OLEH :
VERA ANDIKA
19.14901.15.22
Luka bakar merupakan luka yang unik di antara bentuk-bentuk luka lainnya karena
luka tersebut meliputi sejumlah besar jaringan mati (eskar) yang tetap berada pada tempatnya
untuk jangka waktu yang lama. Dengan cepat luka bakar akan didiami oleh bakteri pathogen,
mengalami eksudasi dengan perembesan sejumlah besar air, protein serta elektrolit dan sering
kali memerlukan pencangkokan kulit dari bagian tubuh yang lain untuk menghasilkan
penutupan luka yang permanen.
Orang-orang yang menderita akibat luka bakar menghadirkan salah satu krisis
perawatan kesehatan yang paling menantang.Seseorang yang pada suatu saat dalam keadaan
sehat dapat tiba-tiba terkena luka bakar yang luas.Bersamaan dengan perubahan-perubahan
psikologis yang dramatis adalah dampak emosional dari luka bakar, yang mempengaruhi baik
korban luka bakar maupun keluarganya.Kemajuan-kemajuan besar dalam terapi luka bakar
telah terjadi sejak tahun 1960-an. Prognosis telah berubah dari harapan meninggal menjadi
harapan hidup.
Luka bakar adalah kerusakan atau kehilangan jaringan yang disebabkan kontak
dengan sumber panas seperti api, air panas, bahan kimia, listrik, dan radiasi. (smeltzer,
suzanna, 2002)
Luka bakar adalah suatu trauma yang disebabkan oleh panas, arus listrik, bahan kimia
dan petir yang mengenai kulit, mukosa dan jaringan yang lebih dalam (Irna Bedah RSUD
Dr.Soetomo, 2001).
Untuk membantu mempermudah penilaian dalam memberikan terapi dan perawatan,
luka bakar diklasifikasikan berdasarkan penyebab, kedalaman luka, dan keseriusan luka,
yakni :
a. Berdasarkan penyebab
- Luka bakar karena api
- Luka bakar karena air panas
- Luka bakar karena bahan kimia
- Luka bakar karena listrik
- Luka bakar karena radiasi
- Luka bakar karena suhu rendah (frost bite)
1.2 Etiologi
Menurut Rahayuningsih (2012), etiologi luka bakar antara lain :
a. Luka bakar suhu tinggi (thermal burn)
Luka bakar thermal disebabkan oleh karena terpapar atau kontak dengan api, cairan
panas dan bahan padat (solid).
b. Luka bakar bahan kimia (Chemical burn)
Luka bakar kimia disebabkan oleh kontaknya jaringan kulit dengan asam atau basa
kuat. Konsentrasi zat kimia, lamanya kontak dan banyaknya jaringan yang terpapar
menentukan luasnya injuri karena zat kimia ini. luka bakar kimia dapat terjadi
misalnya karena kontak dengan zat-zat pembersih yang sering digunakan untuk
keperluan rumah tangga dan berbagai zat kimia yang digunakan dalam bidang
industri, pertanian dan militer. Lebih dari 25.000 produk zat kimia diketahui dapat
menyebabkan luka bakar kimia.
c. Luka bakar sengatan listrik (Electrical burn)
Lewatnya tenaga listrik bervoltase tinggi melalui jaringan menyebabkan
perubahannya menjadi tenaga panas, ia menimbulkan luka bakar yang tidak hanya
mengenai kulit dan jaringan sub kutis, tetapi juga semua jaringan pada jalur alur
listrik tersebut. Luka bakar listrik biasanya disebabkan oleh kontak dengan sumber
tenaga bervoltase tinggi. Anggota gerak merupakan kontak yang terlazim, dengan
tangan dan lengan yang lebih sering cedera daripada tungkai dan kaki. Kontak sering
menyebabkan gangguan jantung dan atau pernafasan, dan resusitasi kardiopulmonal
sering diperlukan pada saat kecelakaan tersebut terjadi. Luka pada daerah masuknya
arus listrik biasanya gosong dan tampak cekung.
d. Luka bakar radiasi (Radiasi injury)
Luka bakar radiasi disebabkan oleh terpapar dengan sumber radioaktif. Tipe injury ini
seringkali berhubungan dengan penggunaan radiasi ion pada industri atau dari sumber
radiasi untuk keperluan terapeutik pada dunia kedokteran. Terpapar oleh sinar
matahari akibat terpapar yang terlalu lama juga merupakan salah satu tipe luka bakar
radiasi.
