Anda di halaman 1dari 31

BAGIAN OBSTETRI DAN GINEKOLOGI Laporan Kasus

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN Oktober 2021


UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR

KEMATIAN JANIN DALAM RAHIM

Oleh :

Andi Suci Indah Lestari


70700119012

Pembimbing Supervisor:

dr. Ajardiana Idrus, Sp.OG (K)

DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAANKLINIK


DEPARTEMEN OBSTETRI DAN GINEKOLOGI
PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR
2021
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur yang sebesar-besarnya penulis panjatkan kehadirat


Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan anugerah-Nya kepada kita semua
bahwa dengan segala keterbatasan yang penulis miliki akhirnya penulis dapat
menyelesaikan penulisan laporan kasus dengan judul “Kematian Janin Dalam
Rahim” dalam rangka tugas kepaniteraan klinik Departemen Obstetri dan
Ginekologi Program Pendidikan Profesi Dokter Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar.
Keberhasilan penyusunan laporan kasus ini adalah berkat bimbingan, kerja
sama, serta bantuan moril dan materil dari berbagai pihak yang telah diterima
penulis sehingga segala rintangan yang dihadapi selama penulisan dan
penyusunan laporan kasus ini dapat terselesaikan dengan baik. Pada kesempatan
ini penulis mengucapkan terima kasih dan memberikan penghargaan yang
setinggi-tingginya secara tulus dan ikhlas kepada yang terhormat :
1. dr. Ajardiana Idrus, Sp.OG (K) selaku pembimbing.
2. Serta semua pihak yang telah membantu yang tidak dapat penulis sebutkan
satu-persatu.
Tidak ada manusia yang sempurna maka penulis menyadari sepenuhnya
bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna, sehingga dengan segala kerendahan
hati penulis siap menerima kritik dan saran serta koreksi yang membangun dari
semua pihak.

Makassar, Oktober 2021

Andi Suci Indah Lestari

i
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Kasus dengan judul


“Kematian Janin Dalam Rahim”
Telah memenuhi persyaratan dan telah disetujui
Pada Tanggal, 2021
Oleh:

Pembimbing Supervisor

dr. Ajardiana Idrus, Sp.OG (K)

Mengetahui,

Ketua program studi Pendidikan profesi dokter


UIN Alauddin Makassar

dr. Azizah Nurdin, Sp.OG, M. Kes


NIP. 198409052009012011

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................i

LEMBAR PENGESAHAN ..................................................................................ii

DAFTAR ISI.........................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1

BAB II LAPORAN KASUS..................................................................................2

BAB III TINAUAN PUSTAKA..........................................................................10

A. Definisi........................................................................................................11

B. Epidemiologi...............................................................................................11

C. Etiologi........................................................................................................11

D. Faktor Risiko...............................................................................................12

E. Patofisiologi.................................................................................................18

F. Manifestasi Klinis.........................................................................................18

G. Diagnosis.......................................................................................................19

H. Penatalaksanaan.............................................................................................20

I. Komplikasi......................................................................................................21

J. Integrasi Keislaman........................................................................................21

BAB IV KESIMPULAN......................................................................................23

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................24

iii
BAB I
PENDAHULUAN

Intrauterine fetal death (IUFD) menurut ICD 10 – International Statistical


Classification of Disease and Related Health Problems adalah kematian fetal atau
janin pada usia gestasional ≥ 22 minggu. WHO dan American College of
Obstetricians and Gynecologist menyatakan IUFD adalah janin yang mati dalam
rahim dengan berat 500 gram atau lebih atau kematian janin dalam rahim pada
kehamilan 20 minggu atau lebih.1,5
Beberapa studi yang dilakukan pada akhir-akhir ini melaporkan sejumlah
faktor risiko kematian fetal, khususnya IUFD. Peningkatan usia maternal akan
meningkatkan risiko IUFD. Wanita diatas usia 35 tahun memiliki risiko 40-50%
lebih tinggi akan terjadinya IUFD dibandingkan dengan wanita pada usia 20-29
tahun. Risiko terkait usia ini cenderung lebih berat pada pasien primipara
dibanding multipara. Selain itu, kebiasaan buruk (merokok), berat maternal,
kunjungan antenatal care, faktor sosioekonomi juga mempengaruhi resiko
terjadinya IUFD.2
Sebagian besar informasi yang mendasari terjadinya penyebab IUFD
diperoleh dari audit perinatal. Beberapa studi melaporkan penyebab spesifik
IUFD, yaitu : Intrauterine Growth Restriction (IUGR), penyakit medis maternal,
kelainan kromosom dan kelainan kongenital janin, komplikasi plasenta dan tali
pusat, infeksi, dan penyebab lain yang tidak dapat dijelaskan.4

1
BAB II
LAPORAN KASUS

A. Identitas Pasien
 Nama : Ny. ST
 Umur : 37 tahun
 Pekerjaan : IRT
 Pendidikan : S1
 Alamat : Jl. Toddopuli no 22
 Agama : Islam
 Tgl. MRS : 5 Oktober 2021
 No. RM : 285987
B. Anamnesa
1. Keluhan Utama : Pasien G5P4A0 gravid 32 minggu datang dengan
keluhan tidak merasakan ada gerakan bayi.
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien masuk RS Haji pukul 18.00 dengan keluhan tidak
merasakan ada gerakan bayi sejak 1 hari yang lalu. Sebelumnya pasien
mengunjungi Rumah Sakit lain untuk memeriksakan terkait keluhannya
namun didapatkan hasil tidak ada denyut jantung janin. Kemudian, pasien
datang ke RS Haji untuk memeriksakan ulang kehamilannya. Pasien tidak
mengeluh nyeri perut, pengeluaran darah, lendir dan air disangkal.
Pasien melakukan ANC di Puskesmas 2x selama kehamilan,
selama ANC dikatakan tidak ada kelainan. Pasien tidak mengalami
trauma selama kehamilannya, pasien juga tidak ada Riwayat demam
tinggi dan alergi selama hamil, Riwayat minum alcohol dan merokok juga
disangkal apsien, Riwayat memelihara binatang peliharaan disangkal,
Riwayat makan makanan setengah matang disangkal, Riwayat keputihan
disangkal dan Riwayat obat-obatan lama juga disangkal

