Anda di halaman 1dari 8

Malikussaleh Industrial Engineering Journal Vol.2 No.

1 (2013) 29-36
ISSN 2302 934X

Pengendalian Kualitas Statistik

Analisa Pengendalian Kualitas Dengan Menggunakan Metode Statistical


Quality Control (SQC)
(Studi kasus : pada UD. Mestika Tapaktuan)

Bakhtiar, S*, Suharto Tahir dan Ria Asysyfa Hasni


Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Malikussaleh, Aceh-Indonesia
*
Corresponding Author :bakti66@yahoo.com, +6281360018220

Abstract –UD.Mestika adalah perusahaan yang bergerak dalam industri produksi sirup pala, yang
terletak di Jl. H. M Syarif no. 2 kampung hilir, Tapaktuan, Aceh Selatan.Perusahaan sirup pala
memproduksi perhari sekitar 500 botol. Kerusakan produk dapat terjadi pada saat proses pengisian dan
pengemasan produk maupun pada saat pemindahan kegudang.Tujuan dari permasalah ini adalah untuk
mengendalikan kualitas produk jadi sirup pala dan mengidentifikasi penyebab penyimpangan kualitas
produk dengan menggunakan alat bantu statistik yaitu seven tools (check sheet, histogram, diagram
pareto, diagram sebab akibat, scatter diagram, peta kendali dan stratifikasi) sehingga dapat
mengetahui faktor penyebab kerusakan dan pencegahan yang akan dilakukan. Kesimpulan dari
penelitian ini adalah dari ke 7 alat pengendalian kualitas yang telah dianalisa dapat diketahui bahwa
penyebab penyimpangan kualitas pada UD. Mestika yaitu dari sekian kerusakan yang terjadi, yang
paling berpengaruh adalah kerusakan pada botol jenis pecah dan retak disebabkan oleh 4 faktor yaitu
manusia, material, metode dan proses serta tindakan pencegahan yang dapat dilakukan dari faktor
manusia ialah memberikan arahan dan melakukan pengawasan yang ketat serta melakukan pelatihan
pada karyawan. Faktor material ialah botol yang akan digunakan harus diperhatikan dengan baik,
faktor metode ialah area gudang harus tertutup agar botol tidak terkena cahaya matahari langsung,
dan faktor proses adalah Jangan terlalu lama merendam botol dalam air panas, agar tidak mengurangi
ketahanan botol. Copyright ©2013 Department of industrial engineering. All rights reserved.

Keywords: Kualitas, Seven Tools, Statistical Quality Control, SQC.

1. Pedahuluan Berdasarkan masalah yang dihadapi perusahaan


sekarang tentang banyaknya produk yang rusak pada
UD. Mestika adalah perusahaan yang bergerak dalam UD. Mestika, maka perlu mengendalikan kualitas
industri produksi sirup pala. Perusahaan memproduksi produk. Sehingga perlu dilakukan analisa mengenai
perhari sekitar 500 botol. Kerusakan produk dapat upaya pengendalian kualitas yang diterapkan oleh UD.
terjadi pada saat proses pengisian dan pengemasan Mestika dan mencari sebab masih terjadinya kerusakan
produk maupun pada saat pemindahan kegudang. serta mencari solusi perbaikannya.
Dalam menjalankan kegiatan bisnisnya perusahaan telah
menerapkan sistem pengendalian kualitas produksi.
Berbagai program pengendalian kualitas dilakukan oleh
2. Tinjauan Literatur
perusahaan sehingga dapat menghasilkan produk yang Istilah kualitas sangat penting bagi suatu organisasi
baik dan sesuai dengan standar kualitas yang atau perusahaan. Ada beberapa alasan perlunya kualitas
ditetapkan. Akan tetapi pada kenyataannya masih bagi suatu organisasi menurut russel (1996) dikutip dari
terdapat produk rusak. Sirup pala merupakan sirup yang bukunya Dorothea (2003) [8], mengidentifikasi enam
paling diminati oleh masyarakat daerah pantai barat peran pentingnya kualitas yaitu:
selatan dan sekitarnya. 1. Meningkatkan reputasi perusahaan
2. Menurunkan biaya
3. Meningkatkan pangsa pasar

Manuscript received January 17, 2013, revised March 20, 2013 Copyright © 2013 Department of Industrial Engineering. All rights reserved.
30
Bakhtiar, S, Suharto Tahir dan Ria Asysyfa Hasni

