Anda di halaman 1dari 14

Jurnal Ilmiah Platax Vol.

6:(2), Juli 2018 ISSN: 2302-3589

Valuasi Ekonomi Kawasan Ekowisata Pasirpanjang di Pulau Lembeh

(Economic Valuation of Pasirpanjang Ecotourism in Lembeh Island)


Mustika Permata Sari1. Unstain N. W. J. Rembet2. J. R. R. Sangari2
1
Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan, Universitas Sam Ratulangi Manado
e-mail: muchtar.mustika@gmail.com
2
Staf Pengajar Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Univesitas Sam Ratulangi
Manado

ABSTRACT
Ecotourism is viewed as an economic incentive for the communities living
near the protected areas, as well as a tool to enhance their participation to preserve
an ecosystem. Pasirpanjang Ecotourism Area in Lembeh Island has been
developed since some part of its’ waters were promoted as a Coastal and Small
Island Conservation Area of Bitung City in 2014. The aims of this study are to
estimate the economic value of Pasirpanjang Ecotourism Area using Zonal Travel
Cost Method and resulting a policy recommendation to develop Pasirpanjang
Ecotourism. This study was conducted in Pasirpanjang village, Sub-district of
South Lembeh on May 2018. The result showed the total economic value of
Pasirpanjang Ecotourism is Rp. 1,610,786,697 per annum. The result also
indicated the importance of ecotourism concept to be considered by government
in managing mangrove ecosystems. The potential value of the area of
Pasirpanjang Ecotourism could be considered as a long term economic asset and
for the sustainability of the conservation as well.
Key Words: Economic Value, Pasirpanjang Ecotourism Area, Economic Incentive,
Zonal Travel Cost Method
ABSTRAK
Ekowisata dipandang sebagai insentif ekonomi bagi masyarakat yang
berada di sekitar area perlindungan, serta menjadi alat untuk meningkatkan
partisipasi mereka dalam upaya pelestarian suatu ekosistem. Ekowisata
Pasirpanjang di Pulau Lembeh telah dikembangkan sejak wilayah perairan di
sekitarnya dicadangkan sebagai Kawasan Konservasi Wilayah Pesisir dan Pulau-
Pulau Kecil Kota Bitung pada tahun 2014. Penelitian ini bertujuan untuk menaksir
nilai ekonomi dari Ekowisata Pasirpanjang menggunakan Metode Biaya
Perjalanan Zonasi (Zonal Travel Cost Method) dan menghasilkan rekomendasi
kebijakan untuk pengembangan kawasan Ekowisata Pasirpanjang. Penelitian ini
dilakukan di Kelurahan Pasirpanjang di bagian selatan Pulau Lembeh pada bulan
Mei 2018. Berdasarkan estimasi nilai ekonomi dari Ekowisata Pasirpanjang adalah
sebesar Rp. 1.610.786.697 per tahun. Estimasi nilai tersebut menunjukan
pentingnya konsep ekowisata sebagai pertimbangan oleh pemerintah dalam
mengelola ekosistem mangrove. Potensi nilai Ekowisata tersebut juga dapat
dipertimbangkan sebagai aset ekonomi jangka panjang dan keberlanjutan
pelestarian.

24
http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/platax
Jurnal Ilmiah Platax Vol. 6:(2), Juli 2018 ISSN: 2302-3589