Disebabkan oleh perpindahan energy dari sumber pana ke tubuh melalui konduksi
atau radiasi elektromagnetik. Berdasarkan perjalanan penyakitnya luka bakar dibagi
menjadi 3 fase, yaitu :
a. Fase akut
Pada fase ini problema yang ada berkisar pada gangguan saluran napas karena
adanya cedera inhalasi dan gangguan sirkulasi.Pada fase ini terjadi gangguan
keseimbangan sirkulasi cairan dan elektrolit akibat cedera termis bersifat sistemik.
b. Fase sub akut
Fase ini berlangsung setelah shock berakhir.Luka terbuka akibat kerusakan jaringan
(kulit dan jaringan dibawahnya) menimbulkan masalah inflamasi, sepsis dan
penguapan cairan tubuh disertai panas/energy.
c. Fase lanjut
Fase ini berlangsung setelah terjadi penutupan luka sampai terjadi maturasi.Masalah
pada fase ini adalah timbulnya penyulit dari luka bakar berupa parut hipertrofik,
kontraktur, dan deformitas lainnya.
- Penentuan luas luka bakar secara lebih lengkap dijelaskan dengan diagram lund dan
browder berikut :
Usia (tahun)
Lokasi
0-1 1-4 5-9 10-15 Dewasa
Kepala 19 17 13 10 7
Leher 2 2 2 2 2
Dada dan perut 13 13 13 13 13
Punggung 13 13 13 13 13
Pantat kiri 2,5 2,5 2,5 2,5 2,5
Pantan kanan 2,5 2,5 2,5 2,5 2,5
Kelamin 1 1 1 1 1
Lengan atas kanan 4 4 4 4 4
Lengan atas kiri 4 4 4 4 4
Lengan bawah kanan 3 3 3 3 3
Lengan bawah kiri 3 3 3 3 3
Tangan kanan 2,5 2,5 2,5 2,5 2,5
Tangan kiri 2,5 2,5 2,5 2,5 2,5
Paha kanan 5,5 6,5 8,5 8,5 9,5
Paha kiri 5,5 6,5 8,5 8,5 9,5
Tungkai bawah kanan 5 5 5,5 6 7
Tungkai bawah kiri 5 5 5,5 6 7
Kaki kanan 3,5 3,5 3,5 3,5 3,5
Kaki kiri 3,5 3,5 3,5 3,5 3,5
1.5 Komplikasi
a. Bekas luka
Luka bakar bisa menyebabkan bekas luka dan juga keloid. Keloid adalah pertumbuhan
jaringan bekas luka yang berlebih di atas kulit. Luka bakar ringan biasanya hanya
meninggalkan bekas luka yang sedikit. Bekas luka bisa dikurangi dengan
menggunakan krim atau salep pada bekas luka bakar dan juga memakai tabir surya.
b. Infeksi
Infeksi dapat terjadi jika bakteri mulai berkembang biak di luka yang terbuka. Oleh
karena itu, penting untuk menjaga kebersihan luka melepuh yang telah pecah.
Beberapa tanda terjadinya infeksi adalah ketika luka terasa lebih sakit atau menjadi
bau. Selain itu, Anda mungkin mengalami demam dan pembengkakan pada kulit yang
terinfeksi. Infeksi biasanya bisa diatasi dengan antibiotik dan obat pereda rasa sakit.
Segera periksakan ke dokter jika Anda mencurigai luka telah terinfeksi.
