Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH

PPKN

UNIVERSITAS NEGERI MANADO

DISUSUN OLEH :

REVILDO MUNDUNG
18206009
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT hingga saat ini masih memberikan nafas
kehidupan dan anugerah akal, sehingga saya dapat menyelesaikan pembuatan makalah ini
dengan judul “Implementasi Makna Semboyan Bhineka Tunggal Ika” tepat pada waktunya.
Terimakasih pula kepada semua pihak yang telah ikut membantu hingga dapat disusunnya
makalah ini. 

Makalah sederhana ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Pendidikan
Kewarganegaraan. Dalam makalah ini membahas tentang pengertian hak, pengertian
kewajiban, pengertian warga negara, asas kewarganegaraan dan hak kewajiban warga Negara
berdasarkan UUD 1945. Akhirnya saya sampaikan terima kasih atas perhatiannya terhadap
makalah ini, dan penulis berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi diri saya sendiri dan
khususnya pembaca pada umumnya. 

Akhirnya, tidak ada manusia yang luput dari kesalahan dan kekurangan. Dengan segala
kerendahan hati, saran-saran dan kritik yang sifatnya membangun sangat saya harapkan dari
para pembaca guna peningkatan kualitas makalah ini dan makalah-makalah lainnya pada waktu
mendatang.

Tondano, 25 june 2019

penyusun
DAFTAR ISI

Kata Pengantar …………….…………..………………………..........................................................……………i

Daftar Isi …………………………………………………………………............................................................…..ii

Bab I :

A) Pendahuluan ………………………………………............................................….……………………1

B) Tujuan Penulisan ………………………………..........................................…….…………………….1

C) Rumusan Masalah …………………….……………………........................................……………...2

D) Sistematika Penulisan ……………….…………….......................................…………………….…2

Bab II : Pembahasan

A) Pengertian Hak, Kewajiban dan Warga Negara ……..……………...............................................3

1) Pengertian Hak ………………..…………...………………..........................................….....……..…3

2) Pengertian Kewajiban …….…………..…....……....................................……………....…..….…3

3) Pengertian Warga Negar ……..…………...………........................................………….…….….3

B) Asas Kewarganegaraan …....……………………..…………….....................................….….……4

C) Hak dan Kewajiban WNRI berdasarkan UUD 1945...................................................4

B) konstitusi …………........................................................................................................…..…...….6

Bab III : Penutup

A) Kesimpulan ….……………………………………............................................……………………....8

B) Saran ……..…………………………………..............................................………………….…………..9

Daftar pustaka ………………………………...................................................…………….……………………….9


A. LATAR BELAKANG

Ada sebagian masyarakat yang merasa dirinya tidak tersentuh oleh pemerintah. Dalam

artian pemerintah tidak membantu untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-harinya, tidak

memperdulikan pendidikan dirinya dan keluraganya, tidak mengobati penyakit yang dideritanya

dan lain sebagainya yang menggambarkan seakan-akan pemerintah tidak melihat penderitaan

yang dirasakan mereka. Dengan demikian mereka menanyakan hak-hak mereka, akankah hak-

hak mereka diabaikan begitu saja, atau jangan-jangan hal semacam itu memang bukan hak

mereka? kalau memang bantuan pemerintah kepada mereka itu adalah hak yang harus

diterima mereka mengapa bantuan itu belum juga datang?

Selain mereka yang merasa hak-haknya sebagai warga negara belum didapat, ada juga

orang-orang yang benar-benar hak mereka sebagai warga negara telah didapat, akan tetapi

mereka tidak mau menunaikan kewajibannya sebagai warga negara. Mereka tidak mau

membela negaranya diakala hak-hak negeri ini dirampas oleh negara sebrang, mereka tidak

mau tahu dikala hak paten seni-seni kebudayaan Indonesia dibajak dan diakui oleh negara lain,

dan bahkan mereka mengambil dan mencuri hak-hak rakyat jelata demi kepentingan perutnya

sendiri.

Sungguh masih banyak sekali fenoma-fenoma yang menimpa negeri ini. akankan ini

terjadi karena kekurang pahaman masyarakat tentang Hak dan Kewajibannya sebagai warga
negara? Atau mereka paham tentang itu, akan tetapi karena memang hawa nafsu Syaithoniyah-

nya telah menguasai akal pikirannya sehingga tertutup kebaikan di dalam jiwanya.

B. TUJUAN PENULISAN

Adapun tujuan penulisan Makalah ini adalah:

1. Untuk mempelajari tentang Hak dan Kewajiban Warga Negara Sebagai Anggota

Masyarakat.

2. Untuk memberikan pengetahuan kepada para pembaca tentang Hak dan Kewajiban

WNRI berdasarkan UUD 1945.

