I. PENETASAN
Capaian Pembelajaran : Melaksanakan proses penetasan mulai dari seleksi telur
tetas, fumigasi, penetasan dan pulling chick
Waktu : 2 X 120 menit
Tempat : Ruang Penetasan
I.1 Teori
Fumigasi
Fumigasi merupakan upaya untuk membasmi mikroba tersebut. Fumigasi dengan
menggunakan gas formaldehyde digunakan secara luas pada perusahaan penetasan telur,
karena disamping mudah dilakukan, gas tersebut mempunyai daya basmi terhadap mikroba
yang tinggi ( Sukardi, 1999). Sebelum melakukan fumigasi, terdapat beberapa hal yang
harus dilakukan.
Telur yang telah diseleksi ulang ditempatkan ke dalam wadah telur dengan bagian
tumpul menghadap ke atas.
Tempatkan wadah berisi telur tersebut ke dalam ruangan yang dapat ditutup rapat
atau letakan di dalam mesin tetas.
Ukur volume ruangan yaitu Panjang x Lebar x Tinggi
Takar formalin dan KMnO4 dengan dosis untuk setiap 1m3 ruangan dibutuhkan 40
cc formalin dan 20 gram KMnO4 (Awas : Formalin adalah bahan kimia yang keras,
dan bila terkena kulit akan menyebabkan kulit terasa seperti terbakar).
Sediakan wadah cekung yang tahan panas, seperti panci berlapis email atau kuali
dari tanah. Daya tampung wadah harus paling sedikit 3 kali dari volume formalin
yang akan digunakan.
Cara Fumigasi
1. Tuang KMnO4 ke dalam panci (wadah).
2. Tempatkan wadah tersebut di bawah telur.
3. Kemudian secara perlahan-lahan, tuangkan formalin ke dalam wadah tersebut.
4. Secepatnya tutup ruangan tempat fumigasi (mesin tetas) karena campuran formalin
dan KMnO4 akan menghasilkan gas yang pedih bila kena mata.
5. Biarkan fumigasi berlangsung selama 20 menit
6. Buka pintu ruangan tempat fumigasi (mesin tetas)
7. Telur siap ditetaskan. (Hardjosworo , 2001)
Penetasan telur
Penetasan telur adalah usaha untuk menetaskan telur unggas dengan bantuan mesin
penetas telur yang sistem atau cara kerjanya mengadopsi tingkah laku (behaviour) induk
ayam atau unggas lainnya selama masa mengeram. Perbanyakan populasi unggas biasanya
ditempuh dengan cara menetaskan telur yang sudah dibuahi. Menurut Paimin (2000)
penetasan telur ada dua cara, yaitu melalui penetasan alami (induk ayam) dan melaui
penetasan buatan (mesin tetas). Kapasitas produksi unggas sekali pengeraman hanya sekitar
10 – 15 butir telur. Akan tetapi, untuk mesin tetas sangat bervariasi tergantung kapasitas
mesinnya (minimal 100 butir telur).
1. Menetaskan telur dengan induk ayam
Pengeraman telur secara alami (dengan induk ayam) untuk memeperbanyak populasi
telah dilakukansejak adanya pemeliharaan ayam. Saat itu belum ada alat pengganti induk
ayam. Semua proses penetasan ditumpukan sepenuhnya pada induk ayam itu sendiri.
2. Menetaskan telur dengan alat tetas buatan
Penetasan buatan dilakukan dengan menggunakan alat yang disebut mesin tetas atau
inkubator. Pada prinsipnya penetasan buatan sama dengan penetasan alami, yaitu
menyediakan kondisi lingkungan (temperatur, kelembaban dan sirkulasi udara) yang sesuai
agar embrio dalam telur berkembang dengan optimal, sehingga telur dapat menetas
(Sukardi, 1999). Penetasan dengan alat tetas buatan terbagi atas dua car, yaitu dengan
matahari dan sekam serta mesin tetas. Alat – alat ini sederhana, bahkan dapat kita buat
sendiri. Dari kedua jenis ini pun terdapat bermacam – macam jenis alat tetas yang prinsip
kerjanya sama, karena umumnya menggunakan tenaga panas, baik panas matahari maupun
panas listrik ataulampu teplok (Paimin, 2000).
Adapun beberapa faktor yang sering kali dijumpai peternak dalam proses penetasan
dengan menggunakan alat penetas buatan, antara lain seperti berikut ;
1. Telur Infertil. Beberapa faktor yang menyebabkan telur infertil atau tidak tertunasi
adalah ; perbandingan induk jantan dan betina tidak memenuhi persyaratan, induk
jantan/betina sudah terlalu tua, induk betina terlalu gemuk, kebersihan kerabang telur
tetas, telur tetas disimpan terlalu lama pada kondisi yang tidak sesuai sebelum
dimasukan ke dalam mesin tetas, pakan induk parent stock kekurangan vitamin A,B,C
atau E dan parent stock mengalami sakit/stres.