2
3. Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien tidak memiliki riwayat alergi. Pasien tidak memiliki riwayat
hipertensi, diabetes mellitus, asma, kolesterol, penyakit jantung, penyakit
paru, maupun penyakit ginjal.
4. Riwayat Keluarga
Di keluarga tidak ditemukan riwayat hipertensi, diabetes mellitus,
asma, kolesterol, atau penyakit sistemik lainnya.
5. Riwayat Sosial Ekonomi
Pasien tinggal di rumah dengan orangtua. Sehari-hari, pasien
bekerja sebagai IRT. Pasien tidak memiliki kebiasaan minum minuman
beralkohol, merokok, konsumsi jamu, ataupun obat-obatan terlarang.
6. Riwayat Kontrasepsi
Pasien tidak pernah menggunakan kontrasepsi dalam bentuk apapun.
7. Riwayat Kehamilan Sekarang
 Gravida : G5P4A0
 Usia kehamilan : 32 minggu 3 hari
 HPHT : 22 Februari 2021
 Taksiran persalinan : 29 November 2021 (berdasarkan HPHT)
 Gerakan janin : tidak dirasakan ibu
 Imunisasi : Suntik TT (-)
 ANC : 3x di pkm
 Riwayat operasi :-
 Riwayat menikah : 1 kali, 8 tahun
8. Riwayat Obstetri
I. 2014 / Laki-laki / aterm / bidan / hidup
II. 2015 / laki-laki / aterm / dokter / hidup
III. 2017 / perempuan / aterm / dokter / hidup
IV. 2019 / perempuan / aterm / bidan / hidup
V. 2021/kehamilan sekarang

3
9. Riwayat Genikologi
Pasien tidak pernah memiliki masalah ginekologi sebelumnya.
C. Pemeriksaan Fisik (5 Oktober 2021)
1. Status Generalis
a. Keadaan Umum : baik
b. Kesadaran : compos mentis
c. Tanda Vital :
 TD : 110/70 mmHg
 Nadi : 80 x/menit
 RR : 20 x/menit
 Suhu : 36,5°C (Axilla)
2. Pemeriksaan Sistem
a. Kulit : Turgor baik.
b. Kepala :Bentuk kepala normal, deformitas (-),
hiper/hipopigmentasi (-), wajah.
c. Rambut : Warna hitam, persebaran merata, tidak mudah dicabut.
d. Mata : Konjungtiva anemis (-/-) sclera ikterik (-/-), refleks pupil
(+/+).
e. Hidung : Bentuk dan ukuran normal, sekret (-), deviasi septum (-),
konka edem (-/-).
f. Telinga : Bentuk dan ukuran normal, simetris, sekret (-/-), nyeri
tekan tragus (-/-), nyeri tekan mastoid (-/-).
g. Mulut : Bibir kering, gigi permanen, oral hygiene baik, mukosa
mulut normal, uvula di tengah, lidah merah berpapil di tengah.
h. Tenggorokan : Arkus faring simetris, hiperemis (-), tonsil T1/T1,
hiperemis tonsil (-).
i. Leher : Pembesaran tiroid (-), pembesaran kgb (-), deviasi trakea
(-).
j. Thorax :
Inspeksi : bentuk dada normal, pergerakan dinding dada simetris
dalam keadaan statis dan dinamis, kulit kemerahan (-), diskolorasi (-),

4
lesi (-), spider naevy (-), masa (-), lengkung punggung normal, bekas
luka operasi (-), iktus kordis tidak terlihat.
Palpasi : chest expansion normal, tactile fremitus simetris, iktus
kordis tidak teraba.
Perkusi : sonor di seluruh lapang thorax depan dan belakang,
Auskultasi : bunyi nafas vesikular di seluruh lapang thorax depan dan
belakang, rales (-), rhonci (-), wheezing (-); suara jantung S1 & S2
normal, murmur (-), gallop (-).
k. Abdomen :
Inspeksi : bekas luka operasi (-), striae gravidarum (+), linea nigra
(+).
Palpasi: perut supel, nyeri tekan (-), defans muscular (-), TFU 22 cm
l. Ekstremitas : Akral hangat, Capillary refill time (CRT) <2 detik, edem
(-), luka (-).
3. Status Obstetri
a. TFU : 25 cm
b. Punggung : kanan
c. Bagian terbawah janin : kepala
d. Lingkar Perut : 82 cm
e. Taksiran Berat Janin : 2050 gram
f. Denyut Jantung Janin :-
g. Kontraksi :-
h. Gerak janin : tidak dirasakan ibu
i. Janin Kesan : tunggal
j. Perlimaan : 5/5
k. Pemeriksaan Dalam :
 Inspeksi : tidak terdapat kelainan pada mons pubis, labia,
vulva dan perineum. Masa (-), lesi (-), kemerahan (-), perdarahan
pervaginam (-), lendir (-).
 Palpasi :
- Vagina : dinding licin, benjolan (-), nyeri (-)

5
- Porsio : tebal
- Pembukaan :-
- Ketuban : sulit dinilai
- Bagian Terdepan : sulit dinilai
- UUK : sulit dinilai
- Penurunan : sulit dinilai
- Panggul dalam : sulit dinilai
- Pelepasan lendir (-), darah (-), air (-)
D. Pemeriksaan Penunjang
1. USG Abdominal
Gravid tunggal meninggal intrauterine, presentase bokong, plasenta letak
corpus posterior, maturasi grade II, EFW : 1990 gram
2. Pemeriksaan darah (5 September 2021)
Pemeriksaan Hasil Satuan
Darah Rutin
- HGB 11.5 g/dL
- HCT 32.5 %
- WBC 11.95 103/ul
- PLT 275 103/ul
- RBC 3.77 106/ul
Hematologi
Masa pembekuan 7’30” Menit
Masa pendarahan 1’ 30” Menit
Imunoserologi
Hiv Non Reaktif
Syphillis Non Reaktif
HbsAg Non Reaktif

