LAPORAN KASUS
APPENDISITIS AKUT
Oleh:
Andi Suci Indah Lestari
70700119012
Pembimbing:
dr. Irwan Wijaya, Sp.B, M.Kes
“APPENDISITIS AKUT”
Oleh:
Pembimbing
Mengetahui,
ii
Ketua program studi Pendidikan profesi dokter
iii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL............................................................................................i
LEMBAR PENGESAHAN.................................................................................ii
DAFTAR ISI .......................................................................................................iii
DAFTAR GAMBAR...........................................................................................iv
BAB I LAPORAN KASUS.................................................................................1
A. Identitas Pasien..........................................................................................1
B. Pemeriksaan...............................................................................................2
C. Diagnosis...................................................................................................4
D. Penatalaksanaan.........................................................................................4
E. Prognosis...................................................................................................4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.........................................................................7
A. Anatomi.....................................................................................................5
B. Fisiologi ....................................................................................................5
C. Definsi.......................................................................................................6
D. Epidemiologi.............................................................................................7
E. Etiologi......................................................................................................7
F. Patofisiologi...............................................................................................7
G. Manifestasi Klinis .....................................................................................8
H. Pemeriksaan Penunjang ............................................................................10
I. Penatalaksanaan.........................................................................................10
J. Komplikasi ...............................................................................................11
K. Prognosis...................................................................................................11
BAB III PENUTUP.............................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................13
iii
DAFTAR GAMBAR
iv
BAB I
LAPORAN KASUS
A. Identitas Pasien
1. Nama : Tn. F
2. Umur : 25 tahun
6. Agama : Islam
B. Pemeriksaan
1. Anamnesis
1
2
2. Pemeriksaan Fisik
b. Kesadaran : Composmentis
c. Tanda Vital
Suhu : 36,7 C
Nadi : 80x/menit
TD : 130/90 mmHg
Pernapasan : 20x/menit
SpO2 : 98%
VAS :6
d. Status Generalis
Kepala : Normocephali
Thorax
Jantung
midklavikularis sinistra
tambahan
Paru
paru
-/-
- Abdomen :
o Perkusi: timpani
3. Pemeriksaan Penunjang
Darah Rutin
C. Diagnosis
Appendisitis Akut
Pra Bedah
IVFD RL 25 tpm
Pasca Bedah
IVFD RL 25 tpm
E. Prognosis
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. ANATOMI
Pada orang dewasa, rata-rata panjang apendiks adalah 6 hingga 9 cm; namun,
dapat bervariasi antara <1 dan >30 cm. Diameter luarnya bervariasi antara 3 dan
8 mm, sedangkan diameter luminal antara 1 dan 3 mm.1
Gambar 1. Appendix
B. FISIOLOGI
Walau tidak ada peran yang jelas untuk apendiks dalam timbulnya penyakit
manusia, telah dilaporkan adanya asosiasi terbalik antara apendektomi dan
timbulnya kolitis ulseratif, menunjukkan fungsi protektif dari apendektomi.
namun, asosiasi ini hanya ditemukan pada pasien yang diterapi apendektomi
untuk apendisitis sebelum usia 20. Asosiasi antara Crohn’s disease dan
apendektomi lebih kurang jelas.2
C. DEFINISI
D. EPIDEMIOLOGI
Resiko seumur hidup timbulnya apendisitis adalah 8,6% untuk laki-laki dan
6,7% untuk perempuan, dengan insiden tertinggi pada dekade kedua dan ketiga.
Jumlah apendektomi untuk apendisitis telah menurun sejak 1950an pada sebagian
besar negara. Di Amerika, mencapai jumlah insiden terendah menjadi 15 per
10.000 penduduk pada tahun 1990an. Sejak saat itu, terjadi kenaikan insidensi
apendisitis non-perforasi. Alasannya tidak jelas, tetapi disarankan bahwa
peningkatan penggunaan pencitraan diagnostik menyebabkan deteksi yang lebih
tinggi dari apendisitis ringan yang mungkin tidak terdeteksi.3,4
terganggu di awal proses, memberi peluang invasi bakteri. Daerah dengan perfusi
yang paling sedikit yang paling terpengaruh: infark elipsoidal berkembang pada
batas antimesenterik. Dengan berkembangnya distensi, invasi bakterial, gangguan
perfusi, dan infarksi, perforasi terjadi, biasanya pada batas antimesenterik tepat
setelah titik obstruksi. Tahapan ini tidak bisa dihindari, namun pada beberapa
episode apendisitis akut dapat sembuh dengan sendirinya.5
F. MANIFESTASI KLINIS
Awalnya, tanda vital dapat berubah secara minimal. Suhu tubuh dan
nadi dapatnormal atau sedikit meningkat. Perubahan yang lebih besar
mengindikasikan terjadinya komplikasi atau diagnosa lain perlu dipertimbangkan.
