Anda di halaman 1dari 22

[TEKNOLOGI BIOPROSES]

TEKNIK KIMIA

BIOTEKNOLOGI FARMASI
Disusun oleh:
Dela Safitri/062030401231
Putri Anggraini/062030401237
Tuankho Farras Fauzan/062030401240

Dosen Pembimbing: Dr. Martha Azury, M.Si.

POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA


TAHUN AJARAN 2021/2022

POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA 1


[TEKNOLOGI BIOPROSES]

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah hirobbil alamin atas rahmat Allah SWT pertama-tama kita


ucapkan puji syukur kita kepada Allah SWT yang mana telah memperkenannkan
kelompok kami dalam prosses pembuatan makalah.Shalawat serta salam kita curahkan
kepada jungjunan kita Nabi Baginda tercinta Rosululah saw beserta para keluarga,
sahabat, dan pengikutnya hingga akhir zaman.
Kehidupan manusia semakin berkembang dan sejahtera karena adanya
bioteknologi, yang semakin berkembang.Melalui makalah ini kami ingin menjelaskan
secara sederhana tentang proses pembuatan tape khususnya bagi generasi muda.
Makalah ini membantu untuk lebih jauh mengetahui tentang bagaimana proses
pembuatan tape singkong dan manfaat yang ada di balik tape singkong sebagai proses
fermentasi makanan.
Seperti pepatah mengatakan bahwa, “Tak ada gading yang tak retak” demikian
pula dengan makalah ini tentu masih mempunyai banyak kekurangan dan kesalahan,
karena itu kepada para pendengar khususnya dosen mata kuliah ini dimohon untuk
memberikan kritik dan saran yang bersifat membangun demi bertambahnya wawasan
kami dalam mata kuliah ini.

Palembang, 02 Februari 2020

Penulis

POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA 2


[TEKNOLOGI BIOPROSES]

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ......................................................................................1


KATA PENGANTAR .................................................................................2
DAFTAR ISI ...................................................................................................3
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ..................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah .............................................................................4
1.3 Tujuan Penelitian ..............................................................................5
PEMBAHASAAN
2.1 Ruang Lingkup Bioteknologi.............................................................6
2.2 Arti Penting Bioteknologi...................................................................6
2.3 Kom ponen Yang Terlibat Dibidang Farmasi..................................8
2.4 Contoh Bioteknologi Farmasi..........................................................10
 Pembuataan Insulin............................................................11
 Pembuataan Antibodi Monoklonal....................................13
 Produk Vaksin.....................................................................15
 Terapi Gen...........................................................................15
 Produksi Antibiotik.............................................................18
 Produksi Vitamin dan asam Amino...................................19
 Produksi Steroid..................................................................19
PENUTUP
3.1 Kesimpulan........................................................................................21
3.2 Saran..................................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................22

POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA 3


[TEKNOLOGI BIOPROSES]

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bioteknologi merupakan suatu kajian yang berhubungan dengan


penggunaan organisme hidup atau produknya dalam proses industri berskala-
besar. Bioteknologi mikroorganisme adalah aspek bioteknologi industri yang
berhubungan dengan proses yang melibatkan mikroorganisme. Bioteknologi
merupakan suatu kajian yang berhubungan dengan penggunaan organisme hidup
atau produknya dalam proses industri berskala-besar. Bioteknologi
mikroorganisme adalah aspek bioteknologi industri yang berhubungan dengan
proses yang melibatkan mikroorganisme.

Antibiotika merupakan senyawa kimia yang dihasilkan oleh


mikroorganisme, dan dapat menghambat atau membunuh mikroorganisme lain.
Perkembangan antibiotika sebagai zat untuk pengobatan penyakit infeksi lebih
banyak mempengaruhi penggunaan obat dibandingkan dengan perkembangan
antibiotik itu sendiri. Antibiotika merupakan produk metabolisme sekunder.
Meskipun hasilnya relatif rendah dalam sebagian besar industri fermentasi,
tetapi karena aktivitas terapetiknya tinggi maka menjadi memiliki nilai
ekonomik tinggi, oleh karena itu antibiotika dibuat secara komersial melalui
fermentasi mikroba. Beberapa antibiotika dapat disintesis secara kimia, tetapi
karena kompleksitas bahan kimia antibiotika dan cenderung menjadi mahal,
maka tidak memungkinkan sintesis secara kimia dapat mampu bersaing dengan
fermentasi mikroorganisme lain yang mampu diproduksi lebih banyak dari
berbagai industri mikroorganisme (Madigan, 2008). Dalam bioteknologi farmasi
hal utama yang dihasilkan adalah suatu produk yang dapat digunakan sebagai
obat untuk meningkatkan kesehatan makhluk hidup. .

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas dapat dirumuskan adalah sebagai berikut.