Kata kunci: Nilai ekonomi, Kawasan Ekowisata Pasirpanjang, Insentif ekonomi,


Zonal Travel Cost Method

PENDAHULUAN Kahona oleh masyarakat sekitar telah


berdiri sejak tahun 2013. Menurut
Tekanan jumlah penduduk dan
pernyataan masyarakat sekitar, pesisir
kebutuhan pembangunan saat ini telah
Pantai Kahona terbentuk secara alami
mengancam keanekaragaman hayati
akibat imbas dari Tsunami di Jepang
dan keutuhan berbagai jenis ekosistem
tahun 2011 silam. Kala itu karang-
di Indonesia. Oleh sebab itu, strategi
karang pindah ke pantai, sementara
untuk melindungi sumber daya alam
masyarakat menjauh dari pesisir.
merupakan kebutuhan yang sifatnya
Proses alamiah tersebut akhirnya
urgensi. Berbagai program konservasi,
meninggalkan pantai berpasir karang
rehabilitasi, dan restorasi pun gencar
sepanjang ±2 km, dan hutan mangrove
dilakukan oleh pemerintah dan sejumlah
seluas ±4 hektar yang menjadi benteng
organisasi non-pemerintah yang
pertahanan pesisir sekaligus daya tarik
bergerak di bidang pelestarian alam.
wisata di Kelurahan Pasirpanjang.
Hingga tahun 2014, pemerintah
Berdasarkan hasil penelitian Kaunang et
telah menetapkan sebanyak 528
al (2015), Pasirpanjang juga memiliki
kawasan konservasi yang terdiri atas
kondisi tutupan terumbu karang yang
kawasan darat dan perairan dan
baik yakni seluas 88,6%.
diperkirakan luasnya sekitar
Semenjak dicadangkan sebagai
31.154.963,50 hektar (Partono, 2014
Kawasan Konservasi Wilayah Pesisir
dalam LIPI, 2014). Namun, ketika suatu
dan Pulau-Pulau Kecil, kegiatan
area menerima status sebagai daerah
ekowisata mulai dikembangkan di
perlindungan, seringkali masyarakat
sejumlah titik Daerah Perlindungan Laut
lokal harus mengorbankan Opportunity
(DPL) di Pulau Lembeh, salah satunya
Cost yang tinggi terhadap alternatif
Ekowisata Pasirpanjang. Ekowisata
pembangunan atau aktivitas tradisional
dipandang sebagai strategi untuk
mereka. Oleh sebab itu, melindungi
memberikan insentif ekonomi kepada
keanekaragaman hayati tidak bisa
masyarakat yang berada di sekitar
dipisahkan dari pembangunan sosial
kawasan konservasi, serta
dan ekonomi, termasuk
meningkatkan partisipasi masyarakat
mempertimbangkan kepentingan
dalam upaya perlindungan suatu
individu (self-interest) dari masyarakat
kawasan. Semenjak pembangunan
lokal (McNeely et al., 1990; Gadgil et al.,
ekowisata dilakukan, pemerintah Kota
1993; Wells dan Brandon, 1992;
Bitung mulai mengintensifkan potensi
Vorlaufer, 1997 dalam Gössling, 1999).
pariwisata di Pasirpanjang, salah satu
Pearce dan Warford (1993)
yang menjadi fokus saat ini adalah
menyatakan bahwa dalam setiap
penguatan kelompok pengelola
kegiatan atau kebijakan selalu timbul
ekowisata. Sejumlah anggaran juga
biaya dan manfaat sebagai akibat dari
tengah dipersiapkan untuk perbaikan
kegiatan atau kebijakan tersebut. Maka
sarana dan edukasi.
diperlukan penilaian ekonomi terhadap
Oleh sebab itu penting untuk
dampak suatu kebijakan kepada
mengetahui nilai ekonomi dari kawasan
masyarakat dan lingkungan dengan
Ekowisata Pasirpanjang, agar dana
menggunakan perbandingan yang
yang dikeluarkan oleh pemerintah dapat
menghasilkan nilai (value). Nilai
memberikan manfaat bagi masyarakat
ekonomi tersebut kemudian digunakan
dan pelestarian ekosistem di Kelurahan
untuk memformulasikan kebijakan yang
Pasirpanjang Pulau Lembeh.
berkaitan dengan suatu ekosistem.
METODE PENELITIAN
Kawasan Ekowisata Pasirpanjang
yang juga dikenal dengan nama Pantai

25
http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/platax
Jurnal Ilmiah Platax Vol. 6:(2), Juli 2018 ISSN: 2302-3589

Penelitian ini dilakukan di dalam pengembangan semenjak


Kawasan Ekowisata Pasirpanjang ditetapkan sebagai bagian dari
Pantai Kahona yang terletak di Pencadangan Kawasan Konservasi
Kelurahan Pasirpanjang, Kecamatan Perairan Daerah Kota Bitung pada
Lembeh Selatan, Kota Bitung. Pemilihan tahun 2014. Pengamatan langsung di
lokasi dilakukan secara sengaja lapangan dilakukan selama 3 hari pada
(purposive) dengan mempertimbangkan tanggal 18-20 Mei 2018. Penelitian ini
Kawasan Ekowisata Pasirpanjang yang berlangsung sejak bulan Mei s/d Juni
berbasis masyarakat tersebut sedang 2018.

