Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN ANAK

ASUHAN KEPERAWATAN PADA An. R DENGAN DIAGNOSA MEDIS


DENGUE HEMERRAGIC FEVER (DHF) DI RUANG ASHOKA RSUD
BANGIL PASURUAN

Disusun Oleh :
BAGAS NOVAN IMANDI
NIM : 01.3.21.00476

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN RS. BAPTIS KEDIRI


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS
TAHUN AKADEMIK 2020/2021
STIKES RS BAPTIS KEDIRI
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROGRAM PROFESI
NERS PROGRAM PROFESI
LEMBAR PENGESAHAN

NAMA : BAGAS NOVAN IMANDI


NIM : 01.3.21.00476
JUDUL : ASUHAN KEPERAWATAN PADA An. R DENGAN
DIAGNOSA MEDIS DENGUE HEMERRAGIC FEVER
(DHF) DI RUANG ASHOKA RSUD BANGIL
PASURUAN

Dosen Pembimbing Kediri, 01 Desesmber 2021


Mahasiswa

Maria Anita Y, S.Kep., Ns., M. Kes Bagas Novan Imandi

Mengetahui,
Ketua Program Studi

Kili Astarani, S.Kep., Ns., M.Kep


BAB I
LAPORAN PENDAHULUAN

1.1 Tinjauan Teori


1.1.1 Pengertian
Demam berdarah dengue adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh
virus dengue dengan manifestasi klinis demam, nyeri otot / nyeri sendi yang
disertai ruam, trombositopenia dan diatesis hemoragik (Amin dan Hardi, 2015).
DBD adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh virus dengue arbovirus yang
masuk kedalam tubuh melalui gigitan nyamuk aedes aegypty (Suriadi & Yuliani,
2010).
Menurut World Health Organization (WHO), Dengue Hemmorhagic Fever
(DHF) atau Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit yang
disebabkan oleh gigitan nyamuk Aedes yang terinfeksi salah satu dari empat tipe
virus dengue dengan manifestasi klinis demam, nyeri otot dan nyeri sendi yang
disertai leukopenia, ruam, limfadenopati, trombositopenia dan diathesis
hemoragik (WHO, 2011).
Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit yang disebabkan oleh
virus dengue yang tergolong Arthropod-Borne Virus, genus Flavivirus, dan family
Flaviviridae. DBD ditularkan melalui gigitan nyamuk dari genus Aedes, terutama
Aedes aegypti atau Aedes albopictus. Penyakit DBD dapat muncul sepanjang
tahun dan dapat menyerang seluruh kelompok umur. Penyakit ini berkaitan
dengan kondisi lingkungan dan perilaku masyarakat (Profil Kesehatan Kota
Samarinda Tahun 2016).

1.1.2 Etiologi
Penyakit demam berdarah dengue disebabkan oleh virus dengue dari
genus Flavivirus, famili Flaviviridae. DBD ditularkan ke manusia melalui gigitan
nyamuk Aedes yang terinfeksi virus dengue. Virus Dengue penyebab Demam
Dengue (DD), Demam Berdarah Dengue (DBD) dan Dengue Shock Syndrome
(DSS) termasuk dalam kelompok B Arthropod virus Arbovirosis yang sekarang
dikenal sebagai genus Flavivirus, famili Flaviviride, dan mempunyai 4 jenis
serotipe, yaitu : DEN-1, DEN- 2, DEN-3, DEN-4 (Depkes RI, 2016). Di Indonesia
pengamatan virus dengue yang di lakukan sejak tahun 1975 di beberapa rumah
sakit menunjukkan ke empat serotipe di temukan dan bersirkulasi sepanjang
tahun. Serotipe DEN-3 merupakan serotipe yang dominan dan diasumsikan
banyak yang menunjukkan manifestasi klinik yang berat (Depkes RI, 2016).
1.1.3 Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis mulai dari infeksi tanpa gejala demam, demam dengue
(DD) dan DBD, ditandai dengan :
1. Demam : demam akut, demam tinggi dan continue, dua hingga tujuh hari
di kebanyakan kasus.
2. Terdapat manifestasi perdarahan seperti positifnya Tourniquet, petechiae,
purpura, ekimosis, epistaksis, perdarahan pada gusi, hematemesis dan
melena.
3. Pembesaran hati (hepatomegali).
4. Syok, ditandai dengan nadi cepat dan lemah, penurunan tekanan nadi,
hipotensi kaki dan tangan dgin, kulit lembab, dan pasien tampak gelisah.