1. Apa saja ruang lingkup kajian bioteknologi farmasi?

POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA 4


[TEKNOLOGI BIOPROSES]

2. Apa saja arti penting bioteknologi dalam farmasi?


3. Apa saja komponen yang terlibat dalam bioteknologi farmasi?
4. Apa saja contoh bioteknologi farmasi?

1.3 Tujuan

Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut.

1. Mengetahui ruang lingkup kajian biteknologi farmasi.


2. Mengetahui arti penting bioteknologi dalam farmasi.
3. Mengetahui komponen apa saja yang terlibat dalam bioteknologi
farmasi.
4. Mengetahui contoh-contoh bioteknologi farmasi.

POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA 5


[TEKNOLOGI BIOPROSES]

BAB II

PEMBAHASAAN

2.1 Ruang Lingkup Bioteknologi

Farmasi Bioteknologi farmasi merupakan penerapan dan pengembangan


bioteknologi dalam bidang farmasi/obat-obatan yang menunjang perbaikan
kesehatan makhluk hidup. Bioteknologi farmasi saling berhubungan dengan
bioteknologi kedokteran, farmakodinamik, farmakologi dimana dalam
bioteknologi farmasi mengkaji beberapa organisme model (mencit, tikus, ayam,
yeast, lalat buah, cacing, dan zebrafish) untuk mengidentifikasi penyakit genetik
dan kesesuaian penggunaan terapi gen dalam mengetahui keefektifan dan
keamanannya sebelum melakukan tindak lanjut klinis pada manusia.

Bioteknologi Farmasi memegang peranan penting dalam perkembangan


tindakan medis untuk pengobatan suatu penyakit yang berhubungan dengan
farmakogenomik. Thieman (2004) menjelaskan bahwa umumnya teknik yang
digunakan dalam bioteknologi kedokteran menggunakan pendekatan molekular
untuk mendeteksi penyakit genetik yang berhubungan dengan ketidaknormalan
kromosom dan kerusakan gen. Pada biteknologi farmasi ini kajian yang dibahas
hanya bagaimana cara menemukan suatu obat dengan memanfaatkan agen –
agen biologi yang menggunakan ilmu mikrobiologi yang mencakup pemilihan
organisme yang akan digunakan, memilih media pertumbuhan organisme,
penentuan kondisi lingkungan untuk organisme agar optimal, dll. Sebagai
contoh yaitu penemuan hormon insulin dengan menyisipkan gen insulin padan
bakteri. Selain itu percobaan bagaimana cara mematikan sel kanker melalui
beberapa pendekatan dan bahan uji. Kajian bioteknologi farmasi sangat
berkembang pesat sampai saat ini. Hal ini dikarenakan semakin meningkatnya
kebutuhan manusia akan kesehatan.

2.2 Arti Penting Bioteknologi

Dalam Farmasi Ketika dua disiplin farmasi dan bioteknologi datang


bersama-sama, mereka menghasilkan banyak keuntungan bagi manusia dalam

POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA 6


[TEKNOLOGI BIOPROSES]

hal kesehatan. Hal ini dimungkinkan melalui Pharmacogenomics yang merujuk


kepada studi tentang bagaimana warisan genetik mempengaruhi respon tubuh
manusia individu untuk obat. Biofarmasi obat bertujuan untuk merancang dan
memproduksi obat-obatan yang disesuaikan dengan genetik masing-masing
orang. Dengan demikian perusahaan bioteknologi farmasi dapat
mengembangkan obat-obatan khusus dibuat untuk efek terapi yang maksimal.
Selain itu, obat-obatan bioteknologi dapat diberikan kepada pasien dalam dosis
yang tepat sebagai dokter akan tahu genetika pasien dan bagaimana proses dan
tubuh memetabolisme obat. Salah satu manfaat lebih dari bioteknologi farmasi
adalah dalam bentuk vaksin yang lebih baik.

Biotek perusahaan desain dan memproduksi vaksin yang lebih aman oleh
organisme yang ditransformasi melalui rekayasa genetik. Vaksin-vaksin biotek
meminimalkan risiko infeksi. Rekayasa genetika adalah proses mengidentifikasi
dan mengisolasi DNA dari suatu sel hidup atau mati dan memasukkannya dalam
sel hidup lainnya. Rekayasa genetika merupakan suatu cara memanipulasikan
gen untuk menghasilkan makhluk hidup baru dengan sifat yang diinginkan.
Rekayasa genetika disebut juga pencangkokan gen atau rekombinasi DNA.
Dalam rekayasa genetika digunakan DNA untuk menggabungkan sifat makhluk
hidup. Hal itu karena DNA dari setiap makhluk hidup mempunyai struktur yang
sama, sehingga dapat direkombinasikan. Selanjutnya DNA tersebut akan
mengatur sifat-sifat makhluk hidup secara turun-temurun. Rekayasa Genetika
pada mikroba bertujuan untuk meningkatkan efektivitas kerja mikroba tersebut
(misalnya mikroba untuk fermentasi, pengikat nitrogen udara, meningkatkan
kesuburan tanah, mempercepat proses kompos dan pembuatan makanan ternak,
mikroba prebiotik untuk makanan olahan), dan untuk menghasilkan bahan obat-
obatan dan kosmetika, serta Pembuatan insulin manusia dari bakteri (Sel
pancreas yang mempu mensekresi Insulin digunting , potongan DNA itu
disisipkan ke dalam Plasmid bakteri ) DNA rekombinan yang terbentuk menyatu
dengan Plasmid diinjeksikan lagi ke vektor, jika hidup segera di
kembangbiakan.