3. Untuk memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan.

C. RUMUSAN MASALAH

Adapun yang kami jelaskan di sini rumusan masalahnya sebagai berikut:

1. Apa pengertian hak, kewajiban dan warga negara?

2. Siapa saja yang bisa dikatakan sebagai warga negara Indonesia?

3. Apa hak dan kewajiban warga negara sebagai anggota masyarakat?

4. Pasal berapa pada UUD 1945 yang membahas tentang hak dan kewajiban Warga

Negara?
D. SISTEMATIKA PENULISAN

Makalah ini disusun dengan sistematika pembahasan yang meliputi:

BAB I : PENDAHULUAN Menyajikan latar belakang masalah, Tujuan penulisan, rumusan masalah

dan sistematika penulisan;

BAB II : PEMBAHASAN Membahas tentang Hak dan Kewajiban Warga Negara Sebagai Anggota

Masyarakat yang meliputi: Pengertian Hak, Pengertian Kewajiban, Pengertian Warga Negara,

Asas Kewarganegaraan, Hak dan Kewajiban Warga Negara Republik Indonesia berdasarkan UUD

1945.

BAB III : PENUTUP menyajikan kesimpulan dan saran.


HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA

SEBAGAI ANGGOTA MASYARAKAT

B. PENGERTIAN HAK, KEWAJIBAN DAN WARGA NEGARA

1) Pengertian Hak

Hak adalah Sesuatu yang mutlak menjadi milik kita dan penggunaannya tergantung

kepada kita sendiri. Contohnya: hak mendapatkan pengajaran, hak mendapatkan nilai dari guru

dan sebagainya. Adapun Prof. Dr. Notonagoro mendefinisikannya sebagai berikut: “Hak adalah

kuasa untuk menerima atau melakukan suatu yang semestinya diterima atau dilakukan melulu

oleh pihak tertentu dan tidak dapat oleh pihak lain manapun juga yang pada prinsipnya dapat

dituntut secara paksa olehnya.

2) Pengertian Kewajiban

Wajib adalah beban untuk memberikan sesuatu yang semestinya dibiarkan atau diberikan

melulu oleh pihak tertentu tidak dapat oleh pihak lain manapun yang pada prinsipnya dapat

dituntut secara paksa oleh yang berkepentingan (Prof. Dr. Notonagoro). Sedangkan Kewajiban

adalah Sesuatu yang harus dilakukan dengan penuh rasa tanggung jawab. Contohnya :

melaksanakan tata tertib di sekolah, membayar SPP atau melaksanakan tugas yang diberikan

guru dengan sebaik-baiknya dan sebagainya.

3) Pengertian Warga Negara


Warga Negara adalah penduduk yang sepenuhnya dapat diatur oleh Pemerintah Negara

tersebut dan mengakui Pemerintahnya sendiri. Adapun pengertian penduduk menurut Kansil

adalah mereka yang telah memenuhi syarat-syarat tertentu yang ditetapkan oleh peraturan

negara yang bersangkutan, diperkenankan mempunyai tempat tinggal pokok (domisili) dalam

wilayah negara itu.

B. ASAS KEWARGANEGARAAN

Adapun untuk menentukan siapa-siapa yang menjadi warga negara, digunakan 2

kriterium, yaitu:

1. Kriterium kelahiran. Berdasarkan kriterium ini, masih dibedakan lagi menjadi 2, yaitu:

a) Kriterium kelahiran menurut asas keibubapaan atau disebut pula Ius Sanguinis. Di dalam

asas ini, seseorang memperoleh kewarganegaraan suatu negara berdasarkan asas

kewarganegaraan orang tuanya, di manapun ia dilahirkan.

b) Kriterium kelahiran menurut asas tempat kelahiran atau Ius Soli. Di dalam asas ini,

seseorang memperoleh kewarganeraannya berdasarkan negara tempat di mana dia

dilahirkan, meskipun orang tuanya bukan warga negara dari negara tersebut.

Kedua prinsip kewarganegaraan ini digunakan secara bersama dengan mengutamakan

salah satu, tetapi tanpa meniadakan yang satu. Konflik antara Ius Soli dan Ius Sanguinis akan

menyebabkan terjadinya kewarganegaraan rangkap (bi-patride) atau tidak mempunya

kewarganegaraan sama sekali (a-patride). Berhubungan dengan itu, maka untuk menentukan
kewarga negaraan seseorang digunakan 2 stelsel kewarganegaraan (di samping kedua asas di

atas), yaitu stelsel aktif dan stelsel pasif. Pelaksanaan kedua stelselo ini kita bedakan dalam:

- Hak Opsi : ialah hak untuk memiliki kewarganegaraan (pelaksanaan stelsel aktif);

- Hak Reputasi : ialah hak untuk menolak kewarganegaraan (pelaksana stelsel pasif).

