Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN KEDARURATAN


LUKA BAKAR ATAU COMBUSTIO

OLEH :
VERA ANDIKA
19.14901.15.22

PROGRAM PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
BINA HUSADA
PALEMBANG
2020
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang

Luka bakar merupakan luka yang unik di antara bentuk-bentuk luka lainnya karena
luka tersebut meliputi sejumlah besar jaringan mati (eskar) yang tetap berada pada tempatnya
untuk jangka waktu yang lama. Dengan cepat luka bakar akan didiami oleh bakteri pathogen,
mengalami eksudasi dengan perembesan sejumlah besar air, protein serta elektrolit dan sering
kali memerlukan pencangkokan kulit dari bagian tubuh yang lain untuk menghasilkan
penutupan luka yang permanen.

Orang-orang yang menderita akibat luka bakar menghadirkan salah satu krisis
perawatan kesehatan yang paling menantang.Seseorang yang pada suatu saat dalam keadaan
sehat dapat tiba-tiba terkena luka bakar yang luas.Bersamaan dengan perubahan-perubahan
psikologis yang dramatis adalah dampak emosional dari luka bakar, yang mempengaruhi baik
korban luka bakar maupun keluarganya.Kemajuan-kemajuan besar dalam terapi luka bakar
telah terjadi sejak tahun 1960-an. Prognosis telah berubah dari harapan meninggal menjadi
harapan hidup.

Luka bakar adalah kerusakan atau kehilangan jaringan yang disebabkan kontak
dengan sumber panas seperti api, air panas, bahan kimia, listrik, dan radiasi. (smeltzer,
suzanna, 2002)
Luka bakar adalah suatu trauma yang disebabkan oleh panas, arus listrik, bahan kimia
dan petir yang mengenai kulit, mukosa dan jaringan yang lebih dalam (Irna Bedah RSUD
Dr.Soetomo, 2001).
Untuk membantu mempermudah penilaian dalam memberikan terapi dan perawatan,
luka bakar diklasifikasikan berdasarkan penyebab, kedalaman luka, dan keseriusan luka,
yakni :
a. Berdasarkan penyebab
- Luka bakar karena api
- Luka bakar karena air panas
- Luka bakar karena bahan kimia
- Luka bakar karena listrik
- Luka bakar karena radiasi
- Luka bakar karena suhu rendah (frost bite)

b. Berdasarkan kedalam luka bakar


- Luka bakar derajat I
- Luka bakar derajat II
- Derajat II dangkal (superficial)
- Derajat II dalam (deep)
- Luka bakar derajat III

c. Berdasarkan tingkat keseriusan luka


American Burn Association menggolongkan luka bakar menjadi tiga kategori:
- Luka bakar mayor
- Luka bakar moderat
- Luka bakar minor

d. Ukuran luas luka bakar


Dalam menentukan ukuran luas luka bakar kita dapat menggunakanbeberapa metode
yaitu :
- Rule of nine
- Kepala dan leher : 9%
- Dada depan dan belakang : 18%
- Abdomen depan dan belakang : 18%
- Tangan kanan dan kiri : 18%
- Paha kanan dan kiri : 18%
- Kaki kanan dan kiri : 18%
- Genital : 1%
- Diagram