Prinsip dasar teknologi rekayasa genetika adalah memanipulasi atau


melakukan perubahan susunan asam nukleat dari DNA (gen) atau menyelipkan

POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA 7


[TEKNOLOGI BIOPROSES]

gen baru ke dalam struktur DNA organisme penerima. Gen yang diselipkan dan
organisme penerima dapat berasal dari organisme apa saja. Pada proses rekayasa
genetika organisme yang sering digunakan adalah bakteri Escherichia coli.
Bakteri Escherichia coli dipilih karena paling mudah dipelajari pada taraf
molekuler.

Proses Rekayasa Genetika Pada proses penyisipan gen diperlukan tiga


faktor utama yaitu 1. Vektor, yaitu pembawa gen asing yang akan disisipkan,
biasanya berupa plasmid, yaitu lingkaran kecil AND yang terdapat pada bakteri.
Plasmid diambil dari bakteri dan disisipi dengan gen asing. 2. Bakteri, berperan
dalam memperbanyak plasmid. Plasmid di dalam tubuh bakteri akan mengalami
replikasi atau memperbanyak diri, makin banyak plasmid yang direplikasi makin
banyak pula gen asing yang dicopy sehingga terjadi cloning gen. 3. Enzim,
berperan untuk memotong dan menyambung plasmid. Enzim ini disebut enzim
endonuklease retriksi, enzim endonuklease retriksi yaitu enzim endonuklease
yang dapat memotong ADN pada posisi dengan urutan basa nitrogen tertentu.

2.3 Komponen Yang Terlibat di Bidang Farmasi

Di dalam bioteknologi dilakukan rekayasa organisme atau komponen


organisme untuk menghasilkan barang dan jasa yang penting dan
menguntungkan bagi kehidupan manusia. Menurut Nurcahyo (2011:9),
bioteknologi tidak lain adalah suatu proses yang unsur-unsurnya sebagai berikut:

1. Input yaitu bahan kasar (raw material) yang akan diolah seperti; beras,
anggur, susu dsb.

2. Proses yaitu mekanisme pengolahan yang meliputi; proses penguraian atau


penyusunan oleh agen hayati.

3. Output yaitu produk baik berupa barang dan/atau jasa, seperti; alkohol, enzim,
antibiotika, hormon, pengolahan limbah.

Bioteknologi tidak dapat dilepaskan dari beberapa unsur yaitu agen


hayati (organisme hidup maupun substansi dari organisme hidup), rekayasa
dengan serangkaian proses tertentu, produk, dan adanya peningkatan nilai guna
untuk masyarakat baik dalam bentuk barang maupun jasa Bioteknologi farmas

POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA 8


[TEKNOLOGI BIOPROSES]

memegang peranan penting dalam pembuatan obat-obatan serta perkembangan


tindakan medis untuk pengobatan suatu penyakit. Komponen bioteknologi
farmasi dapat berupa bagian-bagian dari organisme yang digunakan dalam
menghasilkan produk atau jasa untuk kepentingan penelitian atau pengembangan
perawatan kesehatan dan obatobatan, misalnya:

1. Pembuatan antibody monoclonal

Pembuatan antibody monoclonal yang menggunakan komponen


dari sel gabungan tipe tunggal yang memiliki kekhususan tambahan yang
merupakan bagian penting dari system kekebalan tubuh. Antibodi
monoklonal dibuat dengan cara penggabungan atau fusi dua jenis sel
yaitu limfosit B yang memproduksi antibodi dengan sel kanker
(selmieloma) yang dapat hidup dan membelah terus menerus. Hasil fusi
antara sel limfosit B dengan sel kanker secara in vitro ini disebut dengan
hibridoma. Apabila sel hibridoma dibiakkan dalam kultur sel, sel yang
secara genetik mempunyai sifat identik akan memproduksi antibodi
sesuai dengan antibodi yang diproduksi oleh sel aslinya yaitu sel limfosit
B. Antibodi monoklonal merupakan senyawa yang homogen, sangat
spesifik dan dapat diperoleh dalam jumlah yang besar sehingga sangat
menguntungkan jika digunakan sebagai alat diagnostik untuk mendeteksi
bakteri patogen dan virus, serta untuk uji kehamilan (Ahmad, 2014:152).