1.1.4 Klasifikasi
Klasifikasi DBD menurut WHO (2011), yaitu :
1. Derajat I tanda dan gejala demam, dan manifestasi perdarahan (Uji
bendung positif) dan tanda perembasan plasma.
2. Derajat II tanda dan gejala seperti derajat I ditambah perdarahan spontan.
3. Derajat III tanda dan gejala seperti derajat I dan II ditambahkan kegagalan
sirkulasi (nadi lemah, tekanan nadi ≤ 20 mmHg, hipotensi, gelisah,
diuresis menurun).
4. Derajat IV tanda dan gejala syok hebat dengan tekanan darah dan nadi
yang tidak terdeteksi
1.1.5 Patofisiologi

Arbovirus (melalui Infeksi virus


nyamuk aedes aegypti) Beredar dalam darah dengue(viremia)

Membentuk dan melepaskan Mengaktifkan


PGE 2 hipotalamus zat C3a, C5a sistem

Peningkatan reabsorpsi Permeabilitas


Hipertermi Na+ dan H2O membran meningkat

Agresi trombosit Kerusakan endotel Dengue Shock


pembuluh darah Syndrome
trombositopeni

Trombositopeni Merangsang & mengaktivasi Renjatan hipovolemik


faktor pembekuan dan hipotensi

DIC Kebocoran plasma

Resiko perdarahan Perdarahan

Resiko perfusi
Asidosis Metabolik jaringan tidak efektif

Resiko syok Hipoksia jaringan


(hypovolemik)

Kekurangan volume cairan Ke ekstravaskuler

Paru-paru Hepar Abdomen

Efusi pleura Hepatomegali Asites

Penekanan intra abdomen


Ketidakefektifan Mual, muntah
Pola nafas
Nyeri Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
1.1.6 Pentalaksanaan
1. Terapi
a. Memenuhi kebutuhan cairan
b. Memberikan antipiretik dari golongan asetaminofen
2. Penatalaksanaan medis
Menurut Marni (2016) tindakan medis yang bertujuan untuk pengobatan
dan pemeriksaan diagnostik yaitu:
a. Pemasangan CVP (Central Venous Pressure)
CVP dipasangkan ketika anak mengalami renjatan berat untuk
mengukur tekanan vena central melalui vena safena magna atau vena
jugularis.
b. Hemoglobin biasanya meningkat, apabila sudah terjadi perdarahan
yang banyak dan hebat Hb biasanya menurun. Nilai normal: Hb: 10-
16 gr/dL.
c. Hematokrit meningkat 20% karena darah mengental dan terjadi
kebocoran plasma. Nilai normal: 33- 38%.
d. Trombosit biasa nya menurun akan mengakibat trombositopenia
kurang dari 100.000/ml. Nilai normal: 200.000-400.000/ml.
e. Leukosit mengalami penurunan dibawah normal. Nilai normal:
9.000-12.000/mm³.

1.1.7 Pemeriksaan Diagnostik


Menurut Susalaningrum,R (2013) pada pemeriksaan darah pasien DHF
akan dijumpai sebagai berikut
1. Hb dan PCV meningkat (>20%).
2. Trombosite (< 35-40 mmHg HCO3 rendah.
3. IgD degue positif.
4. Hasil pemeriksaan kimia darah menunjukan hipoproteinemia,
hipokloremia, hiponateremia.
5. Urin dan pH darah mungkin meningkat.
6. Asidosis metabolic: pCO2< 35-40 mmHg HCO3 rendah.

