sebagai asas moral dan keadilan: terarah pada asas-asas moral dan keadilan yang
bersumber dari pemikiran filsafati , religi, agama.
- Hakekat hukum adalah keadilan. Hukum berfungsi melayani kebutuhan keadilan
dalam masyarakat
- Tanpa keadilan. Hukum hanya merupakan kekerasan yang diformalkan
b. Hukum sebagai kaidah hukum positif terarah pada tata hukum positif atau norma-norma
positif
- Adanya kesatuan hukum yang diikat oleh hukum dasar dan penekanan aspek
normatif
c. Hukum sebagai putusan hakim. Terarah pada penemuan dan penafsiran hakim dalam
menangani kasus nyata.
d. Institusi sosial: terarah pada realitas hukum dalam konteks sistem masyarakat.
e. Makna simbolik: terarah pada signifikansi hukum dalam aksi dan interaksi manusia
(tindakan manusia)

7. Sebutkan dan jelaskan pemilihan cara pandang hukum secara metodologis.


a. Cara pandang hukum normatif:
- Hukum sebagai asas moral keadilan, hukum sebagai kaidah normatif, yang
dipositifkan dan hukum sebagai putusan hakim in concreto
- Tipe penelitian: Penelitian doktrinal, atau penelitian normatif
b. Cara pandang hukum non-normatif
- Hukum sebagai institusi sosial, dan hukum sebagai makna simbolik yang
termanifestasi dalam aksi dan interaksi
- Tipe penelitian: penelitian non-doktrinal atau penelitian sosiologis

8. Jelaskan pengertian sosiologi hukum


Sosiologi hukum merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan yang mempelajari,
memahami, dan menjelaskan tentang hukum dalam dunia nyata (empiris) dan dalam
kehidupan sosial (kemasyarakatan)
Sosiologi hukum tidak mempelajari hukum sebagai idealis atau sebagai sesuatu yang berada
di sunia abstrak
Sosiologi hukum mempelajari hubungan timbal balik antara hukum dengan gejala-gejala
sosial lainnya
Sosiologi hukum mempelajari perilaku hukum

9. Jelaskan orientasi sosiologi hukum


a. Tidak melihat hukum sebagai bangunan norma atau aturan yang terumus dalam
peraturan perundang-undangan.
b. Melihat hukum sebagai sebuah bangunan sosiologis, yang melekat dengan kehidupan
sosial
- Hukum untuk manusia, bukan manusia untuk hukum
- Kehadiran hukum untuk mewujudkan keadilan, kesejahteraan, dan kebahagiaan
manusia
c. Sosiologi hukum melihat hukum sebagai bagian dari realitas sosial. Ia tidak jatuh begitu
saja dari langit.
10. Jelaskan posisi sosiologi hukum
- Sosiologi hukum menghubungkan dunia norma dan dunia realitas
- Dunia in abstracto dan in concreto
- Sosiologi hukum tidak berbicara tentang hukum dalam arti sebagai bangunan
norma, melainkan hukum yang menyatu dengan kehidupan sosial
- Hukum dilihat dalam berbagai konteks sosial perilaku, institusi, sistem budaya,
sistem politik, kekuasaan, perkembangan ekonomi, dll.

11. Jelaskan obyek studi sosiologi hukum


Pengorganisasian sosial hukum. Obyek yang menjadi sasaran studi sosiologi hukum adalah
badan-badan yang terlibat dalam penyelenggaraan hukum:
- Pembuat hukum: Sosiologi Pembuat Hukum
- Pengadilan: Sosio Pengadilan/Sosiologi Hukum
- Kepolisian: Sosio Kepolisian/Sosiologi Hukum
- Kejaksaan: Sosio Kejaksaan/ Sosiologi Hukum, dll
- Ketika berbicara tentang badan pembuat UU misalnya, perhatian bisa diarahkan
kepada komposisi badan pembuat hukum tersebut: Usia, jenis kelamin, pendidikan,
latar belakang sosial, dsb.
Perhatian dan obyek studi sosiologi hukum yang lain, yaitu:
- Efektivitas hukum : Seberapa besarkah efektivitas dan peraturan-peraturan tertentu:
UU Lalulintas, UU tentang KPK, dan lain sebagainya.
- Kesadaran hukum : Apa sebabnya orang taat atau tidak taat kepada hukum.
- Keadilan hukum : Golongan manakah yang lebih diuntungkan dan yang tidak
diuntungkan dan pengaturan hukum tertentu, atau dan praktek penegakannya.