1.2 Etiologi
Menurut Rahayuningsih (2012), etiologi luka bakar antara lain :
a. Luka bakar suhu tinggi (thermal burn)
Luka bakar thermal disebabkan oleh karena terpapar atau kontak dengan api, cairan
panas dan bahan padat (solid).
b. Luka bakar bahan kimia (Chemical burn)
Luka bakar kimia disebabkan oleh kontaknya jaringan kulit dengan asam atau basa
kuat. Konsentrasi zat kimia, lamanya kontak dan banyaknya jaringan yang terpapar
menentukan luasnya injuri karena zat kimia ini. luka bakar kimia dapat terjadi
misalnya karena kontak dengan zat-zat pembersih yang sering digunakan untuk
keperluan rumah tangga dan berbagai zat kimia yang digunakan dalam bidang
industri, pertanian dan militer. Lebih dari 25.000 produk zat kimia diketahui dapat
menyebabkan luka bakar kimia.
c. Luka bakar sengatan listrik (Electrical burn)
Lewatnya tenaga listrik bervoltase tinggi melalui jaringan menyebabkan
perubahannya menjadi tenaga panas, ia menimbulkan luka bakar yang tidak hanya
mengenai kulit dan jaringan sub kutis, tetapi juga semua jaringan pada jalur alur
listrik tersebut. Luka bakar listrik biasanya disebabkan oleh kontak dengan sumber
tenaga bervoltase tinggi. Anggota gerak merupakan kontak yang terlazim, dengan
tangan dan lengan yang lebih sering cedera daripada tungkai dan kaki. Kontak sering
menyebabkan gangguan jantung dan atau pernafasan, dan resusitasi kardiopulmonal
sering diperlukan pada saat kecelakaan tersebut terjadi. Luka pada daerah masuknya
arus listrik biasanya gosong dan tampak cekung.
d. Luka bakar radiasi (Radiasi injury)
Luka bakar radiasi disebabkan oleh terpapar dengan sumber radioaktif. Tipe injury ini
seringkali berhubungan dengan penggunaan radiasi ion pada industri atau dari sumber
radiasi untuk keperluan terapeutik pada dunia kedokteran. Terpapar oleh sinar
matahari akibat terpapar yang terlalu lama juga merupakan salah satu tipe luka bakar
radiasi.
Disebabkan oleh perpindahan energy dari sumber pana ke tubuh melalui konduksi
atau radiasi elektromagnetik. Berdasarkan perjalanan penyakitnya luka bakar dibagi
menjadi 3 fase, yaitu :
a. Fase akut
Pada fase ini problema yang ada berkisar pada gangguan saluran napas karena
adanya cedera inhalasi dan gangguan sirkulasi.Pada fase ini terjadi gangguan
keseimbangan sirkulasi cairan dan elektrolit akibat cedera termis bersifat sistemik.
b. Fase sub akut
Fase ini berlangsung setelah shock berakhir.Luka terbuka akibat kerusakan jaringan
(kulit dan jaringan dibawahnya) menimbulkan masalah inflamasi, sepsis dan
penguapan cairan tubuh disertai panas/energy.
c. Fase lanjut
Fase ini berlangsung setelah terjadi penutupan luka sampai terjadi maturasi.Masalah
pada fase ini adalah timbulnya penyulit dari luka bakar berupa parut hipertrofik,
kontraktur, dan deformitas lainnya.
- Penentuan luas luka bakar secara lebih lengkap dijelaskan dengan diagram lund dan
browder berikut :

Usia (tahun)
Lokasi
0-1 1-4 5-9 10-15 Dewasa
Kepala 19 17 13 10 7
Leher 2 2 2 2 2
Dada dan perut 13 13 13 13 13
Punggung 13 13 13 13 13
Pantat kiri 2,5 2,5 2,5 2,5 2,5
Pantan kanan 2,5 2,5 2,5 2,5 2,5
Kelamin 1 1 1 1 1
Lengan atas kanan 4 4 4 4 4
Lengan atas kiri 4 4 4 4 4
Lengan bawah kanan 3 3 3 3 3
Lengan bawah kiri 3 3 3 3 3
Tangan kanan 2,5 2,5 2,5 2,5 2,5
Tangan kiri 2,5 2,5 2,5 2,5 2,5
Paha kanan 5,5 6,5 8,5 8,5 9,5
Paha kiri 5,5 6,5 8,5 8,5 9,5
Tungkai bawah kanan 5 5 5,5 6 7
Tungkai bawah kiri 5 5 5,5 6 7
Kaki kanan 3,5 3,5 3,5 3,5 3,5
Kaki kiri 3,5 3,5 3,5 3,5 3,5

1.3 Anatomi dan Fisiologi


Anatomi Fisiologi
Kulit adalah organ tubuh terluas yang menutupi otot dan mempunyai fungsi sebagai
pelindung tubuh dan berbagai trauma ataupun masuknya bakteri, kulit juga mempunyai fungsi
utama reseptor yaitu untuk mengindera suhu, perasaan nyeri, sentuhan ringan dan tekanan,
pada bagian stratum korneum mempunyai kemampuan menyerap air sehingga dengan
demikian mencegah kehilangan air serta elektrolit yang berlebihan dan mempertahankan
kelembaban dalam jaringan subkutan.
Tubuh secara terus menerus akan menghasilkan panas sebagai hasil metabolisme
makanan yang memproduksi energi, panas ini akan hilang melalui kulit, selain itu kulit yang
terpapar sinar ultraviolet dapat mengubah substansi yang diperlukan untuk mensintesis
vitamin D. kulit tersusun atas 3 lapisan utama yaitu epidermis, dermis dan jaringan subkutan.
1. Lapisan epidermis, terdiri atas:
a. Stratum korneum, selnya sudah mati, tidak mempunyai inti sel, inti selnya sudah
mati dan mengandung keratin, suatu protein fibrosa tidak larut yang membentuk
barier terluar kulit dan mempunyai kapasitas untuk mengusir patogen dan
mencegah kehilangan cairan berlebihan dari tubuh.
b. Stratum lusidum. Selnya pipih, lapisan ini hanya terdapat pada telapak tangan
dan telapak kaki.
c. Stratum granulosum, stratum ini terdiri dari sel-sel pipi seperti kumparan, sel-sel
tersebut terdapat hanya 2-3 lapis yang sejajar dengan permukaan kulit.
d. Stratum spinosum/stratum akantosum. Lapisan ini merupakan lapisan yang
paling tebal dan terdiri dari 5-8 lapisan. Sel-selnya terdiri dari sel yang bentuknya
poligonal (banyak sudut dan mempunyai tanduk).
e. Stratum basal/germinatum. Disebut stratum basal karena sel-selnya terletak di
bagian basal/basis, stratum basal menggantikan sel-sel yang di atasnya dan
merupakan sel-sel induk.
2. Lapisan dermis terbagi menjadi dua yaitu:
a. Bagian atas, pars papilaris (stratum papilaris)
Lapisan ini berada langsung di bawah epidermis dan tersusun dari sel-sel
fibroblas yang menghasilkan salah satu bentuk kolagen.
b. Bagian bawah, pars retikularis (stratum retikularis).
Lapisan ini terletak di bawah lapisan papilaris dan juga memproduksi
kolagen.Dermis juga tersusun dari pembuluh darah serta limfe, serabut saraf,
kelenjar keringat serta sebasea dan akar rambut.
3. Jaringan subkutan atau hipodermis
Merupakan lapisan kulit yang terdalam. Lapisan ini terutamanya adalah jaringan
adipose yang memberikan bantalan antara lapisan kulit dan struktur internal seperti
otot dan tu lang. Jaringan subkutan dan jumlah deposit lemak merupakan faktor
penting dalam pengaturan suhu tubuh.

