DI PROVINSI JAMBI
UNIVERISTAS JAMBI
2021
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI............................................................................................................................ ii
BAB 1 PENDAHULUAN...................................................................................................... 4
3.4 Contoh hutan adat yang diberikan pengkuan dan penetapan sebagai 15
BAB IV PENUTUP.............................................................................................................. 22
4.1 Kesimpulan 22
ii
4.2 Saran 22
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................... 23
KATA PENGANTAR
Kami panjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
makalah ini guna memenuhi tugas kelompok untuk mata kuliah Hukum Adat
yang berjudul “Hutan Adat di Provinsi Jambi”. Makalah ini juga dilaksanakan
yang bersangkutan dengan Hutan Adat di Provinsi Jambi, serta diharapkan bisa
pihak yang telah mendukung penyusunan makalah ini terutama kepada Ibu
Herlina Manik, S.H., M.Kn. sebagai dosen pengampu yang menjadi faktor
pendukung utama kami dalam penyelesaian masakalah ini. Semoga makalah ini
menyadari, makalah yang kami buat ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami terima demi
iii
Penulis
iv
BAB 1
PENDAHULUAN
Hutan sebagai bagian dari sumber daya alam nasional memiliki arti dan
tahun 19991 Tentang Kehutanan, bahwa hutan, sebagai karunia dan amanah
ini sejalan dengan pasal 33 ayat (3) UndangUndang Dasar 1945 yang
mewajibkan agar bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya
1
Undang undang Nomor 41 Tahun 1999 Tentang kehutanan
5
Eksistensi hutan dapat dilihat dari luas persebarannya, sebagai upaya
pertahanan manfaat dan fungsi hutan. Berdasarkan data BPS2 luas hutan di
Indonesia mencapai 126.094.366,71 hektar. Luasan hutan ini tediri dari hutan
hutan produksi terbatas dan hutan lindung. Saat ini hutan di Indonesia banyak
mengalami deforestasi. Tercatat pada tahun 2017 (Juli 2016 - Juni 2017)
deforestasi nasional adalah 479 ribu hektar, dengan rincian 308 ribu hektar
(APL)3
hutan, penebangan liar dan peralihan fungsi lahan pertanian. Data terbaru luas
lokasi luasan areal terbakar tahun 2019 di wilayah Provinsi Jambi seluas
wilayah yang berada di kawasan Provinsi Jambi yang memiliki luasan hutan
Kerinci pada tahun 2012 meliputi hutan pelestarian alam seluas 191.822 ha,
2
BPS per Februari 2017, https://www.bps.go.id/subject/60/kehutanan.html#subjekViewTab3, Di akses pada
tanggal 19/02/2018.
6
hutan produksi seluas 28.655 ha, hutan adat seluas 1.820,11 ha dan hutan hak
Undang No. 41 Tahun 1999 tentang hutan adat. Itu artinya pemerintah
terhadap eksistensi hutan adat. Hutan pada saat sebelum adanya keputusan
hutan negara sehingga masyarakat yang dikenal dengan masyarakat adat tidak
seharusnya dijunjung tinggi oleh undang-undang. Selama ini tata kelola hutan
adat diatur melalui UU No. 41 Tahun 1999 tentang kehutanan yang mana
hutan adat masih masuk ke dalam hutan negara, sehingga tata kelola masih
(MK) nomor 35/20124 , hutan adat yang selama ini berada dalam kawasan
hutan negara telah berganti status dari hutan negara ke hutan hak. Hutan hak
adalah hutan yang berada pada tanah yang dibebani hak atas tanah. Ini
untuk keuntungan mereka. Dengan adanya status baru ini menandakan bahwa
7
kepemilikan serta eksploitasi hutan adat ada di tangan masyarakat hukum
adat.