12. Jelaskan cara kerja sosiologi hukum


Cara kerja sosiologi hukum
Dimulai dengan sikap “Kecurigaan inteIektuaI” Tidak mau begitu saja mempercayai dan
menerima pernyataan pernyataan hukum, baik dalam bentuk peraturan perundang-
undangan maupun putusan-putusan pengadilan
a. Sosiologi Hukum tidak mau menerima begitu saja, bahwa hukum itu bertujuan untuk
menyelesaikan konflik:
- Pertanyaan kritis - Apakah hukum Itu sendiri tidak mungkin menyimpan dan
menimbulkan konflik?
Topik menarik – dampak putusan pengadilan terhadap relasi sosial para pihak yang
terlibat sengketa
b. Sosiologi Hukum juga berusaha menyingkapkan, bahwa sekalipun hukum ¡tu
menyediakan janji-janji kepada masyarakat pengguna, tapi janji-janji tersebut tidak
selalu dinikmati : Asas kesamaan dimata hukum, asas cepat dan biaya murah dalam
penyeiesaian perkara, dll
c. Satjipto Rahardjo : Tersebar dalam berbagai buku:
- Hukum dan Masyarakat (1975) dan “Hukum dan Perubahan Sosial” (1979) :
Tatanan Hukum harus terus dikembangkan mengikuti dinamika sosial yang terus
berubah
- Sisi-sisi lain dan Hukum di Indonesia” (2003): Hukum itu bukan semata bangunan
norma, melainkan juga merupakan institusi sosial yang terlingkup dalam sistem
sosial secara keseluruhan
- Hukum Progresif (2006) : Perlu dikembangkan tatanan hukum progresif agar tidak
terjebak dalam proses-proses yang hanya menekankan pada aspek formalistik
semata
- Biarkan Hukum Mengalir (2007) : Hukum ¡tu adalah untuk manusia, maka dia
semestinya begerak, berubah mengikuti dinamika kehidupan manusia.
13. Kemukakan penegasan SINSZHEIMER terkait posisi hukum
- Hukum tidak bergerak dalam ruang yang hampa dan berhadapan dengan hal-hal yang
abstrak
- Hukum selalu berada dalam suatu tatanan sosial tertentu dan berhadapan dengan
manusia-manusia yang hidup
- Bukan hanya bagaimana mengatur sesuai dengan prosedur hukum, melainkan juga
bagaimana mengatur sehingga dalam masyarakat timbul efek-efek yang diinginkan oleh
hukum.

14. Kemukakan dinamika bekerjanya hukum


- Hukum tidak bekerja dalam dunia hampa
- Hukum bekerja dalam sekalian kekuatan sosial dan personal dalam sebuah sistem sosial
- Dengan demikian hasil akhir dari sebuah proses hukum baik proses pembuatannya dan
penegakannya tidak bisa diprediksi dengan menggunakan logika matematis.

15. Kemukakan teori bekerjanya hukum menurut ROBERT B. SEIDMAN


Bekerjanya hukum dalam masyarakat dipengaruhi oleh kekuatan- kekuatan sosial,
lembaga-lembaga pembuat hukum dan lembagalembaga pelaksana hukum. Oleh
karena itu bekerjanya hukum tidak bisa dimonopoli oleh hukum. Teori ini digunakan
untuk menganalisis permasalahan pertama, karena teori ini berkaitan dengan
lembaga lembaga pembuat hukum, penegak hukum, maupun kekuatan-kekuatan
sosial, antara lain politik budaya masyarakat, dan wangsa. Kekuatan-kekuatan sosial
itulah yang kemudian menyebabkan hukum mengalami dinamika

16. Kemukakan 2 arus perkembangan sosiologi hukum disertai para penganutnya


 Tokoh Eropa Barat

1. Karl Marx (1818-1883)


Menurut Mark, hukum dan kekuasaan politik itu merupakan sarana kapitalis yang
berkuasa di bidang ekonomi, untuk melanggengkan kegunaan harta kekayaan sebagai
sarana produksi dan sarana ekploitasi. Menurut Marx Tokoh-Tokoh Sosiologi Hukum
hukum bukan saja berlaku sebagai fungsi politik saja, melainkan sebagai fungsi
ekonomi. Pokok pemikiran Marx dalam sosiologi hukum dalah sebagai berikut:

a) Hukum adalah alat yang menyebabkan timbulnya konflik dan perpecahan.