2. Naturalisasi atau pewarganegaraan, adalah suatu proses hukum yang menyebabkan

seseorang dengan syarat-syarat tertentu mempunyai kewarganeraan negara lain.Di

indonesia, siapa-siapa yang menjadi warga negara telah disebutkan di dalam pasal 26 UUD

1945, yaitu:

(1) Yang menjadi warga negara ialah orang-orang bangsa Indonesia asli dan orang-orang

bangsa lain yang disahkan dengan undang-undang sebagai warga negara.

(2) Syarat-syarat mengenai kewarganeraan ditetapkan dengan undang-undang.

a) Pelaksanaan selanjutnya dari pasal 26 UUD 1945 ini diatur dalam UU nomor 62 Tahun

1958 tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia, yang pasal 1-nya menyebutkan;

Warga Negara Republik Indonesia adalah:

a. Orang-orang yang berdasarkan perundang-undangan dan/atau perjanjian-

perjanjian dan/atau peraturan-peraturan yang berlaku sejak Proklamasi 17

Agustus 1945 sudah warga negara Republik Indonesia.

b. Orang yang pada waktu lahirnya mempunyai hubungan hukum kekeluargaan

dengan ayahnya, seorang warga negara RI, dengan pengertian bahwa

kewarganegaraan karena RI tersebut dimulai sejak adanya hubungan hukum


kekeluargaan ini diadakan sebelum orang itu berumur 18 tahun, atau sebelum ia

kawin pada usia di bawah umur 18 tahun.

c. Anak yang lahir dalam 300 hari setelah ayahnya meninggal dunia, apabila ayah itu

pada waktu meninggal dunia warga negara RI.

d. Orang yang pada waktu lahirnya ibunya warga negara RI, apabila ia pada waktu itu

tidak mempunyai hubungan hukum kekeluargaan dengan ayahnya.

e. Orang yang pada waktu lahirnya ibunya warga negara RI, jika ayahnya tidak

mempunyai kewarganegaraan atau selama tidak diketahui kewarganegaraan

ayahnya.

f. Orang yang lahir di dalam wilayah RI selama kedua orang tuanya tidak diketahui.

g. Seseorang yang diketemukan di dalam wilayah RI selama tidak diketahui kedua

orang tuanya.

h. Orang yang lahir di dalam wilayah RI, jika kedua orang tuanya tidak mempunyai

kewarganegaraan atau selama kewarganegaraan kedua orang tuanya tidak

diketahui.

i. Orang yang lahir di dalam wilayah RI yang pada waktu lahirnya tidak mendapat

kewarganegaraan ayah atau ibunya itu.

j. Orang yang memperoleh kewarganegaraan RI menurut aturan undang-undang ini.

Selanjutnya di dalam Penjelasan Umum UU No. 62 Tahun 1958 ini dikatakan bahwa

kewarganegaraan RI diperoleh:

a) Karena kelahiran;
b) Karena pengangkatan;

c) Karena dikabulkan permohonan;

d) Karena pewarganegaraan;

e) Karena atau sebagai akibat dari perkawinan;

f) Karena turut ayah/ibunya;

g) Karena pernyataan.

Selanjutnya di dalam Penjelasan Pasal 1 UU Nomor 62 Tahun ini disebutkan: b, c, d, dan

e.

Sudah selayaknya keturunan warga negara RI adalah WNI. Sebagaimana telah

diterangkan di atas dalam bab I huruf a yang menentukan status anak ialah ayahnya.

Apabila tidak ada hubungan hukum kekeluargaan dengan ayahnya atau apabila ayahnya

tidak mempunyai kewarganegaraan ataupun (selama) tidak diketahui

kewarganegaraannya, maka barulah ibunya yang menentukan status anak itu.

Hubungan hukum kekeluargaan antara ibu dan anak selalu mengadakan hukum secara

yuridis. Anak baru turut kewarganegaraan ayahnya, setelah ayah itu mengadakan

hubungan hukum kekeluargaan dan apabila hubungan hukum itu baru diadakan setelah

anak itu menjadi dewasa, maka ia tidak turut kewarganegaraan ayahnya.


Menjalankan ius soli supaya orang-orang yang lahir di Indonesia tidak ada yang tanpa

kewarganegaraan.

C. HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERDASARKAN UUD 1945

- Menurut pasal 26 ayat (2) UUD 1945, Penduduk adalah warga negara Indonesia dan orang

asing yang bertempat tinggal di Indonesia.

- Bukan Penduduk, adalah orang-orang asing yang tinggal dalam negara bersifat sementara

sesuai dengan visa.

- Istilah Kewarganegaraan (citizenship) memiliki arti keanggotaan yang menunjukkan

hubungan atau ikatan antara negara dengan warga negara, atau segala hal yang

berhubungan dengan warga negara. Pengertian kewarganegaraan dapat dibedakan dalam

arti :

1) Yuridis dan Sosiologis

2) Formil dan Materiil.

Hak Warga Negara Indonesia :

- Hak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak : “Tiap warga negara berhak atas pekerjaan

dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan” (pasal 27 ayat 2).