4. Apa saja contoh hutan adat yang diberikan pengkuan dan penetapan
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Tinjauan pustaka atau tela‟ah pustaka ataupun juga bisa disebut landasan
mencari data tentang masalah yang di teliti, yang dikaitkan dengan hasil-hasil
penelitian yang telah ada dan atau hasil studi pustaka.Pertama, Penelitian yang
dari hasil adaptasi suatu komunitas yang berasal dari pengalaman hidup yang
kepercayaan, norma, budaya dan diekspresikan di dalam tradisi dan mitos yang
dianut dalam jangka waktu yang lama. kekayaan budaya indonesia yang beragam,
luhur yang secara turun temurun diberikan kepada generasi penerus yang ada di
9
suatu daerah dan mayoritas masyarakat indonesia yang dijuluki sebagai negara
yang akan mepertahankan hutan dilihat dari segi ekologis dan estetitikanya
Perpaduan alam dan kebudayaan masyarakat setempat menjadi dasar akan adanya
Studi Ilmu Pengelolaan Hutan Sekolah Pasca Sarjana Di Institut Pertanian Bogor
Pada Tahun 2016. Yang berjudul “Pengelolaan Sumber Daya Hutan Di Kerinci
Oleh Lembaga Adat” yang mana dalam penelitian nya bahwa suatu kelembagaan
adat atau yang disebut dengan ninek mamak di kerinci, mereka selaku pemangku
adat atau selaku pemangku adat sangat memiliki pean penting dalam mengelola
sumber daya hutan sebagai sumber ekonomi bagi masyarakat adat kerici. Salah
adat yang bisa mengikat bagi masyarakat adat di kerinci karena lembaga adat
begitu di taati oleh masyrakat adat kerinci. Bagaimana lembaga adat dapat
memberikan aturan terkait hutan yang boleh di kelola oleh masyarakat atupun
Ketiga, penelitian yang dilakuakan oleh Ina Marina Dari Fakultas Ekologi
Manusia IPB 2011. Yang Berjudul Analisa Konflik Sumber Daya Hutan
10
Dikawasan Konservasi Gunung Halimun-Salak Bogor. Adapun penelitian nya
yaitu yang mana konflik yang terjadi antara masyarakat dengan pemerintah yang
mana ketika pihak dari Taman Nasional menganggap bahwa gunung halimun-
salak adalah milik negara karena tidak terbebani hak atas tanah, sedangkaan
masyrakat adat menganggap bahwa gunung halimun adalah milik adat karena
adapun perbedaannya yang mana penelitian penulis yaitu adanya hak warga
setempat yang dirampas oleh kelompok eksodus yang ingin menguasai hutan
tersebut. Namun ada sedikit kesamaan dengan penelitian yang ketiga sama-sama
area hutan adat Desa Renah Alai dampaknya bagi kerukunan warga setempat
11
BAB III
PEMBAHASAN
masyarakat adat, berdasarkan nilai-nilai kearifan adat. Jambi sudah sejak era
1990-an mengakui hak kelola masyarakat dengan skema hutan adat. Meski
waktu itu kewenangan pengelolaan kawasan hutan belum diakui negara. Baru
istilah Hutan Adat. Namun hingga saat ini peraturan turunan terkait hutan
adat tidak juga ada, sampai adanya Keputusan MK No.35 Tahun 2012 tentang
Hutan Adat.
Kendati begitu, melihat hubungan erat masyarakat yang sudah sejak lama
daya hutan yang menjadi tempat hidup masyarakat serta konflik antara
tahun 1994.
12
Masyarakat dalam memanfaatkan hutannya juga dengan kearifan lokal
manfaat hutan dan juga dampak yang akan timbul dari pengelolaan hutan,
masuk dalam skema program Perhutanan Sosial (PS). Hutan adat berada
10 SK, Banten 6 SK, Sulawesi Selatan 5 SK. Masyarakat adat lainnya yang
dan Papua.
