Anda di halaman 1dari 20

KIMIA ANORGANIK

(Struktur Elektronik)

MAKALAH
(disusun dan didiskusikan pada mata kuliah kimia anorganik 1 yang diampuh
oleh
Dr. Akram La Kilo, M.Si

Oleh

ASNITA DAHIBA
NIM 441418009

PRODI PENDIDIKAN KIMIA


JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada tuhan yang maha esa atas
terselesaikannya makalah yang berjudul “struktur elektronik”. Makalah yang masih
perlu dikembangkan lebih jauh ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi semua
pihak yang membacanya.
Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan, bimbingan dan dorongan dari
berbagai pihak, penulis tidak mungkin menyelesaikan makalah ini, untuk itu ucapan
terima kasih penulis ucapkan kepada semua pihak yang telah membantu. Penulis
sangat mengharapkan kritik dan saran yang konstruktif dari pihak pembaca.

Akhirnya kami sampaikan terima kasih serta mohon maaf yang sebesar-
besarnya bila ada kesalahan kata maupun kalimat, dan semoga makalah ini
bermanfaat bagi para pembaca sekalian.

Gorontalo, 28 Agustus 2019

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................................ii
BAB I.......................................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................................1
1.1 latar belakang...........................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah....................................................................................................2
1.3 Tujuan......................................................................................................................2
BAB II.....................................................................................................................................4
PEMBAHASAN......................................................................................................................4
2.1 Struktur Elektronik........................................................................................................4
2.2 Persamaan gelombang schrodinger...............................................................................6
2.3 bilangan kuantum...........................................................................................................8
2.4 bentuk orbital atom......................................................................................................11
BAB III..................................................................................................................................16
PENUTUP.............................................................................................................................16
3.1 Kesimpulan..................................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................17

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 latar belakang


Segala sesuatu yang ada di alam terdiri atas materi, yang bentuknya
bermacam-macam. Tiap materi tersusun atas unsur dan tiap unsur tersusun atas
atom. Atom adalah bagian terkecil dari unsur. Jika diteliti lebih dalam lagi, atom
terdiri atas elektron, neutron, dan proton. Teori atom mengalami perkembangan
dari massa ke massa. Istilah atom pertama kali diperkenalkan oleh filsuf Yunani
bernama Demokritus. Atom berasal dari kata “atomos” yang berarti tidak dapat
dibagi. Atom terdiri atas proton dan neutron serta sejumlah elektron pada jarak
yang agak jauh.
Sejak akhir abad ke-19 hingga awal ke-20 teori atom mengalami
perkembagan yang sangat pesat, Seiring semakin meningkatnya rasa
keingintahuan manusia tentang hakikat atom. Tinjauan atom tidak lagi melalui
tinjauan teoritis, tetapi sudah melalui proses pengamatan empiris dan dukungan
tinjauan metamatis yang hasilnya sangat mengagumkan.Dari zaman Yunani Kuno
hingga sekarang, model dan teori atom terus berkembang.Melalui model atau
teori atom, kita dapat mengetahui struktur suatu atom.Teori struktur atom
bergantung pada mekanika kuantum untuk menggambarkan atom dan molekul
dalam hal matematis. Meskipun detil mekanika kuantum memerlukan banyak
sekali kecanggihan matematis, yaitu memungkin memahami prinsip-prinsip yang
terlibat dengan hanya jumlah matematika sekedarnya. Dalam makalah ini
menyajikan asas-asas yang dibutuhkan untuk menjelaskan struktur atom.
Persamaan Schrodinger memiliki peranan penting dalam mekanika kuantum.
Persamaan Schrodinger adalah persamaan yang merepresentasikan elektron atau
partikel. Solusi dari persaman Schrodinger adalah diperoleh fungsi gelombang