- Hak untuk hidup dan mempertahankan kehidupan: “setiap orang berhak untuk hidup serta

berhak mempertahankan hidup dan kehidupannya.”(pasal 28A).

- Hak untuk membentuk keluarga dan melanjutkan keturunan melalui perkawinan yang sah

(pasal 28B ayat 1).

- Hak atas kelangsungan hidup. “Setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh, dan

Berkembang”

- Hak untuk mengembangkan diri dan melalui pemenuhan kebutuhan dasarnya dan berhak

mendapat pendidikan, ilmu pengetahuan dan teknologi, seni dan budaya demi

meningkatkan kualitas hidupnya demi kesejahteraan hidup manusia. (pasal 28C ayat 1)

- Hak untuk memajukan dirinya dalam memperjuangkan haknya secara kolektif untuk

membangun masyarakat, bangsa, dan negaranya. (pasal 28C ayat 2).

- Hak atas pengakuan, jaminan, perlindungan, dan kepastian hukum yang adil serta perlakuan

yang sama di depan hukum.(pasal 28D ayat 1).

- Hak untuk mempunyai hak milik pribadi Hak untuk hidup, hak untuk tidak disiksa, hak

kemerdekaan pikiran dan hati nurani,hak beragama, hak untuk tidak diperbudak, hak untuk

diakui sebagai pribadi di hadapan hukum, dan hak untuk tidak dituntut atas dasar hukum

yang berlaku surut adalah hak asasi manusia yang tidak dapat dikurangi dalam keadaan

apapun. (pasal 28I ayat 1).


Kewajiban Warga Negara Indonesia :

- Wajib menaati hukum dan pemerintahan. Pasal 27 ayat (1) UUD 1945 berbunyi : segala

warga negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan pemerintahan dan wajib

menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya.

- Wajib ikut serta dalam upaya pembelaan negara. Pasal 27 ayat (3) UUD 1945

- menyatakan : setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya pembelaan

negara”.

- Wajib menghormati hak asasi manusia orang lain. Pasal 28J ayat 1 mengatakan :

- Setiap orang wajib menghormati hak asai manusia orang lain

- Wajib tunduk kepada pembatasan yang ditetapkan dengan undang-undang. Pasal 28J

ayat 2 menyatakan : “Dalam menjalankan hak dan kebebasannya,setiap orang wajib

tunduk kepada pembatasan yang ditetapkan dengan undang-undang dengan maksud

untuk menjamin pengakuan serta penghormatan atas hak kebebasan orang lain dan

untuk memenuhi tuntutan yang adil sesuai dengan pertimbangan moral, nilai-nilai

agama, keamanan, dan ketertiban umum dalam suatu masyarakat demokratis.”

- Wajib ikut serta dalam usaha pertahanan dan keamanan negara. Pasal 30 ayat (1) UUD

1945. menyatakan: “tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha

pertahanan dan keamanan negara.”


1. Nasionalisme, Modernisme, dan Globalisasi
Bagaimana perkembangan nasionalisme kontemporer di Indonesia? Agak sulit memberikan peta yang

pasti dan akurat. Harus diakui, terdapat semacam kelangkaan studi tentang nasionalisme di Indonesia

dalam dasawarsa terakhir. Masih langkanya studi tentang subyek ini mengisyaratkan bahwa umumnya

para ahli tentang Asia Tenggara agaknya menganggap nasionalisme bukan lagi isu penting bagi kawasan

ini. Hal ini sekaligus mengindikasikan bahwa gejolak dan gemuruh nasionalisme yang begitu menyala-

nyala sejak awal abad 20 sampai akhir dekade 1960-an, kini semakin menyurut di Asia Tenggara.

Memang, dalam beberapa dasawarsa terakhir, salah satu isu sentral di kawasan ini adalah modernisasi

dan industrialisasi atau pembangunan, khususnya di Indonesia. Namun, sejauhmana dampak atau

pengaruh modernisasi terhadap nasionalisme?

Modernisasi dan industrialisasi kelihatannya merupakan salah satu faktor penting yang bertanggung

jawab bagi menyurutnya nasionalisme di Indonesia. Namun, bertolak belakang dengan argumen

Fukuyama tadi, ideologi modernisasi dan developmentalism, secara de facto, menggantikan

nasionalisme (politik) yang menjadi ideologi dominan di kawasan ini sebelum tahun 1970-an. Kebutuhan

dan pertimbangan-pertimbangan pragmatis untuk mencapai tingkat pertumbuhan ekonomi yang

direncanakan seolah memaksa Indonesia dan banyak negara berkembang lainnya mengorbankan

sentimen nasionalisme mereka vis-à-vis kekuatan-kekuatan dominan internasional. Dengan meminjam

teori "ketergantungan" (dependency theory), kita melihat Indonesia dan banyak negara yang termasuk

ke dalam Dunia Ketiga-atau lebih baik, negara-negara tengah berkembang (developing countries)-

terseret ke dalam orbit kapitalisme internasional.