Kelenjar Pada Kulit


Kelenjar keringat ditemukan pada kulit pada sebagian besar permukaan tubuh.
Kelenjar ini terutama terdapat pada telapak tangan dan kaki. Kelenjar keringat
diklasifikasikan menjadi 2, yaitu kelenjar ekrin dan apokrin. Kelenjar ekrin
ditemukan pada semua daerah kulit. Kelenjar apokrin berukuran lebih besar dan
kelenjar ini terdapat aksila, anus, skrotum dan labia mayora.

1.4 Manifestasi Klinis


a. Berdasarkan kedalaman luka bakar
- Luka bakar derajat I
 Kerusakan terjadi pada lapisan epidermis
 Kulit kering, hiperemi berupa eritema
 Tidak dijumpai bullae
 Nyeri karena ujung-ujung saraf sensorik teriritasi
 Penyembuhan terjadi spontan dalam waktu 5-10 hari

- Luka bakar derajat II


 Kerusakan meliputi epidermis dan sebagian dermis, berupa reaksi inflamasi
disertai proses eksudasi
 Dijumpai bullae
 Nyeri karena ujung-ujung saraf teriritasi
 Dasar luka berwarna merah atau pucat, sering terletak lebih tinggi diatas kulit
normal

Luka bakar derajat II ini dibedakan menjadi dua yaitu :


Derajat II dangkal (superficial)
 Kerusakan mengenai bagian superficial dari dermis
 Organ-organ kulit seperti folikel rambut, kelenjar keringat, kelenjar sebasea
masih utuh
 Penyembuhan terjadi spontan dalam waktu 10-14 hari

Derajat II dalam (deep)


 Kerusakan mengenai hamper seluruh bagian dermis
 Organ-organ kulit seperti folikel rambut, kelenjar keringat, kelenjar sebasea
sebagian besar masih utuh
 Penyembuhan terjadi lebih lama, tergantung epitel yang tersisa. Biasanya
penyembuhan terjadi lebih dari sebulan.

- Luka bakar derajat III


 Kerusakan meliputi seluruh lapisan dermis dan lapisan yang lebih dalam
 Organ-organ kulit seperti folikel rambut, kelenjar keringat, kelenjar sebasea
mengalami kerusakan
 Tidak dijumpai bullae
 Kulit yang terbakar berwarna abu-abu dan pucat. Karena kering letaknya lebih
rendah disbanding kulit sekitar
 Terjadi koagulasi protein pada epidermis dan dermis yang dikenal sebagai eskar
 Tidak dijumpai nyeri dan hilang sensasi, oleh karena ujung-ujung saraf sensorik
mengalami kerusakan/kematian
 Penyembuhan terjadi lama karena tidak terjadi proses epitelisasi spontan dari
dasar luka

b. Berdasarkan tingkat keseriusan luka


American Burn Association menggolongkan luka bakar menjadi tiga kategori :
- Luka bakar mayor
 Luka bakar dengan luas lebih dari 25% pada orang dewasa dan lebih dari 20%
pada anak-anak
 Luka bakar fullthickness lebih dari 20%
 Terdapat luka bakar pada tangan, muka, mata, telinga, kaki, dan perineum
 Terdapat trauma inhalasi dan multiple injury tanpa memperhitungan derajat
dan luasnya luka
 Terdapat luka bakar listrik bertegangan tinggi

- Luka bakar moderat


 Luka bakar dengan luas 15-25% pada oramg dewasa dan 10-20% pada anak-
anak
 Luka bakar fullthickness kurang dari 10%
 Tidak terdapat luka bakar pada tangan, muka, mata, telinga, kaki, dan
perineum

