Anda di halaman 1dari 11

KATA PENGANTAR

Segala puji hanya bagi Allah SWT, Tuhan yang telah memberikan segala karunia dan nikmat kepada hamba-Nya
sehingga hamba-Nya harus tunduk dan menyembah-Nya dengan penuh ketaatan. Seuntai kalimat syukur penulis panjatkan
keharibaan Allah SWT, yang berkat rahmat dan pertolongan-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah yang sangat sederhana
ini.

Shalawat dan salam keberkahan semoga tetap terlimpahkan kepada Nabi kita, Muhammad Saw, kepada
keluarganya dan sahabatnya hingga kita sebagai umatnya.

Selanjutnya, makalah yang berjudul ”Filsafat Skolastik'' ini merupakan aktualisasi dari penulis dalam memenuhi
tugas individu pada mata kuliah Filsafat Barat dan merupakan bahan/ materi untuk seminar di kelas. Penulis menyadari akan
kekhilafan dan kekurangan dalam pembahasan atau dalam penuturan bahasanya. Oleh karenanya penulis berharap sumbangan
kritik yang kontruktif dari para pembaca demi perbaikan di masa mendatang.

Atas partisipasinya semoga Allah SWT. senantiasa memberikan imbalan yang setimpal. Amin ya robbal
'aalamin.

.
Garut, Januari 2020

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Pembahasan

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Filsafat Skolastik


B. Perkembangan Filsafat Skolasik
a. Masa Awal Skolastik
b. Masa Keemasan Skolastik
c. Masa Skolastik Akhir

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan
B. Saran dan Kritik

DAFTAR PUSTAKA

2
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Filsafat pada abad pertengahan adalah suatu arah pemikiran yang berbeda sekali dengan arah pemikiran dunia kuno.
Filsafat abad pertengahan menggambarkan suatu zaman yang baru sekali di tengah-tengah suatu rumpun bangsa yang baru, yaitu
bangsa Eropa barat. Filsafat yang baru ini disebut Skolastik.

Sebutan skolastik mengungkapkan, bahwa ilmu pengetahuan abad pertengahan diusahakan oleh sekolah-sekolah, dan
bahwa ilmu itu terikat pada tuntutan pengajaran di sekolah-sekolah itu. Semula Skolastik timbul di biara-biara tertua di Gallia
Selatan. Dari biara-biara di Gallia selatan itu pengaruh Skolastik keluar sampai di Irlandia, di Nederland dan di Jerman.
Kemudian Skolastik timbul di sekolah-sekolah kapittel, yaitu sekolah-sekolah yang dikaitkan dengan gereja.

Berangkat dari sini, pembahasan yang akan kami tampilkan saat ini adalah mengenai Filsafat Skolastik.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, penulis dapat menyusun beberapa rumusan masalah sebagai berikut:

1. Apa yang dimaksud dengan filsafat skolastik ?

2. Bagaimanakah perkembangan filsafat skolastik ?

C. Tujuan Pembahasan

1. Untuk mengetahui pengertian filsafat skolastik.

2. Untuk mengetahui perkembangan filsafat skolastik.

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN FILSAFAT SKOLASTIK

Filsafat barat abad petengahan (476-1492) dapat dikatakan sebagai “abad gelap” karena berdasarkan pada pendekatan
sejarah gereja, saat itu tindakan gereja sangat membelenggu kehidupan manusia, sehingga manusia tidak lagi memiliki
kebebasan untuk mengembangkan potensi dirinya. Semua hasil-hasil pemikiran manusia diawasi oleh kaum gereja dan apabila
terdapat pemikiran yang bertentangan dengan ajaran gereja, maka orang yang mengemukakannya akan mendapatkan hukuman
yang berat.