Gejala ini kian menguat dengan meningkatnya globalisasi sejak 1980-an. Bermula dengan globalisasi

pasar dan ekonomi yang berintikan liberalisasi pasar dan ekonomi, globalisasi juga dengan segera

mengimbas ke dalam bidang politik, sosial, budaya dan seterusnya. Dalam bidang politik, globalisasi

berarti liberalisasi politik yang memunculkan gelombang-gelombang demokrasi, yang pada akhirnya
membuat berakhirnya negara-negara dengan rejim-rejim otoriter. Dan Indonesia pun mengalami

liberalisasi politik ini sejak 1998.

Pada saat yang sama, secara kontradiktif globalisasi yang mendorong terjadinya liberalisasi politik, juga

memunculkan nasionalisme etnis (ethnic nationalism) dan bahkan tribalism yang bernyala-nyala,

sebagaimana bisa dilihat pada kasus negara-negara bekas Uni Soviet, dan Yugoslavia sampai sekarang

ini. Indonesia-dalam krisis ekonomi dan politik 1998 dan seterusnya-bahkan juga sempat dicemaskan

banyak pengamat asing sebagai segera mengalami proses Balkanisasi, persisnya disintegrasi. Tetapi,

prediksi itu tidak terbukti; dan, sebaliknya, negara-bangsa Indonesia tetap bertahan hingga kini.

Dengan bertahannya negara-bangsa Indonesia, nasionalisme juga jelas tidak sepenuhnya berakhir di

Indonesia. Bahkan, dengan modernisasi dan developmentalism-seperti dikemukakan di atas-kita melihat

terjadinya transisi atau pergeseran bentuk-bentuk nasionalisme. Nasionalisme politik-kecuali dalam

bentuk kedaulatan dan keutuhan wilayah-memang terlihat semakin menyurut, apalagi dengan

berakhirnya perang dingin. Dalam konteks itu, kita melihat lenyap atau semakin berkurangnya konflik-

konflik yang berakar dari nasionalisme politik di Indonesia.

Sekali lagi, di tengah arus globalisasi, nasionalisme ekonomi dan kultural kelihatan menemukan

momentum baru. Modernisasi dan industrialisasi yang berlangsung dalam ukuran relatif cepat dan

berdampak luas mengakibatkan Indonesia dan negara-negara berkembang umumnya harus menemukan

dan mempertahankan pasar untuk produk-produk industri ekonomi, khususnya di negara-negara maju.

Di sini nasionalisme ekonomi Indonesia dan negara-negara berkembang harus berhadapan dengan

proteksionisme negara-negara maju, khususnya Amerika Serikat dan Eropa Barat.

Runtuhnya Nasionalisme ?

Yang merupakan norma, sejarah adalah polietnisitas, bukan kesatuan nasional.

Konsekuensinya adalah kembalinya hirarki piietnik, agar bisa memenuhi kembali kebutuhan mendesak

untuk mendapatkan pasokan tenaga kerja terampil.


Masyarakat Konsumen

Yang merupakan maksudnya adalah penggabungan sastra nasional tersebut, bukan pemudarannya

sebagai sekedar barang antik pro-ilmiah. Artinya, kerangka teknologi informasi komputer dan realitas

maya yang diciptakannya harus dibungkus dengan darah dan daging budaya-budaya yag selalu ada, atau

dengan kata lain, dengan motif dan unsur yang dipilih (kepingan dan tambahan) darii budaya tersebut,

digabungkan dalam suatu satir yang lucu dan sinis, dan makna – maknanya yang asli disesuaikan dengan

massa kini yang sukar dipahami .

Internasionalisme Nasionalisme

Fakta bahwa versi budaya global yang ilmiah maupun ekiektik sama-sama tidak begitu mempunyai

gaung dan daya tahan populer memperlihatkan bahwa kondisi yang diperlukan bagi terjadinya

penggantian pasca-modern terhadap nasionalisme belum juga terwujudkan dan juga bahwa globalisasi

tidak sedikitpun mengarah pada penggantian nasionalisme.

Dalam zaman pasca-modern, hasilnya adalah terbentuknya lapisan politik yang terdiri dari tiga tingkatan

: tingkat etnik lokal, regional, jender atau ekologi ; tingkat negara nasional; dan akhirnya tingkat

supranasional yang mencakup komunitas kontinenta ! (Sebagian menyebutnya komunitas Global)

(Giddens 1991).

Sungguh paradoksikal bahwa sebenarnya efek proses globalisasi yang paling besar adalah pada negara

nasional tingkatan menengah. Tetapi, sekali lagi, dua kekuatan besar globalisasi, yakni interdependensi

ekonomi akibat dari operasi perusahaan- perusahaan transnasional dan komunikasi massa yang

diakibatkan karena diperkenalkannya teknologi informasi dan digital, hanya akan mempercepat dan

memperluas tren politik yang sudah ada.


