Anda di halaman 1dari 5

ARTIKEL PENELITIAN

KARAKTERISTIK PENDERITA TINEA KORPORIS DENGAN


DIAGNOSA PENUNJANG KOH 10% DI Dr. PIRNGADI MEDAN
TAHUN 2014
Goffar Deardo Saragih1, A.A.Depary2, Gerben F.Hutabarat3
1
Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran Universitas Methodist Indonesia,
2
Departemen Parasitologi, Fakultas Kedokteran Universitas Methodist Indonesia
3
Departemen Mikrobiologi, Fakultas Kedokteran Universitas Methodist Indonesia
Korespondesi: fkmethodist@yahoo.co.id

ABSTRACT
Background: Tinea corporis is a fungal infection of the skin smooth (glabrous skin) in the area of the face,
neck, torso, arms, legs and gluteal fungal dermatophytes Trichophyton species, Epidermophyton,
microsporus. Indonesia Geographic Conditions are to the equator with temperatures and high humidity will
facilitate the growth of fungi that infections due to fungi commonly found in Indonesia. Data regarding the
number of patients with tinea corporis in Pontianak many as 604 cases, Dr Haji Adam Malik by the number
of 2,572 cases of skin diseases are Tinea corporis 572 cases.
Methods: This study is a descriptive retrospective section Medical Records Hospital Dr. Pirngadi in kurn
time in 2014.
Results : These samples included 45 samples were selected with a total sampling technique. Of the samples
taken maing the data brupa age, jnis sex, occupation and diagnosis supporting KOH 10%. Patients with tinea
corporis in 2014, most age is 56-65 years (24.4%) and the least at the age of 6-11 years (2.2%). Gender
largest at prempuan (57.8%) and least in men (42.2%), the most work on civil servants (33.3%) and the least
in the driver (2.2%), diagnosis supporting KOH 10% majority in the hyphae (-) and spores (-) (40%) and least
hyphae (+) spores (-) (2.2%).
Conclusion: Based on this study it can be concluded that patients with tinea corporis in 2014 according to
most age at 56-65 years (24.4%) is greatest in women (57.8%) with the highest employment in the number of
civil servants (33.3 %) and investigations are used KOH 10% with the highest results hyphae (-) spores (-)
(40%).
Keywords: Tinea Corporis, Clinical Features

PENDAHULUAN tinggal di lingkungan yang sesak dan hygiene


yang rendah 2.

D
ermatofita merupakan kelompok jamur
yang memiliki kemampuan untuk Tinea Korporis adalah infeksi jamur pada
melekat pada keratin dan kulit halus (glabrous skin) di daerah wajah,
menggunakannya sebagai sumber nutrisi yang leher, badan, lengan, tungkai, dan glutea yang
memungkinkan jamur tersebut untuk berkoloni disebabkan jamur dermatofita spesies
pada jaringan yang mengandung keratin, Trichophyton, Microsporus, Epidermophyton.
seperti stratum korneum epidermis, rambut Jamur penyebab Tinea Korporis ini bersifat
dan kuku. Penyakit ini dapat menyerang antropofilik, geofilik, dan zoofilik. Jamur yang
semua umur tetapi lebih sering menyerang bersifat antropofilik hanya mentransmisikan
anak-anak 1. penyakit antar manusia antara lain adalah
Dermatofitosis adalah salah satu infeksi Tricophyton violaceum yang banyak
yang paling sering terjadi di dunia. Distribusi ditemukan pada orang Afrika,
spesies penyebab dan bentuk infeksi yang Tricophytonrubrum, Tricophyton schoeleinii,
terjadi bervariasi pada daerah geografis, Tricophyton magninii, Tricophyton
lingkungan dan budaya yang berbeda. soudanense, Tricophyton youndei,
Dermatofita berkembang pada suhu 25-28⁰C Microsporum audouinii, dan Microsporum
dan timbulnya infeksi pada kulit manusia ferrugineum. Jamur geofilik merupakan jamur
didukung oleh kondisi yang panas dan lembab. yang hidup di tanah dan dapat menyebabkan
Karena alasan ini, infeksi jamur superfisial radang yang moderat pada manusia. Golongan
relatif sering di negara tropis pada populasi jamur ini antara lain Microsporum gypseum
dengan status sosioekonomi rendah yang dan Microsporum fulvum. Jamur zoofilik
merupakan jamur yang hidup pada hewan,