4. Dampak internasional 3. Tingkat ketidak sesuaian yang dapat diterima. Tujuan


5. Adanya pertanggungjawaban produk dilakukan pengendalian suatu proses adalah dapat
6. Untuk penampilan produk mengurangi produk yang berada di bawah standar
7. Mewujudkan kualitas yang dirasakan penting seminimal mungkin. Tingkat pengendalian yang
diberlakukan tergantung pada banyaknya produk
Kualitas memiliki defenisi yang berbeda yang yang berada dibawah standar
disebabkan oleh pengertian dari kualitas tersebut dapat 4. Biaya kualitas, sangat mempengaruhi tingkat
diterapkan pada berbagai dimensi kehidupan sehingga pengendalian dalam menghasilkan produk dimana
menyebabkan perbedaan persepsi atau pandangan dan biaya mempunyai hubungan yang positif dengan
menimbulkan pengertian kualitas yang juga bervariasi. terciptanya produk yang berkualitas.
Mutu adalah sesuatu yang diputuskan oleh pelanggan,
bukan oleh insinyur, bukan pula oleh pemasaran atau 2.3. Pengertian Statistic Quality Control (SQC)
manajemen umum. Mutu didasarkan pada pengalaman Statistik merupakan teknik pengambilan keputusan
aktual pelanggan terhadap produk atau jasa, diukur pada suatu analisa informasi yang terkandung dalam
berdasarkan persyaratan pelanggan tersebut, suatu sampel dari populasi. Metode statistik memegang
dinyatakan atau tidak dinyatakan, disadari atau hanya peranan penting dalam jaminan kualitas. Metode
dirasakan dikerjakan secara teknis atau bersifat subjektif statistik memberikan cara-cara pokok dalam
dan selalu mewakili sasaran yang bergerak dalam pasar pengambilan sampel produk, pengujian serta evaluasi
yang penuh persaingan [1,8,13]. dan informasi didalam data yang digunakan untuk
mengendalikan dan meningkatkan proses pembuatan.
2.1. Pengendalian Kualitas Pengendalian kualitas merupakan aktivitas teknik
dan manajemen dimana mengukur karakteristik kualitas
Menurut Sofjan Assauri (1998), pengendalian dan
dari produk atauj asa, kemudian membandingkan hasil
pengawasan adalah : Kegiatan yang dilakukan untuk
pengukuran itu dengan spesifikasi produk yang
menjamin agar kegiatan produksi dan operasi yang
diinginkan serta mengambil tindakan peningkatan yang
dilaksanakan sesuai dengan apa yang direncanakan dan
tepat apabila ditemukan perbedaan kinerja actual dan
apabila terjadi penyimpangan, maka penyimpangan
standar.
tersebut dapat dikoreksi sehingga apa yang diharapkan
Pengendalian kualitas produksi dapat dilakukan
dapat tercapai [2].
dengan berbagai cara, misalnya dengan penggunaan
Jadi pengendalian dapat diartikan sebagai kegiatan bahan/material yang bagus, penggunaan mesin-
yang dilakukan untuk memantau aktivitas dan mesin/peralatan produksi yang memadai, tenaga kerja
memastikan kinerja sebenarnya yang dilakukan telah yang terampil, danproses produksi yang tepat.
sesuai dengan yang direncanakan. Selanjutnya Pengendalian kualitas secara statistik (Statistical Quality
pengertian pengendalian kualitas dalam arti menyeluruh Control) dapat digunakan untuk menemukan kesalahan
adalah Pengawasan mutu merupakan usaha untuk produksi yang mengakibatkan produk tidak baik,
mempertahankan mutu kualitas dari barang yang sehingga dapat diambil tindakan lebih lanjut untuk
dihasilkan,agar sesuai dengan spesifikasi produk yang mengatasinya.
telah ditetapkan berdasarkan kebijaksanaan pimpinan Statistical Quality Control (Pengendalian Kualitas
perusahaan [2,5]. Statistik) adalah teknik yang digunakan untuk
mengendalikan dan mengelola proses baik manufaktur
2.2. Faktor-faktor Pengendalian Kualitas maupun jasa melalui menggunakan metode statistik.
Menurut Douglas C. Montgomery (2001, faktor-faktor Pengendalian kualitas statistik merupakan teknik
yang mempengaruhi pengendalian kualitas yang penyelesaian masalah yang digunakan untuk
dilakukan perusahaan adalah [7]: memonitor, mengendalikan, menganalisis, mengelola
1. Kemampuan proses. Batas-batas yang ingin dicapai dan memperbaiki produk dan proses menggunakan
haruslah disesuaikan dengan kemampuan proses metode-metode statistic [8].
yang ada. Tidak ada gunanya mengendalikan suatu
proses dalam batas-batas yang melebihi kemampuan 2.4. Metode statistical quality control dengan Peta
atau kesanggupan proses yang ada. kontrol (control chart)
2. Spesifikasi yang berlaku, hasil produksi yang ingin
Tujuan pokok pengendalian kualitas statistik adalah
dicapai harus dapat berlaku, bila ditinjau dari segi
menemukan dengan cepat terjadinya sebab-sebab. Peta
kemampuan proses dan keinginan atau kebutuhan
control adalah salah satu metode pengendalian kualitas
konsumen yang ingin dicapai dari hasi lproduksi
statistik yang dapat digunakan untuk member informasi
tersebut. Dapat dipastikan dahulu apakah spesifikasi
dalam meningkatkan atau memperbaiki kualitas.
tersebut dapa tberlaku sebelum pengendalian
Bentuk dasar peta control merupakan pragaan grafik
kualitas pada proses dapat dimulai.
suatu karakteristik mutu yang telah diukur dari suatu

