Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN

CEDERA KEPALA
PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN GADAR KRITIS
Dosen Pembimbing : Ns. Wahyuningsih Safitri., M.Kep.

Disusun Oleh :

Nama : AFNY LUTFI HIDAYAH


NIM : S17002/S17A

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN DAN PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS KUSUMA HUSADA SURAKARTA
2021
LAPORAN PENDAHULUAN

CEDERA KEPALA

I. KONSEP PENYAKIT
1. Definisi

Cedera kepala atau trauma kapitis adalah suatu gangguan trauma dari
otak disertai/tanpa perdarahan intestinal dalam substansi otak, tanpa diikuti
terputusnya kontinuitas dari otak (nugroho, 2015). Menurut Brain Injury
Assosiation of America (2013), cedera kepala adalah suatu kerusakan pada
kepala, bukan bersifat congenital ataupun degeneratif, tetapi disebabkan
oleh serangan/benturan fisik dari luar, yang dapat mengurangi atau
mengubah kesadaran yang mana menimbulkan kerusakan kemampuan
kognitif dan fungsi fisik. Cedera kepala adalah suatu trauma yang
mengenai daerah kulit kepala, tulang tengkorak atau otak yang terjadi
akibat injury baik secara langsung maupun tidak langsung pada kepala
(Suriadi dan Yuliani, 2013).
2. Etiologi

Menurut Brain Injury Association of America (2013), penyebab utama


cedera kepala adalah karena terjatuh sebanyak 28%, kecelakaan lalu lintas
sebanyak 20%, karena disebabkan kecelakaan secara umum sebanyak 19%,
disebabkan kekerasan sebanyak 11%, dan akibat ledakan di medan perang
merupakan penyebab utama cedera kepala. Penyebab utama terjadinya
trauma kepala antara lain:
a. Kecelakaan Lalu Lintas
Kecelakaan Lalu Lintas adalah dimana sebuah kendaraan bermotor
bertabrakan dengan kendaraan yang lain atau benda lain. Sehingga
menyebabkan kerusakan atau cedera kepada pengguna jalan raya
(Rendi dan Margareth, 2012).
b. Jatuh
Jatuh didefinisikan sebagai (terlepas), turun atau meluncur ke
bawah dengan cepat karena gravitasi bumi, baik ketika masih
digerakkan turun maupun sesudah sampai ke tanah. Menyatakan
bahwa jatuh secara tidak proporsional mempengaruhi kelompok usia
termuda dan tertua, lebih dari setengah (55%)antara anak-anak usia 0-
14 tahun disebabkan karena jatuh, lebih dari dua pertiga (81%)pada
orang dewasa berusia 65 tahun dan lebih tua disebabkan karena jatuh
(Rendi dan Margareth, 2012).
c. Kekerasan
Kekerasan didefinisikan sebagai suatu perihal atau perbuatan
seseorang atau kelompok yang menyebabkan cedera atau matinya
orang lain, menyebabkan kerusakan fisik pada orang lain secara
paksaan (Padila, 2012).
3. Manifestasi klinik
Menurut Sari (2019) manifestasi klinis dari cedera kepala adalah sebagai
berikut :
a. Penurunan kesadaran
b. Kebingungan
c. Pucat
d. Mual dan muntah
e. Pusing kepala
f. Terdapat hematoma
g. Kecemasan
h. Sukar untuk dibangunkan
i. Bila fraktur, kemungkinan adanya cairan serebrospinal yang keluar dari
hidung dan telinga
j. Peningkatan tekanan darah, penurunan frekuensi nadi, peningkatan
pernapasan.
4. Komplikasi
Menurut Sari (2019) komplikasi dari cedera kepala adalah sebagai berikut :
a. Perdarahan intra kranial
b. Kejang
c. Meningitis
d. Edema cerebri
e. Kebocora cairan serebrospinal
f. Nyeri kepala setelah pasien sadar
5. Patofisiologi dan pathway
a. Patofisiologi