- Luka bakar minor


Luka bakar minor seperti yang didefinisikan oleh trofino (1991) dan griglak
(1992) adalah :
 Luka bakar dengan luas kurangdari 15% pada orang dewasa dan kurang dari
10% pada anak-anak
 Luka bakar fullthickness kurang dari 2%
 Tidak terdapat luka bakar di daerah wajah, tangan dan kaki
 Luka tidak sirkumfer
 Tidak terdapat trauma inhalasi

1.5 Komplikasi
a. Bekas luka
Luka bakar bisa menyebabkan bekas luka dan juga keloid. Keloid adalah pertumbuhan
jaringan bekas luka yang berlebih di atas kulit. Luka bakar ringan biasanya hanya
meninggalkan bekas luka yang sedikit. Bekas luka bisa dikurangi dengan
menggunakan krim atau salep pada bekas luka bakar dan juga memakai tabir surya.
b. Infeksi
Infeksi dapat terjadi jika bakteri mulai berkembang biak di luka yang terbuka. Oleh
karena itu, penting untuk menjaga kebersihan luka melepuh yang telah pecah.
Beberapa tanda terjadinya infeksi adalah ketika luka terasa lebih sakit atau menjadi
bau. Selain itu, Anda mungkin mengalami demam dan pembengkakan pada kulit yang
terinfeksi. Infeksi biasanya bisa diatasi dengan antibiotik dan obat pereda rasa sakit.
Segera periksakan ke dokter jika Anda mencurigai luka telah terinfeksi.
Luka bakar yang terinfeksi bisa menyebabkan terjadinya sepsis dan sindrom syok
toksik. Sepsis dan sindrom syok toksik terjadi ketika infeksi telah menyebar ke dalam
darah, dan dapat menyebabkan kematian jika tidak segera ditangani.
c. Masalah pernapasan
Menghirup udara panas atau asap bisa melukai saluran udara dan menyebabkan
kesulitan dalam bernapas. Menghirup asap bisa merusak paru-paru dan menyebabkan
kegagalan fungsi organ pernapasan.
d. Masalah tulang dan persendian
Luka bakar yang dalam bisa membatasi pergerakan tulang dan juga persendian. Bekas
luka bisa menyebabkan kontraktur. Kontraktur adalah ketika kulit, otot, maupun urat
memendek dan/atau mengencang. Akibatnya, sendi tidak bisa digerakkan secara
normal.
e. Syok
Syok adalah kondisi berbahaya yang muncul ketika tubuh kekurangan pasokan
oksigen. Orang yang terkena luka bakar parah bisa mengalami syok. Beberapa gejala
syok adalah ketika wajah terlihat pucat, denyut jantung cepat, bernapas cepat atau
pendek, sering menguap, kulit terasa dingin dan bahkan pingsan.
Jika terjadi syok, segera antar ke rumah sakit. Baringkan penderita dan posisikan kaki
mereka lebih tinggi dari tubuh. Hangatkan suhu tubuh dengan memakai selimut,
usahakan untuk tidak menutupi bagian yang mengalami luka bakar.