2. Terapi gen

Terapi gena bertujuan untuk membetulkan kelainan metabolisme


karena bawaan sejak lahir dengan cara menyisipkan gen normal ke
organisme penderita. Biasanya tahapan meliputi; seleksi dan isolasi gen
kemudian pemeliharaan kultur lalu propagasi. Sel diekstrasi
(dikeluarkan) dari tubuh kemudian ditumbuhkan dalam medium kultur
selanjutnya gennya dimanipulasi dikembalikan ke pasien (penderita)
yang jaringannya diambil, komponen yang digunakan misalnya bone
marrow atau sel kulit, karena keduanya dapat dipelihara dalam medium
kultur (Nurcahyo, 2011:105).

POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA 9


[TEKNOLOGI BIOPROSES]

3. Somatostatin
Diproduksi dari hasil transplantasi gen eukariosit dari hipofisis
manusia ke gen E. coli. Hormon pertumbuhan pada manusia
(humangrowth hormone) ini diberikan kepada para penderita dwarfisme
hipofisis dan berfungsi untuk meningkatkan sekresi hormon
pertumbuhan; somatotropin, hormon yang juga dikloning dari bakteri E
Coli, digunakan sebagai hormon pertumbuhan, pengobatan patah tulang,
luka bakar, dan pendarahan di lambung (Smith, 2009).
4. Hormon Insulin
Insulin merupakan protein manusia pertama yang disintesis
secara kimia. Secara tradisional, insulin untuk pengobatan manusia
diisolasi dari pancreas sapi atau babi. Kemudian seiring perkembangan di
bidang bioteknologi telah terjadi perbaikan cara produksi insulin melalui
rekayasa genetika. Melalui DNA rekombinan, insulin
diproduksi menggunakan sel mikroba yang tidak pathogen. Produk
hormone insulin manusia dapat dihasilkan melalui teknik rekayasa
genetika dengan teknologi plasmid. Hormone ini berfungsi mengubah
glukosa dalam darah menjadi glikogen (Sudjadi, 2008).

2.4 Contoh Bioteknologi Farmasi

Penerapan bioteknologi begitu luas dan telah dilakukan selama


beratusratus tahun mulai dari taraf sederhana sampai bioteknologi modern.
Seiring berkembangnya zaman dan pengetahuan, kini pemanfaatan bioteknologi
tidak hanya sekedar dalam bidang pangan saja, melainkan telah merambah pada
bidang farmasi yang tentunya disertai dengan penggunaan teknologi lebih
canggih dan menerapkan teknik rekayasa genetika. Berikut disajikan beberapa
contoh dan mekanisme penerapan bioteknologi dalam bidang farmasi.

 Pembuatan Insulin
Insulin merupakan hormon yang diproduksi oleh sel-sel beta yang
membentuk pulau sehingga disebut pulau langerhans di kelenjar pangkreas.
Pada awalnya terbentuk proinsulin yang molekulnya lebih besar daripada

POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA 10


[TEKNOLOGI BIOPROSES]

insulin. Proinsulin tersimpan di pankreas hingga dibutuhkan tubuh. Ketika


proinsulin keluar ke peredaran darah, proinsulin diuraikan menjadi 2 bagian:
peptida penghubung dan hormon insulin aktif. Fungis utama hormon insulin
adalah menurunkan kadar glukosa di dalam sel. Teori yang ada mengatakan
bahwa seseorang ≥45 tahun memiliki peningkatan resiko terhadap terjadinya
diabetes dan intoleransi glukosa yang di sebabkan oleh faktor degeneratif
yaitu menurunya fungsi tubuh, khususnya kemampuan dari sel β dalam
memproduksi insulin untuk memetabolisme glukosa (Betteng et al., 2014).
Oleh karena itu diperlukan suatu teknik untuk memperoleh tambahan
insulin. Adanya teknik rekayasa genetika, maka bisa didapatkan hormon
insulin dalam jumlah yang banyak, insulin ini diperoleh dengan
mencangkokkan gen (transplantasi gen) yang mengkode insulin ke dalam
plasmid bakteri. Proses pembuatan insulin dengan teknik DNA recombinan
adalah sebagai berikut.
a. Mengidentifikasi dan mengisolasi gen penghasil insulin dari sel
pankreas manusia:
1) Mula-mula mRNA yang telah disalin dari gen penghasil
insulin diekstrak dari sel pancreas. Kemudian enzim
transcriptase ditambahkan pada mRNA bersamaan dengan
nukleotida penyusun DNA.
2) Enzim ini menggunakan mRNA sebagai cetekan untuk
membentuk DNA berantai tunggal.
3) DNA ini kemudian dilepaskan dari mRNA.
4) Enzim DNA polymirase digunakan untuk melengkapi DNA
rantai tunggal menjadi ranati ganda, disebut DNA
komplementer (cDNA), yang merupakan gen penghasil
insulin.
b. Melepaskan salinan gen penghasil insulin tersebut dengan cara
memotong kromosom secara khusus menggunakan enzim retrikasi.
c. Mengekstrak plasmid dari sel bakteri, kemudian membuka plasmid
dari sel bakteri dengan menngunakan enzim retrikasi lain. Sementara
itu, di dalam serangkain tabung reaksi atau cawan petri, gen

POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA 11


[TEKNOLOGI BIOPROSES]

penghasil insulin manusia dalam bentuk c- DNA disiapkan untuk


dipasangkan pada plasmid yang terbuka tersebut.
d. Memasang gen penghasil insulin kedalam cincin plasmid. Mula-mula
ikatan yang terjadi masih lemah, kemudian enzim DNA ligase
memperkuat ikatan ini sehingga dihasilkan molekul DNA
recombinan/plasmid recombinan yang bagus.
e. Memasukkan plasmid recombinan kedalam bakteri E.coli. Di dalam
sel bakteri ini plasmid mengadakan replikasi.
f. Mengultur bakteri E.coli yang akan berkembang biak dengan cepat
menghasilkkan klon-klon bakteri yang mengandung plasmid
recombinan penghasil insulin. Melalui rekayasa genetika dapat
dihasilkan E.coli yang merupakan penghasil insulin dalam jumlah
banyak dan dalam waktu yang singkat.

Gambar 1. Langkah-Langkah DNA Rekombinan pada Produksi


Insulin
 Pembuatan Antibodi Monoklonal
Produksi molekul Antibodi merupakan tanggungjawab dari klone-klone
sel limfosit B (sel plasma) yang masing-masing spesifik terhadap antigen.
Menurut teori klonal, adanya interaksi antara antigen dengan klone limfosit
B akan merangsang sel tersebut untuk berdiferensiasi dan berproliferasi

POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA 12


[TEKNOLOGI BIOPROSES]

sehingga diperoleh sel yang mempunyai ekspresi klonal untuk memproduksi


antibodi. Produksi antibody monoklonal merupakan gabungan penerapan
teknik hibridoma dan kloning. Dengan berkembangnya teknologi dan
pengetahuan tentang molekul Ig, maka kini dikenal teknik hibridoma untuk
tujuan menghasilkan antibodi monoklonal dalam jumlah banyak dan tidak
terbatas oleh waktu dengan cara kloning. Teknik hibridoma adalah suatu
teknik dengan cara menggabungkan dua macam sel eukariot dengan tujuan
mendapatkan sel hibrid yang memiliki kemampuan kedua sel induknya.
Pada hakekatnya produksi antibodi monoklonal tetap mengikuti prinsip
teori seleksi klonal (Artama, 1990: 165). Pada dunia kesehatan, antibodi
monoklonal ini dapat digunakan untuk diagnosis kehamilan, uji golongan
darah ABO, dan uji serum (AIDS, Hepatitis). Prosedur produksi antibodi
monoclonal sebagai berikut.
a. Antigen yang telah dimurnikan disuntikkan ke hewan percobaan
mencit (mice) untuk mendapatkan sel limfosit B yang spesifik.
b. Limpa (spleen) dikeluarkan dari tikus setelah lebih dulu dimatikan
dan dikerjakaan secara aseptis.
c. Sel limfosit B sebagai penghasil Ab tersebut kemudian diisolasi dari
limpa (spleen) dipisahkan dari eritrosit dan cairan limpa dengan cara
sentrifus (gradient centrfuge).
d. Sel penghasil Ab tersebut kemudian diisolasi dan selanjutnya
dikawinkan dengan sel myeloma (sel kanker) dalam media PEG
(polyethilene glycol) atau dapat juga dengan virus Sendai.
e. Sel hibrid yang diperoleh kemudian diseleksi dalam medium HAT
(hypoxanthine aminopterin thimidin), oleh karena tidak semua sel
hibrid yang dihasilkan sesuai dengan yang diharapkan yakni sel
limfosit B dengan sel myeloma, akan tetapi dapat terjadi hibrid antara
sel limfosit B dengan sel limfosit B, atau sel myeloma dengan sel
myeloma.
f. Sel hibrid yang terseleksi kemudian diuji untuk mengetahui
kemampuan menghasilkan Ab yang diharapkan, jika hasilnya pasti
maka sel tersebut dikultur (cloning) kemudian dipropagasi pada

POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA 13


[TEKNOLOGI BIOPROSES]

kultur jaringan (bioreaktor) atau disuntikkan ke tikus (in vivo) untuk


produksi MAb atau dapat pula dibekukan untuk koleksi.
g. Sel hibrid yang terseleksi kemudian diuji (assay) untuk mengetahui
kemampuan menghasilkan Ab yang diharapkan denngan
menggunakan kultur sel dan diuji antibodi.
h. Jika hasilnya pasti, maka sel tersebut kemudian dipropagasi dengan
menggunakan kultur jaringan dalam skala besar (bioreaktor) untuk
mendapatkan sel turunan yang sama persis dengan induknya
(cloning), atau disuntikkan ke tikus (in vivo) untuk produksi MAB,
atau dapat pula dibekukan untuk koleksi (stock cell culture).

POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA 14


[TEKNOLOGI BIOPROSES]

Gambar 2. Skema tahapan kegiatan produksi antibodi monoklonal


dari imunisasi sampai mendapatkan klon hibridom.
 Produk Vaksin
Selain digunakan untuk memproduksi hormon maupun enzim, teknologi
DNA rekombinan juga digunakan untuk membuat vaksin. Pada aplikasi ini,
secara garis besar beberapa mikroorganisme digunakan untuk menghambat
kemampuan mikroorganisme patogen (penyebab penyakit). Mikrobia
menjadi suatu bibit penyakit dalam tubuh apabila mikrobia tersebut
menghasilkan senyawa toksik bagi tubuh manusia. Selain itu, bagian-bagian
tubuh mikrobia seperti flagel dan membran sel juga dapat menimbulkan
penyakit. Hal ini karena bagian-bagian tersebut kemungkinan terdiri dari
protein asing bagi tubuh. Senyawa dan protein asing ini disebut antigen. Gen
yang mengkode senyawa penyebab penyakit (antigen) diisolasi dari mikrobia
yang bersangkutan. Kemudian gen ini disisipkan pada plasmid mikrobia
yang sama, tetapi telah dilemahkan (tidak berbahaya). Mikrobia ini menjadi
tidak berbahaya karena telah dihilangkan bagian yang menimbulkan
penyakit, misal lapisan lendirnya. Mikrobia yang telah disisipi gen ini akan
membentuk antigen murni. Bila antigen ini disuntikkan pada manusia, sistem
kekebalan manusia akan membuat senyawa khas yang disebut antibodi

Gambar 3. Vaksinasi dari virus Herpes


 Terapi Gen

POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA 15


[TEKNOLOGI BIOPROSES]

Menurut Nurcahyo (2011), terapi gen adalah suatu teknik yang


digunakan untuk memperbaiki gen-gen mutan (abnormal/cacat) yang
bertanggung jawab terhadap terjadinya suatu penyakit. Pada awalnya, terapi
gen diciptakan untuk mengobati penyakit keturunan (genetik) yang terjadi
karena mutasi pada satu gen, seperti penyakit fibrosis sistik. Penggunaan
terapi gen pada penyakit tersebut dilakukan dengan memasukkan gen normal
yang spesifik ke dalam sel yang memiliki gen mutan. Terapi gen kemudian
berkembang untuk mengobati penyakit yang terjadi karena mutasi di banyak
gen, seperti kanker. Selain memasukkan gen normal ke dalam sel mutan,
mekanisme terapi gen lain yang dapat digunakan adalah melakukan
rekombinasi homolog untuk melenyapkan gen abnormal dengan gen normal,
mencegah ekspresi gen abnormal melalui teknik peredaman gen, dan
melakukan mutasi balik selektif sehingga gen abnormal dapat berfungsi
normal kembali. Secara garis besar ada dua macam cara yang biasa
digunakan untuk memasukkan gen baru ke dalam sel.
a. Terapi Gen Ex Vivo Sel dari sejumlah organ atau jaringan (seperti
kulit, system hemopoietik, hati ) atau jaringan tumor dapat diambil
dari pasien dan kemudian dibiakkan dalam laboratorium. Selama
pembiakkan, sel itu dimasuki suatu gen tertentu untuk terapi penyakit
itu. Kemudian diikuti dengan reinfusi atau reimplementasi dari sel
tertransduksi itu ke pasien. Penggunaan sel penderita untuk
diperlakukan adalah untuk meyakinkan tidak ada respon imun yang
merugikan setelah infuse atau transplantasi. Terapi gen ex vivo saat
ini banyak digunakan pada uji klinis, kebanyakan menggunakan
vector retrovirus untuk memasukkan suatu gen ke dalam sel
penerima.
b. Terapi Gen In Vivo Organ seperti paru paru, otak, jantung tidak
cocok untuk terapi gen ex vivo, sebab pembiakan sel target dan
retransplantasi tidak mungkin dilakukan. Oleh karena itu terapi gen
somatic, dilakukan dengan pemindahan gen in vivo. Dengan kata lain
dengan memberikan gen tertentu baik secara lokal maupun sistemik.
Penggunaan vector retrovirus memerlukan kondisi sel target yang

POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA 16


[TEKNOLOGI BIOPROSES]

sedang membelah supaya dapat terinfeksi. Akan tetapi, banyak


jaringan yang merupakan target terapi gen, sebagian besar selnya
dalam keadaan tidak membelah. Akibatnya, sejumlah strategi
diperlukan baik penggunaan system vector virus maupun non-virus
untuk menghantarkan gen terapetik ke sel target yang sangat
bervariasi seperti kulit, otot, usus, liver dan sel darah. Sistem
penghantar gen in vivo yang ideal adalah efisiensi tinggi masuknya
gen terapetik dalam sel target. Gen itu dapat masuk ke inti sel dengan
sedikit mungkin terdegradasi, dan gen itu tetap terekspresi walaupun
ada perubahan kondisi