Patofisiologi cedera kepala dapat terbagi atas dua proses yaitu


cedera kepala primer dan cedera kepala sekunder, cedera kepala primer
merupakan suatu proses biomekanik yang terjadi secara langsung saat
kepala terbentur dan dapat memberi dampak kerusakan jaringan otak.
Pada cedera kepala sekunder terjadi akibat dari cedera kepala primer,
misalnya akibat dari hipoksemia, iskemia dan perdarahan. Perdarahan
cerebral menimbulkan hematoma misalnya pada epidural hematoma,
berkumpulnya antara periosteun tengkorak dengan durameter, subdura
hematoma akibat berkumpulnya darah pada ruang antara durameter
dengan subaraknoid dan intra cerebral, hematoma adalah berkumpulnya
darah didalam jaringan cerebral. Kematian pada penderita cedera kepala
terjadi karena hipotensi karena gangguan autoregulasi, ketika terjadi
autoregulasi menimbulkan perfusi jaringan cerebral dan berakhir pada
iskemia jaringan otak.
Patofisiologi cedera kepala dapat dijelaskan sebagai berikut :
a. Cedera Primer
Kerusakan akibat langsung trauma, antara lain fraktur tulang
tengkorak, robek pembuluh darah (hematom), kerusakan jaringan
otak (termasuk robeknya duramater, laserasi, kontusio).
b. Cedera Sekunder
Kerusakan lanjutan oleh karena cedera primer yang ada berlanjut
melampaui batas kompensasi ruang tengkorak. Hukum Monroe
Kellie mengatakan bahwa ruang tengkorak tertutup dan volumenya
tetap. Volume dipengaruhi oleh tiga kompartemen yaitu darah,
liquor, dan parenkim otak. Kemampuan kompensasi yang
terlampaui akan mengakibatkan kenaikan TIK yang progresif dan
terjadi penurunan Tekanan Perfusi Serebral (CPP) yang dapat fatal
pada tingkat seluler. Cedera Sekunder dan Tekanan Perfusi :
CPP = MAP - ICP
CPP : Cerebral Perfusion Pressure
MAP : Mean Arterial Pressure
ICP : Intra Cranial Pressure
Penurunan CPP kurang dari 70 mmHg menyebabkan iskemia otak.
Iskemia otak mengakibatkan edema sitotoksik – kerusakan seluler
yang makin parah (irreversibel). Diperberat oleh kelainan
ekstrakranial hipotensi/syok, hiperkarbi, hipoksia, hipertermi,
kejang, dll.
c. Edema Sitotoksik
Kerusakan jaringan (otak) menyebabkan pelepasan berlebih sejenis
Neurotransmitter yang menyebabkan Eksitasi (Exitatory Amino
Acid a.l. glutamat, aspartat). EAA melalui reseptor AMPA (N-
Methyl D-Aspartat) dan NMDA (Amino Methyl Propionat Acid)
menyebabkan Ca influks berlebihan yang menimbulkan edema dan
mengaktivasi enzym degradatif serta menyebabkan fast depolarisasi
(klinis kejang-kejang).
d. Kerusakan Membran Sel
Dipicu Ca influks yang mengakitvasi enzym degradatif akan
menyebabkan kerusakan DNA, protein, dan membran fosfolipid
sel (BBB breakdown) melalui rendahnya CDP cholin (yang
berfungsi sebagai prekusor yang banyak diperlukan pada sintesa
fosfolipid untuk menjaga integritas dan repair membran tersebut).
Melalui rusaknya fosfolipid akan meyebabkan terbentuknya asam
arakhidonat yang menghasilkan radikal bebas yang berlebih.
e. Apoptosis
Sinyal kemaitan sel diteruskan ke Nukleus oleh membran bound
apoptotic bodies terjadi kondensasi kromatin dan plenotik nuclei,
fragmentasi DNA dan akhirnya sel akan mengkerut (shrinkage)
(Sari, 2019).
Pathway