Copyright © 2013 Department of Industrial Engineering. All rights reserved Malikussaleh Industrial Engineering Journal Vol.2 No.1 (2013) 29-36
31
Analisa Pengendalian Kualitas Dengan Menggunakan Metode Statistical Quality Control (SQC)

sampel. Peta control adalah teknik pengendali proses 3. Metode Penelitian


pada jalur yang digunakan secara luas untuk menyelidiki Data-data yang digunakan untuk menganalisis
secara cepat terjadinya sebab-sebab terduga atau kerusakan produk sirup pala dengan menggunakan
proses sedemikian sehingga penyelidikan terhadap metode Statistical Quality Control pada UD.Mestika
proses itu dan tindakan perbaikan dapat dilakukan adalah data primer dan data sekunder.
sebelum terlalu banyak yang tidak sesuai diproduksi. 3.1. Data Primer
Peta kontrol dapat diklasifikasikan kedalam dua tipe
umum. Apabila karakteristik kualitas dapat diukur dan Data primer merupakan data yang didapat dari hasil
dinyatakan dalam bilangan disebut peta kontrol pengamatan secara langsung kelapangan.Adapun data
variabel. Dalam hal ini tepat sekali untuk melukiskan primer yang dibutuhkan dalam penelitian pada
karakteristik kualitas dengan ukuran tengah dan ukuran perusahaan UD. Mestika adalah sebagai berikut :
variabilitas. Sedangkan untuk karakteristik kualitas yang a) Observasi. Proses pencatatan pola perilaku subjek
tidak dapat diukur dengan skala kuantitatif, dimana (orang), objek (benda) atau kejadian yang sistematik
keadaan ini dinilai sebagai data yang sesuai atau tidak tanpa adanya pertanyaan atau komunikasi dengan
sesuai atas dasar pada tiap unitnya disebut peta kontrol individu- individu yang diteliti. Yaitu dengan melihat
atribut. proses pengemasan sirup pala.
b) Wawancara. Teknik pengumpulan data dalam
metode survey yang menggunakan pertanyaan
2.5. Peta Kontrol Revisi
secara lisan kepada subjek penelitian. Wawancara
Untuk peta kontrol yang memiliki data diluar batas dapat dilakukan dengan tatap muka atau dengan
kendali atau out of control maka dilakukan perbaikan telpon.
dengan menggunakan peta kontrol revisi. Adapun tujuan
dari pemakaian peta kontrol revisi ini untuk 3.2. Data Sekunder
mendapatkan peta kontrol dimana data-data berada
dalam batas pengendalian. Data sekunde umumnya berupa bukti, catatan atau
Adapun langkah-langkah dalam membuat peta laporan historis yang telah tersusun dalam arsip (data
kontrol revisi untuk peta X dan R adalah sebagai berikut: dokumenter) yang dipublikasikan dan yang tidak
1. Meletakkan data pendahuluan pada peta kontrol dipublikasikan. Data ini dapat diperoleh dengan
Apabila terjadi nilai-nilai maupun subgroup-subgroup meminta data langsung dari perusahaan. Adapun data
yang menyimpang dari garis sentral maka perlu sekunder yang dibutuhkan dalam penelitian pada
dihitung garis sentral baru terhadap data yang ada. perusahaan UD. Mestika adalah sebagai berikut :
Dimana data yang diluar batas kendali dihilangkan a. Data jumlah kerusakan produk/hari
dari peta kontrol. Untuk peta X rata-rata dan R b. Data jumlah produksi
perhitungannya dengan menggunakan rumus:
3.3. Definisi Variabel Operasional