Gambar 4. Terapi Gen In Vivo dan Terapi Gen Ex Vivo

Terapi gen dapat dilakukan pada gen sel somatic maupun embrional,
berikut penjelasannya.

a. Terapi gen pada sel somatic Terapi gena pada sel somatis
(somatic gene therapy) yaitu usaha mereparasi gen karena
cacat bawaan dengan cara menyisipkan gene normal ke
organisme penderita, sebagai contoh kelainan metabolisme.
Langkah-langkah terapi gena sebagai berikut: sel sumsum
tulang (bone marrow) atau sel kulit diekstrasi (dikeluarkan)
dari tubuh pasien kemudian dipelihara dalam medium kultur
untuk perbanyakan. Kemudian disisipkan gen normal ke
dalam DNA sel tadi dengan rekayasa gena ini diharapkan

POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA 17


[TEKNOLOGI BIOPROSES]

dapat menyebabkan perubahan genotipe sel yang semula


cacat. Transgenesis untuk mengembalikan rDNA tubuh
pasien yang menderita cacat bawaan. Terapi gene sel somatik
dari sudut pandang sosial masih menimbulkan masalah pro
dan kontra. Masih dipertimbangkan dengan alasan karena
risiko dan keamanan.
b. Terapi Gena pada sel embrional Terapi gena pada sel (Germ
line gene therapy) yaitu usaha mereparasi gena karena cacat
bawaan, sebagai contoh kelainan metabolisme. Langkah-
langkah terapi gena sebagai berikut: misalnya sumsum tulang
(bone marrow) atau sel kulit diambil kemudian keduanya
dipelihara dalam medium kultur vektor ke dalam sel hospes
dengan menggunakan metode mikroinjeksi DNA ke sel telur
terbuahi diikuti dengan implantasi sel telur termanipulasi ke
induk titipan yang telah dipersiapkan. Pada tikus dengan
induksi dapat diperoleh 40 buah ova, namun sel telur yang
dapat dibuahi sekitar 20 buah. 2 pl buffer yang mengandung
klon plasmid DNA diinjeksikan ke salah satu dari pronukleus
sel telur terbuahi. Ada 2 buah pronukleus dari jantan dan
betina, pronukleus jantan lebih besar sehingga dipilih untuk
diinjeksi. Pronuklei mengalami fusi kemudian terbentuklah
zygote diploid. Embryo ditumbuhkan pada medium in vitro,
sampai pembelahan sel tertentu. Kemudian diimplantasikan
ke induk titipan. Antara 3 – 10 % hewan yang berkembang
mengandung kopi dari DNA eksogen yang bersatu dengan
kromosomnya.
 Produksi Antibiotik
Antibiotika adalah suatu zat yang dihasilkan oleh organisme tertentu dan
berfungsi untuk menghambat pertumbuhan organisme lain yang ada di
sekitarnya. Antibiotika dapat diperoleh dari jamur atau bakteri yang diproses
dengan cara tertentu. Dipelopori oleh Alexander Fleming dengan penemuan
penisilin dari Penicillium notatum. Penicillium chrysogenum digunakan

POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA 18


[TEKNOLOGI BIOPROSES]

untuk mem-perbaiki penisilin yang sudah ada dengan mutasi secara iradiasi
ultra violet dan sinar X. Selain Penicillium chrysogenu, beberapa
mikroorganisme juga digunakan sebagai antibiotik, antara lain: •
Cephalospurium : penisilin N. • Cephalosporium : sefalospurin C. •
Streptomyces: streptomisin, untuk pengobatan TBC Produksi antibiotic
dilakukan dalam skala besar pada tangki fermentasi dengan ukuran besar.
Sebagai contoh, penicillium chrysogenum ditunbuhkan dalam 100.000 liter
fermentor selama kurang lebih 200 jam. Mula-mula suspense spora
P.chrysogenum ditumbuhkan pada larutan bernutrisi. Kultur diinkubasi
selama 24 jam pada suhu 24◦ C dan selanjutnya ditransfer ke tangki aerasi
yang baik selama satu hingga dua hari.
 Produksi Vitamin dan Asam Amino
Vitamin merupakan faktor esensial bagi manusia. Beberapa dapat
diproduksi melalui fermentasi mikroorganisme, dan digunakan sebagai
suplemen makanan. Misalnya, vitamin B12 dapat diproduksi sebagai produk
samping fermentasi antibiotik oleh Streptomyces. Vitamin B12 juga
diperoleh dari fermentasi Propionibacterium shermanii atau Paracoccus
denitrificans. Riboflavin dapat dihasilkan dari fermentasi berbagai macam
mikroorganisme, misalnya bakteri Clostridium dan fungi Eremothecium
ashbyi atau Ashbya gossypii. Lisin diproduksi melalui fermentasi
mikroorganisme, sehingga dapat digunakan sebagai suplemen makanan bagi
manusia dan sebagai bahan tambahan pada sereal. Produksi lisin dari
kerbohidrat menggunakan Corynebacterium glutamicum Asam glutamat
(glutamic acid) dimanfaatkan sebagai monosodium glutamat (MSG), bahan
penyedap makanan. Asam L-glutamat dan MSG dapat diproduksi melalui
fermentasi fermentasi strain Brevibacterium, Arthrobacter, dan
Corynebacterium. Kultur Corynebacterium glutamicum dan Brevibacterium
flavum digunakan untuk produksi MSG dalam skala besar. Proses fermentasi
memerlukan media glukosa-garam mineral dengan menambahkan urea
secara periodik sebagai sumber nitrogen selama proses fermentasi. Nilai pH
dijaga berkisar 6-8, dan temperatur berkisar 30ºC.
 Produksi Steroid

POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA 19


[TEKNOLOGI BIOPROSES]

Hormon steroid sangat penting peranannya dalam dunia kesehatan. Misalnya


kortison dan steroid lainnya yang serupa diketahui dapat digunakan untuk
meredakan sakit dan mengurangi bengkak. Produksi kortison dengan sintesis
daria sam deoksiolat (deoxycholic acid) dan fungi Rhizopus arrhizus
menghidroksilasi progesteron membentuk steroid lain dengan
mengintroduksi oksigen pada posisi nomor 11 dan menghasilkan 11α-
hidroksiprogresteron. Fungi Cunninghamella blakesleena juga dapat
menghidroksilasi steroid korteksolon (cortexolone) untu membentuk
hidrokortison dengan mengintroduksi oksigen pada posisi nomor 11.

POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA 20


[TEKNOLOGI BIOPROSES]

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan

Kesimpulan dari makalah ini adalah sebagai berikut.

1. Bioteknologi farmasi merupakan penerapan dan pengembangan


bioteknologi dalam bidang farmasi/obat-obatan yang menunjang perbaikan
kesehatan makhluk hidup serta perawatan medis.
2. Arti penting bioteknologi farmasi yaitu merancang dan memproduksi
obat-obatan yang disesuaikan dengan genetik masing-masing orang,
mengembangkan obat-obatan khusus untuk efek terapi yang maksimal
dengan dosis yang tepat, memproduksi vaksin yang lebih aman oleh
organisme yang ditransformasi melalui rekayasa genetik
3. Komponen yang terlibat dalam bioteknologi farmasi dan kedokteran
dapat berupa bagian-bagian dari organisme yang digunakan dalam
menghasilkan produk atau jasa untuk kepentingan penelitian atau
pengembangan perawatan kesehatan dan obatobatan.
4. Contoh dari bioteknologi farmasi diantaranya pembuatan insulin,
antibody monoclonal, antibiotik, vaksin, steroid, vitamin dan terapi gen.
3.2 Saran
Dari pembuatan makalah ini ada beberapa hal yang perlu diperbaiki diantaranya
mahasiswa harus selalu mengikuti perkembangan informasi mengenai bioteknologi
farmasi, hal ini dikarenakan ilmu bioteknologi farmasi yang terus berkembang dan
memunculkan teori atau cara baru.

POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA 21


[TEKNOLOGI BIOPROSES]

DAFTAR PUSTAKA

Artama, W.T. (1990). Teknik Hibridoma untuk Porduksi Antibodi Monoklonal. Makalah
Kursus Immuno-bioteknologi. Yogyakarta: PAU UGM. Betteng, R., Pangemanan, D., &
Mayulu, N. 2014. Analisis Faktor Resiko Penyebab Terjadinya Diabetes Melitus Tipe 2
Pada Wanita Usia Produktif Ii Puskesmas Wawonasa. Jurnal e-Biomedik, 2(2): 400-410.

Machmud, M., Harjosudarmo, Jumanto, Manzila, Ifa, & Suryadi, Yadi. 2004. Pengembangan
Teknik Produksi dan Aplikasi Antibodi Monoklonal Ralstonia solanacerum. Kumpulan
Makalah Seminar Hasil Penelitian BBBiogen Tahun 2004.

Madigan, M.T., Martinko, J.M., Dunlap, P.V. and Clark, D.P. 2009. (published February, 2008)
Brock Biology of Microorganisms, 12th edition.

Pearson Benjamin-Cummings, San Francisco Nurcahyo, Heru. 2011. Diktat Bioteknologi.


Yogyakarta: Fakultas MIPA Universitas Negeri Yogyakarta.

Pratiwi, Sylvia. 2008. Mikrobiologi Farmasi. Jakarta: Erlangga Smith, J. E. 2009.


Biotechnology Fifth Edition. New York: Cambridge University Press.

Sudjadi. 2008. Bioteknologi kesehatan. Yogyakarta: Kanisius Thieman, W.J, Palladino, M.A.
2004. Introduction to Biotechnology. San Fransisco: Pearson Benjamin Cummings

POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA 22

Anda mungkin juga menyukai