24
Jurnal Kedokteran Methodist, Vol. 8 No.2 Desember 2015
http://ojs.lppmmethodistmedan.net

namun dapat mentransmisikan penyakit pada deskriptif observatif dengan teknik


manusia. Jamur zoofilik penyebab Tinea pengambilan sampel menggunakan metode
Korporis salah satunya adalah Microsporum Total Sampling dengan jumlah 2.572 kasus
canis yang berasal dari kucing. Dari tiga sifat terdapat Tinea Korporis 572 kasus (22,2%) 5.
jamur penyebab Tinea Korporis tersebut, Berdasarkan gambar di atas peneliti ingin
dermatofit yang antropofilik adalah sifat yang melakukan penelitian mengenai gambaran
paling sering di temukan sebagai sumber penderita Tinea Korporis di RSUD Dr.
infeksi Tinea Korporis 3. Pirngadi Medan Tahun 2014.
Infeksi Tinea Korporis terdapat di seluruh
dunia terutama daerah tropis yang mempunyai BAHAN DAN CARA
kelembaban tinggi seperti Negara Indonesia.
Penelitian dilakukan di RSUD Dr.
Penyakit ini menyerang pria maupun wanita
Pirngadi Medan pada tanggal 24 Oktober 2015
dan terjadi pada semua umur terutama dewasa.
sampai 5 April 2016.
Penyebab tersering penyakit ini adalah
Penelitian ini merupakan penelitian
Trichophyton rubrum dengan prevalensi 47%
dengan metode deskriptif crossectional untuk
dari semua kasus Tinea Korporis.
mengetahui karakteristik penderita Tinea
Trichophyton rubrum mempunyai dinding sel
Korporis Dengan Diagnosa Penunjang KOH
sehingga resisten terhadap eradikasi. Barrier
10% di RSUD Dr. Pirngadi Medan berupa
proteksi ini mengandung glikomannan, yang
data sekunder (rekam medik) pada semua
menghambat organisme ini tahan terhadap
penderita Tinea Korporis tahun 2014.
pertahanan lapisan kulit. Lapisan kulit yang
Populasi yang diamati pada penelitian ini
sering diinfeksi Trichophyton rubrum yaitu
berupa pengambilan data sekunder (rekam
kulit yang tertutup pakaian ketat atau pakaian
medik) pada semua penderita Tinea Korporis
yang tidak berpori sehingga dapat
tahun 2014 yang berobat ke RSUD Dr.
meningkatkan temperatur dan keringat yang
Pirngadi Medan yang berjumlah 45 orang
dapat mengganggu fungsi barier stratum
dengan teknik pengambilan total sampling.
korneum dan berperan dalam membantu
proliferasi jamur. Infeksi jamur dimulai
dengan terjadinya kolonisasi hifa atau cabang- PROSEDUR PENELITIAN
cabangnya dalam jaringan keratin yang mati. Prosedur penelitian ini adalah sebagai
Hifa ini memproduksi enzim keratolitik yang berikut, Permohonan izin penelitian diajukan
mengadakan difusi ke dalam jaringan kepada Direktur RSUD Dr. Pirngadi Medan.
epidermis dan merusak keratinosit. Setelah Setelah izin diberikan, peneliti melakukan
masa inkubasi 1-3 minggu, respon jaringan survey awal untuk mengetahui kelengkapan
terhadap infeksi semakin jelas dimana bagian data yang dibutuhkan melalui pengamatan
tepi lesi yang aktif akan meningkatkan proses catatan data medik pasien. Kemudian peneliti
proliferasi sel epidermis dan menghasilkan menentukan besarnya sampel yang dibutuhkan
skuama 4. dengan menggunakan total sampling. Data
Morbiditas penyakit kulit masih tergolong yang terkumpul dilanjutkan dengan melakukan
tinggi di Indonesia. Penyakit kulit bisa analisis data sehingga diperoleh hasil serta
disebabkan virus, bakteri, ataupun jamur. tabulasi dan dapat ditarik kesimpulan dengan
Penyakit kulit semakin berkembang hal ini melakukan hal berikut; Mencatat data nomor
dibuktikan dari data profil kesehatan Indonesia rekam medik RSUD Dr. Pirngadi Medan pada
2010 yang menunjukkan bahwa penyakit kulit tahun 2014. Meminta buku rekam medik dan
dan jaringan subkutan menjadi peringkat mencatat data sesuai nomor rekam medik yang
ketiga dari 10 penyakit terbanyak pada pasien telah dicatat, kemudian melakukan penilaian
rawat jalan di rumah sakit se-Indonesia terhadap data yang diperlukan yaitu
berdasarkan jumlah kunjungan yaitu sebanyak karakteristik penderita Tinea Korporis dan
192.414 kunjungan dengan 122.076 kasus diagnosa penunjang KOH 10% di RSUD Dr.
baru. Penelitian ini bertujuan untuk melihat Pirngadi Medan tahun 2014. Tenaga
pola penyakit kulit akibat infeksi jamur pengumpul data penelitian ini adalah peneliti
superfisial di Departemen Ilmu Kesehatan sendiri.
Kulit dan Kelamin Rumah Sakit Umum Pusat
Haji Adam Malik Medan periode Januari
2009–Desember 2012. Penelitian ini bersifat HASIL