∑ 
 ∑ 

   dan   (1) Variabel adalah gejala yang bervariasi yang menjadi
   
objek penelitian. Dalam penelitian yang mempelajari
pengaruh sesuatu variabel dengan variabel yang lain,
Dimana:
maka terdapat variabel penyebab atau variabel bebas
 = jumlah rata-rata sub group yang ditolak
(indevenden variabel) dan variabel akibat atau variabel
Rd = jumlah range sub group yang ditolak
terikat (Devenden Variabel).
gd = jumlah sub group yang ditolak
Adapun variabel-variabel dari penelitian ini adalah
2. Menghitung batas control atas dan batas control
sebagai berikut:
bawah
1. Botol pecah adalah adalah kecacatan pada botol
Untuk menghitung batas kontrol yang baru maka dapat
yang disebabkan oleh kelalaian operator pada saat
digunakan dengan rumus:
pengepresan.
x0= x new R0 =  (2) 2. Botol rusak adalah kecacatan pada botol seperti

   retak
Batas kontrol atas untuk peta revisi new : UCL = 0 + A0
Batas kontrol bawah untuk peta revisi  new:UCL = 0 - A0 3.4. Model Analisis
Batas kontrol bawah untuk peta revisi  new : UCLR = d2 Dalam melakukan pemilihan model untuk menentukan
Batas kontrol bawah untuk peta revisi  newn: LCLR = d10 [7- metode alternatif yang terbaik guna mengevaluasi
10].
kerusakan-kerusakan yang ada dalam produk sirup pala,
maka perlu dilakukan analisis terhadap masalah yang
dihadapi terhadap kerusakan.

Copyright © 2013 Department of Industrial Engineering. All rights reserved. Malikussaleh Industrial Engineering Journal Vol.1 No.1 (2013) 29-36
32
Bakhtiar, S, Suharto Tahir dan Ria Asysyfa Hasni

Adapun langkah – langkah yang dipakai dalam 3. Membuat peta kendali p. Adapun langkah-
pemecahan masalah ini adalah : langkah dalam membuat peta kendali p sebagai
1. Menentukan masalah yang sedang dihadapi oleh berikut:
perusahaan yang bersangkutan, dalam penenelitian a. Menghitung presentase kerusakan

ini masalah yang dihadapi adalah banyaknya jumlah   Keterangan:

kerusakan yang terjadi pada proses pengisian air np = jumlah gagal dalam sub grup (hari ke-)
dalam botol. n = jumlah yang diperiksa dalam subgroup
2. Studi lapangan dan studi pustaka. Studi lapangan
dilakukan dengan observasi objek dan wawancara b. Menghitung garis pusat CentralLine (CL)
nara sumber. Observasi objek merupakan langkah Garis pusat merupakan rata-rata kerusakan
pertama dalam melakukan penelitian. Pada tahap ini produk ( )
akan diobservasi apa yang menjadi objek 
    Keterangan:
penelitianya itu UD. Mestika adalah salah satu 
np = jumlah total yang rusak
perusahaan yang bergerak dalam memproduksi sirup
n = jumlah total yang diperiksa
pala.
Studi pustaka disini adalah mencari data dan
c. Menghitung batas kendali atas atau Upper Control
informasi yang berkaitan dengan topik, membaca Limit (UCL)
teori-teori dari buku-buku, jurnal ilmiah, dan Untuk menghitung batas kendali atas atau UCL
literature lain yang berkaitan dengan permasalahan dilakukan dengan rumus:
yang dibahas.
3. Studiliteratur. Peneliti melakukan studi literature 
" #$ %
   3 Keterangan: (3)
dari berbagai buku yang sesuai dengan 

permasalahan yang diamati diperusahaan. Literatur


utama yang dijadikan dasar penelitian ini.  = rata-rata ketidak sesuaian produk
4. Pengumpulan Data. Pengumpulan data dalam n = jumlahp roduksi
penelitian ini dilakukan dengan cara yaitu:
d. Menghitung batas kendali bawah atau Lower
a. Pengamatan langsung terhadap objek penelitian.
Control Limit (LCL)
b. Mencatat data asli mengenai jumlah kerusakan Untuk menghitung batas kendali bawah atau LCL
yang tersedia diperusahaan. dilakukan dengan rumus:
c. Membaca buku-buku dan laporan adminstrasi,
serta referensi perusahaan yang berhubungan 
" #$ %
   & 3 (4)
dengan data yang dibutuhkan. 