Gambar 01. Peta Letak Kawasan Ekowisata Pasirpanjang di Pulau Lembeh

Jenis dan Sumber Data 1) Studi literatur, yaitu mengumpulan


data dan informasi yang
Sumber data yang digunakan
mendukung penelitian ini dari
dalam penelitian ini adalah data primer
berbagai sumber literatur, buku
dan sekunder yang berasal dari
elektronik, media dan jurnal-jurnal
lingkungan internal maupun eksternal
terkait.
Ekowisata Pasirpanjang. Data primer
2) Wawancara, teknik ini digunakan
diperoleh dari kuisioner yang diisi oleh
untuk mengumpulkan data melalui
responden dan wawancara langsung
wawancara secara langsung
kepada pihak-pihak terkait.
kepada responden yang berada di
Data sekunder diperoleh dari
lapangan dengan membagikan
pihak pengelola berupa data
daftar pertanyaan.
pengunjung Ekowisata Pasirpanjang
3) Kuisioner, sejumlah pertanyaan
tahun 2017. Sementara data penunjang
dan pilihan respon yang disusun
lainnya diperoleh dari Pemerintah
secara terstruktur terkait masalah
Kelurahan Pasirpanjang, Badan Pusat
penelitian diberikan kepada
Statistik (BPS), dan Dinas Kelautan dan
responden.
Perikanan Kota Bitung.
4) Data lain juga dikumpulkan dari
Teknik Pengumpulan Data Pengelola Ekowisata
Teknik pengupulan data yang Pasirpanjang, Dinas Kelautan dan
digunakan dalam penelitian ini, di Perikanan Kota Bitung, Badan
antaranya adalah: Pusat Statistik, dan Pemerintah
Kelurahan Pasirpanjang.

26
http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/platax
Jurnal Ilmiah Platax Vol. 6:(2), Juli 2018 ISSN: 2302-3589

Teknik Analisis Data kegiatan ekowisata; pengusaha warung


(lihat Lampiran 4), nelayan, ibu rumah
Analisis data yang digunakan
tangga, tukang kayu, petani, pengolah
adalah analisis deskriptif dan analisis
ikan (fish processor), pelajar, dan
biaya perjalanan (TCM), yaitu:
perangkat kelurahan.
a) Analisis Deskriptif
Sedangkan penentuan responden
Analisis deskriptif digunakan
pengunjung Ekowisata Pasirpanjang
untuk memberikan gambaran dan
dilakukan secara acak. Hasil
penjelasan berdasarkan data variabel
wawancara pengunjung hanya
yang digunakan dalam penelitian. Di
digunakan sebagai sampel untuk
dalamnya adalah tabel, grafik,
membantu menerjemahkan angka hasil
persentase, peta, dan hasil valuasi
valuasi biaya perjalanan nanti.
ekonomi.
b) Analisis Biaya Perjalanan (Zonal
Penentuan responden dilakukan
Travel Cost Method)
secara sengaja (purposive), di mana
TCM digunakan untuk mengetahui
responden yang dipilih merupakan ahli
nilai ekonomi yang berasal dari nilai
di bidangnya dan yang terkait langsung
non-ekstraktif yaitu Ekowisata
dengan aktivitas di Kawasan Ekowisata
Pasirpanjang. Dalam analisis Shammin
Pasirpanjang. Responden dalam
(1999), Clawson dan Knetsch dalam
penelitian ini adalah Kepala Bidang
publikasinya tentang Economic
Pemberdayaan Masyarakat Pesisir DKP
Valuation of Outdoor Recreation tahun
Kota Bitung sebagai instansi yang
1966 menggunakan pendekatan TCM
terlibat langsung dalam pemberdayaan
yang dikenal dengan Zonal TCM. Pada
ekowisata di Pulau Lembeh, Ketua
pendekatan ini, area disekeliling lokasi
Kelompok Pengelola Ekowisata
dibagi ke dalam lingkaran konsentrik
Pasirpanjang sebagai orang yang
berdasarkan jarak maupun wilayah
terlibat aktif dalam pengelolaan, dan
secara administratif dan serta biaya
masyarakat sekitar kawasan ekowisata
perjalanan dari setiap zona.
yang secara langsung maupun tidak
langsung menerima dampak dari

Gambar 02. Zonasi Lokasi Tujuan dalam Metode TCM

Setiap zona memiliki dugaan mendapatkan laju kunjungan (visitation


jumlah pengunjung Vi dan populasi Pi, rate) Xi dengan menggunakan formula
katakanlah untuk periode satu tahun. sebagai berikut:
Dari data ini, maka kita akan

27
http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/platax
Jurnal Ilmiah Platax Vol. 6:(2), Juli 2018 ISSN: 2302-3589