1.6 Patofisiologi
Luka bakar (Combustio) disebabkan oleh pengalihan energi dari suatu sumber
panas
kepada tubuh. Panas dapat dipindahkan lewat hantaran atau radiasi elektromagnetik.
Destruksi jaringan terjadi akibat koagulasi, denaturasi protein atau ionisasi isi sel. Kulit dan
mukosa saluran nafas atas merupakan lokasi destruksi jaringan. Jaringan yang dalam
termasuk organ visceral dapat mengalami kerusakan karena luka bakar elektrik atau kontak
yang lama dengan burning agent. Nekrosis dan keganasan organ dapat terjadi.
Kedalam luka bakar bergantung pada suhu agen penyebab luka bakar dan lamanya
kontak dengan gen tersebut. Pajanan selama 15 menit dengan air panas dengan suhu
sebesar 56.10C mengakibatkan cidera full thickness yang serupa. Perubahan patofisiologik
yang disebabkan oleh luka bakar yang berat selama awal periode syok luka bakar
mencakup hipoperfusi jaringan dan hipofungsi organ yang terjadi sekunder akibat
penurunan curah jantung dengan diikuti oleh fase hiperdinamik serta hipermetabolik.
Kejadian sistemik awal sesudah luka bakar yang berat adalah ketidakstabilan
hemodinamika akibat hilangnya integritas kapiler dan kemudian terjadi perpindahan cairan,
natrium serta protein dari ruang intravaskuler ke dalam ruanga interstisial.
Curah jantung akan menurun sebelum perubahan yang signifikan pada volume
darah terlihat dengan jelas. Karena berkelanjutnya kehilangan cairan dan berkurangnya
volume vaskuler, maka curah jantung akan terus turun dan terjadi penurunan tekanan
darah. Sebagai respon, system saraf simpatik akan melepaskan ketokelamin yang
meningkatkan vasokontriksi dan frekuensi denyut nadi. Selanjutnya vasokontriksi
pembuluh darah perifer menurunkan curah jantung.
Umumnya jumlah kebocoran cairan yang tersebar terjadi dalam 24 hingga 36 jam
pertama sesudah luka bakar dan mencapai puncaknya dalam tempo 6-8 jam. Dengan
terjadinya pemulihan integritas kapiler, syok luka bakar akan menghilang dan cairan
mengalir kembali ke dalam kompartemen vaskuler, volume darah akan meningkat. Karena
edema akan bertambah berat pada luka bakar yang melingkar. Tekanan terhadap pembuluh
darah kecil dan saraf pada ekstremitas distal menyebabkan obstruksi aliran darah sehingga
terjadi iskemia. Komplikasi ini dinamakan sindrom kompartemen.
Volume darah yang beredar akan menurun secara dramatis pada saat terjadi syok
luka bakar. Kehilangan cairan dapat mencapai 3-5 liter per 24 jam sebelum luka bakar
ditutup. Selama syok luka bakar, respon luka bakar respon kadar natrium serum terhadap
resusitasi cairan bervariasi. Biasanya hipnatremia terjadi segera setelah terjadinya luka
bakar, hiperkalemia akan dijumpai sebagai akibat destruksi sel massif. Hipokalemia dapat
terhadi kemudian dengan berpeindahnya cairan dan tidak memadainya asupan cairan.
Selain itu juga terjadi anemia akibat kerusakan sel darah merah mengakibatkan nilai
hematokrit meninggi karena kehilangan plasma. Abnormalitas koagulasi yang mencakup
trombositopenia dan masa pembekuan serta waktu protrombin memanjang juga ditemui
pada kasus luka bakar.
Kasus luka bakar dapat dijumpai hipoksia. Pada luka bakar berat, konsumsi oksigen
oleh jaringan meningkat 2 kali lipat sebagai akibat hipermetabolisme dan respon lokal.
Fungsi renal dapat berubah sebagai akibat dari berkurangnya volume darah. Destruksi sel-
sel darah merah pada lokasi cidera akan menghasilkan hemoglobin bebas dalam urin. Bila
aliran darah lewat tubulus renal tidak memadai, hemoglobin dan mioglobin menyumbat
tubulus renal sehingga timbul nekrosis akut tubuler dan gagal ginjal.
Kehilangan integritas kulit diperparah lagi dengan pelepasan faktor-faktor inflamasi
yang abnormal, perubahan immunoglobulin serta komplemen serum, gangguan fungsi
neutrofil, limfositopenia. Imunosupresi membuat pasien luka bakar bereisiko tinggi untuk
mengalmai sepsis. Hilangnya kulit menyebabkan ketidakmampuan pengaturan suhunya.
Beberapa jam pertama pasca luka bakar menyebabkan suhu tubuh rendah, tetapi pada jam-
jam berikutnya menyebabkan hipertermi yang diakibatkan hipermetabolisme.

1.7 Patoflow

Bahan kimia Thermis Radiasi Listrik / petir

LUKA BAKAR

Pada wajah Destruksi Tekanan onkotik ↓ Pemeriksaan


jaringan diagnostic,
Kerusakan Cairan prognosis
Trauma intravascular ↓
mukosa pembedahan,
kerusakan
respon
permukaan kulit
psikologis
Oedema laring Hipovolemia

Nafas dangkal Kekurangan


Proses Ansietas
Kerusakan
peradangan volume cairan
Hipoventilasi integritas kulit

Merangsang Pertahanan
Pola nafas
BPH inadekuat
inefektif

Saraf afferen Resiko tinggi


terhadap infeksi
Medulla spinalis

Thalamus

Korteks serebri

Saraf efferen

Nyeri

1.8 Pemeriksaan Diagnostik


a. LED: mengkaji hemokonsentrasi.
b. Elektrolit serum mendeteksi ketidakseimbangan cairan dan biokimia. Ini terutama
penting untuk memeriksa kalium terdapat peningkatan dalam 24 jam pertama karena
peningkatan kalium dapat menyebabkan henti jantung.
c. Gas-gas darah arteri (GDA) dan sinar X dada mengkaji fungsi pulmonal, khususnya
pada  cedera inhalasi asap.
d. BUN dan kreatinin mengkaji fungsi ginjal.
e. Urinalisis menunjukkan mioglobin dan hemokromogen menandakan kerusakan otot
pada luka bakar ketebalan penuh luas.
f. Bronkoskopi membantu memastikan cedera inhalasi asap.
g. Koagulasi memeriksa faktor-faktor pembekuan yang dapat menurun pada luka bakar
masif.
h. Kadar karbon monoksida serum meningkat pada cedera inhalasi asap.
1.9 Penatalaksanaan Medis
Pertolongan pertama saat kejadian menurut Sjamsuhidayat (2010)
a Luka bakar suhu atau thermal
Upaya pertama saat terbakar adalah mematikan api pada tubuh, misalnya dengan
menyelimuti dan menutup bagian yang terbakar dengan kain basah. Atau korban dengan
cepat menjatuhkan diri dan berguling-guling agar bagian pakaian yang terbakar tidak
meluas. Kontak dengan bahan yang panas juga harus cepat diakhiri, misalnya dengan
mencelupkan bagian yang terbakar atau menyelupkan diri ke air dingin atau melepas baju
yang tersiram air panas.
Pertolongan pertama setelah sumber panas dihilangkan adalah merendam daerah
luka bakar dalam air mengalir selama sekurang-kurangnya lima belas menit. Upaya
pendinginan ini, dan upaya mempertahankan suhu dingin pada jam pertama akan
menghentikan proses koagulasi protein sel dijaringan yang terpajan suhu tinggi yang akan
terlangsung walaupun api telah dipadamkan, sehingga destruksi tetap meluas.