E. Diagnosis
G5P4A0 gravid 32 minggu belum inpartu + KJDR.
F. Penatalaksanaan
1. Misoprostol ¼ tab / vaginam
2. Drips oksitosin 5 IU dalam 500 cc RL mulai 8 tpm dinaikkan 4 tpm tiap
30 menit (maksimal 40 tpm)
3. Planning Monitor :

6
a. Observasi kemajuan persalinan

G. Prognosis
1. Ibu
 Quo ad vitam : dubia at bonam
 Quo ad functionam : dubia at bonam
 Quo ad sanationam : dubia at bonam
2. Janin

Quo ad vitam : malam

Quo ad functionam : malam

Quo ad sanationam : malam
H. Resume
Ny. ST, 37 tahun, G5P4A0 gravid 32 minggu datang ke IGD RS Haji
Makassar tanggal 5/10/2021, pukul 18.00 dengan keluhan tidak ada gerakan bayi
sejak 1 hari yang lalu. Sebelumnya pasien mengunjungi Rumah Sakit lain untuk
memeriksakan terkait keluhannya namun didapatkan hasil tidak ada denyut
jantung janin. Kemudian, pasien datang ke RS Haji untuk memeriksakan ulang
kehamilannya. Pengeluaran darah, lendir dan air disangkal. Riwayat pemeriksaan
(ANC) kehamian di PKM sebanyak 2x, riwayat suntik TT tidak pernah, riwayat
penggunaan KB tidak pernah, riwayat menikah 1 kali selama 8 tahun, riwayat
penyakit HT, DM, alergi dan asma tidak ada.
Pada pemeriksaan fisik, keadaan umum, kesadaran, tanda-tanda vital, dan
lain-lain dalam batas normal. Pada pemeriksaan abdomen-leopold, didapatkan
bayi letak memanjang dengan presentasi kepala, TFU 25M cm, LP 82 cm, TBJ
2050 gram, DJJ tidak ada, gerakan janin tidak dirasakan ibu, jenin kesan tunggal
meninggal, perlimaan 5/5. Pada pemeriksaan dalam didapatkan vagina dinding
licin, tidak ada nyeri dan benjolan, porsio tebal, pembukaan tidak ada, ketuban
sulit dinilai, bagian terdepan sulit dinilai, UUK sulit dinilai, panggul dalam sulit
dinilai, tidak terdapat pelepasan lender, darah, dan air.
Pada pemeriksaan USG didapatkan hasil gravid tunggal meninggal
intrauterine, presentase bokong, plasenta letak corpus posterior, maturase grade II,

7
EFW : 1990 gram. Pemeriksaan laboratorium didapatkan hasil dalam batas
normal. Tindakan yang dilakukan pemberian misoprostol ¼ tab/vaginam, drips
oksitosin 5 IU dalam 500 cc RL mulai 8 tpm dinaikkan 4 tpm tiap 30 menit
(maksimal 40 tpm) dan dilakukan observasi kemajuan persalinan.

8
Follow up
5/10/21 S : Gerakan bayi tidak dirasakan - Misoprostol ¼
tab/vaginam
O : KU : Baik, sadar - Observasi kemajuan
TD 110/80 mmHg P 20x/I persalinan
N 80x/I S: 36,6 C
His : -
DJJ : -
A : G5P4A0 gravid 32 minggu belum inpartu
+ KJDR

6/10/21 (09.20) - Misoprostol ¼ tab /


vagnam
S : Nyeri perut tembus belakang - Drips oxytosin 5 IU
dalam RL 500 cc 8
O : KU : Baik, sadar
tpm dinaikkan 4 tpm
TD 120/70 mmHg P 18x/I
tiap 30 menit (max 40
N 67x/I S: 36,6 C
tpm)
His : 2x10” (10-15’)
- Observasi his dan
DJJ : -
kemajuan persalinan
PDV : Vulva/vagina : tak/tak
Portio : lunak, tebal
Pembukaan : 2 cm
Ketuban : +
Bagian terdepan : bokong
Penurunan : Hodge I
Panggul dalam kesan cukup
Pelepasan lendir (+), darah (+), air (+)
A : G2P0A1 gravid 25 minggu inpartu kala I
fase laten+ KJDR

6/10/21 (21.00) - Lahirkan bayi secara


S : Ibu ingin mengedan adekuat
O : dengan his adekuat dan kekuatan Ibu - Cek TFU
mengedan lahir bayi perempuan, BB 1440 - Injeksi oxytosin
gram, PB: 39 cm A/S : 0/0
A : Kala II

- PTT
(21.10) - Lahirkan plasenta
S : Semburan darah - Masase fundus
O : Plasenta dan kotiledon lahir lengkap, - Cek perdarahan
perineum utuh - Vaginal toilet
A : Kala III

9
(23.35) - Injeksi oxytosin 28 tpm
S : Tidak ada selama 24 jam post
O : KU : Baik, sadar partum
TD 110/70 mmHg P 20x/I - Cefadroxil 2x1 tab
N 80x/I S: 36,6 C - Asam mefenamat 3x1
TFU : 2 jari dibawah pusat tab
Perineum utuh - SF 1x1 tab
BAK : lancar
Peradarahan minimal
A : Kala IV (2 jam post partum)