Masa abad pertengahan dibagi menjadi 2 (dua) masa yaitu masa Patristik dan masa Skolastik 2. Istilah skolastik adalah
kata sifat yang berasal dari kata school, yang berarti sekolah. Atau dari kata schuler yang mempunyai arti kurang lebih sama
yaitu ajaran atau sekolahan. Yang demikian karena sekolah yang diadakan oleh Karel Agung yang mengajarkan apa yang
diistilahkan sebagai artes liberales (seni bebas) meliputi mata pelajaran gramatika, geometria, arithmatika, astronomi, musika ,
dan dialektika. Dialektika ini sekarang disebut logika dan kemudian meliputi seluruh filsafat. 3 Jadi, skolastik berarti aliran atau
yang berkaitan dengan sekolah.

Kata skolastik menjadi istilah bagi filsafat pada abad 9 s/d 15 yang mempunyai corak khusus yaitu filsafat yang
dipengaruhi agama.4 Perkataan skolastik merupakan corak khas dari sejarah filsafat abad pertengahan. Filsafat skolastik adalah
filsafat yang mengabdi pada teologi atau filsafat yang rasional memecahkan persoalan-persoalan mengenai berpikir, sifat ada,
kejasmanian, kerohanian, baik buruk5.

Sebutan skolastik mengungkapkan, bahwa ilmu pengetahuan abad pertengahan diusahakan oleh sekolah-sekolah, dan bahwa
ilmu itu terikat pada tntutan pengajaran di sekolah-sekolah itu. Pada waktu itu rencana pelajaran sekolah-sekolah meliputi suatu
studi duniawi yang terdiri dari 7 kesenian bebas (artes liberalis) yang dibagi menjadi 2 bagian, yaitu: Trivium, 3 mata pelajaran
bahasa, yang meliputi Tata Bahasa, Retorika dan Dialektika (yaitu semacam tehnik berdiskusi), yang dimaksud sebagai
Pendidikan Umum, dan Quadravium, 4 mata pelajaran matematika, yang meliputi Ilmu Hitung, Ilmu Ukur, Ilmu Perbintangan
dan Musik, yang dimaksud bagi mereka yang ingin belajar lebih tinggi (teologia) atau ingin menjadi sarjana. Dari sini jelas,
bahwa dialektika termasuk pendidikan yang lebih rendah (trivium), sebagai persiapan bagi quadrivium, yang dipandang lebih
tinggi kedudukannya dari pada mata pelajaran bahasa. Akan tetapi di sepanjang perjalanan abad ke abad keadaanpun berubah.
Buku-buku pegangan dialektika lama-kelamaan diganti dengan karangan-karangan Aristoteles mengenai logika, sedang dalam
perkembangannya yang lebih lanjut lagi pelajaran Artes Liberales makin diubah menjadi studi filsafat, terutama filsafat
Aristoteles. Demikianlah filsafat menjadi penting6.

Pada dasarnya sampai pertengahan abad ke 12 orang-orang Barat belum pernah mengenal filsafat Aristoteles secara
keseluruhan. Scholastik Islam-lah yang membawakan perkembangan filsafat di Barat, terutama berkat tulisan dari para ahli pikir
Islam seperti Ibnu Rusyd. Peran ahli pikir Islam ini besar sekali, tidak hanya dalam pemikiran filsafat saja, akan tetapi juga
memberi sumbangan yang tidak kecil bagi bangsa Eropa, yaitu dalam bidang ilmu pengetahuan. Namun setelah pemikiran-
pemikiran Islam ini masuk ke Eropa, banyak buku filsafat dan peranan para ahli pikir Islam atas kemajuan dan peradaban Barat
sengaja disembunyikan karena mereka (Barat) tidak mengakui secara terus terang jasa para ahli pikir Islam itu dalam
mengantarkan kemoderatan Barat.7
B. PERKEMBANGAN FILSAFAT SKOLASTIK

a. Masa Awal Skolastik

Sutardjo Wiramihardja mengatakan bahwa zaman ini berhubungan dengan terjadinya perpindahan
penduduk, yaitu perpindahan bangsa Hun dari Asia ke Eropa sehingga bangsa Jerman pindah melewati perbatasan
kekaisaran Romawi yang secara politik sudah mengalami kemerosotan. 8 Walaupun demikian masa ini merupakan
kebangkitan pemikiran abad pertengahan yang mana sebelumnya merosot karena kuatnya dominasi golongan
Gereja.9 Karena situasi yang ricuh, tidak banyak pemikiran filsafati yang patut ditampilkan pada masa ini. Namun,
ada beberapa tokoh dan situasi penting yang harus diperhatikan dalam memahami filsafat masa ini.