d. Melakukan wawancara dengan pihak-pihak di


Keterangan:
perusahaan untuk mendapatkan informasi yang
diperlukan untuk menunjang pembahasan
 = rata-rata ketidak sesuaian produk
n = jumlah produksi
dilingkungan objek penelitian tersebut.
5. Pengolahan Data. Pengolahan data dilakukan dengan
Catatan: Jika LCL< 0 maka LCL dianggap = 0
menggunakan metode pengendalian kualitas
Apabila data yang diperoleh tidak seluruhnya
statistik. Data yang digunakan adalah data variabel
berada dalam batas kendali yang ditetapkan,
yaitu data yang berdasarkan karakteristik yang
maka hal ini berarti data yang diambil belum
diukur secara sebenarnya, data variabel yang
seragam .Hal tersebut menyatakan bahwa
diperoleh dari perusahaan diolah dengan cara:
pengendalian kualitas yang dilakukan oleh UD.
1. Mengumpulkan data menggunakan check sheet.
Mestika masih perlu adanya perbaikan. Hal
Data yang diperoleh dari perusahaan terutama
tersebut dapat terlihat apabila ada titik yang
yang berupa data produksi dan data kerusakan
berfluktuasi secara tidak beraturan yang
produk kemudian disajikan dalam bentuk tabel
menunjukkan bahwa proses produksi masih
secara rapi dan terstruktur dengan menggunakan
mengalami penyimpangan.
check sheet. Hal ini dilakukan agar memudahkan
4. Melakukan uji kecukupan data
dalam memahami data tersebut sehingga bisa
5. Menentukan prioritas perbaikan (menggunakan
dilakukan analisis lebih lanjut.
diagram pareto).
2. Membua thistogram. Agar mudah dalam
6. Mencari faktor penyebab yang dominan dengan
membaca atau menjelaskan data dengan cepat,
diagram sebab akibat
maka datatersebut perlu untuk disajikan dalam
7. Membuat rekomendasi usulan perbaikan kualitas
bentuk histogram yang berupa alat penyajian
8. Analisa dan pembahasan hasil. Bagian ini
data secara visual berbentuk grafik balok yang
membahas tentang hasil-hasil penelitian dan hasil
memperlihatkan distribusi nilai yang diperoleh
pengolahan data yang diperoleh. Setelah
dalam bentuk angka

Copyright © 2013 Department of Industrial Engineering. All rights reserved Malikussaleh Industrial Engineering Journal Vol.2 No.1 (2013) 29-36
33
Analisa Pengendalian Kualitas Dengan Menggunakan Metode Statistical Quality Control (SQC)

diketahui penyebab terjadinya kerusakan produk, kejadian-kejadian atau sebab-sebab kejadian yang
maka dapat disusun sebuah rekomendasi atau akan dianalisis. Jenis kerusakan botol dapat dilihat:
usulan tindakan untuk melakukan perbaikan
kualitas produk.
9. Kesimpulan. Kesimpulan merupakan hasil
analisis pengolahan data yaitu metode mana
yang terbaik untuk diterapkan pada perusahaan
dan interpretasinya..

4. Hasil dan Pembahasan


Gambar 2 Digram Pareto Pecah dan Retak bulan Mei - Juli 2012
Hasil Penelitian, berdasarkan hasil pengumpulan data
jumlah kerusakan Botol yang dibagi kedalam dua jenis Dari diagram diatas dapat dilihat bahwa jenis
yaitu jenis pecah dan retak, adalah untuk melihat kerusakan yang paling banyak adalah jenis kerusakan
jumlah kerusakan botol yang diakibatkan dari proses pada botol pecah dengan persentase 63,05% dan botol
pengisian sirup kedalam botol. Maka untuk mengatasi retak 34,63%, sedangkan jenis kerusakan lain dianggap
masalah tersebut digunakan alat bantu Seven tool. Data tidak berpengaruh, karena persen kerusakannya sangat
dari jumlah kerusakan botol dari bulan Mei - Juli 2012. kecil. Sehingga, yang perlu diteliti adalah kerusakan jenis
pecah dan retak
Pembahasan Penggunaan Seven Tools d. Digram Sebab Akibat, untuk mencari unsur penyebab
a. Check Sheet. Check Sheet, adalah alat yang sering yang diduga dapat menimbulkan masalah. Berkaitan
digunakan untuk menghitung seberapa sering dengan pengendalian proses statistikal, diagram
sesuatu terjadi dan sering digunakan dalam sebab-akibat dipergunakan untuk menunjukkan
pengumpulan dan pencatatan data. Dari data faktor-faktor penyebab (sebab) dan karakteristik
kerusakan botol, sebagai contoh check sheet ialah kualitas (akibat) yang disebabkan oleh faktor-faktor
data kerusakan pada tanggal 1 Mei 2012 untuk penyebab tersebut ;
mewakili keseluruhan data pengamatan diatas.
Adapun check sheet dari data kerusakan botol dapat
dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Check Sheet Tanggal 1 Mei 2012