2. Embrio mati awal. Apabila embrio banyak yang mati awal, kemungkinan
penyebabnya adalah ; temperatur mesin tetas yang terlalu tinggi atau terlalu rendah,
faktor genetik parent stock, kesalahan dalam proses fumigasi (pengasapan), kesalahan
pada pemutaran telur, stres/penyakit pada parent stock.
3. Embrio banyak yang mati di mesin penetasan. Bila embrio banyak yang mati , sesaat
sebelum kulit telur retak, maka kemungkinan penyebabnya adalah ; pemutaran telur
yang tidak benar, temperatur dan kelembapan mesin tetas yang tidak tepat, faktor
generik parent stock, peletakan telur pada tray yang tidak benar arahnya, seharusnya
yang bulat di atas dan runcing di bawah, sirkulasi udara yang tidak baik (Suryani Titik
dan Santosa, 2002 ).
Pull chick
Kegiatan untuk mengeluarkan atau memanen DOC dari dalam Hatcher, baik secara
sederhana atau semi modern dimana DOC dikeluarkan lalu dilewatkan melalui ban berjalan
keruangan lain. Pada saat DOC melewati ban berjalan dilakukan seleksi DOC yang cacat
dan under grade terlebih dahulu. Sisanya masuk kedalam Box DOC kemudian diletakkan
diruangan Seleksi untuk proses selanjutnya (Saptorohadi, 2011). DOC harus segera
dipindahkan dari mesin tetas setelah semua telur menetas dan anak ayam telah 95% kering
bulunya. Segera diberikan air minum untuk mengganti cairan tubuh yang hilang akibat
dehidrasi selama pengeringan bulu di dalam mesin tetas (Suprijatna dkk, 2005) dan DOC
sebaiknya tidak diberi pakan apa-apa sebelum 24 jam karena masih memiliki sisa kuning
telur dalam tubuhnya (North dan Bell, 1990).
Seleksi dan Culling
Seleksi anak ayam yang baru menetas merupakan pemisahan antara anak ayam dengan
kualitas baik dan yang tidak baik, untuk selanjutnya anak ayam yang tidak baik akan diafkir
(Suprijatna et al., 2005). Seleksi juga dapat didefinisikan yaitu memilih ayam yang
kualitasnya memenuhi standar dari kelompoknya yang meliputi kesehatan, aktifitas, warna
bulu dan performa (AAK, 1991).
Seleksi DOC dilakukan diruang seleksi, pada umumnya ada tiga grade atau kwalitas
yang diterapkan oleh manajemen yakni Grade A atau disebut juga kwalitas Super,
kemudian Grade B atau disebut juga Grade BM dan terakhir Grade C atau disebut juga
Polosan. Dimana DOC Grade A mempunyai berat badannya diatas 38 atau lebih dari 40
gram per ekor ( Saptorohadi, 2011).
Sexing (Penentuan Jantan dan Betina)
Sexing adalah memisahkan/memilih antara ayam jantan dan betina. Biasanya dilakukan
dengan metode buka kloaka, perbedaan warna bulu, dan perbedaan panjang bulu sayap
(Suprijatna et al., 2005). ). Menurut Nuryati dan Sutarto (2000), “sexing” dengan melihat
perbedaan warna bulu disebabkan adanya sifat-sifat tertentu yang terkait dengan kromosom
yang berhubungan dengan jenis kelamin. Sexing dengan perbedaan bulu sayap biasanya
dilakukan pada ayam yang pertumbuhan bulunya cepat dengan melihat bulu sayap runcing
pada ayam betina dan pada jantan bulu sayap tidak runcing.
1.2 Alat :
1.3 Bahan
KmnO4
Formalin ( H2CO ) 40%
Penetasan Telur
Hari 1
Atur mesin tetas pada suhu 38oC dan pastikan bak terisi air
Telur yang akan ditetaskan diberi tanda di setiap sisi, missal “A” dan “B”
Susun telur pada rak tetas (tangan dan rak dalam keadaan bersih), penyusunan
seragam sesuai tanda
Ventilasi tertutup rapat
Hari 2
Hari ke-3
Lakukan pemutaran sebanyak 3 kali (Pagi pukul 06.00, siang pukul 12.00, malam
pukul 19.00) menggunakan tangan bersih
Kontrol suhu (38°C) dan lakukan penambahan air pada bak jika jumlah air dalam
bak tersebut berkurang.
Hari ke-4
Hari ke-5
Hari ke-6
Hari ke-7
Hari ke-14
Hari ke-15-18
Hari ke-19
Hari ke-20
Hari ke-21
Organisasi :
Perhitungan
0.19
x 40 = 2.68 g
2,83
0.19
x 80 = 5.37 ml
2,83
No.
Infertil Fertil Tidak Menetas Menetas
Telur
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51
52
53
54
55
56
57
58
59
60
61
62
63
64
65
66
67
68
69
70
71
72
73
74
75
76
77
78
79
80
81
82
83
84
85
86
87
88
89
90
91 Infertil
92 Fertil
93 Infertil
94 Fertil
95 Fertil
96 Fertil
97 Fertil
98 Fertil
99 Fertil
100 Fertil