Hukum tidak berfungsi untuk melindungi. Hukum hanya melindungi kelompok -
kelompok yang dominan.
b) Hukum bukan merupakan alat integrasi tetapi merupakan
pendukungketidaksamaan dan ketidakseimbangan yang dapat membentuk
perpecahan kelas.
c) Hukum dan kekuasaan merupakan sarana dari kaum kapitalis yangberkuasa di
bidang ekonomi, untuk melanggengkan kekuasaan
d) Hukum bukanlah model idealis dari moral masyarakat atau setidak tidaknya
masyarakat bukanlah manis festasi normatif dari apa yang telah dihukumkan.
Marx, dapat kita sebut sebagai seorang sosiologi hukum. Pada saatmengemukakan
pendapatnya tentang pencurian kayu pada tahun 184201843,marx mengatakan
bahwa hukum adalah tatanan peraturan yang memenuhikepentingan kelas orang yang
punya dalam masyarakat. Marx memandang masyarakat sebagai suatu keseluruhan
yang antagonis. Dalam pandangan nyawa tak dasar seperti ini ditentukan oleh
hubungan konflik antar kelas-kelas social yang kepentingan-kepentingannya saling
bertentangan dan tak dapat didamaikan karena perbedaan kedudukan mereka dalam
tatanan ekonomi.

2. Henri S Maine (1882-1888)


Pemikiran Maine dalam bidang sosiologi hukum adalah sebagai berikut :

 Masyarakat bukanlah masyarakat yang serba laten melainkan yangbersifat


Contigent. Dari sinilah ia dicetuskan sebagai bapak teori Evolusiklasik. Teori ini
mengatakan bahwa masyarakat yang progresif adalahmasyarakat yang bergerak
dari status ke kontrak.
 Dalam mayarakat terdapat askripsi-askripsi tertentu, yang
sesungguhnyamerupakan penganugerahan atribut dan kapasitas kepada
wargamasyarakat yang bersangkutan, dengan posisi masing-masing
didalamtatanan status yang telah diradisikan dalam masyarakat.
 Kenyataan dalam masyarakat akan berubah tatkala msayarakat
melakukantransisi ke situasi-situasi baru, yang berhubungan dengan
membeasrnyaagregasi dalam kehiduan. Juga kian meningkatnya interdepedensi
antara segmen - segmen sosial dalam kehidupan ekonomi.
Pemikiran maine tersebut didasarkan pada asumsi bahwa masyarakatbukan sebagai
suatu tipe ideal yang permanen, melainkan sebagai suatusistem variabel yang tak
pernah bias terbebas dari berlakunya dinamikaproses. Oleh karena itu, ia megatakan
bahwa masyarakat bukanlah yangserba laten.

3. Emile Durkheim (1858-1917)


Ia adalah seorang ahli sosiologi yang sejak semula mempunyaiperhatian yang sangat
tinggi terhadap hukum. Sebagai seorang sosiolog, ia amat terikat pada penggunaan
metodologi empiris. Dalam mengungkap idenya tentang hukum, Durkheim bertolak dari
penemuan yang terjadi dalam masyarakat. Dengan metode empirisnya, ia melihat jenis-
jenis hukum dengan tipe solidaritas dalam masyarakat. Ia membuat perbedaan antara
hukum yang menindak dengan hukum yang mengganti, atau Repressive dengan
Restitutive. Menurut Durkheim, hukum dirumuskansebagai suatu kaidah yang bersanksi.
Berat ringannya suatu sanksi tergantung kepada suatu pelanggaran dan anggapan
masyarakat sendiri tentang sanksi tersebut.
Durkheim mengajukan tipologi yang membedakan secara dikotomisdua tipe solidaritas yaitu
mekanis dan organis.Masyarakat berkembang daritipe mekanis ke tipe organis. Adapun
rinciannya sebagai berikut :

a) Hukum dan Solidaritas Mekanis


Dikatakan oleh Dukheim, ketika masyarakat masih berada pada tahap diferensiasi
segmental, masyarakat tampak sebagai himpunan sekianbanyak satuan pilihan, yang
masing-masing berformat kecil dan anatara satu dengan yang lain seragam. Dalam
solidaritas ini, seorang warga masyarakat secara langsung terikat kepada masyarakat.
Hal inidapat terjadi dengan indikasi cita-cita bersama dari masyarakat yang
bersangkutan secara kolektif lebih kuat serta lebih insentif daripadacita-cita masing-
masing warga secara individual.