No Kerusakan Frekuensi
1 Pecah (10) IIII IIII
2 Retak (11) IIII IIII I

b. Histogram. Histogram, adalah alat yang digunakan


untuk menunjukkan variasi data pengukuran dan
variasi setiap proses. Bentuk histogram berikut
merupakan jumlah kerusakan botol pada bulan Mei - Ggambar 3 Skema Penyebab Kerusakan
Juli 2012.
Berdasarkan skema diatas maka diagram sebab akibat
dari kerusakan botol pada proses pengisian sirup yang
30 diakibatkan oleh faktor manusia, material, metode dan
proses dapat dilihat pada gambar 4 berikut ini:
20
Pecah
10 Retak

0
1 9 17 25 33 41 49 57 65 73 81 89
Gambar 1.Histogram Pecah dan Retak bulan Mei - Juli 2012

c. Diagram Pareto. Pareto diagram, adalah alat yang Gambar 4 Diagram Sebab Akibat
digunakan untuk membandingkan berbagai kategori
kejadian yang disusun menurut ukurannya untuk e. Scatter Diagram. Scatter diagram, adalah gambaran
menentukan pentingnya atau prioritas kategori yang menunjukkan kemungkinan hubungan antara
keeratan hubungan antara dua variable tersebut

Copyright © 2013 Department of Industrial Engineering. All rights reserved. Malikussaleh Industrial Engineering Journal Vol.1 No.1 (2013) 29-36
34
Bakhtiar, S, Suharto Tahir dan Ria Asysyfa Hasni

yang sering diwujudkan sebagai koefisien korelasi. np 10


Dari data kerusakan diatas dapat dibuat ke dalam Sub grup 1 P = = = 0.1
n 100
bentuk scatter diagram pecah dan retak seperti pada
Gambar 5 dan 6. Begitu seterusnya.
b. Menghitung Garis Pusat (CL)
Pecah ∑ np 1367
30 CL = p = = = 0 . 15 (2)
∑ n 9200
25
Frekuensi Pecah

Begitu seterusnya.
20
c. Menghitung Batas Kendali Atas UCL
15
p (1 − p )
10 Pecah UCL = p + 3 . (3)
5 n

0 p (1 − p )
Sub grup 1 UCL= p + 3 =
0 50 100
Jumlah Sampel
n
Gambar 5 Scatter Diagram Kerusakan pada Jenis Pecah 0.15 ( 1 − 0 . 15 )
0 . 15 + 3 = 0 , 26
100
Retak Begitu seterusnya.
20 d. Menghitung Batas Kendali Bawah LCL
Frekuensi Retak

15 LCL = p − 3 p (1 − p )
(4)
n
10 Sub grup 1 LCL=

5 Retak p (1 − p )
p − 3 (5) =
n
0 0.15 (1 − 0 . 15 )
0 50 100 0 . 15 − 3 = 0 , 05
100
Jumlah Sampel
Gambar 6 Scatter Diagram Kerusakan pada Jenis Retak
Berdasarkan hasil perhitungan batas kendali diatas
maka dapat digambarkan grafik peta kendali P seperti
Dari gambar diatas dapat dilihat bahwa semua data
Gambar 7:
terdistribusi dan tidak membentuk korelasi.
f. Peta Kendali, berdasarkan data jumlah kerusakan 0.3 Peta Kontrol P
botol, maka jumlah kerusakan setiap proses
Batas kendali