b Luka bakar kimia


Baju yang terkena zat kimia harus segera dilepas. Sikap yang sering
mengakibatkan keadaan lebih buruk adalah menganggap ringan luka karena dari luar
tampak sebagai kerusakan kulit yang hanya kecoklatan, padahal daya rusak masih terus
menembus kulit, kadang sampai 72 jam.
Pada umumnya penanganan dilakukan dengan mengencerkan zat kimia secara
masif yaitu dengan mengguyur penderita dengan air mengalir dan kalau perlu diusahakan
membersihkan pelan-pelan secara mekanis. Netralisasi dengan zat kimia lain merugikan
karena membuang waktu untuk mencarinya, dan panas yang timbul dari reaksi kimianya
dapat menambah kerusakan jaringan.
Sebagai tindak lanjut, kalau perlu dilakukan resusitasi, perbaikan keadaan umum,
serta pemberian cairan dan elektrolit.
Pada kecelakaan akibat asam fluorida, pemberian calsium glukonat 10% dibawah
jaringan yang terkena, bermanfaat mencegah ion fluor menembus jaringan dan
menyebabkan dekalsifikasi tulang. Ion fluor akan terikat menjadi kalsium fluorida yang
tidak larut. Jika ada  luka dalam, mungkin diperlukan debridemen yang disusulskin
grafting dan rekonstruksi.
Pajanan zat kimia pada mata memerlukan tindakan darurat segera berupa irigasi
dengan air atau sebaiknya larutan garam 0,9% secara terus menerus sampai penderita
ditangani di rumah sakit.

c Luka bakar arus listrik


Terlebih dahulu arus listrik harus diputus karena penderita mengandung muatan
listrik selama masih terhubung dengan sumber arus. Kemudian kalau perlu, dilakukan
resusitasi jantung paru. Cairan parenteral harus diberikan dan umumnya diperlukan cairan
yang lebih banyak dari yang diperkirakan karena kerusakan sering jauh lebih luas. Kadang
luka bakar di kulit luar tampak ringan,  tetapi kerusakan jaringan ternyata lebih dalam.
Kalau banyak terjadi kerusakan otot, urin akan berwarna gelap karena mengandung
banyak mioglobin dan resusitasi pasien ini mengharuskan pengeluaran urin 75-100ml per
jam. Selain itu, urin harus dirubah menjadi basa dengan natrium bikarbonat intravena,
yang menghalangi pengendapan mioglobulin. Bila urin tidak segera bening atau
pengeluaran urin tetap rendah, walaupun sudah diberikan sejumlah besar cairan, maka
harus diberikan diuretik yang kuat bersama manitol. Pada penderita cedera otot yang
masif, dosis manitol (12,5 gram per dosis) mungkin diperlukan selama 12-24 jam. Pasien
yang gagal berespon terhadap dosis diatas mungkin membutuhkan amputasi anggota
gerak gawat darurat atau pembersihan jaringan nonviabel.
Otot jantung, juga rentan trauma arus listrik. Elektrokardiogram (EKG) harus
dilakukan untuk mengetahui adanya kerusakan jantung dan pemantauan jantung yang
terus menerus dilakukan untuk mendiagnosis dan merawat aritmia. Kerusakan neurologi
juga sering terjadi, terutama pada medulla spinalis, tetapi sulit dilihat, kecuali bila
dilakukan tes elektrofisiologi. Pengamatan cermat atas abdomen perlu dilakukan pada
tahap segera setelah cedera karena arus yang melewati kavitas peritonealis dapat
menyebabkan kerusakan saluran pencernaan.

d Luka bakar radiasi


Pada  kontaminasi lingkungan, penolong dapat terkena radiasi dari kontaminan
sehingga harus menggunakan pelindung. Prinsip penolong penderita atau korban radiasi
adalah memakai sarung tangan, masker, baju pelindung, dan detektor sinar ionisasi.
Sumber kontaminasi harus dicari dan dihentikan, dan benda yang terkontaminasi
dibersihkan dengan air sabun, deterjen atau secara mekanis disimpan dan dibuang di
tempat aman.
Keseimbangan cairan dan elektrolit penderita perlu dipertahankan. Selain itu, perlu
dipikirkan kemungkinan adanya anemia, leukopenia, trombositopenia, dan kerentanan
terhadap infeksi. Sedapat mungkin tidak digunakan obat-obatan yang menekan fungsi
sumsum tulang.

BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN SECARA TEORITIS

2.1 Pengkajian
1. Pengkajian Primer
Setiap pasien luka bakar harus dianggap sebagai pasien trauma, karenanya harus dicek
Airway, breathing dan circulation-nya terlebih dahulu.
a.    Airway
Apabila terdapat kecurigaan adanya trauma inhalasi, maka segera pasang Endotracheal
Tube (ET). Tanda-tanda adanya trauma inhalasi antara lain adalah: terkurung dalam api,
luka bakar pada wajah, bulu hidung yang terbakar, dan sputum yang hitam.
b.    Breathing
Eschar yang melingkari dada dapat menghambat pergerakan dada untuk bernapas, segera
lakukan escharotomi. Periksa juga apakah ada trauma-trauma lain yang dapat
menghambat pernapasan, misalnya pneumothorax, hematothorax, dan fraktur costae.
c.    Circulation
Luka bakar menimbulkan kerusakan jaringan sehingga menimbulkan edema, pada luka
bakar yang luas dapat terjadi syok hipovolumik karena kebocoran plasma yang luas.
Manajemen cairan pada pasien luka bakar, dapat diberikan dengan Formula Baxter.
     Formula Baxter
a)    Total cairan: 4cc x berat badan x luas luka bakar
b)   Berikan 50% dari total cairan dalam 8 jam pertama, sisanya dalam 16 jam berikutnya.

2.    Pengkajian sekunder
1.    Identitas pasien
Resiko luka bakar setiap umur berbeda: anak dibawah 2 tahun dan diatas 60 tahun
mempunyai angka kematian lebih tinggi, pada umur 2 tahun lebih rentan terkena
infeksi.
2.  Riwayat kesehatan sekarang
a)  Sumber  kecelakaan
b)  Sumber panas atau penyebab yang berbahaya
c)  Gambaran yang mendalam bagaimana luka bakar  terjadi
d) Faktor yang mungkin berpengaruh seperti alkohol, obat-obatan
e)  Keadaan fisik disekitar luka bakar
f)  Peristiwa yang terjadi saat luka sampai masuk rumah sakit
g)  Beberapa keadaan lain yang memeperberat luka bakar

3. Riwayat kesehatan dahulu


Penting untuk menentukan apakah pasien ,mempunyai penyakit yang merubah
kemampuan utuk memenuhi keseimbangan cairan dan daya pertahanan terhadap
infeksi (seperti DM, gagal jantung, sirosis hepatis, gangguan pernafasan)

2.2 Diagnosa
1. Pola napas inefektif berhubungan dengan hipoventilasi.
2. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan hipovolemia.
3. Nyeri berhubungan dengan destruksi kulit / jaringan.
4. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan trauma kerusakan permukaan kulit.
5. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan kopinginadekuat.
6. Ansietas berhubungan dengan respon psikologis.

2.3 Intervensi

Diagnosa
No NOC NIC
keperawatan
1 Pola nafas inefektif Setelah diberikan tindakan 1. Kaji frekuensi
keperawatan 1x6 jam diharapkan
berhubungan kedalaman pernafsan
pola nafas efektif kembali.
dengan Dengan kriteria hasil : dan ekspansi dada.
Pola nafas efektif, bunyi nafas
hipoventilasi Catat upaya
normal atau bersih, batuk
berkurang, ekspansi paru pernafsan termasuk
mengembang.
penggunaan otot
bantu pernafsan /
pelebaran nasal.
2. Auskultasi bunyi
nafas dan catat dan
catat adanya bunyi
nafas seperti krekels,
wheezing,
3. Tinggikan kepala dan
bantu mengubah
posisi
4. Observasi pola batuk
dan kateter secret
5. Dorong/bantu pasien
dalam nafas dan
latihan batuk.
6. Kolaborasi :
- Berikan oksigen
tambahan
- Berikan humidifikasi
tambahan misalnya :
nebulizer
2. Kekurangan Setelah diberikan tindakan 1. Awasi tanda-tanda
keperawatan 1x6 jam diharapkan vital, perhatikan
volume cairan
pola nafas efektif kembali. pengisian kapiler dan
berhubungan Dengan kriteria hasil : kekuatan nadi perifer.
Volume cairan terpenuhi, tanda- 2. Awasi haluaran urine
dengan
tanda vital stabil, dan berat jenis,
hipovolemia membran mukosa  lembab observasi warna dan
hemates sesuai
indikasi
3. Perkirakan deranase
luka dan kehilangan
yang tak tampak
4. Timbang berat badan
tiap hari
5. Selidiki perubahan
mental
6. Observasi distensi
abdomen,
hematemesess, feses
hitam, hemates
drainase NG dan
feses secara periodik.
7. Kolaborasi skor
dehidrasi.