25
Jurnal Kedokteran Methodist, Vol. 8 No.2 Desember 2015
http://ojs.lppmmethodistmedan.net

Penelitian ini dilakukan di RSUD Dr. Tabel 2. Distribusi penderita berdasarkan jenis
Pirngadi Medan, lokasi rumah sakit ini terletak kelamin
di jalan Prof.H.M. Yamin.S.H, No.47, Karakteristik Frekuensi Persentase
kelurahan perintis kemerdekaan, kecamatan (%)
Medan Timur, Kota Medan. Berdasarkan surat Perempuan 26 57,8%
Laki-laki 19 42,2%
keputusan (SK) kementrian Kesehatan
Jumlah 45 100%
Republik Indonesia
Berdasarkan table 2. dapat dilihat bahwa
No.43/Menkes/SK/IV/2007. RSUD Dr.
persentase terbesar penderita Tinea Korporis
Pirngadi Medan merupakan rumah sakit tipe
dalam penelitian ini adalah Perempuan
B. Selain itu, RSUD Dr. Pirngadi juga
sebanyak 26 orang (57,8%) sedangkan
merupakan salah satu rumah sakit pendidikan
penderita laki-laki sebanyak 19 orang (42,2%).
bagi mahasiswa Fakultas Kedokteran
Methodist Indonesia.
Sampel yang di peroleh dari data rekam
medic pada tahin 2014 adalah sebanyak 45
sampel. Penentuan sampel menggunakan cara
total sampling. Data yang ingin di teliti adalah
usia, jenis kelamin, pekerjaan, diagnosa
penunjang KOH 10%.