Luka bakar yang terinfeksi bisa menyebabkan terjadinya sepsis dan sindrom syok
toksik. Sepsis dan sindrom syok toksik terjadi ketika infeksi telah menyebar ke dalam
darah, dan dapat menyebabkan kematian jika tidak segera ditangani.
c. Masalah pernapasan
Menghirup udara panas atau asap bisa melukai saluran udara dan menyebabkan
kesulitan dalam bernapas. Menghirup asap bisa merusak paru-paru dan menyebabkan
kegagalan fungsi organ pernapasan.
d. Masalah tulang dan persendian
Luka bakar yang dalam bisa membatasi pergerakan tulang dan juga persendian. Bekas
luka bisa menyebabkan kontraktur. Kontraktur adalah ketika kulit, otot, maupun urat
memendek dan/atau mengencang. Akibatnya, sendi tidak bisa digerakkan secara
normal.
e. Syok
Syok adalah kondisi berbahaya yang muncul ketika tubuh kekurangan pasokan
oksigen. Orang yang terkena luka bakar parah bisa mengalami syok. Beberapa gejala
syok adalah ketika wajah terlihat pucat, denyut jantung cepat, bernapas cepat atau
pendek, sering menguap, kulit terasa dingin dan bahkan pingsan.
Jika terjadi syok, segera antar ke rumah sakit. Baringkan penderita dan posisikan kaki
mereka lebih tinggi dari tubuh. Hangatkan suhu tubuh dengan memakai selimut,
usahakan untuk tidak menutupi bagian yang mengalami luka bakar.
1.6 Patofisiologi
Luka bakar (Combustio) disebabkan oleh pengalihan energi dari suatu sumber
panas
kepada tubuh. Panas dapat dipindahkan lewat hantaran atau radiasi elektromagnetik.
Destruksi jaringan terjadi akibat koagulasi, denaturasi protein atau ionisasi isi sel. Kulit dan
mukosa saluran nafas atas merupakan lokasi destruksi jaringan. Jaringan yang dalam
termasuk organ visceral dapat mengalami kerusakan karena luka bakar elektrik atau kontak
yang lama dengan burning agent. Nekrosis dan keganasan organ dapat terjadi.
Kedalam luka bakar bergantung pada suhu agen penyebab luka bakar dan lamanya
kontak dengan gen tersebut. Pajanan selama 15 menit dengan air panas dengan suhu
sebesar 56.10C mengakibatkan cidera full thickness yang serupa. Perubahan patofisiologik
yang disebabkan oleh luka bakar yang berat selama awal periode syok luka bakar
mencakup hipoperfusi jaringan dan hipofungsi organ yang terjadi sekunder akibat
penurunan curah jantung dengan diikuti oleh fase hiperdinamik serta hipermetabolik.
Kejadian sistemik awal sesudah luka bakar yang berat adalah ketidakstabilan
hemodinamika akibat hilangnya integritas kapiler dan kemudian terjadi perpindahan cairan,
natrium serta protein dari ruang intravaskuler ke dalam ruanga interstisial.
Curah jantung akan menurun sebelum perubahan yang signifikan pada volume
darah terlihat dengan jelas. Karena berkelanjutnya kehilangan cairan dan berkurangnya
volume vaskuler, maka curah jantung akan terus turun dan terjadi penurunan tekanan
darah. Sebagai respon, system saraf simpatik akan melepaskan ketokelamin yang
meningkatkan vasokontriksi dan frekuensi denyut nadi. Selanjutnya vasokontriksi
pembuluh darah perifer menurunkan curah jantung.
Umumnya jumlah kebocoran cairan yang tersebar terjadi dalam 24 hingga 36 jam
pertama sesudah luka bakar dan mencapai puncaknya dalam tempo 6-8 jam. Dengan
terjadinya pemulihan integritas kapiler, syok luka bakar akan menghilang dan cairan
mengalir kembali ke dalam kompartemen vaskuler, volume darah akan meningkat. Karena
edema akan bertambah berat pada luka bakar yang melingkar. Tekanan terhadap pembuluh
darah kecil dan saraf pada ekstremitas distal menyebabkan obstruksi aliran darah sehingga
terjadi iskemia. Komplikasi ini dinamakan sindrom kompartemen.