Kecelakaan lalu lintas

Cedera kepala

Cedera otak primer Cedera otak sekunder

kontusiocerebri Kerusakan sel otak Terjadi benturan

Multitrauma cedera
Gangguan autoregulasi  rangsangan simpatis

Aliran darah ke otak  Gangguan mobilitas


 tahanan vaskuler
fisik
sistematik

O2 Gangguan
metabolisme  tekanan pemb.
pulmo

Asam laktat 
 tekanan
hidrostastik
Oedem otak

Kebocoran cairan
Resiko perfusi kapiler
cerebral tidak efektif

Oedema paru

Penumpukan
cairan

Bersihan jalan Difusi O2


nafas tidak efektif terhambat
6. Penatalaksanaan (medis dan keperawatan)
a. Penatalaksanaan medis
Menurut Sari (2019) penatalaksanaan medis antara lain :
1) Berikan infuse dengan cairan non osmotik (kecuali) dextrose oleh
karena dexstrose cepat dimetabolisme menjadi H2O+CO2 sehingga
dapat menimbulkan edema serebri)
2) Diberikan analgesia atau antimuntah secara intravena
3) Berikan posisi kepala dengan sudut 15-45 derajat tanpa
bantal kepala, dan posisi netral, karena dengan posisi tersebut dari kaki
dapat meningkatkan dan memperlancar aliran balik vena kepala
sehingga mengurangi kongesti cerebrum dan mencegah penekanan
pada syaraf medula spinalis yang menambah TIK.
b. Penatalaksanaan menurut Tarwoto (2012), adalah :
1) Prinsip penatalaksanaan cedera kepala adalah memperbaiki perfusi
jaringan serebral, karena organ otak sangat sensitif terhadap kebutuhan
oksigen dan glukosa.
2) Untuk menjaga kestabilan oksigen dan glukosa otak juga perlu
diperhatikan adalah tekanan intrakranial dengan cara mengontrol
cerebral blood flow (CBF) dan edema serebri. Pada keadaan hipertensi
menyebabkan vasokontriksi pembuluh darah otak, hal ini akan
menghambat oksigenasi otak.
1. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Pengkajian primer (ABCDE)
1) Airway
Kaji kepatenan jalan nafas, observasi adanya lidah jatuh, adanya benda
asing pada jalan nafas (bekas muntahan, darah, sekret yang tertahan),
adanya edema pada mulut, faring, laring, disfagia, suara stridor,
gurgling atau wheezing yang menandakan adanya masalah jalan nafas.
2) Breathing
Kaji keefektifan pola nafas, respiratory rate, abnormalitas pernafasan,
bunyi nafas tambahan, penggunaan otot bantu nafas, adanya nafas
cuping hidung, saturasi oksigen.
3) Circulation
Kaji heart rate, tekanan darah, kekuatan nadi, capillary refill, akral,
suhu tubuh, warna kulit, kelembaban kulit, perdarahan eksternal jika
ada.
4) Disability
Berisi pengkajian kesadaran dengan Glasgow Coma Scale (GCS),
ukuran dan reaksi pupil.
5) Exposure
Berisi pengkajian terhadap suhu serta adanya injury atau kelainan lain,
kondisi lingkungan yang ada di sekitar pasien.
b. Pengkajian sekunder (FGHI)
1) F : five intervention
a) Pemasangan EKG/bed side monitor
b) Pemasangan NGT
c) Pemasangan folley cateter
d) Pengambilan darah untuk cek laboratorium apabila dicurigai
adanya fraktur
e) Pemasangan pulse oximetry
2) G : give comfort
Pengkajian nyeri dengan PQRST
3) H : History
a) Subjektif : Berisi keluhan utama yang dirasakan pasien
b) Alergi : kaji adanya alergi terhadap makanan atau obat-obatan
tertentu
c) Medikasi : Kaji penggunanan obat yang sedang atau pernah
dikonsumsi
d) Riwayat penyakit Sebelumnya : riwayat penyakit sebelumnya
yang berhubungan dengan sekarang
e) Last Meal : berisi hasil pengkajian makanan atau minuman
terakhir yang dikonsumsi oleh pasien cebelum datang ke IGD atau
kejadian
f) Event Leading :
o Berisi Kronologi kejadian
o Lamanya gejala yang dirasakan
o Penangana yang telah dilakukan
o Gejala lain yang dirasakan
o Lokasi nyeri atau keluhan lain yang dirasakan
4) Head to Toe : pemeriksaan fisik dari ujung kepala sampai ujung kaki
5) Inspect the posterior : Keadaan bagian posterior pasien
2. Diagnosa keperawatan gawat darurat
a. Bersihan jalan napas tidak efektif b.d sekresi yang tertahan (D. 0001)
b. Gangguan mobilitas fisik b.d program pembatasan fisik (D. 0054)
c. Resiko perfusi serebral tidak efektif b.d cedera kepala (D. 0017)
3. Perencanaan keperawatan
a. Bersihan jalan napas tidak efektif b.d sekresi yang tertahan (D. 0001)
Kriteria hasil :
- Frekuensi napas cukup membaik
- Pola napas cukup membaik
Intervensi :
O : monitor bunyi napas
T : lakukan penghisapan cairan
E : anjurkan asupan cairan 2000 ml/hari
K : kolaborasi pemberian bronkodilator