Tabel 1. Distribusi penderita berdasarkan usia Gambar 2. Diagram Pie Distribusi penderita
Karakteristik Frekuensi Persentase Tinea Korporis berdasarkan jenis kelamin
(%)

0-5 tahun 0 0% Tabel 3. Distribusi Frekuensi Penderita Atonia


Uteri Berdasarkan Pendidikan
6-11 tahun 1 2,2% Karakteristik Frekuensi Persentase
12-16 tahun 0 0% (%)
17-25 tahun 8 17,8% Pelajar 6 13,3%
Mahasiswa 2 4,5%
26-35 tahun 2 4,4%
PNS 15 33,3%
36-45 tahun 4 8,9% Pegawai 6 13,3
46-55 tahun 11 24,5% Swasta 4 8,9%
56-65 tahun 14 31,1% Wiraswsta 7 15,6%
65- sampai 5 11,1% IRT 4 8,9%
atas Pensiunan 1 2,2%
Jumlah 45 100% Supir
Tabel 1. menunjukkan bahwa persentase Jumlah 45 100%
terbesar penderita Tinea Korporis adalah usia Tabel 3. menunjukkan bahwa persentase
56 – 65 tahun sebanyak (31,1%) dam terkecil terbesar pada pekerjaan adalah PNS sebanyak
adalah usia 5 – 11 tahun sebanyak 1 orang 15 kasus (33,3%) sedangkan supir merupakan
(2,2%). persentase paling sedikit 1 kasus (2,2%).

Gambar 3. Diagram Pie Distribusi Penderita


Gambar 1. Diagram Pie Distribusi usia Tinea Korporis berdasarkan pekerjaan
penderita Tinea Korporis

26
Jurnal Kedokteran Methodist, Vol. 8 No.2 Desember 2015
http://ojs.lppmmethodistmedan.net

Tabel 4. Distribusi penderita berdarkan Berdasarkan penelitian yang dilakukan di


diagnosa penunjang KOH 10 % RSUD Dr. Pirngadi Medan di dapatkan
Pemeriksaan Frekuensi Persentase pekerjaaan yang terbanyak terkena Tinea
KOH 10% (%) Korporis adalah PNS sebanyak 15 kasus
Hifa (+), Spora (+) 16 35,6 (33,30%) dan yang sedikit terkena Tinea
Hifa (+), Spora (-) 1 2.2
Korporis adalah supir 1 kasus (2,2%).
Hifa (-) , Spora (+) 10 22,2
Hifa (-), Spora (-) 18 40 Kepustakaan menyatakan bahwa penyakit ini
Jumlah 45 100% banyak diderita oleh individu yang kurang
Berdasarkan table 4. menunjukkan bahwa mengerti kebersihan dan banyak bekerja di
persentase terbesar KOH 10% adalah hifa (-) tempat panas.
dengan spora (-) sebanyak 18 kasus (40%) dan Jamur ini sering terjadi pada orang yang
terkecil adalah hifa (+) dengan spora (-) kurang memperhatikan kebersihan diri atau
sebanyal 1 kasus (2,2%) lingkungan sekitar yang kotor dan lembap 7.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan di
RSUD Dr. Pirngadi Medan di dapatkan KOH
10% terbanyak adalah Hifa (-) dan Spora (-)
sebanyak 18 kasus (40%), sedangkan Hifa (+)
dan Spora (-) yang terkecil dengan 1 kasus
(2,2%).
Pemeriksaan mikroskopis dilakukan
dengan membuat preparat langsung dari
kerokan kulit, kemudian dituangi larutan KOH
10% lalu dimasukkan dalam kerokan kulit
kemudian tutup dengan objek glass, ± 15
menit atau hangatkan di atas nyala api selama
Gambar 4. Diagram Pie Distribusi Penderita beberapa detik untuk mempercepat proses
Tinea Korporis berdasarkan pemeriksaan KOH lisis, lalu dilihat dengan mikroskop.
10% Pemeriksaan ini hasil positif jika ditemukan
adanya Hifa (benang-benang) yang bersepta
PEMBAHASAN atau bercabang, selain itu tampak spora berupa
Berdasarkan penelitian yang dilakukan di bola kecil sebesar 1-3µ 2.
RSUD Dr. Pirngadi Medan di dapatkan bahwa Pada hasil penelitian pemeriksaan
penderita Tinea Korporis berdasarkan usia penunjang KOH 10% hasil negativ lebih
dengan persentase tertinggi adalah usia 56-65 banyak terdapat kemungkinan pengambilan
tahun sebanyak (31,1%) dan yang terkecil kerokan kulit pada daerah perifer kurang
adalah usia 6-11 tahun sebanyak (2,2%). sempurna.
Menurut penelitian yang pernah
dilakukan di poliklinik kulit dan kelamin KESIMPULAN
RSUD Dr. Soedarso Pontianak tahun 2012 Berdasarkan rentang usia, rata-rata
penyakit Tinea Korporis paling banyak penderita Tinea Korporis yang paling banyak
dijumpai pada usia 50-64 tahun (Atmaja, terjadi pada tahun 2014 adalah usia 56-65
2012)6. tahun sebanyak 14 orang (31,1%) dan terkecil
Berdasarkan penelitian yang di lakukan di adalah usia 6-11 tahun (2,2%).
RSUD Dr. Pirngadi Medan didapatkan jenis Berdasarkan jenis kelamin didapatkan
kelamin terbanyak adalah perempuan jenis kelamin terbanyak adalah perempuan
sebanyak 26 orang (57,8%) sedangkan sebanyak 26 orang (57,8%) sedangkan
penderita laki-laki sebanyak 19 orang (42,2%). penderita laki-laki sebanyak 19 orang (42,2%).
Menurut (Qadim et al, 2013) melaporkan Berdasarkan pekerjaan distribunyi
bahwa subjek penelitian tinea korporis sekitar terbanyak pekerjaan yang terkena Tinea
60% adalah laki-laki dan 30,5% lain nya Korporis adalah PNS sebanyak 15 orang
perempuan. Walaupun pada penelitian ini (33,3%) dan yang sedikit terkena Tinea
didapatkan perempuan lebih banyak dari laki- Korporis adalah supi sebanyak 1 kasus (2,2%).
laki secara umum tinea korporis dapat Berdasarkan pemeriksaan penunjang
menyerang baik pria maupun wanita 6. KOH 10%, didapatkan terbanyak adalah Hifa

