Anda di halaman 1dari 4

BAB 2

DATA FORMULASI

2.1 Zat Aktif

 Paracetamol

Tinjauan farmakologi

2.2 Farmakokinetik

Farmakokinetik paracetamol cukup baik dengan bioavailabilitas yang tinggi.


 Absorpsi
Paracetamol diabsorbsi dengan baik di usus halus melalui transport pasif
pada pemberian oral. Pemberian dengan makanan akan sedikit memperlambat
absorpsi paracetamol.
Pada pemberian melalui rektum, terdapat variasi konsentrasi puncak di plasma
dan waktu yang dibutuhkan untuk mencapai konsentrasi puncak di plasma lebih
lama.
 Distribusi
Setelah pemberian oral, konsentrasi puncak pada plasma akan dicapai dalam
waktu 10 – 60 menit pada tablet biasa dan 60 – 120 menit untuk tablet lepas-
lambat. Konsentrasi rata-rata di plasma adalah 2,1μg/mL dalam 6 jam dan
kadarnya hanya dideteksi dalam jumlah kecil setelah 8 jam. Paracetamol
memiliki waktu paruh 1 – 3 jam.
Paracetamol memiliki bioavailabilitas yang tinggi. Sekitar 25% paracetamol
dalam darah diikat oleh protein.
 Metabolisme
Metabolisme paracetamol terutama berada di hati melalui proses
glukoronidasi dan sulfas menjadi konjugat non toksik. Sebagian kecil
paracetamol juga dioksidasi melalui enzim sitokrom P450 menjadi metabolit
toksik berupa N-acetyl-p-benzo-quinone imine (NAPQI).
Padakondisi normal, NAPQI akan dikonjugasi oleh glutation menjadi sistein dan
konjugatasam merkapturat. Ketika diberikan dosis dalam jumlah yang besar atau
terdapat defisien siglutation, maka NAPQI tidak dapat terdetoksifikasi dan
menyebabkan nekrosis heparakut.
 Eliminasi
Sekitar 85% paracetamol diekskresi dalam bentuk terkonjugasi dan bebas
melalui urin dalam waktu 24 jam. Pada paracetamol oral, ekskresi melalui renal
berlangsung dalam laju 0,16–0,2 mL/menit/kg. Eliminasi ini akan berkurang
pada individu berusia> 65 tahun atau dengan gangguan ginjal.
Selain ginjal, sekitar 2,6% akan diekskresikan melalui bilier. Paracetamol juga
dapat diekskresikan dengan hemodialisa.

2.3 Farmakodinamika
Paracetamol merupakan penghambat COX-1 dan COX-2 yang lemah di
jaringan ferifer dan hampir tidak memiliki efek anti inflamasi/anti radang.
Hambatan biosintesis prostaglandin hanya terjadi bila lingkungan rendah kadar
peroksida seperti dihipotalamus sedangkan lokasi inflamasi biasanya
mengandung banyak peroksid yang dihasilkan oleh leukosit.

Enzim siklooksigenase (COX) memiliki beberapa isoform. Yang paling


dikenal adalah COX-1 dan COX-2. Walaupun keduanya memiliki kesamaan
karakteristik dan mengkatalisis reaksi yang sama, terdapat perbedaan efek di
antara keduanya.
Enzim COX-1 merupakan enzim yang diekspresikan oleh hamper semua
jaringan di tubuh, termasuk platelet, dan memiliki peran dalam produksi
prostaglandin yang terlibat dalam proteksi lambung, agregasi platelet, auto
regulasi aliran darah renal, dan ini siasiparturisi. Sementara itu, COX-2 berperan
penting dalam proses inflamasi dengan mengaktivasi sitokin inflamasi. COX-2
juga banyak diekspresikan di ginjal dan memproduksi prostasiklin yang
berperandalam homeostasis ginjal.
Aktivasi COX-1 dan COX-2 dipengaruhi oleh kadar asam arakidonat.
Ketikaka darasamarakidonat rendah, maka prostaglandin akan dibentuk dari
terutamadari COX-2, sementara saat kadar asamarakidonat tinggi, prostaglandin
akan dibentuk terutama dari COX-1. Kadar asamarakidonat ini juga
mempengaruhi kerja paracetamol. Kadar yang rendah memiliki efek poten
terhadap paracetamol dan kadar yang tinggi akan menghambat kerja
paracetamol.

Anda mungkin juga menyukai