b) Hukum dan Solidaritas Organis


Hukum yang menidak mencerminkan masyarakat yang bersifat kolektif,sedangkan
hukum yang mengganti merupakan cerminan masyarakat yangtelah terdiferensiasi
dan terspesialisasi ke dalam fungsi - fungsi. Keadaan ini menciptakan perbedaan-
perbedaan dalam pengalaman dan pandangan.Tipe inilah yang dinamakan oleh
Durkheim dengan tipe solidaritas organis. Dalam masyarakat yang berkembang
secara modern, heterogendan penuh dengan diferensiasi, solidaritas organik dapat
mengatasi solidaritas mekanis. Hukum represif tak lagi berfungsi secara dominan.
Hukum represif akan digantikan oleh hukum restitutif, yang lebih menekankan arti
pentingnya restitusi atau pemulihan serta kompensasi untuk menjaga kelestarian
masyarakat. Hukum ini konkritnya adalahtampak dalam hukum pidana. Hukum
seperti ini menurut Durkheim, berfungsi untuk menanggulangi apa yang disebut
dengan nurani kolektif.
4. Max Weber (1864-1920)
Weber memandang hukum sebagai suatu kumpulan norma-norma atau aturan - aturan
yang dikelompokkan dan dikombinasikan dengan consensus, menggunakan alat
kekerasan sebagai daya paksaan. Ia menganggap bahwa hukum adalah kespakatan yang
valid dalam suatu kelompok tertentu.Weber disebut sebagai bapak sosilogi hukum
modern, yang menggarap hukum secara komprehensif dengan metode sosiologis. Usaha
Weber untuk menyingkap ciri yang menonjol dari masyarakat barat, membawanya
kepada rasionalitas sebagai kuncinya. Tipologinya yang disusun melalui sumbu formal -
subtantif dan sumbu Irasional - Rasional, yaitu sebagai berikut :

a) Menyangkut perbedaan bagaimana suatu sistem hukum itu disusun, sehingga


merupakan suatu sistem yang mampu menentukan sendiriperaturan dan
prosedur yang dipakai untuk mengambil suatu keputusan.
b) Subtantif, bersifat eksternal dan merujuk kepada ukuran di luarnya, terutama
kepada nilai - nilai agama, etika serta politik.
c) Weber berpendapat, hukum memiliki rasionalitasnya yang subtantif ketika
subtansi hukum itu memang terdiri dari aturan-aturan umum InAbstracto, yang
siap didedukasikan guna menangani kasus konkrit. Ada tiga tipe dalam
penyelenggaran dalam pengadilan menurut Weber yaitu:
1) Tipe perdilan kadi atau peradilan dengan fungsi perdamaian atas dasar
kerifan dan kebijaksanaan sang pengadil.
2) Tipe perdailan empiris, dan
3) Tipe peradilan yang rasional
Peradilan Kadi, menurut Weber adalah perdilan yangsangat arbiter dankarenanya dinilai
sebagai pengadilan yang tidak rasional. Keputusan peradilan ini dipercayakan
sepenuhnya kepada sang pengadil, tanpa diperlukan adanyakontrol oleh system lainnya.
Tipe empiris adalah tipe pradilan yang lebihrasional, sekalipun belum sepenuhnya.
Dalam peradilan empiris ini, sang hakimmemutuskan perkara-perkara sepenuhnya
dengan cara beranalogi. Peradilan ini dilakukan oleh mereka yang bernaung di bawah
filsafat positivisme.

 Tokoh Amerika Serikat


 Oliver Wendell Holmes (1841-1935)
Holmes yang dikenal dengan revolusi sosiologi dalam ilmu hukum diAmerika
Serikat.Holmes menolak engan tegas mazhab analitis maupun mazhab historis.
Pikiran utama Holmes dalam sosiologi hukum ini adalah bahwa setiap hakim
bertanggung jawab memformulasi hukum lewat keputusan - keputusannya. Hakim
harus selalu adar dan yakin bahwahukum itu adalah bukan suatu hal yang
Omnipressnt in the sky, melainkan sesuatu yang senantiasa hadir dalam situasi-
situasi konkrit To meet the socialneed. Ia menuliskan the life of law is not logic : it
has been experience, bahwa kehidupan hukum tidak pernah berdasarkan logika,
melainkan merupakan pengalaman yang isinya harus dilukiskan oleh sosiologi
hukum. Menurut Holmes, hukum bukan saja dilihat dari definisi yurisprudensi tetapi
ramalan - ramalan yang akan diputuskan oleh pegadilan. Pendekatan yang
digunakan oleh Holmes adalah pragmatis. Hakim harus benar-benar memperhatikan
pembuatan keputusan hukum dan bagi Holmes hukummerupakan hal yang aktual
bagi hukum.