27
Jurnal Kedokteran Methodist, Vol. 8 No.2 Desember 2015
http://ojs.lppmmethodistmedan.net

(-) dan Spora (-) sebanyak 18 kasus (40%),


sedangkan yang paling sedikit Hifa (+) dan
Spora (-) sebanyak 1 kasus (2,2%).

DAFTAR PUSTAKA
1. Havlickova B, Czaika VA, Fried M.
Epidemiological trends in skin mycoses
worldwide. Mycoses [Internet]. 2008
[cited 2015 october 23]; 5(14).2-15.
Available from:
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/187
83559.
2. Hay RJ, Moore M (2004). Editors.
Textbook of Dermatology, 6 ed.oxford:
Blackwell Sciner, h: 350.
3. Djuanda, A., Hamzah, M., Aisah,
S.(2013). Ilmu Penyakit Kulit Dan
Kelamin. Edisi ke-6. Jakarta: Departemen
Ilmu Kedokteran Kulit dan Kelamin .FK
UI, h: 4,5.
4. Rushing ME. (2009). Tinea corporis. US:
Medical College of Georginia. PhD
Thesis. h: 57,58,59.
5. Hendra GH (2010). Profil Kesehatan
Indonesia. Diunduh dari :
http:// respository.
Usu.id/handle/123456789/39853.pdf-
Diakses Oktober 2015.
6. Harahap Marwali (1997). Diagnosis and
treatment of skin infection. London:
Blackwell Science Ltd. h: 339-43.
7. Siregar. RS (2013). Atlas Berwarna
Saripati Penyakit Kulit. Edisi ke-6.
Penerbit BukuKedokteran. Jakarta: EGC,
h: 29-31.

28

Anda mungkin juga menyukai