13
kepentingan ekonomi, ilmu pengetahuan, keindahan dan kebersihan udara,
yang tidak hanya menguntungkan masyarakat adat itu sendiri, tetapi juga bagi
tergantung pada eksisnya hutan dan bangsa sangat tergantung pada eksisnya
Salah satu mafaat lain yang lebih luas bagi masyarakat dunia jika
kepastian pengakuan dan jaminan hukum atas hak wilayah adat diberikan
adalah terjaminnya iklim yang ramah bagi dunia, karena hutan masih utuh
Istilah “Hutan Adat” yang sudah baku dalam penyebutan untuk kawasan
3
Tidak disebut masyarakat adat karena pada faktanya hutan yang dikelola oleh masyarakat lokal tidak
melingkupi suatu kesatuan komunitas adat. Apa yang disebut hutan adat selama ini sebenarnya hanya
dikelola oleh salah satu unit dari komponen komunitas adat dimaksud yaitu apa yang kita kenal dengan
sebutan masyarakat desa. Masyarakat desa adalah bagian dari kesatuan komunitas adat karena suatu
kesatuan teritorial komunitas adat pada kenyataannya melingkupi beberapa teritorial desa. Misalnya
komunitas adat Pangkalan Jambu meliputi Desa Baru Pangkalan Jambu, Desa Bukit Perentak, Desa Tiga Alur
Pangkalan Jambu, Desa Bunga Tanjung, Desa Nangka (dalam struktur penyelenggaraan adat mereka
dipimpin oleh Datuk Berempat (Datuk Penghulu Mudo, Datuk Penghulu Kayo, Datuk Bendaro Kayo, Datuk
Rajo Bantan) Menti Betigo (Rio Niti berkedudukan di Dusun Baru, Rio Gemalo berkedudukan di Desa Nangko,
Rio Sari berkedudukan di Desa Sungai Jering). Sedangkan Komunitas adat Ulu Tabir Meliputi Desa Ngaol,
Desa Telentam, dan Desa Air Liki (dalam struktur penyelenggaraan adat mereka dipimpin 3 Datuk (Datuk
Paduko Rajo di Ngaol sebagai yang dituakan, Datuk Langkah Besar di Air Liki, Datuk Rajo Gemoyang di
Telentam) dan setiap Datuk memiliki wakil dalam wilayahnya masing-masing.
14
kehutanan maupun dalam penggunaan oleh kalangan pengembang ternyata
Berangkat dari kerangka realitas yang ada maka istilah untuk menyebut
suatu kawasan hutan yang dikelola oleh masyarakat desa yang lebih tepat
adalah “Hutan Desa” bukan “Hutan Adat” karena kalau digunakan istilah
4
Istilah komunitas berbeda dengan istilah masyarakat. Komunitas (community) merupakan suatu kesatuan
hidup setempat yang mengakar dari hubungan kekerabatan yang menempati ruang tertentu, saling
berinteraksi, diikat oleh identitas budaya, dan memiliki struktur sosial yang spesifik. Sehingga suatu
kemunitas biasanya dicirikan oleh tiga karakter (menurut Koentjaraningrat disebut sebagai syarat), yaitu :
pertama, menempati suatu wilayah tertentu di muka bumi ; kedua, perasaan bangga dan cinta kepada
wilayah ; dan ketiga perasaan kesatuan yang mengandung unsur-unsur rasa kepribadian kelompok (ciri-ciri
kebudayaan atau cara hidup). Sedangkan masyarakat merupakan sekumpulan orang (tidak mesti ada ikatan
pertalian darah dan ikatan sejarah asal-usul) yang menempati suatu wilayah tertentu dalam waktu yang
relatif lama, saling berinteraksi, membangun identitas kolektif untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu.
15
komunitas adat merasa mempunyai hak dalam mengakses sumberdaya yang
2003) bahwa hal ini merupakan salah satu penyebab dari tingginya
teritori desa lainnya tetap akan memiliki alasan yang kuat untuk mengakses
3.4 Contoh hutan adat yang diberikan pengkuan dan penetapan sebagai
hutan adat adalah Hutan Adat Rantau. Proses penetapan hutan adat Rantau
panjang dan keterlibatan berbagai pihak mulai dari pemerintah, LSM maupun
16
2016, pemerintah secara resmi memberikan pengakuan dan penetapan hutan
adat di Istana Negara, dan salah satu hutan adat yang ditetapkan adalah Hutan
Adat Depati Kara Jayo Tuo Desa Rantau Kermas dengan luas 130 Ha. Hutan
adat Rantau Kermas memiliki banyak potensi baik dalam bidang ekowisata,
masyarakat adat. Hutan adat yang lekat dengan masyarakat adatnya dalam
Aturan-aturan adat berupa kearifan lokal ini merupakan sarana dan pedoman
masyarakat adat dengan aturan adat yang masih bertahan dan berjalan dengan
adat guna menjaga kelestarian hutan adat. Patroli hutan adat dilakukan
sebulan sekali secara rutin untuk melindungi hutan dari ancaman dan
17
yang berada di desa lainnya dalam wilayah adat serampas. Pada tahun 2019,
Hutan Adat Depati Kara Jayo Tuo Desa Rantau Kermas memperoleh
diterima bukan tanpa alasan, mengingat proses yang cukup panjang, mulai
dan sekarang mulailah terbuka kesadaran masyarakat secara lebih luas. Jika
diterima.