1.2 Tinjauan Asuhan Keperawatan


1.2.1 Pengkajian
Menurut Nursalam, Susilaningrum & Utami. (2013), pengkajian yang
muncul pada pasien dengan DBD antara lain:
1. Identitas pasien
2. Keluhan utama
Alasan/keluhan yang menonjol pada pasien DBD adalah anak demam
tinggi dan kondisi anak lemah.
3. Riwayat penyakit sekarang
Didapatkan adanya keluhan panas mendadak disertai menggigil, saat
demam kesadaran komposmentis. Panas menurun terjadi antara hari ke-3
dan ke-7, anak semakin lemah. Kadang-kadang disertai keluhan batuk
pilek, nyeri telan, mual, muntah, anoreksia, diare, sakit kepala, nyeri otot
dan persendian, nyeri ulu hati dan pergerakan bola mata terasa pegal, serta
adanya manisfestasi perdarahan pada kulit, gusi (grade III, IV), melena
atau hematemesis.
4. Riwayat penyakit yang pernah diderita
Pada DBD, anak bisa mengalami serangan ulang DBD dengan tipe virus
yang lain.
5. Riwayat imunisasi
Bila anak mempunyai kekebalan tubuh yang baik, kemungkinan timbul
komplikasi dapat dihindari.
6. Riwayat gizi
Semua anak dengan status gizi yang baik maupun buruk dapat beresiko
apabila terdapat faktor predisposisinya. Pada anak menderita DBD sering
mengalami keluhan mual, muntah, dan nafsu makan menurun. Apabila
kondisi ini berlanjut, dan tidak disertai dengan pemenuhan nutrisi yang
adekuat anak dapat mengalami penurunan berat badan, sehingga status
gizinya menjadi kurang.
7. Kondisi lingkungan
Sering terjadi pada daerah yang padat penduduknya, lingkungan yang
kurang kebersihanya (air yang menggenang) dan gantungan baju dikamar.
8. Pola kebiasaan
a. Nutrisi dan metabolik yaitu frekuensi, jenis, pantangan, nafsu makan
berkurang.
b. Eliminasi alvi (BAB) yaitu kadang-kadang anak mengalami diare.
DBD pada grade III-IV bisa terjadi melena.
c. Eliminasi urin yaitu perlu dikaji apakah sering kencing, sedikit atau
banyak, sakit atau tidak. Pada grade IV sering terjadi hematuria.
d. Tidur dan istirahat yaitu anak sering mengalami kurang tidur karena
sakit atau nyeri otot dan persendian.
e. Kebersihan yaitu upaya keluarga untuk menjaga kebersihan diri dan
lingkungan cenderung kurang terutama tempat tempat sarangnya
nyamuk Aedes Aegypti.
f. Tanggapan bila ada keluarga yang sakit dan upaya untuk menjaga
kesehatan.
9. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik meliputi inspeksi, palpasi, auskultasi, dan perkusi dari
ujung rambut sampai ujung kaki. Berdasarkan tingkatan DBD, keadaan
fisik anak sebagai berikut:
a. Grade I: kesadaran kompos mentis; keadaan umum lemah; tanda-
tanda vital nadi lemah.
b. Grade II: kesadaran kompos mentis; keadaan umum lemah; adanya
perdarahan spontan petekia; perdarahan gusi dan telinga; nadi lemah,
kecil tidak teratur.
c. Grade III: kesadaran apatis; somnolen; keadaan umum lemah, nadi
lemah, kecil, tidak teratur; tensi menurun.
d. Grade IV: kesadaran koma; nadi tidak teraba; tensi tidak terukur;
pernafasan tidak teratur; ekstrimitas dingin; berkeringat dan kulit
tampak biru.
10. Sistem integumen
a. Kulit adanya petekie, tugor kulit menurun, keringat dingan, lembab.
b. Kuku cyanosis atau tidak.

11. Pemeriksaan diagnostik


a. Hb dan PCV meningkat (≥20%).
b. Trombositopenia (≤100.000/ml).
c. Leukopenia (mungkin normal atau leukositosis).
d. Ig. D dengue positif.
e. Hasil pemeriksaan kimia darah menunjukan hipoproteinemia,
hipokloremia, hiponatrimia.
f. Ureum dan pH darah mungkin meningkat.
g. Asidosis metabolik: pCO2
1.2.2 Diagnostik
1. Hipertermi berhubungan dengan proses penyakit
HIPERTERMIA D.0130
Kategori : Lingkungan
Subkategori : Keamanan dan Proteksi
Definisi : suhu tubuh meningkat diatas rentang normal tubuh
Penyebab :
1. Dehidrasi
2. Terpapar lingkungan panas
3. Proses penyakit ( mis.infeksi, kanker )
4. Ketidaksesuaian pakaian dengan suhu lingkungan
5. Peningkatan laju metabolism
6. Respon trauma
7. Aktifitas berlebihan
8. Penggunaan incubator
Gejala dan Tanda mayor Objektif :
Subjektif : 1. Suhu tubuh di atas nilai normal
( tidak tersedia )
Gejalra dan Tanda Minor Objektif :
Subjektif : 1. Kulit merah
( tidak tersedia ) 2. Kejang
3. Takikardi
4. Takipnea
5. Kulit terasa hangat
Kondisi Klinis Terkait :
1. Proses infeksi
2. Hipertiroid
3. Stroke
4. Dehidrasi
5. Trauma
6. Prematurasi