 Benjamin Nathan Cardozo (1870-1938)


Ia adalah seorang hakim yang bertolak dari perenungan tentang perlunya
memperbaharui teknik hkum yang aktual. Menurutnya, dalam setiap praktik
peradilan terdapat suatu ketidakpastian yang semakin besar yang diakibatkan oleh
keputusan pengadilan. Adalah suatu manifestasiyang tidak dapat dicegah dari
kenyataan bahwa proses peradilan bukanlahpenemuan hukum, melainkan
penciptaan hukum. Ide pemikiran hukum
Cardozo ini dapat ditemukan dalam bukunya, The nature of judicial Process.
Pemikiran Cardozo adalah sebagai berikut:

a) Hakim memiliki kebebasan untuk memutuskan suatu perkara tetapi


batasannya tidak boleh bertentangan dengan kepentingan hukum.
b) Berbagai kehidupan sosial seperti logika, rakyat, sejarah dan standarmoralitas
yang disepakati bersama - sama dalam kehidupan, merupakan instrument
kea rah terciptanya hukum.
c) Hukum harus tetap sejalan dengan kebutuhan - kebutuhan sosial.

 Roscoe Pound (1870-1964)


Pandangan Roscoe Pound adalah hukum diselenggarakan untuk memaksimalkan
pemuasan kebutuhan dan kepentingan interest. Ia lebihcenderung melihat
kepentingan (bukan etika dan moral) dalam kehidupan hukum. Ia mengatakan
bahwa hukum ini diperlukan karena adanya berbagai kepentingan dalam setiap
bidang kehidupan. Adapun pokok pikiran Poundadalah sebagai berikut:
a) Ia lebih menelaah akibat-akibat sosial yang actual dari adanya
lembagalembagahukum dan doktrin-doktrin hukum (lebih pada fungsi hukum
daripada isi abstraknya).
b) Mengajukan studi sosiologis untuk mempersiapkan perundang undangan
dan menganggap hukum sebagai suatu lembaga sosial yang dapat diperbaiki
oleh usaha-usaha yang bijaksana dalam menemukan cara - cara terbaik untuk
melanjutkan dan membimbing usaha – usaha yang seperti itu.
Untuk menciptakan efektivitas cara dalam membuat peraturan perundang-undangan dan member
tekanan kepada hukum untukmencapai tujuan-tujuan sosial (tidak ditekankan kepada sanksi).Pound
lebih memandang hukum sebagai proses rekayasa sosial).

17. Sebutkan dan jelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi hukum itu berfungsi dalam
masyarakat
- Kaidah hukum/peraturan itu sendiri
- Petugas/penegak hukum
- Sarana atau fasilitas yang digunakan oleh penegak hukum
- Kesadaran masyarakat
18. Sebutkan dan jelaskan usaha-usaha meningkatkan kesadaran hukum masyarakat
- Pengetahuan hukum. Asumsi bahwa setiap warga masyarakat dianggap mengetahui
adanya undang-undang tersebut
- Pemahaman hukum. Masyarakat diharapkan memahami tujuan, manfaat dari
perundang-undangan dalam kehidupannya
- Penataan hukum. Taat karena takut, hubungan baik dengan penguasa, hubungan
baik dengan sesama sesuai dengan nilai-nilai yang dianut
- Pengharapan terhadap hukum. Tujuan hukum, ketertiban dan ketentraman terkait
segi lahiriah dan batiniah
- Peningkatan kesadaran hukum. Penyuluhan hukum
19. Jelaskan hubungan antara hukum dan perubahan sosial dan apa dampaknya terhadap
kehidupan masyarakat
- Hukum berkaitan erat dengan berbagai perubahan sosial yang terjadi
- Hukum itu pada dasarnya merupakan sarana untuk mengatur kehidupan sosial
- Namun, harus diakui bahwa ia hampir senantiasa tertinggal dibelakang obyek yang
diaturnya
- Bisa jadi, akan timbul gejala bahwa antara hukum dan perikelakuan sosial terdapat
suatu jarak perbedaan yang menyolok atau tidak
- Ketertinggalan hukum itu akan menimbulkan persoalan yang rumit, ketika jarak yang
memisahkan peraturan formal dengan kenyataan yang terjadi demikian
menyoloknya, sementara penyesuaian yang semestinya dapat mengurangi
ketertinggalannya tidak kunjung berhasil dilakukan.

Anda mungkin juga menyukai