Pusat Studi Agraria yang sebelumnya pada tahun 2019 juga telah
wilayah adat Serampas kepada masyarakat adat baik dari Desa Rantau
hutan adat.
18
3.5 Konservasi Alam dan Kearifak Lokal Hukum Adat
Apabila seluruh ketentuan aturan hukum adat yang mengatur hutan adat
dalam kawasan Hutan Adat Guguk tersebut yaitu siapa yang melakukan
penebangan liar dengan maksud untuk menjual kayu hasil tebangan tersebut
di dalam kawasan hutan adat atau menebang hutan adat untuk membuat humo
beras 100 gantang, kelapa 100 buah serta selemak semanisnya, atau denda
Rp. 3.000.000 dan kayu serta alat penebangan disita untuk desa. Sedangkan
sanksi bagi yang mengambil hasil hutan adat tanpa izin dikenai sanksi denda
maka pelaku pelanggaran akan diajukan ke hukum negara oleh Kepala Desa,
BPD dan Lembaga Adat setelah mendapat laporan dan masukan dari
Kelompok Pengelola Hutan Adat. Sanksi adat yang berlaku dan ditetapkan
5
Gary L. Chamberlain, Troubled Waters, Religion, Ethics and The Global Water Crisis (New York: Rowman &
Littlefield Publishers, 2008), 4. 59Abu >Daw>ud,> S u n a n A b i >D a w> u d, 300. 60al-Bukhar>i,> S a} h
i}h> }a l - B u k h a r>i,> 94. al-Qazwayni,> Sunan I b n M aj>a h , 119. 61Analogi perbandingan ini merupakan
bentuk Qiyas dari ayat alQur’an dan hadis tentang pencemaran lingkungan. Haneef, “Principles of
Environmental Law in Islam”, 241-254. 62Piagam Kesepakatan Pemeliharaan dan Pengelolaan Hutan Adat
Desa Guguk.
19
dalam hutan adat Guguk merupakan hukum adat daerah Jambi yang telah
berlaku umum sejak lama dan tidak berubah. Dalam hal ini sanksi adat lebih
kepada materi. Ini disebabkan oleh nilai-nilai yang terkandung dalam adat itu
Pelanggaran tersebut terbagi menjadi tiga, yaitu berat, sedang dan ringan.
Pelanggaran berat dikenai sanksi adat berupa 1 ekor kerbau, beras 100
bentuk aturan berupa perbuatan atau larangan yang harus dipatuhi oleh
masyarakat dan memiliki kekuatan hukum yang jelas berupa sanksi bagi yang
20
dikucilkan dari pergaulan sosial bahkan dapat diusir dari desa oleh
masyarakat Guguk. Oleh karena itu, hukum adat tertulis hutan adat Guguk
termasuk ke dalam kategori ‘urf ‘amali> (perbuatan). Dalam hal ini sanksi
yang terdapat dalam hukum adat Hutan Adat Guguk telah ada sebelum
datangnya nash. Secara substansi pun tidak bertentangan dengan nash. Secara
umum aturan hukum adat tertulis yang terdapat dalam Piagam Hutan Adat
Guguk merupakan adat yang terbentuk setelah datangnya nash, namun tidak
dan berdasarkan nilai dan prinsip ajaran Islam mengenai konservasi alam
lingkungan. Oleh karena itu, hutan adat beserta hukum adat yang terdapat di
dalamnya dapat menjadi dalil sumber hukum. Dalam hutan adat, sanksi adat
bagi yang melanggar hukum adat mengenai hutan adat dikenakan sanksi
materi dan sosial. Apabila sanksi materi tidak dibayar, maka akan berlaku
sanksi sosial yaitu dikucilkan dari pergaulan dan diusir dari kampung. Ini
secara substansial sesuai dengan hukuman menurut Islam dan negara yaitu di
hukuman adat yang telah ada dan berlangsung lama sejak zaman nenek
hukuman dari badan atau tubuh manusia kepada hewan seperti kerbau dan
kambing serta benda seperti beras dan kelapa. Hewan yang dibolehkan
sebagai pengganti pun hanya hewan ternak yang halal dan tidak langka.