1
dan spektrum energi partikel tersebut, yang selanjutnya dapat digunakan untuk
menjelaskan sifat atau keadaan dari partikel tersebut di alam semesta
Bilangan kuantum merupakan suatu cara untuk menentukan kedudukan
suatu elektron dalam atom. Dimana dalam menentukannya tidak secara asal-
asalan, namun terdapat beberapa tahap dalam penyelesaiannya sendiri. Misalnya
untuk menentukan kulit utama dalam suatu atom maka dapat dilakukan dengan
penentuan bilangan kuantum utama(n) dan begitu seterusnya.
Erwin Schrodinger, adalah ilmuan asal Austria yang akan memperjelas
kemungkinan ditemukannya elektron melalui bilangan-bilangan kuantum dengan
dicetuskannya mekanika kuantum. Mekanika kuantum dapat menerangkan
kelemahan teori atom Bohr tentang garis-garis terpisah yang sedikit berbeda
panjang gelombangnya dan memperbaiki model atom Bohr dalam hal bentuk
lintasan electron dari yang berupa lingkaran dengan jari-jari tertentu menjadi
orbital dengan bentuk ruang tiga dimensi yang tertentu.
Masalah untuk menentukan gerakan electron-elektron di dalam sembarang
atom yang mepunyai banyak electron adalah tidak mudah sebagaimana masalah
dalam atom hydrogen. Hal ini diakibatkan oleh dua alas. Alasan pertama adalah
disebabkan oleh interaksi antara electron-elektron yang tidak membolehkan
sebuah perlakuan terhadap gerak bebas dari seluruh electron yang ada. Alasan
kedua adalah disebabkan oleh hadirnya momentum sudut dari electron yang
disebut dengan spin electron.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian dari struktur elektronik
2. Bagaimana persamaan gelombang Schrodinger
3. Bagaimana penentuan perilaku elektron berdasarkan bilangan kuantum
4. Bagaimana penentuan bentuk-bentuk orbital atom

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari struktur elektronik

2
2. Untuk mengetahui persamaan gelombang Schrodinger
3. Untuk menentukan bilangan kuantum
4. Untuk menentukkan bentuk orbital atom

3
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Struktur Elektronik


Pengetahuan tentang struktur elektronik dikenal pertama kali
berdasarkan pengamatan Isaac Newton (tahun 1700) terhadap fenomena
pantulan sinar matahari melalui prisma yang menghasilkan spektrum warna.
Tahun 1860, Robert Bunsen mengamati adanya emisi dari api dan gas, yang
berupa deret spektrum garis-garis berwarna, yang tidak kontinu. Tahun 1885,
Balmer mempelajari garis-garis emisi tampak dari atom hidrogen
Saat ini dalam kimia diakui bahwa materi tersusun atas atomdan atom
tersusun atas proton (bermuatan positif) dan neutron (bermuatan netral) yang
berada di pusat (inti) dan d luar inti terdapat sejumlah electron (bermuatan
negative) sedemikian atom bersifat netral. Untuk menyajikan atom suatu
unsure biasanya digunakan symbol:
A
Z X
dengan x adalah symbol unsure, A menunjukkan bilangan massa (jumlah
proton dan neutron), dan z adalah nomor atom (jumlah proton). Walaupun
penemuan proton, neutron, dan electron dalam atom telah mampu
memberikan informasi beberapa sifat unsure, seperti adanya isotop (yaitu
atom suatu unsure yang memiliki massa atau jumlah neutron berbeda dari
atom lain).
Jika reaksi kimia yang merupakan fakta kimia berlangsung maka
terjadi interaksi antaratom dari zat yang bereaksi. Jika atom tersusun dari inti
yang dikelilingi oleh elktron-elektron maka interaksi antaratom dapat
dipandang merupakan kontak bagian luarnya (elektronnya), sedangkan intinya
tetap atau tidak berubah. Akibatnya, perbedaan dari kemiringan sifat unsure
harus ditentukan oleh bagaimana electron-elektron ini tersusun pada bagian