7/10/21 S : Tidak ada keluhan - Cefadroxil 2x1 tab


O : KU : Baik, sadar - Asam mefenamat 3x1
TD 110/80 mmHg P 18x/I tab
N 73x/I S: 36,5 C - SF 1x1 tab
TFU : 3 jari dibawah pusat
Kontraksi baik
Peristaltik : +, kesan normal
Fluksus ada
Lokia : rubra
BAB/BAK : belum/ lancer,puas
A : PPH 1
8/10/21 S : Tidak ada keluhan - Boleh pulang
O : KU : Baik, sadar - Cefadroxil 2x1 tab
TD 110/80 mmHg P 18x/I - Metronidazole 3x1 tab
N 73x/I S: 36,5 C - SF 1x1 tab
TFU : 3 jari dibawah pusat
Kontraksi baik
Peristaltik : +, kesan normal
Fluksus ada
Lokia : rubra
BAB/BAK : sudah/ lancar,puas
A : PPH 2

10
Dokumentasi

11
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi
Intrauterine fetal death (IUFD) menurut ICD 10 – International Statistical
Classification of Disease and Related Health Problems adalah kematian fetal atau
janin pada usia gestasional ≥ 22 minggu. WHO dan American College of
Obstetricians and Gynecologist menyatakan Intra Uterine Fetal Death ( IUFD )
ialah janin yang mati dalam rahim dengan berat badan 500 gram atau lebih tau
kematian janin dalam rahim pada kehamilan 20 minggu atau lebih. The US
National Center for Health Statistics menyatakan bahwa Intrauterine fetal death
adalah kematian pada fetus dengan berat badan 350 gram atau lebih dengan usia
kehamilan 20 minggu atau lebih.1,4,5

12
B. Epidemiologi
Berdasarkan data yang didapatkan pada Association of South East Asia
Nations (ASEAN) tentang angka kematian bayi tahun 2015 di antaranya
Singapura hanya 3 per 100.000 kelahiran hidup, Malaysia 5,5 33 100.000
kelahiran hidup, Thailand 17 per 100.00 kelahiran hidup, Vietnam 18 per
100.000 kelahiran hidup, dan indonesia 27 per 100.000 kelahiran hidup.3,4
Pada kejadian kematian janin dalam rahim di propinsi sulawesi selatan
pada tahun 2016 terdapat sedikitnya 3483 kasus kematian janin dari 119437
per kelahiran hidup (2,91%).2,3
C. Etiologi
Penyebab Kematian Janin Dalam Rahim yaitu :
1. 50 % kematian janin bersifat idiopatik (tidak diketahui penyebabnya).
2. Kondisi medis ibu (hipertensi, pre-eklamsi, diabetes mellitus)
berhubungan dengan peningkatan insidensi kematian janin. Deteksi
dini dan tata laksana yang yang sesuai akan mengurangai risiko IUFD.
3. Komplikasi plasenta (plasenta previa, abruption plasenta) dapat
menyebabkan kematian janin. Peristiwa yang tidak diinginkan akibat
tali pusat sulit diramalkan, tetapi sebagian besar sering ditemukan pada
kehamilan kembar monokorionik/monoamniotik sebelum usia gestasi 32
minggu.
4. Penentuan kariotipe janin harus dipertimbangkan dalam semua kasus
kematian janin untuk mengidentifikasi abnormalitas kromosom, khususnya
dalam kasus ditemukannya abnormalitas struktural janin. Keberhasilan
analisis sitogenetik menurun pada saat periode laten meningkat. Kadang-
kadang, amniosentesis dilakukan untuk mengambil amniosit hidup untuk
keperluan analisis sitogenetik.
5. Perdarahan janin-ibu (aliran sel darah merah transplasental dari janin
menuju ibu) dapat menyebabkan kematian janin. Kondisi ini terjadi pada
semua kehamilan, tetapi biasanya dengan jumlah minimal (<0,1 mL). pada
kondisi yang jarang, perdarahan janin-ibu mungkin bersifat massif. Uji

13
Kleuhauer-Betke (elusi asam) memungkinkan perhitungan estimasi
volume darah janin dalam sirkulasi ibu.
6. Sindrom antibodi antifosfolipid. Diagnosis ini memerlukan pengaturan
klinis yang benar (>3 kehilangan pada trimester pertama >1) kehilangan
kehamilan trimester kedua dengan penyebab yang tidak dapat dijelaskan,
peristiwa tromboembolik vena yang tidak dapat dijelaskan.
7. Infeksi intra-amnion yang mengakibatkan kematian janin biasanya jelas
terlihat pada pemeriksaan klinis. Kultur pemeriksaan histology terhadap
janin, plasenta/selaput janin, dan tali pusat akan membantu.5,6,7
D. Faktor Risiko
Kematian janin dapat disebabkan oleh faktor maternal, fetal, atau
kelainan patologik plasenta.
1. Faktor maternal menyebabkan 5-10% dari penyebab kematian IUFD.
Hasil penelitian menunjukan faktor penyebab maternal sebagian besar
disebabkan oleh infeksi. Ibu hamil sangat peka terhadap terjadinya infeksi
dari berbagai mikroorganisme. Secara fisiologik sistem imun dari ibu
hamil menurun kemungkinan sebagai akibat dari toleransi sistem imun ibu
terhadap bayi yang merupakan jaringan semi-alogenik, meskipun tidak
memberikan pengaruh secara klinik13. Faktor maternal penyebab
terjadinya IUFD antara lain :
a. Umur
Bertambahnya usia ibu, maka terjadi juga perubahan
perkembangan dari organ-organ tubuh terutama organ reproduksi dan
perubahan emosi atau kejiwaan seorang ibu. Hal ini dapat
mempengaruhi kehamilan yang tidak secara langsung dapat
mempengaruhi kehidupan janin dalam rahim. Usia reproduksi yang
baik untuk seorang ibu hamil adalah usia 20-30 tahun. Pada umur ibu
yang masih muda organ-organ reproduksi dan emosi belum cukup
matang, hal ini disebabkan adanya kemunduran organ reproduksi
secara umum. Dalam penlitian juga menyebutkan bahwa resiko
peningkatan terhadap kejadian IUFD itu lebih banyak disebabkan oleh