Volume darah yang beredar akan menurun secara dramatis pada saat terjadi syok
luka bakar. Kehilangan cairan dapat mencapai 3-5 liter per 24 jam sebelum luka bakar
ditutup. Selama syok luka bakar, respon luka bakar respon kadar natrium serum terhadap
resusitasi cairan bervariasi. Biasanya hipnatremia terjadi segera setelah terjadinya luka
bakar, hiperkalemia akan dijumpai sebagai akibat destruksi sel massif. Hipokalemia dapat
terhadi kemudian dengan berpeindahnya cairan dan tidak memadainya asupan cairan.
Selain itu juga terjadi anemia akibat kerusakan sel darah merah mengakibatkan nilai
hematokrit meninggi karena kehilangan plasma. Abnormalitas koagulasi yang mencakup
trombositopenia dan masa pembekuan serta waktu protrombin memanjang juga ditemui
pada kasus luka bakar.
Kasus luka bakar dapat dijumpai hipoksia. Pada luka bakar berat, konsumsi oksigen
oleh jaringan meningkat 2 kali lipat sebagai akibat hipermetabolisme dan respon lokal.
Fungsi renal dapat berubah sebagai akibat dari berkurangnya volume darah. Destruksi sel-
sel darah merah pada lokasi cidera akan menghasilkan hemoglobin bebas dalam urin. Bila
aliran darah lewat tubulus renal tidak memadai, hemoglobin dan mioglobin menyumbat
tubulus renal sehingga timbul nekrosis akut tubuler dan gagal ginjal.
Kehilangan integritas kulit diperparah lagi dengan pelepasan faktor-faktor inflamasi
yang abnormal, perubahan immunoglobulin serta komplemen serum, gangguan fungsi
neutrofil, limfositopenia. Imunosupresi membuat pasien luka bakar bereisiko tinggi untuk
mengalmai sepsis. Hilangnya kulit menyebabkan ketidakmampuan pengaturan suhunya.
Beberapa jam pertama pasca luka bakar menyebabkan suhu tubuh rendah, tetapi pada jam-
jam berikutnya menyebabkan hipertermi yang diakibatkan hipermetabolisme.
1.7 Patoflow
LUKA BAKAR
Merangsang Pertahanan
Pola nafas
BPH inadekuat
inefektif
Thalamus
Korteks serebri
Saraf efferen
Nyeri
BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN SECARA TEORITIS
2.1 Pengkajian
1. Pengkajian Primer
Setiap pasien luka bakar harus dianggap sebagai pasien trauma, karenanya harus dicek
Airway, breathing dan circulation-nya terlebih dahulu.
a. Airway
Apabila terdapat kecurigaan adanya trauma inhalasi, maka segera pasang Endotracheal
Tube (ET). Tanda-tanda adanya trauma inhalasi antara lain adalah: terkurung dalam api,
luka bakar pada wajah, bulu hidung yang terbakar, dan sputum yang hitam.
b. Breathing
Eschar yang melingkari dada dapat menghambat pergerakan dada untuk bernapas, segera
lakukan escharotomi. Periksa juga apakah ada trauma-trauma lain yang dapat
menghambat pernapasan, misalnya pneumothorax, hematothorax, dan fraktur costae.
c. Circulation
Luka bakar menimbulkan kerusakan jaringan sehingga menimbulkan edema, pada luka
bakar yang luas dapat terjadi syok hipovolumik karena kebocoran plasma yang luas.
Manajemen cairan pada pasien luka bakar, dapat diberikan dengan Formula Baxter.
Formula Baxter
a) Total cairan: 4cc x berat badan x luas luka bakar
b) Berikan 50% dari total cairan dalam 8 jam pertama, sisanya dalam 16 jam berikutnya.