1. Augustinus (354-430)
Menurutnya, dibalik keteraturan dan ketertiban alam semesta ini pasti ada yang mengendalikan, yaitu Tuhan.
Kebenaran mutlak ada pada ajaran agama. Kebenaran berpangkal pada aksioma bahwa segala sesuatu diciptakan
oleh Allah dari yang tidak ada (creatio ex nihilo). Kehidupan yang terbaik adalah kehidupan bertapa, dan yang
terpenting adalah cinta pada Tuhan

2. Boethius (480-524 M)
Dalam usianya yang ke 44 tahun, mendapat hukuman mati dengan tuduhan berkomplot. Ia dianggap sebagai
filosof akhir Romawi dan filosof pertama Skolastik. Jasanya adalah menterjemahkan logika Aristoteles ke dalam
bahasa latin dan menulis beberapa traktat logika Aristoteles. Ia adalah seorang guru logika pada abad pertengahan
dan mengarang beberapa traktat teologi yang dipelajari sepanjang abad pertengahan.

3. Kaisar Karel Agung


Ia memerintah pada awal abad ke-9 yang telah berhasil mencapai stabilitas politik yang besar. Hal ini
menyebabkan perkembangan pemikiran kultural berjalan pesat. Pendidikan yang dibangunnya terdiri dari tiga jenis
yaitu pendidikan yang digabungkan dengan biara, pendidikan yang ditanggun keuskupan, dan pendidikan yang
dibangun raja atau kerabat kerajaan.10
4. Santo Anselmus (1033-1109)
Ciri khas filsafat abad pertengahan ini terletak pada rumusan Santo Anselmus yaitu credo ut intelligam
(saya percaya agar saya paham). Filsafat ini jelas berbeda dengan sifat filsafat rasional yang lebih mendahulukan
pengertian dari pada iman.

5. Peter Abaelardus (1079-1142)


Eropa membuka kembali kebebasan berpikir yang dipelopori oleh Peter Abelardus. Ia menginginkan
kebebasan berpikir dengan membalik diktum Augustinus-Anselmus credo ut intelligam dan merumuskan
pandangannya sendiri menjadi intelligo ut credom (saya paham supaya saya percaya). Peter Abelardus memberikan
status yang lebih tinggi kepada penalaran dari pada iman
1

16
Harun Hadiwijono, Sari Sejarah Filsafat Barat 1.(Yogyakarta: Kanisius, 1980), h. 87-88.
7
Ahmad Sadali dan Mudzakir, Filsafat..., h. 82.
8
Atang Abdul Hakim dan Beni Ahmad Saebani, Filsafat Umum, (Bandung: Pustaka Setia, 2008), Cet.I, h. 73.
9
Ahmad Sadali dan Mudzakir, Filsafat..., h. 91.
10
Atang Abdul Hakim dan Beni Ahmad Saebani, Filsafat..., h. 73.
.

b. Masa Keemasan Skolastik

Pada masa Skolastik awal, filsafat bertumpu pada alam pikiran dan karya-karya Kristianai. Tetapi sejak pertengahan
abad ke-12 karya-karya non Kristiani mulai muncul dan filosuf Islam mulai berpengaruh. Dan pada masa in merupakan kejayaan
Skolastik yang berlangus dari abad 1200-1300 M, yang disebut juga masa berbunga karena bersamaan dengan munculnya
beberapa universitas dan ordo-ordo yang menyelenggarakan pendidikan ilmu pengetahuan.