4
luar dari atom. Penyusunan electron-elektron dalam atom dikenal dengan
istilah struktur atom atau struktur elektronik atom.
Tahun 1860, Robert Bunsen mengamati adanya emisi dari api dan gas,
yang berupa deret spektrum garis-garis berwarna, yang tidak kontinu. Tahun
1885, Balmer mempelajari garis-garis emisi tampak dari atom hidrogen, dan
ia menemukan hubungan matematik antara panjang gelombang.
Jika sinar matahari atau cahaya bola lampu listrik dilewatkan prisma
menuju layar, warna pelangi akan diperoleh. Peristiwa ini dapat dijelaskan
bahwa akibat refraksi, prima memisahkan sinar tampak (putih) menjadi
sebuah spectra yang terdiri atas sinar dengan berbagai macam warna. Pelangi
yang dihasilkan ini disebut spectra kontinu karena semua panjang gelombang
pada daerah sinar tampak ada sinar dalam sinar itu. Spectra yang dihasilkan
sangat berbeda, tidak berupa pelangi tetapi hanya terlihat beberapa garis
berwarna. Garis tersebut merupakan hasil pemisahan cahaya sempit oleh
refraksi prima. Karena spectra tampak sebagai garis dan tidak kontinu maka
spectra ini dikenal dengan spectra garis diskontinu . selain itu, spectra tersebut
juga disebut sebagai spectra emisi atomic atau spectra emisi atau spectra
atomic karena cahaya dipancarkan oleh atom-atom yang telah dieksitasikan
atau diberi sejumlah energy.
Tahun 1860, Robert Bunsen mengamati adanya emisi dari api dan gas,
yang berupa deret spektrum garis-garis berwarna, yang tidak kontinu. Tahun
1885, Balmer mempelajari garis-garis emisi tampak dari atom hidrogen, dan
ia menemukan hubungan matematik antara panjang gelombang.
Pemikiran tentang penjelasan spectra atom mulai tampak ketika
Johannes Rydberg (1854-1919), ahli fisika Swedia secara coba-coba
menyusun persamaan yang dapat digunakan untuk menghitung panjang
gelombang dari semua garis spectra atom hydrogen yang ditemukan.
Persamaan ini dikenal dengan persamaan Rydberg dan disajikan dalam
persamaan

5
1 1 1
= 109.678 cm-1 ( - ¿
λ nf 2 nf 2
Persamaan ini sangat sederhana karena hanya dengan satu tetapan dan dua
variable n1 dan n2 salah satu panjang gelombang spectra emisi diketahui, harga
n1 dan n2 merupakan bilangan bulat positif, yaitu mulai dari 1,2,3 dan
seterusnya, dengan persyaratan bahwa n2 harus selalu lebih besar daripada n1.
Jadi, jika kita mempunyai harga n1 =1 maka n2 dapat berharga 2,3,4 dan
seterusnya.
Setiap pasangan dua bilangan dari harga n1 dan n2 selalu didapatkan
panjang gelombang yang merupakan salah satu garis dalam spectra atom
hydrogen.

2.2 Persamaan gelombang schrodinger


Schrodinger menuliskan persamaan yang memenuhi 𝜓 untuk satu set
interaksi antara partikel-partikel. Solusi bergantung-waktu dari persamaan ini
yang disebut keadaan stasiner (stationary state) hanya terjadi untuk nilai
diskret tertentu dari energy yang diskret, dan dengan demikian kuantisasi
energy merupakan konsekuensi logis dari persamaan Schrodinger.
Suatu fungsi gelombang, seperti bahaya gelombang elektromagnetik.
Dapat bernilai positif di daerah ruangan tertentu (disebut memiliki fase
positif ) di daerah-daerah tersebut dan nilai negative di daerah lain (disebut
fasa negative ). Titik pada suatu fungsi gelombang melewati posisi 0 dan
berubah tanda disebut simpul, sama halnya seperti model sinar untuk
gelombang tegak.
Solusi untuk persamaan Schrodinger memungkinkan untuk lebih dari
satu nilai energy. Solusi yang berkaitan dengan energy terendah disebut
keadaan dasar (sama seperti pada atom Bohr), dan solusi untuk energy yang
lebih tinggi dinamakan keadaan tereksitasi. Yang menurut teori

6
elektromagnetisme klasik, berbanding lurus dengan kuadrat amplitude medan
listrik:

Intensitas ∝ (E maks)2

Dengan memakai analogy, dapat dikatakan bahwa kuadrat dari fungsi


2
gelombang untuk suatu partikel ialah probabilitas untuk partikel tersebut.
Dengan kata lain, 𝜓2(x,y,z) ∆x ∆ y ∆ z ialah probilitasdimana partikel dapat
ditemukan dalam suatu volume kecil ∆x ∆ y ∆ z disekitar titik (x,y,z).
Melalui persamaan Schrodinger, mekanika kuantum mendeskripsikan
secara cermat perilaku system mikroskopik, yang tidak dapat dijelaskan oleh
mekanika Newtonian. Mekanika kuantum merupakan teori yang lebih umum
dan mengandung mekanika Newtonian. Sebagai kasus pembatas, yang
berlaku untuk system makroskopik. Untuk menerapkan mekanika kuantum
pada system tertentu, kita dapat mensubtitusikan energy potensial interaksi
untuk system tersebut ke dalam persamaan Schrodinger dan memecahkan
persamaan tersebut untuk memperoleh dua hasil utama: nilai energy yang
terizinkan dan fungsi gelombang .
Persamaan Schrodinger tidak dapat diturunkan (sama seperti hokum
Newton). Meskipun demikian, perlu dijajaki beberapa sifat dari bentuk
matematisnya. Kita mulai dengan mengandalkan satu partikel yang bergerak
bebas yang bergerak bebas dalam satu dimensi dengan momentum klasik p.
Partikel seperti ini dengan gelombang yang panjang gelombangnya ¿ h / p.
kedua “fungsi gelombang” dengan panjang gelombang ini ialah

2 πx 2 πx
𝜓(x) = A sin atau B cos
λ λ

7
Dengan A dan B adalah tetapan. Persamaan apa yang dipenuhi oleh
fungsi trigonometric. Dari kalkulus diferensial, turunan (atau kemiringan)
𝜓(x) ialah

dψ(x) 2π 2 πx 2
=A cos d
dx λ λ

Kemiringan dari persamaan ini ialah turunan dari kedua dari , dituliskan

d2ψ ( x )
sebagai dan sama dengan
dx 2

d 2 ψ (x ) 2π 2 2 πx
= -A( ¿ sin
dx 2
λ λ

2π 2
Ini hanya merupakan sebuah tetapan -( ¿ , dikalikan dengan fungsi
λ
gelombang asalnya 𝜓(x) ;

2π 2
𝜓(x)=-( ¿ 𝜓(x)
λ
Ini merupakan sebuah persamaan (disebut persamaan diferensial) yang

2 πx
dipenuhi oleh fungsi 𝜓(x) )= A sin . Mudah di jelaskan bahwa persamaan
λ

2 πx
ini juga dipenuhi oleh fungsi 𝜓(x) = B cos( ).
λ
Kita dapat menata-ulang persamaan ini menjadi bentuk yang
diinginkan dengan mengalihkan kedua ruasnya dengan dengan –h2/8π 2m
menghasilkan
h2 d 2 ψ ( x) p 2
- = ψ (x)= EK ψ (x)
8 π 2 m dx 2 2m

8
Dengan EK= p2/2m ialah energy kinetic partikel. Ini menunjukkan
bahwa seharusnya ada suatu hubungan antara turunan kedua fungsi
gelombang dan energy kinetic EK. Bila nilai yang satu besar, maka nilai
lainnya juga besar.

2.3 bilangan kuantum


Bilangan kuantum terdiri dari empat, yaitu bilangan kuantum utama
(n), bilangan kuantum momentum sudut (l), bilangan kuantum magnetik (m),
dan bilangan kuantum spin (s). Untuk menghasilkan penyelesaian yang dapat
diterima pada persamaan gelombang Schrodinger diperlukan tiga parameter
berbeda dan saling berkaitan. Ketiga parameter tersebut dikenal sebagai
bilangan kuantum, yaitu:
a. Bilangan kuantum utama n
Bilangan kuantum utama (n) dalam teori kuantum sama dengan n
dalam teori Bohr. Namun, dalam teori Bohr n menunjukkan tingkat energi
kulit, sedangkan dalam teori kuantum, n menunjukkan tingkat energi orbital
atau ukuran orbital. Nilai n adalah bilangan bulat dari 1 sampai (tak
hingga). Bilangan kuantum ini juga berhubungan dengan jarak rata-rata
elektron (dalam orbital tertentu) dari inti atom. Semakin besar nilai n, maka
jarak rata-rata elektron (dalam orbital) dari inti semakin besar, sehingga
ukuran orbital semakin besar pula.
Bilangan ini hanya memiliki harga bulat positif , yaitu 1,2,3,.. dan
seterusnya. Bilangan ini menggambarkan ukuran orbital dan tingkat energy
yang dimiliki oleh electron. Makin besar harga n makin besar pula ukuran dan
tingkat energy orbital. Suatu tingkat mempunyai n=1 diberi symbol tingkat K,
n=2 tingkat L, n=3 tingkat M, dan n=4 tingkat N.
b. Bilangan kuantum azimuth, l.
Bilangan ini dapat berharga nol atau positif, tetapi tidak boleh lebih
dari harga n-1. Jadi, harga 1 untuk bilangan kuantum utama n adalah
0,1,2,...,n-1. Orbital dengan harga l=3 orbital s, l=1 orbital p , l=2 orbital d