3 Nyeri berhubungan Setelah diberikan tindakan 1. Tutup luka sesegera


dengan destruksi keperawatan 1x24 jam mungkin, kecuali
kulit/jaringan. diharapkan pola nafas efektif perawatan luka
kembali. Dengan kriteria hasil : bakar metode
- Menyatakan nyeri pemejanan pada
berkurang  atau udara terbuka
terkontrol. 2. Ubah pasien yang
- Menunjukkan ekspresi sering dan rentang
wajah atau postur gerak aktif dan pasif
tubuh rileks. sesuai indikasi
- Berpartisipasi dalam 3. Pertahankan suhu
aktivitas dari tidur atau lingkungan nyaman,
istirahat dengan tepat. berikan lampu
penghangat dan
penutup tubuh
4. Kaji keluhan nyeri
pertahankan lokasi,
karakteristik dan
intensitas (skala 0-
10)
5. Dorong ekspresi
perasaan tentang
nyeri
6. Dorong penggunaan
tehnik manajemen
stress, contoh
relaksasi, nafas
dalam, bimbingan
imajinatif dan
visualisasi.
7. Kolaborasi
pemberian analgetik

4. Kerusakan Setelah diberikan tindakan 1. Kaji atau catat


keperawatan 1x24 jam ukuran warna
integritas kulit
diharapkan pola nafas efektif kedalaman luka,
berhubungan kembali. Dengan kriteria hasil: perhatikan jaringan
- Menunjukkan metabolik dan
dengan trauma
regenerasi jaringan. kondisi sekitar luka
kerusakan - Mencapai 2. Berikan perawatan
penyembuhan tepat luka bakar yang
permukaan kulit
waktu pada area luka tepat dan tindakan
bakar control infeksi
5. Resiko tinggi Setelah diberikan tindakan 1. Implementasikan
keperawatan 1x24 jam tehnik isolasi yang
terhadap infeksi
diharapkan pola nafas efektif tepat sesuai indikasi
berhubungan kembali. Dengan kriteria hasil: 2. Tekankan pentingnya
tehnik cuci tangan
dengan koping
yang baik untuk
inadekuat semua individu yang
datang kontak ke
pasien
3. Cukur rambut
disekitar area yang
terbakar meliputi 1
inci dari batas yang
terbakar
4. Periksa area yang
tidak terbakar
(lipatan paha, lipatan
leher,
membran mukosa )
5. Bersihkan jaringan
nekrotik yang lepas
(termasuk pecahnya
lepuh) dengan
gunting dan forcep.
6. Kolaborasi
pemberian antibiotik
6 Ansietas Setelah diberikan tindakan 1. Berikan penjelasan
berhubungan keperawatan 1x24 jam dengan sering dan
dengan respon diharapkan pola nafas efektif informasi tentang
psikologis. kembali. Dengan kriteria hasil: prosedur perawatan
- Menyatakan 2. Libatkan pasien atau
kesadaran, perasaan orang terdekat dalam
dan menerimanya proses pengambilan
dengan cara sehat. keputusan kapanpun
- Mengatakan ansietas mungkin
atau ketakutan 3. Dorong pasien untuk
menurun sampai bicara tentang luka
tingkat yang dapat bakar bila siap
ditangani. 4. Jelaskan pada pasien
- Menunjukkan apa yang terjadi.
ketrampilan Berikan kesempatan
pemecahan masalah, untuk bertanya dan
penggunaan sumber berikan jawaban
yang efektif terbuka atau jujur.

Daftar Pustaka

David, S. (2008). Anatomi Fisiologi Kulit dan Penyembuhan Luka Dalam : Surabaya Plastic
Surgery.
Herdman, H & Heather,T. (2018). NANDAI Diagnosis Keperawatan Defenisis dan
Klasifikasi 2018-2020. Buku Kedokteran. EGC.
Kristantry, P. (2009). Asu8hanm Keperawatan Gawat Darurat . Jakarta: CV. Trans Info
Media.
Nina, R. (2008). Efek Penyembuhan Luka Bakar dalam Sediaan Gel Ekstrak Etanol 70%
Daun Lidah Buaya (Aloe Vera L) pada Kulit Punggung Kelinci New Zealand. Skripsi.
Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah Surakarta. Surakarta.
Susanti dkk. (2017). Asuhan Keperawatan Pada Pasien Luka Bakar. Universitas Islam As-
Syafi’iyah – Fakultas Ilmu Kesehatan “ P2K”.

Anda mungkin juga menyukai