Kita dapat menyebut tren ini sebagai internasionalisasi nasionalisme. Terdapat tiga bentuk. Pertama-

tama nasionalisme dan doktrin penetuan diri nasional telah tertanam sebagai prinsip dasar dalam

piagam persatuan Bangsa-Bangsa dan dalam berbagai konvensi serta kesepakatan , juga berulang kali

disebut – disebut dalam segala macam perselisihan dan krisis. Dalam malisasi ’ bangsa-bangsa dan

nasionalisme, baik sebagai ideologi aktor-aktor kolektif yang telah menjadi biasa dan sepadan (lihat

Mayali 1990)

Kedua, gerakan nasionalis selalu melihat kepedahuluannya jauh atau dekat, untuk mendapatkan strategi

taktik. Efek demonstrasi nasionalisme tentu saja sangat dibantu oleh komunikasi massa aliansi politik,

interdependensi ekonomi Tetapi semua itu hanya membesarkan pesan nasionalis yang mendasar.

Dalam masyarakat nasionalisme juga berperan, tapai berperannya nasionalisme dalam masyarakat

bukan sebagai satu paham yang harus mempertahankan kedaulatan sebuah negara dengan cara

mewujudkan suatu konsep, melainkan terciptanya sifat-sifat dalam masyarakat tersebut sehingga

terwujudnya suatu konsep dalam negara, yang pada akhirnya menajadi nasionalisme sifat- sifat yang

tertanam pada masyarakat tersebut sebagai berikut :

Berbuat kebaikan

Kebajikan dapat diartikan kebaikan, sesuatu yang mendatangkan kebaikan keselamatan, keuntungan,

dan kebahagiaan. Kebaikan adalah realisasi dari cita-cita atau apa yang dicita-citakan. Kebaikan

bersumber pada unsur budaya – budaya, yaitu karsa.Berbuat baik berarti kebaikan berbuat buruk

berarti kesengsaraan, tidak bahagia.

Kebaikan itu datang dari manusia itu sendiri ini memang benar karena manusia itu mahluk sosial yang

mempunyai kebutuhan dan kebutuhan itu terpenuhi karena mereka hidup bermasyarakat. Kekuasan itu
adalah kekuasan Tuhan.

Jadi kebajikan itu ada (Dua) sumbernya yaitu kebajikan manusia dan kebajikan Tuhan. Kebajikan

manusia adalah kebajikan karena usaha atau perjuangan manusia, baik kebajikan Tuhan adalah karunia

Tuhan. Manusia adalah sekedar lataran saja yang menentukan adalah Tuhan.

Bertanggung Jawab

Konsep tanggung jawab muncul berkenaan dengan pemenuhan kewajiban secara wajar atau seharusnya

sesuai dengan norma kehidupan, ini disebut “tanggung jawab positif” yang bersifat ideal dan sempurna

(ideal or complete responsibility). Ideal artinya menajadi idaman kehidupan manusia, sempurna artinya

tidak ada cacat atau kekurangannya. Tanggung jawab positif lazim disebut “tanggung jawab”saja

(responsbility). Memenuhi kewajiban sesuai dengan norma kehidupan sesuai kehidupan disebut

tanggung jawab (responsbility), hal ini adalah wajar.

Pemenuhan kewajiban tidak wajar atau tidak sesuai dengan norma kehidupan, ini disebut “ tanggung

jawab negatif” bersifat tidak sempurna (Incomplete responsbility). Tidak sempurna artinya ada

kekurangannya, ada cacatnya, bahkan tidak ada pemenuhan sama sekali. Tanggung jawab negative

lazim disebut “tidak bertanggung jawab” (Unresponsibility). Tidak sesuai dengan norma kehidupan

artinya dipenuh, tetapi kurang; atau dipenuhi, tetapi keliru; atau dipenuhi tetapi cacat; atau tidak

dipenuhi sama sekali, hal ini adalah tidak wajar

Memelihara keindahan dan estetika

Keindahan berasal dari kata dasar “indah”, yang dapat diartikan bagus, cantik, molek, elok, dan permai,

yaitu sifat yang menyenangkan, mengembirakan, menarik perhatian, dan berupa benda, ciptaan,

perbuatan, atau keadaan. Melalui pancaindera unsur rasa dalam diri manusia berkomunikasi itu
merupakan penilaian atau penanggapan itu disebut nilai.

“Keindahan “ merupakan konsep abstrak yang tidak mempunyai arti apa-apa karena tidak dihubungkan

dengan suatu bentuk.

Konsep Kasih Sayang

Kasih sayang merupakan konsep yang mengandung arti psikologis yang dalam. Mungkin baru dapat

dipahami makna yang jelas apabila konsep tersebut sudah diwujudkan dalam bentuk sikap, tingkah laku,

dan perbuatan manusia terhadap manusia yang lainnya, atau terhadap alam lingkungnya, atau

terhadapTuhan.