Abad ke-13 menjadi abad kejayaan skolastik. Ada beberapa faktor yang memberi sumbangan yang berguna bagi
kejayaan skolastik antara lain:

1. Mulai abad ke-12 ada hubungan-hubungan baru dengan dunia pemikiran Yunani dan dunia pemikiran Arab, yaitu
dengan peradaban Yunani dari Italia Selatan dan Silsilia dan dengan kerajaan Bizantium di satu pihak, dan peradaban
arab yang ada di Spanyol di lain pihak. Melalui karya orang-orang Arab dan Yahudi Eropa Barat mulai lebih
mengenal karya-karya Aristoteles, yang semula memang kurang dikenal. Kecuali melalui karya orang-orang Arab
tulisan-tulisan Aristoteles dikenal melalui karya para bapak gereja Timur, yang sejak zaman itu dikenal juga.

2. Timbulnya universitas-universitas. Didirikannya Universitas Almamater di Paris yang merupakan gabungan dari
beberapa sekolah. Dan universitas inilah yang menjadi awal (embrio) berdirinya universitas di Paris, Oxford, Mont
Pellier, Cambridge dan lainnya. Pada abad pertengahan, umumnya universitas terdiri atas empat fakultas, yaitu
kedokteran, hukum, sastra (fakultas Atrium), dan teologi.

3. Timbulnya ordo-ordo baru, yaitu ordo Fransiskan (didirikan 1209 M.) dan ordo Dominikan (didirikan 1215 M.) 12.
Ordo-ordo ini muncul karena banyaknya perhatian

orang terhadap ilmu pengetahuan, sehingga menimbulkan dorongan yang kuat untuk memberikan suasana yang
semarak pada abad ke-13. Hal ini akan berpengaruh terhadap kehidupan kerohanian dimana kebanyakan tokoh-
tokohnya memegang peranan di bidang filsafat dan teologi, seperti; Albertus de Grote, Thomas Aquines, Binaventura,
J.D. Scotus, William Ocham.13

Tokoh-tokoh yang ada pada masa keemasan Skolastik ini diantaranya:

1. Albertus Magnus (1203-1280 M.)

Ia lahir dengan nama Albertus Von Bollstadt yang juga dikenal sebgai doktor universitas dan doktor
magnus, kemudian bernama Albertus Magnus (Albert the Great) Ia mempunyai kepandaian luar biasa. Di universitas
Padua ia belajar artes liberales, belajar teologi di Bulogna, dan masuk ordo Dominican tahun 1223 M, kemudian
masuk ke Koln menjadi dosen filsafat dan teologi.

Terakhir dia diangkat sebagai uskup agung. Pola pmikirannya meniru Ibnu Rusyd dalam menulis tentang
Aristoteles. Dalam bidang ilmu pengetahuan, ia mengadakan penelitian dalam ilmu biologi dan ilmu kimia. 14

2. Thomas Aquinas (1225-1274 M.)

Puncak kejayaan masa skolastik dicapai melalui pemikiran Thomas Aquinas (1225-1274 M.). Lahir di
Roccasecca, Italia 1225 M dari kedua orang tua bangsawan. 15 Ia mendapat gelar "The Angelic Doctor", karena banyak
pikirannya, terutama dalam "Summa Theologia" menjadi bagian yang tak terpisahkan dari gereja. Menurutnya,
pengetahuan berbeda dengan kepercayaan. Pengetahuan didapat melalui indera dan diolah akal. Namun, akal tidak
mampu mencapai realitas tertinggi yang ada pada daerah adikodrati. Ini merupakan masalah keagamaan yang harus
diselesaikan dengan kepercayaan. Dalil-dalil akal atau filsafat harus dikembangkan dalam upaya memperkuat dalil-dali
agama dan mengabdi kepada Tuhan.