14
ibu pada usia lanjut. Usia sendiri sangat berpengaruh terhadap kondisi
kesehatan kita, apalagi terhadap wanita hamil yang mempunyai banyak
resiko tinggi yang berkaitan dengan usia ibu.
b. Paritas
Paritas adalah jumlah anak yang dilahirkan ibu. Sampai dengan
paritas tiga rahim ibu bisa kembali seperti sebelum hamil. Setiap
kehamilan rahim mengalami pembesaran, terjadi peregangan otot-otot
rahim selama 9 bulan kehamilan. Akibat regangan tersebut elastisitas
otot-otot rahim tidak kembali seperti sebelum hamil setelah persalinan.
Semakin sering ibu hamil dan melahirkan, semakin dekat jarak
kehamilan dan kelahiran, elastisitas uterus semakin terganggu,
akibatnya uterus tidak berkontraksi secara sempurna dan
mengakibatkan perdarahan pasca kehamilan.14
c. Usia kehamilan
Persalinan preterm merupakan hal yang berbahaya karena potensial
meningkatkan kematian perinatal sebesar 65-75%, umumnya berkaitan
dengan berat lahir rendah. Berat lahir rendah dapat disebabkan oleh
kelahiran preterm dan pertumbuhan janin terhambat. Keduanya
sebaiknya dicegah karena dampaknya yang negatif; tidak hanya
kematian perinatal tetapi juga morbiditas, potensi generasi yang akan
datang, kelaianan mental dan beban ekonomi bagi keluarga dan bangsa
secara keseluruhan.
Pada kehamilan >42 minggu uri sebagai alat penyalur makanan
dan zat asam dari ibu ke janin mengalami proses menjadi tua. Dalam
keadaan ini, fungsi dari jaringan uri dan pembuluh darah menurun.
Dampak tidak baik bagi janin, yaitu janin mengecil, kulit mengkerut,
lahir dengan berat lahir rendah. Janin dalam rahim dapat mati
mendadak.
d. Penyakit penyerta/penyulit

15
Penyakit penyulit yang dapat menjadi faktor resiko seperti anemia,
adanya eklampsi atau pre-eklampsia, solutio placenta, diabetes
mellitus, rhesus Iso-Imunisasi, infeksi dalam kehamilan.
2. Faktor fetal antara lain:
a. Kelainan kongenital
Kelainan kongenital merupakan kelainan dalam pertumbuhan
struktur bayi yang timbul sejak kehidupan hasil konsepsi sel telur.
Kelainan kongenital dapat merupakan sebab penting terjadinya
kematian janin dalam kandungan, atau lahir mati. Bayi dengan
kelainan kongenital umumnya akan dilahirkan sebagai bayi berat lahir
rendah bahkan sering pula sebagai bayi kecil untuk masa
kehamilannya.
Dilihat dari bentuk morfologik, kelainan kongenital dapat
berbentuk suatu deformitas atau bentuk malformitas. Suatu kelainan
kongenital yang berbentuk deformitas secara anatomik mungkin
susunannya masih sama tetapi bentuknya yang akan tidak normal.
Kejadian ini umumnya erat hubungannya dengan faktor penyebab
mekanik atau pada kejadian olligohidramnion. Sedangkan bentuk
kelainan kongenital malformitas, susunan anatomik maupun bentuknya
akan berubah. Kelainan kongenital dapat dikenali melalui pemeriksaan
ultrasonografi, pemeriksaan air ketuban, dan darah janin. Dalam
sebuah penelitian, terdapat sekitar 46,2% kematian IUFD disebabkan
karena faktor fetal dimana terdapat 33,3% karena infeksi intranatal,
25% pertumbuhan janin terhambat, 25% kelainan genetik dan 16,7%
dengan kehamilan kembar.
b. Infeksi intranatal
Infeksi melalui cara ini lebih sering terjadi daripada cara yang lain.
Kuman dari vagina naik dan masuk ke dalam rongga amnion setelah
ketuban pecah. Ketuban pecah dini mempunyai peranan penting dalam
timbulnya plasentitis dan amnionitis. Infeksi dapat pula terjadi
walaupun ketuban masih utuh, misalnya pada partus lama dan

16
seringkali dilakukan pemeriksaan vaginal. Janin kena infeksi karena
menginhalasi likuor yang septik, sehingga terjadi pneumoni kongenital
atau karena kuman-kuman yang memasuki peredaran darahnya dan
menyebabkan septicemia. Infeksi intranatal dapat juga terjadi dengan
jalan kontak langsung dengan kuman yang terdapat dalam vagina,
misalnya blenorea dan oral thrush.
c. Pertumbuhan janin terhambat
Pertumbuhan janin terhambat kini merupakan suatu entitas
penyakit yang membutuhkan perhatian bagi kalangan luas, mengingat
dampak yang ditimbulkan jangka pendek yaitu berupa resiko kematian
6-10 kali lebih tinggi jika dibandingkan dengan bayi normal.
Pertumbuhan janin terhambat ditentukan bila berat janin kurang dari
10% dari berat yang harus dicapai pada usia kehamilan tertentu.
Biasanya perkembangan yang terhambat diketahui setelah dua minggu
tidak ada pertumbuhan.
Penyebab pertumbuhan janin terhambat diantaranya adalah
hipertensi dalam kehamilan, gemelli, anomali janin, infeksi seperti
rubela dan sifilis, penyakit jantung, asma, gaya hidup seperti merokok
dan narkoba, kekurangan gizi-ekonomi rendah. Pada kelainan sirkulasi
uteroplasenta akibat dari perkembangan plasenta yang abnormal,
pasokan oksigen, masukan nutrisi, dan pengeluaran hasil metabolik
menjadi abnormal. Janin menjadi kekurangan oksigen dan nutrisi pada
trimester akhir sehingga timbul pertumbuhan janin terhambat yang
asimetrik yaitu lingkar perut yang jauh lebih kecil dari pada lingkar
kepala. Pada keadaan yang parah mungkin akan terjadi kerusakan
tingkat seluler berupa kelainan nukleus dan mitokondria6
d. Kelainan genetik
Penyakit genetik adalah penyakit yang disebabkan oleh defeek pada
gen. Termasuk dalam penyakit genetik adalah penyakit yang
disebabkan oleh beberapa kelainan berikut ini yaitu:

17

Kelainan gen tunggal seperti talasemia, cystic fibrosis, Duchenne
muscular dystrophy, spinal muscular athrophy, achondroplasia,
Hemofilia, dan hiperplasi adrenal kongenital.