pengantongan berlangsung dengan mengambil 0.2


sampel 100 botol. Dilanjutkan lagi dengan
menganalisis kembali untuk mengetahui sejauh
mana kerusakan yang terjadi masih dalam batas 0.1
kendali statistik melalui peta kendali [1]-[12].
0
Peta kendali P mempunyai manfaat untuk membantu 0 50 Pecah 100
Sampel Botol
pengendalian kualitas produk serta dapat memberikan
Gambar 7 Grafik Peta Kendali P Jenis Pecah
informasi mengenai kapan dan dimana perusahaan
harus melakukan perbaikan kualitas. Adapun langkah- Dari grafik diatas dapat dilihat bahwa tidak ada data
langkah untuk membuat peta kendali p adalah sebagai yang melewati batas control sehingga tidak perlu
berikut: dilakukan revisi.
1. Peta kendali P pada kerusakan jenis pecah e. Uji Kecukupan Data
a. Menghitung persentase kerusakan
' N" =
(Z )2 x ( p )x (1 − p ) (6)
 (α )2
 #1%
n Kriteria digunakan adalah sampel (N) lebih besar
np : Jumlah gagal dalam sub grup
N : Jumlah yang diperiksa dalam sub group atau sama dengan jumlah sampel yang seharusnya (N’),
Sub grup dalam 3 bulan
Maka perhitungan datanya adalah sebagai berikut: maka data yang digunakan mencukupi. Namun apabila
jumlah sampel yang sudah digunakan (N) lebih kecil atau

Copyright © 2013 Department of Industrial Engineering. All rights reserved Malikussaleh Industrial Engineering Journal Vol.2 No.1 (2013) 29-36
35
Analisa Pengendalian Kualitas Dengan Menggunakan Metode Statistical Quality Control (SQC)

sama dengan jumlah sampel yang seharusnya (N’), maka


sampel atau data yang telah diambil tidak mencukupi,
sehingga perlu dilakukan pengambilan sampel lagi.
Adapun tingkat keyakinan (Z) yang digunakan sebesar
95% atau 2 σ dan tingkat ketelitian 5 % berdasarkan
data diatas maka perhitungannya adalah:
Gambar 8 Grafik Peta Kendali P jenis Retak
N "
=
(2 )2 x (0 ,15 )x (1 − 0 ,15 )
Dari grafik diatas dapat dilihat bahwa tidak ada data
(0 , 05 )2
yang melewati batas control. sehingga data tidak perlu
N’ = 204 direvisi.
Berdasarkan perhitungan diatas, dapat dilihat bahwa e. Uji Kecukupan Data
N’ lebih besar dari N yaitu N’204 > N 92. Artinya data " (Z )2 x ( p )x (1 − p )
N =
tidak mencukupi dan harus melakukan penambahan (α )2
data sebanyak 112 kali f. Stratifikasi. Stratifikasi merupakan teknik
2. Peta Kendali P pada Jenis Retak pengelompokan data kedalam kategori-kategori
a. Menghitung persentase kerusakan tertentu, agar data dapat menggambarkan
np permasalahan secara jelas sehingga kesimpulan-
P= (7)
n kesimpulan dapat lebih mudah diambil [11].
np : Jumlah gagal dalam sub grup Adapun grafik stratifikasi dapat dilihat pada
N : Jumlah yang diperiksa dalam sub group gambar 9 dibawah ini:
Maka perhitungan adalah sebagai berikut:
Sub grup 1 P = np = 11 = 0 . 11
n 100
Begitu seterusnya.
b. Menghitung Garis Pusat (CL)
∑ np 751
CL = p = = = 0 . 08
∑n 9200
Begitu seterusnya. Gambar 9 Stratifikasi jenis Pecah dan Retak
c. Menghitung Batas Kendali Atas UCL
p (1 − p ) Usulan Pencegahan Kerusakan Botol
UCL = p + 3 (8) Adapun beberapa usulan atau masukan yang dapat
n
Sub grup 1
diberikan setelah dilakukanya penelitian terhadap faktor
penyebab dari kerusakan botol adalah dapat dilihat
p (1 − p ) pada Tabel 2 berikut:
UCL= p + 3 (9)
n
0.11 (1 − 0 . 11 ) Tabel 2 usulan untuk tindakan pencegahan kerusakan botol
0 . 11 + 3 = 0 , 20 No Faktor Penyebab Usulan Pencegahan
100 Penyebab Kerusakan
Begitu seterusnya. 1 Manusia - Kurang teliti 1. Waktu kerja lebih diefektifkan
- Tidak 2. Lebih hati-hati saat melakukan
d. Menghitung Batas Kendali Bawah LCL
memegang pengisian sirup dalam botol
LCL = p − 3 p (1 − p ) botol dengan 3. Memberikan arahan dan melakukan
n erat pengawasan yang ketat serta
- Belum terlalu Melakukan pelatihan pada
p (1 − p ) mahir karyawan.
Sub grup 1 LCL= p−3 2 Material Botol terlalu Botol harus diperhatikan dengan baik,
n rapuh agar tidak banyak produk pecah yang
0.11 (1 − 0 . 11 ) terjadi
0 . 11 − 3 = 0 , 02 3 Metode Cara 1. Botol yang agak lama terlebih
100 penyusunan dahulu digunakan agar dapat
botol dalam mengurangi jumlah kerusakan botol.
Begitu seterusnya.
gudang 2. Area gudang harus tertutup agar
botol tidak terkena cahaya matahari
Berdasarkan hasil perhitungan batas kendal diatas langsung.
4 Proses Pensterilisasian Jangan terlalu lama merendam botol
maka dapat digambarkan grafik peta kendali P seperti botol dalam air panas, agar tidak
gambar 8 berikut: mengurangi ketahanan botol

