Anda di halaman 1dari 5

Arah Kebijakan Pengelolaan Sumber Daya Maritim (Hilirisasi SDA dan

Energi Terbarukan)

Narasumber : Dr. Ir. Safri Burhanuddin, DEA

Komitmen Pengelolaan Sumber Daya Maritim

Indonesia terus berkontribusi dalam penanganan perubahan iklim. Laju


deforestasi turun signifikan, terendah dalam 20 tahun terakhir. Kebakaran hutan
turun 82 persen pada 2020, Indonesia juga telah memulai rehabilitasi hutan
mangrove seluas 600.000 hektare sampai 2024, terluas di dunia. Indonesia juga
telah merehabilitasi 3 juta lahan kritis antara 2010-2019. Di sektor energi,
Indonesia juga terus melangkah maju dengan pengembangan ekosistem mobil
listrik dan pembangunan pembangkit tenaga surya terbesar di Asia Tenggara.
Selain itu, Indonesia juga memanfaatkan energi baru terbarukan, termasuk
biofuel, serta pengembangan industri berbasis energi bersih, Indonesia akan terus
memobilisasi pembiayaan iklim dan pembiayaan inovatif seperti pembiyaan
campuran, obligasi hijau, dan sukuk hijau. Penyediaan pendanaan iklim dengan
mitra negara maju, merupakan game changer dalam aksi mitigasi dan adaptasi
perubahan iklim di negara-negara berkembang. Indonesia akan dapat
berkontribusi lebih cepat bagi net-zero emission dunia. Ada 5 fokus investasi
pemerintah saat ini, yaitu :

 Sektor Kesehatan, meningkatkan otonomi Kesehatan setelah mengalami


hambatan impor kesehatan di masa lockdown
 Hilirisasi SDA, untuk meningkatkan kompleksitas ekspor Indonesiaserta
menurunkan ketergantungan pada harga bahan mentah
 Pengembangan Baterai Lithium, Menggunakan mineral yang kaya akan
nikel dan kobalt, dua komponen baterai EV
 Infrastruktur, meningkatkan konektivitas maritim
 Menurunkan Emisi Karbon, energi baru terbarukan (EBT), transport
berbasis listrik, proyek-proyek REDD+, dkk.
Strategi Hilirisasi SDA Indonesia Dalam Mengantisipasi Trend Low Carbon
dan Global Economic Recovery

1. Trend global pada perubahan kebijakan menuju low carbon energy source
dan green product
Implikasi kepada Indonesia :
 Dampak positif
 Meningkatkan demand  terhadap nikel tembaga dan
aluminium untuk EV
 Optimalisasi potensi PLTA Kayan dan untuk
membarmo  Kawasan Industri

 Dampak negative
 Ancaman terhadap penurunan nilai ekspor batubara
 Hambatan ekspor untuk produk Indonesia yang
dihasilkan dari high carbon energy source, contoh
batubara

 Strategi dan mitigasi


 Mendorong strategi hilirisasi nikel tembaga dan
aluminium untuk menunjang dengan intensif dan dis
intensif
 Mendorong transisi dari ICe  kepada EV
 percepatan pengembangan PLTA Kayan dan membramo
dan Kawasan Industri nya
 Implementasi teknologi Ultra supercritical pada PLTU
batubara untuk pengurangan emisi karbon
 Konservasi hutan gambut dan mangrove untuk
pengurangan emisi karbon di Indonesia
2. Global economic recovery and urbanisasi di negara-negara berkembang

 Dampak positif
 Peningkatan dimensi terhadap best metal seperti nikel
untuk besi baja aluminium timah dan tembaga untuk
aktivitas industri konstruksi dan pembangunan
infrastruktur

 Dampak negatif
 Peningkatan harga minyak dunia akan meningkatkan
defisit transaksi berjalan Indonesia

 Strategi dan mitigasi


 Percepatan hilirisasi untuk timah tembaga dan
aluminium mengikuti apa yang sudah terjadi di Nikel
 Peningkatan campuran biodiesel dari 830 clever yang
paling optimal untuk menjaga keseimbangan ekspor
CPO dan konsumsi dalam negeri sebagai substitusi
untuk BBM fosil

Strategi hilirisasi melalui Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Hijau / Green


SEZ

 KEK dibentuk berdasarkan permintaan investor


 Pelabuhan yang digunakan Bersama, mempermudah ekspor dan
menurunkan biaya logistic
 Integrasi supply chai secara lokal, sehingga mengurangi biaya operasi
 Berbagai insentif khusus KEK/KI, misalnya pembebasan tanah
 Transisi ke energi hijau supaya mengurangi polusi dan menghasilkan
produk rendah carbon footprint
Kesimpulan

1. Indonesia komitmen berkontribusi dalam penanganan perubahan iklim,


melalui pengembangan ekosistem mobil listrik dan pembangunan
pembangkit tenaga surya terbesar di Asia Tenggara. Selain itu, Indonesia
juga memanfaatkan energi baru terbarukan, termasuk biofuel, serta
pengembangan industri berbasis energi bersih
2. Indonesia memiliki sumber daya melimpah dalam pembuatan Electric
Vehicle (EV), yakni nikel, aluminium, dan tembaga. Ketiga jenis sumber
daya dapat diintegrasikan agar membuat industri hilirasi yang kompetitif
di ranah persaingan global
3. Indonesia perlu segera mengoptimalkan sumber daya energi terbarukan
dan rendah emisi seperti hydropower yang dikombinasikan dengan
Kawasan industri untuk dapat mendorong proses industrialisasi yang
menghasilkan produk- produk rendah emisi.
4. Penyusunan skema insentif hilirisasi SDA dan Energi Terbarukan
Indonesia serta pengembangan green product ini, mempercepat eksekusi
dan keterlibatan sektor swasta.
Sedimentary Rock Associated With REE

Narasumber : Prof. Edy Sunardi

Elemen tanah jarang (REE)

Unsur-unsur tanah jarang (REES), yang terdiri dari unsur-unsur golongan


lantanida ditambah Yttrium dan Skandium, secara ekonomi penting untuk
berbagai aplikasi teknologi tinggi (Goodenough et al., 2018). Deposito yang
diinangi Regolith, jenis utama dari deposit REE, saat ini memasok lebih dari 15%
produksi REE global (Roskill, 2011). Endapan tidak konvensional ini sebagian
besar terbentuk di daerah tropis dan subtropis (Sanematsu dan Watanabe, 2016; Li
et al., 2017).

Anda mungkin juga menyukai