Kelainan lebih dari satu gen (multiple genetic disorders) seperti
diabetes, hipertensi dan asma.

Kelainan kromosom yaitu kelainan jumlah (trisomi atau
monosomi atau triploidi, tetraploidi) dan kelainan struktur
kromosom (translokasi, delesi, inversi, insersi).

Kelainan imprinting gen seperti sindrom Prader Willi dan
Angelman.
3. Faktor plasenta antara lain:
a. Kelainan tali pusat
Tali pusat yang terlalu panjang dapat menimbulkan lilitan pada
leher, sehingga mengganggu aliran darah ke janin dan menimbulkan
asfiksia sampai kematian janin dalam kandungan.
b. Lilitan tali pusat
Gerakan janin dalam rahim yang aktif pada tali pusat yang panjang
besar kemungkinan dapat terjadi lilitan tali pusat. Lilitan tali pusat
pada leher sangat berbahaya, apalagi bila terjadi lilitan beberapa kali.
Tali pusat yang panjang berbahaya karena dapat menyebabkan tali
pusat menumbung, atau tali pusat terkemuka. Dapat diperkirakan
bahwa makin masuk kepala janin ke dasar panggul, makin erat lilitan
tali pusat dan makin terganggu aliran darah ke janin sehingga dapat
menyebabkan kematian janin dalam kandungan.
c. KPD
Ketuban pecah dini merupakan penyebab terbesar persalinan
prematur dan kematian janin dalam kandungan. Ketuban pecah dini
adalah pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda-tanda persalinan, dan
ditunggu satu jam belum dimulainya tanda persalinan. Kejadian KPD
mendekati 10% semua persalinan. Pada umur kehamilan kurang dari
34 minggu, kejadiannya sekitar 4%. Ketuban pecah dini menyebabkan

18
hubungan langsung antara dunia luar dan ruangan dalam rahim,
sehingga memudahkan terjadinya infeksi. Salah satu fungsi selaput
ketuban adalah melindungi atau menjadi pembatas dunia luar dan
ruangan dalam rahim sehingga mengurangi kemungkinan infeksi.
Makin lama periode laten, makin besar kemungkinan infeksi dalam
rahim, persalinan prematuritas dan selanjutnya meningkatkan kejadian
kesakitan dan kematian ibu dan kematian janin dalam rahim.
d. Vasa previa.
Vasa previa adalah penyilangan pembuluh darah pada mulut rahim
yang berasal dari insersio vilamentosa plasenta. Seperti diketahui jenis
perlekatan/penempelan tali pusat pada plasenta dalam bentuk insertio
sentralis bila tali pusat melekat tepat di tengah placenta, insertio
parasentral bila perlekatan tali pusat di sekitar bagian tengah placenta,
insertio marginalis bila perlekatan tali pusat di tepi plasenta, insertio
velamentose bila tali pusat melekat diluar placenta, sehingga pembuluh
darahnya berada di selaput plasenta sebelum mencapai tali pusat.
Keadaan ini sangat berbahaya saat ketuban pecah dan pembuluh darah
juga dapat pecah sehingga mengeluarkan darah yang berasal langsung
dari sirkulasi janin. Pecahnya vasa previa pada pembukaan kecil dan
disertai perdarahan akan berakibat fatal karena janin langsung
kehilangan darahnya. Kejadian ini memang jarang terjadi. Bila
kebetulan diduga terdapat “vasa previa” satu-satunya jalan untuk
menyelamatkan janin adalah melakukan persalinan dengan cara sectio
sesaera.9,10
E. Patofisiologi
Kematian janin dalam pada kehamilan yang telah lanjut, maka akan
mengalami perubahan-perubahan sebagai berikut :5,11
1. Rigor mortis (tegang mati) berlangsung 2,5 jam setelah mati kemudian
lemas kembali
2. Stadium maserasi I : timbulnya lepuh-lepuh pada kulit. Lepuh ini mula-
mula terisi cairan jernih, tetapi kemudian menjadi merah coklat.

19
3. Stadium maserasi II : timbul lepuh-lepuh pecah dan mewarnai air ketuban
menjadi merah coklat. Terjadi 48 jam setelah anak mati.
4. Stadium maserasi III : terjadi kira-kira 3 minggu setelah anak mati. Badan
janin sangat lemas dan hubungan antara tulang-tulang sangat longgar
edema di bawah kulit.
Menurut United States National Center for Health Statistic Kematian janin
dapat dibagi menjadi 4 golongan, yaitu:6,13
1. Golongan I : Kematian sebelum massa kehamilan mencapai 20 minggu
penuh (early fetal death)
2. Golongan II : Kematian sesudah ibu hamil 20-28 minggu (intermediate
fetal death)
3. Golongan III : Kematian sesudah masa kehamilan >28 minggu (late fetal
death)
4. Golongan IV : Kematian yang tidak dapat digolongkan pada ketiga
golongan di atas.
F. Manifestasi Klinis
Kriteria diagnostik kematian janin dalam Rahim meliputi :
1. Rahim yang hamil tersebut tidak bertambah besar lagi, bahkan semakin
mengecil.
2. Tidak lagi dirasakan gerakan janin.
3. Tidak ditemukan bunyi jantung janin pada pemeriksaan.
4. Bentuk uterus menjadi tidak tegas sebagaimana suatu kehamilan normal.
5. Bila kematian itu telah berlangsung lama, dapat dirasakan krepitasi, yakni
akibat penimbunan gas dalam tubuh.5,8
G. Diagnosis
Diagnosis kematian janin dalam Rahim meliputi :
1. Gejala jika kematian janin terjadi terjadi di awal kehamilan, mungkin tidak
akan ditemukan gejala kecuali berhentinya gejala-gejala kehamilan yang
biasa dialami (mual, sering berkemih, kepekaan pada payudara). Di usia
kehamilan selanjutnya, kematian janin harus dicurigai jika janin tidak
bergerak dalam jangka waktu yang cukup lama.