Kasih sayang yang dilengkapi dengan tanggung jawab menciptakan keserasian, keseimbangan, dan

kedamaian antara sesama manusia, antara manusia dan alam lingkungan, serta antara manusia dan

Tuhan.

Kasih sayang merupakan kata mejemuk panduan dari (2) istilah ”kasih” dan ”sayang” yang satu sama

lain ada kesamaan makna walaupun bentuk katanya berbeda. Apabila kedua istilah tersebut dipadu

menjadi 1(satu) dalam bentuk majemuk maknanya menjadi lebih berbobot dan pas.

Konsep Keindahan dan Keadilan

Adil adalah sifat perbuatan manusia. Menurut arti katanya, ”Adil” artinya tidak sewenang-wenang

kepada diri sendiri maupun kepada pihak lain itu meliputi anggota masyarkat, alam lingkungan, dan

Tuhan Sang Pencipta. Jadi, konsep adil berlaku kepada diri sendiri sebagai induvidu, dan kepada pihak

lain sebagai anggota masyarakat, alam lingkungan dan Tuhan Sang Pecipta.

Tidak sewenang-wenang dapat berupa keadaan yang :

a. Sama (seimbang), nilai bobot yang tidak berbeda

b. Tidak berat sebelah, perlakuan yang sama, tidak pilih kasih;


c. Wajar, seperti ada adanya, tidak menyimpang, tidak lebih dan tidak kurang

d. Patut /layak, dapat diterima karena sesuai, harmonis, dan Proporsional

e. Perlakuan kepada diri sendiri, sama seperti perlakuan kepada pihak lain dan

sebaliknya.

Dalam konsep adil berlaku tolak ukur yang sama kepada pihak berbuat dan kepada pihak lain terhadap

mana perbuatan ini ditunjukan. Implikasi perlakuan kepada pihak lain. Bagaimana berbuat adil kepada

pihak lain jika kepada diri sendiri saja sudah tidak adil. Konsep adil (tidak sewenang-wenang) baru jelas

bentuknya apabila sudah diwujudkan dalam perbuatan nyata dan nilai yang dihasilkannya atau akibat

yang ditimbulkannya. Situasinya dan kondisi nyata juga ikut menentukan perbuatan manusia.

HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA :

1. Wujud Hubungan Warga Negara dengan Negara Wujud hubungan warga negara dan negara

pada umumnya berupa peranan (role).

2. Hak dan Kewajiban Warga Negara Indonesia Hak kewajiban warga negara Indonesia

tercantum dalam pasal 27 sampai dengan pasal 31 UUD 1945.


BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Hak adalah Sesuatu yang mutlak menjadi milik kita dan penggunaannya tergantung

kepada kita sendiri. Sedangkan Kewajiban adalah Sesuatu yang harus dilakukan dengan penuh

rasa tanggung jawab. Kedua harus menyatu, maksudnya dikala hak-hak kita sebagai warga

negara telah didapatkan, maka kita juga harus menenuaikan kewajiban kita kepada negara

seperti: membela negara, ikut andil dalam mengisi kemerdekaan ini dengan hal-hal yang positif

yang bisa memajukan bangsa ini.

Warga Negara adalah penduduk yang sepenuhnya dapat diatur oleh Pemerintah Negara

tersebut dan mengakui Pemerintahnya sendiri.

Adapun pengertian penduduk menurut Kansil adalah mereka yang telah memenuhi

syarat-syarat tertentu yang ditetapkan oleh peraturan negara yang bersangkutan,

diperkenankan mempunyai tempat tinggal pokok (domisili) dalam wilayah negara itu.

Adapun untuk menentukan siapa-siapa yang menjadi warga negara, digunakan 2

kriterium, yaitu:
1. Kriterium kelahiran. Berdasarkan kriterium ini, masih dibedakan lagi menjadi 2, yaitu:

a) Kriterium kelahiran menurut asas keibubapaan atau disebut pula Ius Sanguinis.

b) Kriterium kelahiran menurut asas tempat kelahiran atau Ius Soli.

2. Naturalisasi atau pewarganegaraan, adalah suatu proses hukum yang menyebabkan

seseorang dengan syarat-syarat tertentu mempunyai kewarganeraan negara lain.

Hak-Hak kita warga negara sebagai anggota masyarakat telah tercantum dalam Undang-

Undang Dasar sebagai berikut:

Pasal 27 (2): Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupannya yang layak bagi

kemanusiaan.

Pasal 30 (1): Tiap-tiap warga negara berhak ikut serta dalam usaha pembelaan negara.

Pasal 31 (1): Tiap-tiap warga negara berhak mendapatkan pengajaran.