Aquinas merupakan theolog skolastik yang terbesar. Ia adalah murid Albertus Magnus. Albertus mengajarkan
kepadanya filsafat Aristoteles sehingga ia sangat mahir dalam filsafat itu. Pandangan-pandangan filsafat Aristoteles
diselaraskannya dengan pandangan-pandangan Alkitab. Ialah yang sangat berhasil menyelaraskan keduanya sehingga
filsafat Aristoteles tidak menjadi unsur yang berbahaya bagi iman Kristen. Pada tahun 1879, ajaran-ajarannya dijadikan
sebagai ajaran yang sah dalam Gereja Katolik Roma oleh Paus Leo XIII.

Thomas mengajarkan Allah sebagai "ada yang tak terbatas" (ipsum esse subsistens). Allah adalah "dzat yang
tertinggi", yang memunyai keadaan yang paling tinggi. Allah adalah penggerak yang tidak bergerak. Tampak sekali
pengaruh filsafat Aristoteles dalam pandangannya. Dunia ini dan hidup manusia terbagi atas dua tingkat, yaitu tingkat
adikodrati dan kodrati, tingkat atas dan bawah. Tingkat bawah (kodrati) hanya dapat dipahami dengan mempergunakan
akal. Hidup kodrati ini kurang sempurna dan ia bisa menjadi sempurna kalau disempurnakan oleh hidup rahmat
(adikodrati). "Tabiat kodrati bukan ditiadakan, melainkan disempurnakan oleh rahmat," demikian kata Thomas Aquinas

212
Http://anungadhy-uin-bi-2b.blogspot.com/2008/07/filsafat-skolastik-dan-pendapat-dari.html. tgl 1 Maret 2010.
13
Ahmad Sadali dan Mudzakir, Filsafat..., h. 94.
14
Atang Abdul Hakim dan Beni Ahmad Saebani, Filsafat..., h. 75.
15
Harun Hadiwijono, Sari…, h. 99 - 100.
c. Masa Skolastik Akhir (1300-1450 M.)

Masa Skolastik akhir ditandai dengan kemalasan berpikir filsafati sehingga menyebabkan stagnasi (kemandegan)
pemikiran filsafat Scholastik Kristen.

Tokoh yang terkenal pada masa ini adalah Nicolous Cusanus (1401-1404 M.). Dari filsafatnya ia beranggapan bahwa
Allah adalah obyek sentral bagi intuisi manusia. Karena menurutnya dengan intuisi manusia dapat mencapai yang terhingga,
obyek tertinggi filsafat, dimana tidak ada hal-hal yang berlawanan. Dalam diri Allah semua hal yang berlawanan mencapai
kesatuan. Semua makhluk berhingga berasal dari Allah pencipta, dan segalanya akan kembali pula pada pencipta-Nya. 16

Nicolous Cusanus sebagai tokoh pemikir yang berada paling akhir masa Scholasti. Menurut pendapatnya, terdapat tiga
cara untuk mengenal, yaitu; lewan indra, akal, dan intuisi. Dengan indra kita akan mendapat pengetahuan tentang benda berjasad,
yang sifatnya tak sempurna. Dengan akal kita akan mendapatkan bentuk-bentuk pengertian yang abstrak berdasarkan pada sajian
atau tangkapan indera. Dalam intuisi, kita akan mendapatkan pengetahuan yang lebih tinggi sebagaiamana dijelaskan pada
paragraf sebelumnya.

Pada tahap akhir masa skolastik terdapat filosof yang berbeda pandangan dengan Thomas Aquinas, yaitu William
Occam (1285-1349). Tulisan-tulisannya menyerang kekuasaan gereja dan teologi Kristen. Karenanya, ia tidak begitu disukai dan
kemudian dipenjarakan oleh Paus. Namun, ia berhasil meloloskan diri dan meminta suaka politik kepada Kaisar Louis IV,
sehingga ia terlibat konflik berkepanjangan dengan gereja dan negara. William Occam merasa membela agama dengan
menceraikan ilmu dari teologi. Tuhan harus diterima atas dasar keimanan, bukan dengan pembuktian, karena kepercayaan
teologis tidak dapat didemonstrasikan.