9
dan l=3 orbital f. Bilangan kuantum ini menggambarkan bentuk orbital dan
dalam jumlah tertentu menggambarkan tingkat energy.
c. Bilangan kuantum magnetic, m1
Bilangan kuantum ini berharga mulai dari 1 sampai +1 termasuk nol.
Jadi, untuk orbital dengan harga bilangan kuantum azimuth l, harga m 1=-1,-
(1+1),...,0,...,(1-1),1. Bilangan azimuth menggambarka orientasi orbital.
Sebagai contoh electron dengan bilangan kuantum utama, n=3 maka
nilai 1 yang diperbolehkan adalah adalah 0,1,2. Nilai m1 bergantung pada nilai
l. Jika l=0 maka hanya ada satu m1, yaitu m1=0. Jika l=1 maka ada tiga harga
m1, yaitu -1,0 dan 1. Jika 1=2 maka ada lima harga m 1, -2,-1,0,1,2. Setiap
kombinasi ketiga bilangan kuantum tersebut merupakan karakteristik orbital
electron, artinya jika ada dua set yang terdiri atas ketiga bilangan kuantum
berbeda maka jenis kedua orbital tersebut juga berbeda.
d. Bilangan kuantum spin
Selain tiga bilangan kuantum, yaitu n, l, dan m1 yang muncul secara
alami dari penyelesaian persamaan Schrodinger, masih ada satu satu bilangan
kuantum yang muncul karena electron bergerak mengelilingi porosnya.
Gerakan melingkar muatan listrik menyebabkan electron bersifat sebagai
electromagnet. Seperti arus listrik yang melewati paku besi menyebabkan
paku besi bersifat sebagai magnet. Karena electron bergerak terbatas hanya
dua arah saja maka bilangan kuantum spin, m, hanya ada dua nilai, yaitu -1/2
dan +1/2. Harga ini kurang penting bagi kimia, tetapi sekadar merupakan
petunjuk adanya perbedaan arah.
Sekarang dapat dinyatakan bahwa kedudukan atau posisi electron
ditentukan oleh keempat bilangan kuantum tersebut di atas. Bilangan kuantum
n, l,m, menentukan orbital yang mana electron ditemukan dan m3 mementukan
arah perputaran electron. Setiap electron memiliki satu set nilai untuk keempat
bilangan kuantum tersebut. Jika elektron berputar pada sumbunya,
sebagaimana bumi yang berputar mengelilingi matahari, maka sifat medan

10
magnetiknya dapat diperhitungkan. Menurut teori elektromagnetik, suatu
muatan yang berputar akan membangkitkan suatu medan magnetik, dan
gerakan ini yang menyebabkan elektron berperilaku seperti suatu magnet.
Oleh karena itu, muncullah bilangan kuantum keempat, yaitu bilangan
kuantum spin elektron (s). Elektron dalam orbital tidak hanya bergerak di
sekitar inti, tetapi juga berputar mengelilingi sumbunya. Arah perputaran
elektron terdiri dari dua, yaitu searah jarum jam dan .berlawanan jarum jam.
Bilangan kuantum spin (s) menyatakan perputaran itu, yang nilainya + ½ dan
- ½. Tingkat energi keduanya adalah sama, dan tanda negatif atau positif
hanya untuk membedakan yang satu dengan yang lain.
Spin elektron tersebut dibuktikan dengan eksperimen yang dilakukan
oleh Stern–Gerlach Gambar 1.5; berkas atom-atom gas dari perak yang
dibangkitkan dalam furnace panas diarahkan ke medan magnet takhomogen.
Interaksi antara elektron dan medan magnet menyebabkan berkas atom-atom
dibelokkan dari jalur garis lurus. Oleh karena gerakan spin adalah random
sempurna, maka elektron-elektron dari ½ atom akan berputar pada satu arah
dan elektron-elektron dari ½ atom lainnya berputar dengan arah yang
berlawanan