2. Pengkajian sekunder
1. Identitas pasien
Resiko luka bakar setiap umur berbeda: anak dibawah 2 tahun dan diatas 60 tahun
mempunyai angka kematian lebih tinggi, pada umur 2 tahun lebih rentan terkena
infeksi.
2. Riwayat kesehatan sekarang
a) Sumber kecelakaan
b) Sumber panas atau penyebab yang berbahaya
c) Gambaran yang mendalam bagaimana luka bakar terjadi
d) Faktor yang mungkin berpengaruh seperti alkohol, obat-obatan
e) Keadaan fisik disekitar luka bakar
f) Peristiwa yang terjadi saat luka sampai masuk rumah sakit
g) Beberapa keadaan lain yang memeperberat luka bakar
2.2 Diagnosa
1. Pola napas inefektif berhubungan dengan hipoventilasi.
2. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan hipovolemia.
3. Nyeri berhubungan dengan destruksi kulit / jaringan.
4. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan trauma kerusakan permukaan kulit.
5. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan kopinginadekuat.
6. Ansietas berhubungan dengan respon psikologis.
2.3 Intervensi
Diagnosa
No NOC NIC
keperawatan
1 Pola nafas inefektif Setelah diberikan tindakan 1. Kaji frekuensi
keperawatan 1x6 jam diharapkan
berhubungan kedalaman pernafsan
pola nafas efektif kembali.
dengan Dengan kriteria hasil : dan ekspansi dada.
Pola nafas efektif, bunyi nafas
hipoventilasi Catat upaya
normal atau bersih, batuk
berkurang, ekspansi paru pernafsan termasuk
mengembang.
penggunaan otot
bantu pernafsan /
pelebaran nasal.
2. Auskultasi bunyi
nafas dan catat dan
catat adanya bunyi
nafas seperti krekels,
wheezing,
3. Tinggikan kepala dan
bantu mengubah
posisi
4. Observasi pola batuk
dan kateter secret
5. Dorong/bantu pasien
dalam nafas dan
latihan batuk.
6. Kolaborasi :
- Berikan oksigen
tambahan
- Berikan humidifikasi
tambahan misalnya :
nebulizer
2. Kekurangan Setelah diberikan tindakan 1. Awasi tanda-tanda
keperawatan 1x6 jam diharapkan vital, perhatikan
volume cairan
pola nafas efektif kembali. pengisian kapiler dan
berhubungan Dengan kriteria hasil : kekuatan nadi perifer.
Volume cairan terpenuhi, tanda- 2. Awasi haluaran urine
dengan
tanda vital stabil, dan berat jenis,
hipovolemia membran mukosa lembab observasi warna dan
hemates sesuai
indikasi
3. Perkirakan deranase
luka dan kehilangan
yang tak tampak
4. Timbang berat badan
tiap hari
5. Selidiki perubahan
mental
6. Observasi distensi
abdomen,
hematemesess, feses
hitam, hemates
drainase NG dan
feses secara periodik.
7. Kolaborasi skor
dehidrasi.
Daftar Pustaka
David, S. (2008). Anatomi Fisiologi Kulit dan Penyembuhan Luka Dalam : Surabaya Plastic
Surgery.
Herdman, H & Heather,T. (2018). NANDAI Diagnosis Keperawatan Defenisis dan
Klasifikasi 2018-2020. Buku Kedokteran. EGC.
Kristantry, P. (2009). Asu8hanm Keperawatan Gawat Darurat . Jakarta: CV. Trans Info
Media.
Nina, R. (2008). Efek Penyembuhan Luka Bakar dalam Sediaan Gel Ekstrak Etanol 70%
Daun Lidah Buaya (Aloe Vera L) pada Kulit Punggung Kelinci New Zealand. Skripsi.
Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah Surakarta. Surakarta.
Susanti dkk. (2017). Asuhan Keperawatan Pada Pasien Luka Bakar. Universitas Islam As-
Syafi’iyah – Fakultas Ilmu Kesehatan “ P2K”.