3
16
Ahmad Sadali dan Mudzakir, Filsafat..., h. 95.
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Setelah penulis membahas tentang filsafat skolastik pada bab sebelumnya, maka penulis hendak mengambil
kesimpulan pembahasan ini sebagai berikut :

Filsafat barat abad petengahan (476-1492) dapat dikatakan sebagai “abad gelap” karena berdasarkan pada pendekatan
sejarah gereja, saat itu tindakan gereja sangat membelenggu kehidupan manusia, sehingga manusia tidak lagi memiliki
kebebasan untuk mengembangkan potensi dirinya. Masa abad pertengahan dibagi menjadi 2 (dua) masa yaitu masa Patristik dan
masa Skolastik. Aliran skolastik berkaitan dengan sekolah dan merupakan corak khas dari sejarah filsafat abad pertengahan.
Filsafat skolastik adalah filsafat yang mempunyai corak semata-mata agama, filsafat yang mengabdi kepada teologi, atau
filsafat yang rasional memecahkan persolan-persoalan mengenai berpikir, sifat ada, kejasmanian, kerohanian, baik buruk,
filsafat yang termasuk jajaran pengetahuan kodrat, akan dimasukkan ke dalam bentuk sintesa yang lebih tinggi antara
kepercayaan dan akal, filsafat Nasrani, karena banyak dipengaruhi oleh ajaran gereja. Dengan demikian Sebutan skolastik
mengungkapkan, bahwa ilmu pengetahuan abad pertengahan diusahakan oleh sekolah-sekolah, dan bahwa ilmu itu terikat pada
tuntutan pengajaran di sekolah-sekolah itu. Ahli pikir skolastik antara lain, Augustinus, Santo Anselmus, Peter Abaelardus,
Thomas Aquinas, William Ockham.

B. SARAN

Sebagai manusia penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, nampaknya masih banyak yang
perlu diperbaiki. Oleh karena itu, penulis berharap adanya saran dan kritikan para pembaca makalah ini yang sifatnya
membangun, demi perbaikan dimasa yang akan datang. Walaupun demikian, penulis sudah berusaha untuk mempersembahkan
makalah ini dengan sebaik-baiknya. Penulis mengucapkan ter ima kasih banyak kepada pihak-pihak yang turut serta
mendorong dan membantu penulis untuk menyelesaikan makalah ini

Akhirnya, hanya kepada Allah jualah penulis berharap agar makalah ini benar-benar bermanfa'at. Semoga amal
ibadah dan kerja keras kita senantiasa mendapatkan ridha, ampunan dan pahala dari Allah SWT. Amiin.

10
DAFTAR PUSTAKA

Achmadi, Asmoro. Filsafat Umum, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1995.

Asmadi,Asmoro. Filsafat Umum , Bandung: PT. Raja Grafindo Persada. 2000.

Hadiwijono, Harun. Sari Sejarah Filsafat Barat 1 , Yogyakarta: Kanisius. 1980.

Hakim, Atang Abdul dan Beni Ahmad Saebani. Filsafat Umum, Bandung Pustaka Setia, Cet.I, 2008.

Syadali, Ahmad dan Mudhzakir. Filsafat Umum, Bandung: Pustaka Setia, Cet. I. 1999.

Http://www.homeartikel.co.cc/2009/06/filsafat-skolastik.html. Diambil pada tanggal 7 maret 2010.

Http://gilanguinbi-2a.blogspot.com/2008/07/tugas-filsafat-filsafat-skolastik-dari.html. Diambil pada tanggal 7 maret


2010

Http://anungadhy-uin-bi-2b.blogspot.com/2008/07/filsafat-skolastik-dan-pendapat-dari.html.

Diambil tgl 1 Maret 2010.

11

Anda mungkin juga menyukai