20
2. Tanda-tanda ketidakmampuan mengidentifikasi denyut jantung janin pada
kunjungan ANC (antenatal care) setelah usia gestasi 12 minggu atau tidak
adanya pertumbuhan uterus dapat menjadi dasar diagnosis.
3. Pada pemeriksaan laboratorium terjadi penurunan kadar gonadotropin
korionik manusia (Human Chorionic Gonadotropin atau HCH) mungkin
dapat membantu diagnosis dini selama kehamilan.
4. Pemeriksaan radiologis.

USG merupakan standar baku emas untuk mengkonfirmasi IUFD
dengan mendokumentasikan tidak adanya aktifitas jantung janin
setelah usia gestasi 6 minggu.

Pada pemeriksaan foto radiologi dapat dijumpai :
a. Tulang punggung bayi yang sangat melengkung (tanda naujokes)
b. Hiperekstensi kepala tulang leher janin (tanda Gerhard)
c. Tulang kepala saling tumpang tindih (tanda spalding)
d. Terdapat udara pada pembuluh darah besar (tanda Robert)14,15

Gambar 2. Tanda spalding

21
Gambar 3. Tanda Naujokes
H. Penatalaksanaan
1. Lahir spontan : 75 % akan lahir spontan dalam 2 minggu
2. Persalinan anjuran
a. Dilatasi serviks dengan batang laminaria
b. Dilatasi serviks dengan kateter folley

Untuk umur kehamilan > 24 minggu.

Kateter folley no 18, dimasukan dalam kanalis sevikalis diluar
kantong amnion.

Diisi 50 ml aquades steril.

Ujung kateter diikat dengan tali, kemudian lewat katrol, ujung tali
diberi beban sebesar 500 gram.

Dilanjutkan infus oksitosin 10 u dalam dekstrose 5 % 500 ml,
mulai 8 tetes/menit dinaikkan 4 tetes tiap 30 menit sampai his
adekuat.
c. Infus oksitosin

Keberhasilan sangat tergantung dengan kematangan serviks,
dinilai dengan Bishop Score, bila nilai = 5 akan lebih berhasil.

Dipakai oksitosin 5-10 u dalam dekstrose 5 % 500 ml mulai 8
tetes / menit dinaikan 4 tetes tiap 15 sampaihis adekuat.
d. Induksi prostaglandin

22

Dosis :
Pg-E 2 diberikan dalam bentuk suppositoria 20 mg, diulang 4-5
jam.
Pg-E 2 diberikan dalam bentuk suntikan im 400 mg.
Pg-E 2,5 mg/ml dalam larutan NaCL 0.9 %, dimulai 0,625 mg/ml
dalam infus.

Kontra indikasi : asma, alergi dan penyakit kardiovaskuler.5,6,10
I. Komplikasi
Sekitar 20-25% dari ibu yang mempertahankan janin yang telah mati
selama lebih dari 3 minggu maka akan mengalami koagulopati intravaskuler
diseminata (Disseminated Intravascular Coagulopathy atau DIC) akibat
adanya konsumsi faktorfaktor pembekuan darah secara berlebihan.7,8
J. Integrasi Keislaman

Dalam firman Allah SWT dalam surah Ali-Imran (145:3) yang berbunyi :
‫ا َو َمنْ يُّ ِر ْد‬Bۚ B‫ه ِم ْن َه‬Bٖ Bِ‫ ُّد ْنيَا نُؤْ ت‬B ‫اب ال‬ ‫هّٰللا‬
َ ‫ َو‬B َ‫ا ِ ْذ ِن ِ ِك ٰتبًا ُّم َؤ َّجاًل ۗ َو َمنْ ُّي ِر ْد ث‬B ِ‫وتَ اِاَّل ب‬B
ْ B‫س اَنْ تَ ُم‬ ٍ ‫انَ لِنَ ْف‬BB‫َو َما َك‬
١٤٥ َ‫ش ِك ِريْن‬ ّ ٰ ‫سنَ ْج ِزى ال‬
َ ‫اب ااْل ٰ ِخ َر ِة نُؤْ تِ ٖه ِم ْن َها ۗ َو‬
َ ‫ثَ َو‬
Terjemahnya:
Dan setiap yang bernyawa tidak akan mati kecuali dengan izin Allah,
sebagai ketetapan yang telah ditentukan waktunya. Barangsiapa
menghendaki pahala dunia, niscaya Kami berikan kepadanya pahala
(dunia) itu, dan barangsiapa menghendaki pahala akhirat, Kami berikan
(pula) kepadanya pahala (akhirat) itu, dan Kami akan memberi balasan
kepada orang-orang yang bersyukur.

Allah menyatakan, "Semua yang bernyawa tidak akan mati melainkan


dengan izin-Nya, tepat pada waktunya sesuai dengan yang telah ditetapkan-
Nya." Artinya: persoalan mati itu hanya di tangan Tuhan, bukan di tangan
siapa-siapa atau di tangan musuh yang ditakuti. Ini merupakan teguran
kepada orang-orang mukmin yang lari dari medan Perang Uhud karena takut
mati, dan juga merupakan petunjuk bagi setiap umat Islam yang sedang
berjuang di jalan Allah.16

Dalam firman Allah SWT dalam surah At-Tagabun (64:11) yang
berbunyi:

23
١١ ‫ص ْيبَ ٍة اِاَّل بِا ِ ْذ ِن هّٰللا ِ ۗ َو َمنْ يُّؤْ ِم ۢنْ ِباهّٰلل ِ يَ ْه ِد قَ ْلبَ ٗه ۗ َوهّٰللا ُ بِ ُك ِّل ش َْي ٍء َعلِ ْي ٌم‬
ِ ‫اب ِمنْ ُّم‬
َ ‫ص‬َ َ‫َمٓا ا‬
Terjemahnya:
Tidak ada sesuatu musibah yang menimpa (seseorang), kecuali dengan
izin Allah; dan barangsiapa beriman kepada Allah, niscaya Allah akan
memberi petunjuk kepada hatinya. Dan Allah Maha Mengetahui segala
sesuatu.