Copyright © 2013 Department of Industrial Engineering. All rights reserved. Malikussaleh Industrial Engineering Journal Vol.1 No.1 (2013) 29-36
36
Bakhtiar, S, Suharto Tahir dan Ria Asysyfa Hasni

5. Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari penelitian adalah :
1. Dari ke 7 alat pengendalian kualitas yang telah
dianalisa dapat disimpulkan bahwa penyebab
penyimpangan kualitas pada UD. Mestika yaitu
dari sekian kerusakan yang terjadi, yang paling
berpengaruh adalah kerusakan pada botol jenis
pecah dan retak disebabkan oleh 4 faktor yaitu
manusia, material, metode dan proses.
2. Untuk megendalikan kualitas botol sirup pala,
maka 4 faktor yang menjadi penyebab kerusakan
harus dilakukan tindakan pencegahan yang telah
diusulkan.

DAFTAR PUSTAKA
[1] Alisjahbana,Juita 2005.
EvaluasiPengendalianKualitasTotalProdukPakaianWanitaPadaPer
usahaanKonveksi..JurnalVentura,Vol.8,No.1.
[2] Assauri, Sofjan..Manajemen Produksi dan Operasi Jakarta,
Fakultas Ekonomi, Universitas Indonesia. 1998.
[3] Fakhri, Faiz Al. Analisis Pengendalian Kualitas Produksi diPT.
MasscomGrahpy dalam Upaya Mengendalikan Tingkat Kerusakan
ProdukMenggunakan Alat Bantu Statistik. Semarang.
FakultasEkonomiUniversitasDiponegoro. 2010.
[4] Gasperz,Vincent.TotalQualityManagement.Jakarta:PT.Gramedia
PustakaUtama. 2005.
[5] Assauri, Sofjan. Manajemen Produksi dan Operasi Jakarta,
Fakultas Ekonomi, Universitas Indonesia. 1998.
[6] M.N.Nasution,ManajemenmutuTerpaduBogor:PenerbitGhaliaInd
onesia, 2005.
[7] Montgomery,DouglasC.IntroductiontoStatisticalQualityControl
th
.4 Edition.NewYork:JohnWiley&Sons,Inc. 2001.
[8] W.A. Dorothea. Pengendalian Kualitas Staristik, Yogyakarta :
Repository UPI, 2003
[9] Hatani, La.Manajemen PengendalianMutu Produksi Roti Melalui
PendekatanStatisticalQuality Control(SQC)Jurusan
ManajemenFEUnhalu. 2008.
[10] Kencana, Rudi. Analisis Pengendalian Mutu pada Pengolahan
Minyak Sawit dengan Metode Statistical Quality Control (SQC)
pada PTP. Nusantara IV PKS Adolina”. Medan, Fakultas Teknik,
Universitas Sumatra Utara. 2009.
[11] Nugroho,Fajar danHotniarSiringoringo, Analisis Cacat Produk
Botol Milk kuat 100ml Teknik IndustriUniversitas Gunadarma.
2008.
[12] http/id.wikipedia.org/wiki/prinsip-pareto
[13] S. P. Bingulac, On the compatibility of adaptive controllers, Proc.
4th Annu. Allerton Conf. Circuits and Systems Theory, New York,
1994, pp. 8–16.

Copyright © 2013 Department of Industrial Engineering. All rights reserved Malikussaleh Industrial Engineering Journal Vol.2 No.1 (2013) 29-36

Anda mungkin juga menyukai