Di samping adanya pasal-pasal yang menyebutkan tentang hak-hak warga negara, di Undang-

Undang Dasar juga terdapat di dalamnya tentang kewajiban-kewajiban kita warga negara

sebagai anggota masyarkat, adapun bunyinya sebagai berikut:.

Pasal 27 (1): Segala Warga negara.....wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan

tidak ada kecualinya.

Pasal 30 (1): Tiap-tiap warga negara berhak ikut serta dalam usaha pembelaan negara.

Konstitusi adalah keseluruhan peraturan baik yang tertulis maupun tidak tertulis yang mengatur

secara mengikat cara suatu pemerintahan diselenggarakan dalam suatu masyarakat negara.
Negara dan konstitusi atau UUD adalah dwitunggal yang tidak dapat dipisah-pisahkan dalam

praktik berbangsa dan bernegara sehari-hari. Tanpa konstitusi negara tidak mungkin terbentuk

karena konstitusi merupakan dasar hukum suatu negara. Umumnya konstitusi mempunyai

kedudukan formal yang sama di banyak negara, yaitu sebagai hukum dasar dan hukum

tertinggi.

Negara yang mendasarkan pada konstitusi disebut negara konstitusional (constitutional state).

Agar dapat dikatakan sebagai negara konstitusional, negara tersebut harus menganut gagasan

tentang konstitusionalisme. Dalam gagasan konstitusionalisme, konstitusi sebagai lembaga

mempunyai fungsi khusus untuk menentukan dan membatasi kekuasaan serta menjamin hak

asasi warganegara.

Dalam sejarah Indonesia telah berulang kali berganti konstitusi yaitu UUD 1945 yang berlaku 18

Agustus 1945 sampai 27 Desember 1949, Konstitusi RIS yang berlaku 27 Desember sampai 17

Agustus 1950, UUDS RI Tahun 1950 yang berlaku 17 agustus 1950 sampai 5 Juli 1959, dan UUD

1945 yang berlaku 5 Juli 1959 sampai sekarang. Persepsi setiap bangsa terhadap konstitusi

berbeda-beda. Indonesia menganggap Pembukaan (Preambule) konstitusi merupakan bagian

penting karena berisi pernyataan luhur dan cita-cita bangsa. Namun tidak semua bangsa

berpandangan demikian, karena beberapa konstitusi negara justru tidak memiliki bagian

Pembukaan.

Secara filosofis, konstitusi negara dalam jangka waktu tertentu harus diubah untuk

menyesuaikan diri dengan perkembangan masyarakat. Konstitusi yang tetap akan ketinggalan

jaman dan tidak mampu lagi berfungsi sebagai pedoman bernegara. Dengan amandemen
hakikat UUD 1945 yang asli masih tetap berlaku, hanya ketentuan yang sudah diganti dianggap

tidak berlaku lagi. Dengan adanya amandemen maka konstitusi negara Indonesia menjadi lebih

lengkap.

B. SARAN

Dengan ditulisnya makalah yang menjelaskan tentang Hak dan Kewajiban Warga Negara

Sebagai Anggota Masyarakat ini, semoga kita semua bisa benar-benar memahami tentang apa

yang seharusnya kita dapatkan sebagai warga negara di negeri ini. Sehingga, jika ada hak-hak

yang belum kita dapatkan, kita bisa memperjuangkannya. Begitu juga sebaliknya, jika hak-hak

sebagai warga negara telah kita terima, maka sepatutnya kita menjalankan kewajiban kita
DAFTAR PUTAKA

Drs. H.M. Arifin Noor. ISD (Ilmu Sosial Dasar). Untuk UIN, STAIN, PTAIS Semua Fakultas dan

Jurusan Komponen MKU. Pustaka Setia: Bandung 2007.

Prof. DR. H. Kaelani, M.S. dan Drs. H. Achmad Zubaidi, M.Si. Pendidikan

Kewarganegaraan Untuk Perguruan Tinggi. Penerbit Paradigma:

Yogyakarta 2007.

Priyanto, Supriyo. 2010. Pendidikan Kewarganegaraan : Materi Pokok Perkuliahan MKK di

Perguruan Tinggi. Fasindo: Semarang.

http://www.anneahira.com/negara-dan-konstitusi-indonesia.html. diakses 25 September 2013.

http://www.mesoed-januarserdadumuda.blogspot.com/2012/12/makalahamandemen-uud-

1945.html. diakses 25 September 2013.

http://www.wikipwdia.org/wiki/Konstitusi. diakses 24 September 2013.

http://jakarta45.wordpress.com/
http://riqqa91.blogspot.com/2012/02/fungsi-dan-kedudukan-konstitusi-bagi.html

http://tugaskuliah-ilham.blogspot.com/2011/03/negara-dan-konstitusi.html

http://shantouz-ade.blogspot.com/2010/01/undefined-undefined-makalah-negara dan.html

Anda mungkin juga menyukai