SLKI
TERMOREGULASI
L.14134
Definisi :
Pengaturan suhu tubuh agar tetap berada pada rentang normal.
Ekspektasi Membaik
Kriteria Hasil
Meningkat Cukup sedang Cukup Menurun
meningkat menurun
Menggigil 1 2 3 4 5
Kulit merah 1 2 3 4 5
Kejang 1 2 3 4 5
Akrosianosis 1 2 3 4 5
Konsumsi
1 2 3 4 5
oksigen
Piloereksi 1 2 3 4 5
Vasokonstriks 1 2 3 4 5
i perifer
Kutis
1 2 3 4 5
memorata
Pucat 1 2 3 4 5
Takikardi 1 2 3 4 5
Takipnea 1 2 3 4 5
Bradikardi 1 2 3 4 5
Dasar kuku
1 2 3 4 5
sianolit
Hipoksia 1 2 3 4 5
Memburu Cukup Sedang Cukup Membaik
k memburuk membaik
Suhu tubuh 1 2 3 4 5
Suhu kulit 1 2 3 4 5
Kadar glukosa
1 2 3 4 5
darah
Pengisian
1 2 3 4 5
kapiler
Ventilasi 1 2 3 4 5
Tekanan darah 1 2 3 4 5

2. Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan mencerna makanan


DEFISIT NUTRISI D.0019
Kategori : Fisiologis
Subkategori : Nutrisi dan Cairan
Definisi :
Asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolisme.
Penyebab :
1. Ketidakmampuan menelan makanan
2. Ketidakmampuan mencerna makanan
3. Ketidakmampuan mengabsorpsi nutrien
4. Peningkatan kebutuhan metabolisme
5. Faktor ekonomi (mis. Finansial tidak mencukupi)
6. Faktor psikologis (mis. Stres, keengganan untuk makan)
Gejala dan Tanda mayor Objektif :
Subjektif : 1. Berat badan menurun minimal
( tidak tersedia ) 10% di bawah rentang ideal

Gejalra dan Tanda Minor Objektif :


Subjektif : 1. Bising usus hiperaktif
1. Cepat kenyang setelah makan 2. Otot pengunyah lemah
2. Kram/nyeri abdomen 3. Otot menelan lemah
3. Nafsu makan menurun 4. Membran mukosa pucat
5. Sariawan
6. Serum albumin turun
7. Rambut rontok berlebihan
8. Diare
Kondisi Klinis Terkait :
1. Stroke
2. Parkonsin
3. Mobius syndrome
4. Cerebral palsy
5. Cleft lip
6. Cleft palate
7. Amyotropic lateral sclerosis
8. Kerusakan neuromuskular
9. Kanker
10. Infeksi
11. AIDS
12. Penyakit Crohn’s
13. Luka bakar

SLKI

STATUS NUTRISI L.03030


Definisi :
Keadekuatan asupan nutrisi untuk memenuhi kebutuhan metabolisme
Ekspektasi Membaik
Kriteria Hasil
Menurun Cukup Sedang Cukup Meningkat
menurun meningka
t
Porsi makanan yang
1 2 3 4 5
dihabiskan
Kekuatan otot
1 2 3 4 5
pengunyah
Kekuatan otot
1 2 3 4 5
menelan
Serum albumin 1 2 3 4 5
Verbalisasi
keinginan 1 2 3 4 5
meningkatkan nutrisi
Pengetahuan tentang
pilihan makanan 1 2 3 4 5
yang sehat
Pengetahuan tentang
pilihan minuman 1 2 3 4 5
yang sehat
Pengetahuan tentang
standar asupan 1 2 3 4 5
nutrisi yang tepat
Penyiapan dari
penyimpanan 1 2 3 4 5
makanan yang aman
Penyiapan dan
penyimpanan 1 2 3 4 5
minuman yang aman
Sikap terhadap
makanan/minuman
1 2 3 4 5
sesuai dengan tujuan
kesehatan
Cukup Cukup
Meningkat Sedang Menurun
meningkat menurun
Persiapan cepat
1 2 3 4 5
kenyang
Nyeri abdomen 1 2 3 4 5
Sariawan 1 2 3 4 5
Rambut rontok 1 2 3 4 5
Diare 1 2 3 4 5
Memburuk Cukup Sedang Cukup Membaik
memburuk membaik
Berat badan 1 2 3 4 5
Indeks Massa Tubuh
1 2 3 4 5
(IMT)
Frekuensi makan 1 2 3 4 5
Nafsu makan 1 2 3 4 5
Bising usus 1 2 3 4 5
Tebal lipatan kulit
1 2 3 4 5
trisep
Membran mukosa 1 2 3 4 5