Penemuan fisik ditentukan dari ada tidaknya iritasi peritoneum dan dipengaruhi
oleh ruptur tidaknya organ saat pertama kali diperiksa. Pasien apendisitis
biasanya bergerak perlahan dan lebih memilih berbaring telentang karena iritasi
peritoneum.6
Pada palpasi abdomen, ditemukan nyeri tekan maksimal pada atau sekitar
titik McBurney. Pada palpasi dalam, sering dirasakan adanya resisten muskular
(guarding) pada fossa iliaca dextra, lebih jelas dibandingkan dengan sisi sinistra.
Saat tekanan dari tangan pemeriksa dilepaskan secara mendadak, pasien
merasakan nyeri mendadak, yang disebut sebagai nyeri lepas (rebound
9
tenderness). Nyeri tekan tidak langsung (Rovsing’s sign) dan nyeri lepas tidak
langsung (nyeri pada kuadran kanan bawah saat kuadran kiri bawah dipalpasi)
adalah bukti kuat terjadinya iritasi peritoneum. Nyeri lepas dirasa sangat tajam
dan tidak nyaman bagi pasien. Sehingga disarankan untuk memulai memeriksa
nyeri lepas tidak langsung dan nyeri ketok langsung terlebih dahulu. Variasi
anatomis pada apendiks yang meradang berujung pada deviasi penemuan fisik
yang umum.6
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
- Laboraorium7
- X-Ray7
1. Foto polos abdomen menunjukkan local ileus kuadran kanan bawah atau
fecalith radiopak
2. USG Abdomen
3. Barium enema mungkin dapat membantu pada kasus sulit ketika akurasi
diagnosis tetap sukar untuk ditegakkan. Barium enema akan mengisi defek
pada sekum, hal ini adalah indicator yang sangat bisa dipercaya pada banyak
penelitian apendisitis
H. PENATALAKSANAAN
1. Apendiktomi adalah terapi utama
Apendiktomi dapat dilakukan secara terbuka ataupun dengan cara laparoskopi.
Bila apendiktomi terbuka, incise McBurney paling banyak dipilih oleh ahli bedah.7
2. Antibiotic diteruskan sampai hari 7-10 hari pada kasus apendisitis rupture
dengan peritonitis diffuse.
I. KOMPLIKASI
J. PROGNOSIS
Apendiktomi yang dilakukan sebelum perforasi prognosisnya baik. Kematian dapat
terjadi pada beberapa kasus. Setelah operasi masih dapat terjadi infeksi pada 30%
kasus apendix perforasi atau apendix gangrene.8
BAB IV
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
Apendisitis adalah peradangan yang terjadi pada apendiks. Etiologi
terbanyak disebabkan oleh adanya fekalit. Diagnose ditegakkan berdasarkan
anamnesa, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang yaitu: Tanda awal
yakni nyeri mulai di epigastrium atau region umbilikalis disertai mual dan
anoreksia.
Nyeri pindah ke kanan bawah menunjukkan tanda rangsangan peritoneum
local dititik McBurney: Nyeri tekan, Nyeri lepas dan Defans muskuler,
Nyeri rangsangan peritoneum tidak langsung: Nyeri kanan bawah pada
tekanan kiri (rovsing sign), Nyeri kanan bawah bila tekanan di sebelah kiri
dilepaskan (Blumberg sign), Nyeri kanan bawah bila peritoneum bergerak,
seperti bernafas dalam, berjalan, batuk, mengedan.
12
DAFTAR PUSTAKA
1. Putz, R & Pabst, R. 2000. Atlas Anatomi Manusia SOBOTTA jilid 2 edisi 21. Jakarta:
EGC
2. Mansjoer, A., Suprohaita., Wardani, W.I., Setiowulan, W., editor., “Bedah
Digestif”, dalam Kapita Selekta Kedokteran, Edisi Ketiga, Jilid 2, Cetakan Kelima. Media
Aesculapius, Jakarta, 2005, hlm. 307-313.
3. Sjamsuhidajat, R., Jong, W.D., editor., “Usus Halus, Apendiks, Kolon, Dan Anorektum”,
dalam Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi 2. EGC, Jakarta, 2005,hlm.639-645.
4. Sabiston. Textbook of surgery, the biological basis of modern surgical practice fourteenth
edition. 1991. International edition; W.B. Saunders
5. Lawrence W.Way., editor., Current surgical diagnosis & treatment international edition.
Edition 9. 1990. Lange medical book.
6. Jarrell, B. E and Carabasi R.A., the national medical series for independent study 2 nd
edition Surgery., national medical series., Baltimore, Hong Kong, London, Sydney.
7. Grace P.A & Borley N.R., At a Glance Ilmu Bedah edisi ketiga. 2005. Jakarta; Erlangga
Medical Series.
8. Price dan Wilson. 2006. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit . Ed: Ke-6.
Jakarta: EGC.
9. Koesoemawati, H. dkk. Editor. 2002. Kamus Kedokteran Dorland edisi 29. Jakarta: EGC