b. Gangguan mobilitas fisik b.d program pembatasan fisik (D. 0054)


Kriteria hasil :
- Gerakan terbatas menurun
Intervensi :
O : monitor anya perdarahan pada area cedera
T : minimalkan peregrakan, terutama pada bagian cedera
E : anjurkan membatasi gerak pada area cedera

c. Resiko perfusi serebral tidak efektif b.d cedera kepala (D. 0017)
Kriteria hasil :
- Tingkat kesadaran meningkat
- Tekanan darah membaik
Intervensi :
O : monior tanda/gejala peningkatan tekanan intrakranial (bradikardi,
kesadaran umum)
T : atur ventilator agar PaCO2 optimal
K : kolaborasi pemberian sedasi dan anti konvulsan
4. Evaluasi
a. Bersihan jalan napas tidak efektif b.d sekresi yang tertahan (D. 0001)
bunyi napas gurgling yaitu adanya cairan didalam paru-paru, terdapat
cairan di dalam paru-paru sebanyak 50 cc, pasien mendapa terapi cairan
NacL, pasien mendapatkan terapi bronkodilator melalui nebulizer 4 mg
b. Gangguan mobilitas fisik b.d program pembatasan fisik (D. 0054)
tampak tidak ada perdaran di area cedera, pasien terpasang neck kollar,
keluarga pasien mengerti apa yang dijelaskan oleh perawat
c. Resiko perfusi serebral tidak efektif b.d cedera kepala (D. 0017)
nadi 45x/menit, pasien tampak terpasang ventilator, pasien mendpatkan
terapi sedasi.

DAFTAR PUSTAKA

Brain Injury Association Of America. 2013. Types Of Brain Injury.


Http://Www.Biausa.Org/Pages/Type Of Brain Injury. Html. (Accessed
13September2013).Carpenito, Lynda Juall. 2010. Buku Saku Diagnosa
Keperawatan, Edisi 8. Jakarta : EGC.

Nugroho, C . 2017 . Analisis Asuhan Keperawatan Pada Tn. S Dengan Masalah


Gangguan Perfusi Jaringan Serebral Di Unit Gawat Darurat .
Keperawatan . Gombong .

Padila . 2012 . Buku Ajar Keperawatan Kritis . Yogyakarta . Nuha Medika

Rendi, M . 2012 . Asuhan Keperawatan Kegawatdaruratan . Keperawatan .


Yogyakarta

Sari, D.D . 2019 . Asuhan Keperawatan Pada Tn. A Dengan Kasus Cedera Kepala
Berat Di Ruang IGD RSUD H. Hanafie Muara Bungo . Keperawatan .
Padang Sumatra Barat .
SDKI
SIKI
SLKI
Suriadi Dan Yuliani . 2013 . Asuhan Keperawatan Gawat Darurat . Edisi I . Jakarta
. CV. Sagung Seto .
Tarwoto ., Wartonah., Suryati . 2012 . Keperawatan Gawat Darurat . Keperwatan .
Jakarta .

Anda mungkin juga menyukai