3. Risiko perdarahan berhubungan dengan gangguan koagulasi


RISIKO PERDARAHAN D.0012
Kategori : Fisiologis
Subkategori : Sirkulasi
Definisi : beresiko mengalami kehilangan darah baik internal (terjadi di dalam
tubuh)
Faktor Risiko
1. Aneurisma
2. Gangguan gastrointestinal ( mis. Ulkus lambung, polip, varises )
3. Gangguan fungsi hati (mis.sirosis hepatitis )
4. Komplikasi kehamilan ( mis. Ketuban pecah sebelumnya waktunya,
plasenta previa/abrupsio, kehamilan kembar )
5. Komplikasi pasca partum ( mis. Atoni uterus, retensi plasenta )
6. Gangguan koagulasi ( mis. Trombositopenia )
7. Efek agen farmakologi
8. Tindakan pembedahan
9. Trauma
10. Kurang terpapar informasi tentang pencegahan perdarahan
11. Proses keganasan
Kondisi Klinis Terkait
1. Aneurisma
2. Koagulopati intravaskuler diseminata
3. Sirosis hepatis
4. Ulkus lambung
5. Varises
6. Trombositopenia
7. Ketuban pecah sebelum waktunya
8. Plasenta previa/abropsio
9. Atonia uterus
10. Retensi plasenta
11. Tindakan pembedahan
12. Kanker
13. Trauma
SLKI

TINGKAT PERDARAHAN L. 14137


Definisi:
Kehilangan darah baik internal (terjadi di dalam tubuh) maupun eksternal (terjadi
hingga keluar tubuh).
Ekspektasi: Menurun
Kriteria hasil
Menurun Cukup Sedang Cukup Meningkat
Menurun Meningkat
Kelembapan 1 2 3 4 5
membran
mukosa
Kelembapan 1 2 3 4 5
kulit
Kognitif 1 2 3 4 5
Meningkat Cukup Sedang Cukup Menurun
meningkat menurun
Hemoptisis 1 2 3 4 5
Hematermesis 1 2 3 4 5
Perdarahan anus 1 2 3 4 5
Distensi
1 2 3 4 5
abdomen
Perdarahan
1 2 3 4 5
vagina
Perdarahan
1 2 3 4 5
pasca operasi
Memburuk Cukup Sedang Cukup Membaik
memburuk baik
Hemoglobin 1 2 3 4 5
Hematokrit 1 2 3 4 5
Tekanan darah 1 2 3 4 5
Denyut nadi
1 2 3 4 5
apikal
Suhu tubuh 1 2 3 4 5

1.2.3 Rencana Intervensi Keperawatan


1. Hipertermi berhubungan dengan proses penyakit
MANAJEMEN HIPERTERMIA I.15506
Definisi :
Mengidentifikasi dan mengelola peningkatan suhu tubuh akibat disfungsi
termoregulasi
Tindakan :
Observasi :
1. Idintifikasi penyebab hipertemia ( mis, dehidrasi, terpapar lingkungan panas,
penggunaan incubator )
2. Monitor suhu tubuh
3. Monitor kadar elektrolit
4. Monitor haluan urine
5. Monitor komplikasi akibat hipertermia
Terapeutik :
1. Sediakan lingkungan yang dingin
2. Longgarkan atau lepaskan pakaian
3. Basahi dan kipasi permukaan tubuh
4. Berikan cairan oral
5. Ganti linen setiap hari atau lebih sering jika mengalami hiperhidrosis ( keringat
berlebih )
6. Lakukan pendinginan ekstrenal ( mis. Selimut hipotermia atau kompres dingin
padadahi, leher,dada, abdomen, aksila )
7. Hindari pemberian antipiretik atau aspirin
8. Berikan oksigen, jika perlu
Edukasi :
1. Anjurkan tirah baring
Kolaborasi :
1. Kolaborasi pemberian cairan dan elektrolit intravena, jika perlu

2. Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan mencerna


makanan
MANAJEMEN NUTRISI 1.03119
Definisi :
Mengidentifikasi dan mengelola asupan nutrisi yang seimbang
Tindakan
Observasi
1. Identifikasi status nutrisi
2. Identifikasi alergi dan intoleransi makanan
3. Identifikasi makanan yang disukai
4. Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrien
5. Identifikasi perlunya penggunaan selang nasogastrik
6. Monitor asupan makanan
7. Monitor berat badan
8. Monitor hasil pemeriksaan laboratoriaum
Terapeutik
1. Lakukan oral hygiene sebelum makan, jika perlu
2. Fasilitasi menentukan pedoman diet (mis, piramida makanan)
3. Sajikan makanan secara menarik dan suhu yang sesuai
4. Berikan makanan tinggi serat untuk mencegah konstipasi
5. Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein
6. Berikan suplemen makanan, jika perlu
7. Hentikan pemberian makan melalui selang nasogastrik jika asupan oral
dapat ditoleransi
Edukasi
1. Anjurkan posisi duduk, jika mampu
2. Anjurkan diet yang diprogramkan
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan (mis, pereda nyeri,
antiemetik), jika perlu
2. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan jenis
nutrien yang dibutuhkan, jika perlu

3. Risiko perdarahan berhubungan dengan gangguan koagulasi


PENCEGAHAN PERDARAHAN 1.02067
Definisi :
Mengidentifikasi dan menurunkan risiko atau komplikasi stimulus yang
menyebabkan perdarahan atau risikoperdarahan.
Tindakan
Observasi
9. Monitor tanda dan gejala perdarahan
10. Monitor nilai hematokrit/hemoglobin sebelum dan setelah kehilangan
darah
11. Monitor tanda-tanda vital ortostatik
12. Monitor koagulasi (mis. Prothrombin time (PT), partial thromboplastin
time (PTT), fibrinogen, degradasi fibrin dan/atau platelet)
Terapeutik
8. Pertahankan bedrest selama perdarahan
9. Batasi tindakan invasif, jika perlu
10. Gunakan kasur pencegah dekubitus
11. Hindari pengukuran suhu rektal
Edukasi
3. Jelaskan tanda dan gejala perdarahan
4. Anjurkan menggunakan kaus kaki saat ambulasi
5. Anjurkan meningkatkan asupan cairan untuk menghindari konstipasi
6. Anjurkan menghindari aspirin atau antikoagulan
7. Anjurkan meningkatkan asupan makanan dan vitamin K
8. Anjurkan segera melapor jika terjadi perdarahan
Kolaborasi
3. Kolaborasi pemberian obat pengontrol perdarahan, jika perlu
4. Kolaborasi pemberian produk darah, jika perlu
5. Kolaborasi pemberian pelunak tinja, jika perlu
DAFTAR PUSTAKA

Dinas Kesehatan Kota Samarinda. 2016. Demam Berdarah Dengue:


Epidemiologi,
Patogenesis, dan Faktor Risiko Penularan. Profil Kesehatan Kota
Samarinda : Kalimantan Timur.

Marni. (2016). Asuhan Keperawatan Anak Pada Penyakit Tropis. Jakarta:


Erlangga.

Ngastiyah. (2014). Perawatan anak sakit. Edisi 2. Jakarta: EGC


PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator
Diagnostik. Edisi 3. Jakarta: DPP PPNI

PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria


Hasil Keperawatan. Edisi 2. Jakarta: DPP PPNI

PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan


Keperawatan. Edisi 2. Jakarta: DPP PPNI

Roghodatul, A., Riesmiyatiningdyah, R., Diana, M., & Putra, K. W. R.


(2020). Asuhan Keperawatan Pada Anak R Dengan Diagnosa Dengue
Hemerragic Fever (DHF) Di Ruang Ashoka Di RSUD Bangil
Pasuruan (Doctoral dissertation, Akademi Keperawatan Kerta Cendekia
Sidoarjo).

Suriadi, Y, R. (2010). Buku pegangan praktis klinik asuhan keperawatan pada


anak. Edisi 2. Jakarta: EGC.

Susilaningrum, R. (2013). Asuhan Keperawtan Bayi dan Anak untu Perawat dan
Bidan Edisi 2. Jakarta : Salema Medika.

WHO. (2011). World health statistics 2011. Diakses tgl 9 Februari 2019. from
World Health Organization: https://www.who.int/gho/publicati
ons/world_health_statistics/EN_ WHS2 11_Full.pdf. Pukul 23.00 WIB.

World Health Organization (WHO). 2015. Impact of Dengue.


Http://www.who.int/
csr/disease/dengue/impact/en/. diakses 25 November 2018

Anda mungkin juga menyukai