Dari ayat diatas dapat diketahui bahwa semua musibah yang menimpa
seorang hamba dari sebagian musibah-musibah pada badan, ibu, harta,
bencana, gempa bumi dan setiap yang terjadi segala keadaannya adalah atas
izin Allah, Allah tahu, Allah memiliki, melakukan sesuai keinginan-Nya; Dan
adapun permasalahan dalam hal penyakit atau musibah yang diberikan kepada
seseorang adalah ujian dan juga datangnya dari Allah sehingga dari itu
membuat kita menjadi manusia yang lebih banyak mengingat Allah dan
bersyukur.16

24
BAB IV
KESIMPULAN

Kematian janin dalam rahim (KJDR) adalah janin yang mati dalam rahim
dengan berat badan 500 gram atau lebih atau kematian janin dalam rahim pada
kehamilan 20 minggu atau lebih. Kematian janin merupakan hasil akhir dari
gangguan pertumbuhan janin, gawat janin, atau infeksi.
Penyebab kematian bayi diantaranya yaitu faktor maternal, fetal dan
plasental . Faktor maternal yaitu, umur ibu, umur kehamilan dan penyakit yang
diderita oleh ibu seperti preeklampsia, eklampsia, diabetes mellitus, dan ketuban
pecah dini (KPD). Faktor fetal yaitu hamil kembar, kelainan kongenital. Faktor
plasental yaitu kelainan tali pusat, lilitan tali pusat, solusio plasenta dan plasenta
previa.
Untuk mendiagnosis IUFD ditentukan berdasarkan anamnesis,
pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang. Pada anamnesis, dapat ditemukan
keluhan-keluhan seperti pasien tidak merasakan gerakan janin dalam beberapa
hari, atau gerakan janin sangat berkurang, pasien merasakan perutnya tidak
bertambah besar, bahkan bertambah kecil atau kehamilan tidak seperti biasa dan
pasien merasakan belakangan ini perutnya sering menjadi keras dan merasa sakit-
sakit seperti mau melahirkan. Sedangkan pemeriksaan fisik dapat dilakukan
dengan inspeksi, palpasi, dan auskultasi.

25
DAFTAR PUSTAKA

1. Prick B, Altenstadt J, Hukkelhoven C, et al. Regional differences in severe


postpartum hemorrhage: a nationwide comparative study of 1.6 million
deliveries. BMC Pregnancy and Childbirth. 2017;15(43):1-10.
2. DepKes RI dalm jurnal Nuryawati Lina Siti dan Budiasih S., 2018. Hubungan
Kelas Ibu hamil dengan Pengetahuan Ibu hamil tentang Tanda-Tanda Bahaya
Kehamilan.
3. Profil Kesehatan RUSD Haji Makasaar, 2017. Periode Januari s.d Desember
dengan Kejadian KJDR
4. Septerina P. W et al. 2017. Studi Deskriptif Eksploratif Kejadian IUFD.
Semarang.
5. Prawirohardjo, S. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Bina Pustaka; 2014.
6. Llewellyn, J. Dasar-Dasar Obstetri dan Ginekologi Edisi ke-6. Jakarta : EGC;
2016.
7. Intan Husada . Faktor Risiko Kejadian Kematian Janin Dalam Rahim (Kjdr)
Pada Ibu Hamil Dengan Malaria Di Puskesmas Sentani Kabupaten Jayapura:
Jurnal Ilmiah, Vol. 9 No. 1, Januari 2021
8. Mardania, Nursaci, Endang Sawitri, and Novia Fransiska. 2019. “Gambaran
Faktor Risiko Intrauterine Fetal Death (Iufd).” Jurnal Medika Karya Ilmiah
Kesehatan 4(1): 117–29.
9. Blake Zwerling et al. A qualitative study of labor and delivery nurses’
experience caring for patients undergoing labor induction for fetal anomalies
or fetal demise. Contraception. 2021; 104 : 301–304
10. M. Alsaif et al. Consequences of brucellosis infection during pregnancy: A
systematic review of the literature. International Journal of Infectious
Diseases. 2018; 18–2.
11. Hasriati, WD. 2017. Identifikasi faktor-faktor resiko terjadinya Intra Uterine
Fetal Death (IUFD) pada ibu bersalin di RSU Bahteramas Provinsi Sulawesi
Tenggara tahun 2017. Kendari

26
12. Yuliana. 2017. Karasteristik ibu Bersalin dengan Intra Uterine Fetal Death
(IUFD). Volume 7 Nomor 2.
13. Anggun Chairunnisa Chrisna Putri dkk. 2017. Kematian Janin Intrauterin dan
Hubungannya dengan Preeklampsia. Medula. 7(5)
14. Kanavi JV, Shobha G, Kavita G. Incidence and Risk Factors for Intrauterine
Foetal Demise: a Retrospective Study in a Tertiary Care Centre in India. Int J
Pregn & Chi Birth. 2019;2(2):13-6.
15. Pattern of glucose intolerance among pregnant women with unexplained
IUFD.
16. Shihab, Q. 2018. Tafsir Al-Misbah: Pesan, Kesan, dan Keserasian Al-
Qur’an. Tangerang: PT. Lentera Hati.

27

Anda mungkin juga menyukai