Anda di halaman 1dari 4

Gambaran Tingkat Pengetahuan Ibu Pada Penanganan Pertama Epilepsi Anak

Dosen Pengampu : Ns. Noerma Shovie Rizqiea,M.Kep.

Di Susun Oleh :

Nama : Afny Lutfi Hidayah

NIM : S17002

Kelas : S17A

FAKULTAS ILMU KESEHATAN


UNIVERSITAS KUSUMA HUSADA SURAKARTA
Tahun Ajaran 2019/2020
Nama Mahasiswa : AFNY LUTFI HIDAYAH

NIM : S17002

Topik Penelitian : Gambaran Tingkat Pengetahuan Ibu Pada Penanganan Pertama Epilepsi Anak

Latar Belakang Secara Singkat

Epilepsi menurut World Health Organization (WHO) merupakan gangguan kronik otak yang menunjukkan gejala-gejala berupa
serangan-serangan yang berulang-ulang yang terjadi akibat adanya ketidak normalan kerja sementara sebagian atau seluruh jaringan otak
karena cetusan listrik pada neuron (sel saraf). Defisiensi neurotransmiter eksitatori seperti glutamat menyebabkan aktivitas neuron menjadi
tidak normal. Hal ini yang dapat menimbulkan kelainan motorik, sensorik, otonom atau psikis yang timbul tiba-tiba atau sesaat disebabkan
lepasnya muatan listrik abnormal sel-sel otak (WHO, 2012).
Menurut WHO, sekitar 50 juta orang diseluruh dunia menderita epilepsi. Pendataan yang dilakukan secara global ditemukan 3.5 juta
kasus baru per tahun diantaranya 40% adalah anak-anak dan dewasa sekitar 40% serta 20% lainnya ditemukan pada usia lanjut. Kasus
epilepsi di Indonesia berjumlah sedikitnya 700.000-1.400.000 kasus dengan pertambahan sebesar 70.000 kasus baru setiap tahun dan
diperkirakan sekitar 40-50% dari prevalensi tersebut terjadi pada anak-anak (Suwarba, 2011). Prevalensi kasus epilepsi di negara Indonesia
sendiri menunjukkan peningkatan mencapai 8,2 per 1000 penduduk (0,5- 4 %). Sementara berdasarkan data dari Perhimpunan Dokter
Spesialis Saraf Indonesia (PERDOSSI) yang melaporkan bahwa dalam jumlah penduduk 220 juta, diperkirakan sekitar 250.000 penduduk
Indonesia terdiagnosa epilepsi setiap tahunnya (Kartika, 2013).
Dampak dari penyakit epilepsi dapat berpengaruh pada IQ anak. Kejang yang terjadi akibat dari manifestasi klinik dari aktivitas
neuron yang berlebihan dalam korteks serebral. Akibat yang ditimbulkan adalah kerusakan otak yang semakin bertambah,ini karena sel-sel
yang sedah rusak tidak bisa diperbaiki dan akan semakin bertambah banyak seiring seringnya terjadi serangan atau kambuh.(Hendra 2007) .
Penyakit epilepsi selain merupakan masalah kesehatan yang sangat rumit juga merupakan suatu penyakit yang menimbulkan dampak/stigma
sosial yang sangat berat bagi penderita dan keluarganya adanya pemahaman yang salah tentang penyakit epilepsi yang dipandang sebagai
penyakit kutukan merupakan suatu hal yang menyebabkan sulitnya mendeteksi jumlah kasus ini di masyarakat karena biasanya keluarga
sering menyembunyikan keluarganya yang menderita penyakit ini.( Judha dan Rahil) Epilepsi dapat terjadi pada laki-laki maupun
perempuan,umur berapa saja,dan ras apa saja. Jumlah penderita epilepsi meliputi 1-2% dari populasi. Secara umum diperoleh gambaran
bahwa insidensi epilepsi menunjukkan pola bimodal : puncak insidensi terdapat pada golongan anak dan lanjut usia. (Harsono, 2007).

Rumusan Masalah :

Berdasarkan latar belakang diatas, peneliti merumuskan masalah yaitu bagaimana gambaran tingkat pengetahuan ibu pada penanganan
pertama epilepsi anak

Tujuan Penelitian :

Tujuan Umum :
Untuk mengetahui gambaran tingkat pengetahuan ibu pada penanganan pertama epilepsi anak
Tujuan Khusus :
1. Untuk mengetahui penanganan epilepsi pada anak
2. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu pada penanganan pertama epilepsi anak
Pembimbing : Ns. Noerma Shovie Rizqiea,M.Kep.

Judul penelitian yang sudah disetujui oleh pembimbing :

Gambaran Tingkat Pengetahuan Ibu Pada Penanganan Pertama Epilepsi Anak

Anda mungkin juga menyukai