2.4 bentuk orbital atom


Bentuk orbital ditentukan oleh subkulit dari elektron atau ditentukan
bilangan kuantum azimutnya. Jadi, apabila suatu elektron memiliki bilangan
kuantum azimut sama, maka bentuk orbitalnya juga sama, sehingga yang
membedakan hanyalah tingkat energinya. Bentuk orbital merupakan
fungsi Ψ2 dari fungsi gelombang Schrödinger. Sedangkan orientasi orbital
terkait dengan bilangan kuantum magnetik (m).
a. Orbital s
Sebenarnya sebuah orbital tidak memiliki bentuk yang terdefinisi
dengan baik , sebab fungsi fungsi gelombang yang merupakan ciri khas

11
orbital ini meluas dari inti sampai ke daerah tak terhingga. Dengan demikian,
sulit untuk mengatakan bagaimana bentuk orbital. Sebaliknya, jelas akan
memudahkan untuk menganggap orbital-orbital itu mempunyai bentuk yang
khas.
Peluang terbesar keberadaan elektron dalam atom Inti atom Orbital-s
memiliki bilangan kuantum azimut, l = 0 dan m= 0. Oleh karena nilai m
sesungguhnya suatu tetapan (tidak mengandung trigonometri) maka orbital-s
tidak memiliki orientasi dalam ruang sehingga orbital-s ditetapkan berupa
bola simetris di sekeliling inti. Permukaan bola menyatakan peluang terbesar
ditemukannya elektron dalam orbital-s. Hal ini bukan berarti semua elektron
dalam orbital-s berada di permukaan bola, tetapi pada permukaan bola itu
peluangnya tertinggi ( ≈ 99,99%), sisanya bolehjadi tersebar di dalam bola,
lihat Gambar berikut.

Peluang keberadaan elektron dalam atom. Peluang terbesar ( ≈ 99,99%)


berada pada permukaan bola.

12
b. Orbital-p
Orbital-p memiliki bilangan kuantum azimut, l = 1 dan m= 0, ±l. Oleh
karena itu, orbital-p memiliki tiga orientasi dalam ruang sesuai dengan
bilangan kuantum magnetiknya. Oleh karena nilai m sesungguhnya
mengandung sinus maka bentuk orbital-p menyerupai bentuk sinus dalam
ruang, seperti ditunjukkan pada Gambar berikut.

Kumpulan orbital p dengan berbagai orientasi.


Ketiga orbital-p memiliki bentuk yang sama, tetapi berbeda dalam
orientasinya. Orbital-p x memiliki orientasi ruang pada sumbu-x, orbital-p y
memiliki orientasi pada sumbu-y, dan orbital-p z memiliki orientasi pada
sumbu-z. Makna dari bentuk orbital-p adalah peluang terbesar ditemukannya
elektron dalam ruang berada di sekitar sumbu x, y, dan z. Adapun pada bidang
xy, xz, dan yz, peluangnya terkecil.
c. Orbital-d
Orbital-d memiliki bilangan kuantum azimut l = 2 dan m = 0, ±1, ±2.
Akibatnya, terdapat lima orbital-d yang melibatkan sumbu dan bidang, sesuai

13
dengan jumlah bilangan kuantum magnetiknya. Orbital-d terdiri atas orbital-
dz2 , orbital- d xz , orbital- d xy , orbital- d yz , dan orbital- d x2 - y2 (perhatikan
Gambar 1.10).

Kumpulan orbital d dengan berbagai orientasi.