21
Begitu pula benda yang digunakan sebagai pembayaran denda sanksi adat
Pada prinsipnya hal ini sesuai dengan semangat kurban dan zakat dalam
dalam hukum Islam. Semangat yang diambil adalah tebusan materi dan
masalah bukan permusuhan. Hal ini sesuai dengan semangat ajaran Islam
pembalasan dan perpecahan. Terlepas dari semua itu, ancaman hukuman yang
sangat berat terhadap orang yang merusak lingkungan baik menurut agama
terjadi. Namun faktanya tidak demikian. Hukum agama dan negara tersebut
6
Al-Baqarah : 109, Al-Nahl : 90, Syahrizal Abbas, Mediasi dalam Perspektif Hukum Syariah, Hukum Adat dan
Hukum Nasional (Jakarta: Kencana, 2009), 235. Lembaga Adat Propinsi Jambi, Pokok-Pokok Adat Pucuk Jambi
Sembilan Lurah Jilid II Hukum Adat Jambi (Jambi: tpn. 2003), 5. Wawancara dengan Bapak Musri Nauly, salah
satu ahli pakar hukum adat Jambi, di Jambi pada tanggal 23 Mei 2012.
22
teguh oleh masyarakat7.
7
Wawancara dengan Bapak Muslim, salah satu tokoh agama Desa Guguk di Desa Guguk pada tanggal 5 Mei
2012. Lembaga Adat Propinsi Jambi, Pokok-Pokok Adat Pucuk Jambi Sembilan Lurah Jilid II Hukum Adat
Jambi, 5. Al-Shat>i}bi,> Al - M u w a f>a q at> fi >U s u} l> a l - A h k} a m> (Kairo: Maktabah wa Matba’ah
Muha}mmad ‘Ali >Sabih>, 1970), 297. M. Khalid Masud, Shatibi’s Philosophy of Islamic Law (Islamabad:
Islamic Research Institute, 1995), 216. al-Shat>i}bi,> Al - M u w a f>a q at> , 284. 69Soekanto, Kedudukan, 72.
Tolib Setiady, Intisari Hukum Adat Indonesia (Bandung: Alfabeta, 2009)
23
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
oleh masyarakat lokal yang dinilai lebih arif dan mendorong kelestarian hutan
dalam arti terpelihara dan termanfaatkan. Dapat juga kita simpulakan manusia
tidak akan bisa hidup jika suatu hutan telah rusak atau tercemar, karena jika
suatu hutan telah rusak dan tercemar maka dapat dipastiakan akan banyak
sekali kerugian yang akan di daptkan karna dari jaman dulu manusia dan
4.2 Saran
terkait kesadaran hutan saat ini. Kenapa harus ada kesadaran akan pentingnya
24
DAFTAR PUSTAKA
http://psa.ipb.ac.id/hutan-adat-sebagai-model-pengelolaan-kolaboratif-
sumberdaya-alam-di-serampas-jambi/
25
Nurhayati, F. (2020). Jambi, Provinsi Pemilik SK Hutan Adat Terbanyak. Diakses
https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2020/12/13/jambi-provinsi-
pemilik-sk-hutan-adat-terbanyak
https://warsi.or.id/id/hutan-adat/
26