Orbital d xy , d xz , d yz , dan d x 2 − y 2 memiliki bentuk yang sama,
tetapi orientasi dalam ruang berbeda. Orientasi orbital-d xy berada dalam
bidang xy, demikian juga orientasi orbital-orbital lainnya sesuai dengan
tandanya. Orbital d x 2 − y 2 memiliki orientasi pada sumbu x dan sumbu y.
Adapun orbital d z 2 memiliki bentuk berbeda dari keempat orbital yang lain.
Orientasi orbital ini berada pada sumbu z dan terdapat “donat” kecil
pada bidang-xy. Makna dari orbital-d adalah, pada daerah-daerah sesuai tanda
dalam orbital (xy, xz, yz, x 2 –y 2 , z 2 ) menunjukkan peluang terbesar
ditemukannya elektron, sedangkan pada simpul-simpul di luar bidang
memiliki peluang paling kecil. Bentuk orbital-f dan yang lebih tinggi dapat
dihitung secara matematika, tetapi sukar untuk digambarkan atau diungkapkan

14
keboleh- jadiannya sebagaimana orbital-s, p, dan d. Kesimpulan umum dari
hasil penyelesaian persamaan Schrodinger dapat dirangkum sebagai berikut.

n ℓ M orbital orbital Jumlah maksimum


elektron
1 0 0 1s 1 1 2 2
+ ,-
2 2
2 0 0 2s 1 1 2
+ ,-
2 2
1 -1,0,+1 2p 6 8
1 1
+ ,- ,
2 2
3 0 0 3s 1 1 2
+ ,-
2 2
1 -1,0,+1 3p 6 18
1 1
2 -2,-1,0,+1,+2 3d + ,- , 10
2 2
1 1
+ ,- ,
2 2
4 0 0 4s 1 1 2
+ ,-
2 2
1 -1,0,+1 4p 6
1 1
2 -2,-1,0,+1,+2 4d + ,- , 10 32
2 2
3 -3,-2,-1,0,+1,+2,+3 4f 14
1 1
+ ,- ,
2 2
1 1
+ ,- ,
2 2

15
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Atom merupakan sebuah materi yang paling kecil. Didalamnya
terdapat inti atom dan dibagian luarnya terdapat electron. Elektron ditarik oleh
proton pada inti atom. Sebagaimana firman Allah bahwa segala sesuatu yang
diciptakan berpasang-pasangan, begitu halnya pula dengan atom. Beberapa
ilmuwan turut mengemukakan teori tentang atom, diantaranya John Dalton
(1805), kemudian dilanjutkan oleh Thomson (1897), Rutherford (1911), dan
disempurnakan oleh Bohr (1914).
Setiap unsure mempunyai spectrum atom. Secara umum spektrum
atom adalah berkas cahaya yang dipancarkan oleh suatu atom. Alat
spektroskopi mempermudah para ilmuwan untuk mempelajari unsur-unsur
dan spektrumnya. Spektrum atom yang paling banyak dikaji adalah spektrum
atom hidrogen. Cahaya dari lampu hidrogen tampak oleh mata sebagai warna
ungu kemerahan.
Neils Bohr mengemukakan bahwa elektron-elektron hanya menempati
orbit-orbit tertentu disekitar inti atom, yang masing-masing terkait sejumlah
energi kelipatan dari suatu nilai kuantum dasar. Manfaat dan aplikasi dari
model atom Bohr dalam kehidupan sehari-hari salah satunya arus yang
dihantarkan oleh tenaga listrik.

16
DAFTAR PUSTAKA
Chang, Raymond. (2005). Kimia Dasar Jilid 1 Edisi 3. Jakarta: Erlangga.
La Kilo, A. (2018). Kimia Anorganik: Struktur dan Kereaktifan. Gorontalo: UNG
Press.

Nuryono. (2018). Kimia Anorganik: Struktur dan Ikatan. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press.

Oxtoby, David W; Gillis, H P; Nachtrieb, Norman H;. (2003). Prinsip-Prinsip Kimia


Modern Edisi Keempat Jilid II. Jakarta: Erlangga.

17

Anda mungkin juga menyukai