𝑉𝑖
Xi = x 1000 HASIL DAN PEMBAHASAN
𝑁𝑖
Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Hasil sampling pengunjung di
Kawasan Ekowisata Pasirpanjang
lokasi penelitian digunakan untuk
secara administratif masuk ke dalam
mengidentifikasi karakteristik para
wilayah Kelurahan Pasirpanjang,
pengunjung Ekowisata Pasirpanjang,
Kecamatan Lembeh Selatan, Kota
seperti biaya perjalanan dan
Bitung. Luas Kelurahan Pasirpanjang
pengeluaran konsumsi. Rata-rata
adalah 250 ha, terdiri atas pemukiman
pengeluaran biaya konsumsi dari
warga seluas 50 ha, perkebunan 177,3
sampel pengunjung digunakan sebagai
ha, taman 0,50 ha, perkantoran 0,2 ha,
asumsi untuk menghitung biaya total
lahan pekuburan 1 ha, dan prasarana
perjalanan dalam perhitungan valuasi
umum 1 ha. Wilayah kelurahan terbagi
ini.
atas 1 Lingkungan dan 4 Rukun
Mengacu pada Haab dan
Tetangga (RT). Kelurahan Pasirpanjang
McConnel (2002) bahwa asumsi dasar
di sebelah utara berbatasan dengan
yang harus dibangun agar penilaian
Kelurahan Batulubang, di selatan
terhadap sumberdaya alam tidak bias
berbatasan dengan Laut Maluku, di
melalui TCM yaitu; biaya perjalanan dan
sebelah timur berbatasan dengan
biaya waktu mewakili total harga
Kelurahan Dorbolaang, dan di sebelah
rekreasi, waktu perjalanan bersifat
barat berbatasan dengan Kelurahan
netral, dan biaya perjalanan merupakan
Paudean.
perjalanan tunggal.
Jumlah penduduk Keluruhan
Maka unit utama yang digunakan
Pasirpanjang adalah 478 jiwa, terdiri
untuk mengestimasi biaya perjalanan
atas 249 laki-laki dan 229 perempuan,
adalah biaya transportasi dari zona asal
sementara jumlah Kepala Keluarga
ke lokasi ekowisata, tarif masuk, biaya
adalah 132. Mayoritas masyarakat
konsumsi, dan biaya waktu (opportunity
Pasirpanjang secara berurutan berasal
cost). Analisis regresi sederhana juga
dari suku Sangihe, Gorontalo, dan
digunakan untuk menguji hubungan
Minahasa. Jumlah masyarakat yang
variabel bebas yaitu biaya perjalanan
beragama Kristen sebanyak 468 orang,
(travel cost) dalam memprediksi tingkat
sedangkan yang beragama Islam 10
kunjungan (visitation rate) sebagai
orang. Mata pencaharian utama
variabel terikat.
sebagian besar masyarakat adalah
VZ/NZ = f (C, X) Petani sejumlah 73 orang, dan Nelayan
70 orang.
dimana, Vz adalah jumlah kunjungan
Menurut informasi masyarakat
zona z, Nz adalah populasi di zona z,
sekitar, pesisir Pantai Kahona terbentuk
dan C adalah total biaya perjalanan dari
secara alami akibat imbas dari tsunami
zona z ke lokasi ekowisata, sedangkan
di Jepang tahun 2011 silam. Kala itu
X adalah variabel sosial-ekonomi
karang-karang pindah ke pantai,
termasuk tingkat pendapatan (OECD,
sementara masyarakat menjauh dari
2002).
pesisir. Fenomena alam tersebut
Pada penelitian ini, VZ/NZ = f(C)
akhirnya meninggalkan pantai berpasir
karena tidak dilakukan survei sosial-
karang sepanjang ±2 km (Lampiran 1),
ekonomi kepada pengunjung Ekowisata
dan hutan mangrove seluas ±4 hektar
Pasirpanjang, sehingga tidak ada
yang menjadi benteng pertahanan
variabel sosial-ekonomi yang
pesisir sekaligus daya tarik wisata di
dimasukan (X) dalam estimasi. Hasil
Kelurahan Pasirpanjang.
perhitungan jumlah kunjungan (VZ/NZ)
Daerah Perlindungan Laut (DPL)
adalah fungsi dari total biaya perjalanan
di Kelurahan Pasirpanjang memiliki
(C) zona z.
zona inti seluas 6 Ha, dan zona

28
http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/platax
Jurnal Ilmiah Platax Vol. 6:(2), Juli 2018 ISSN: 2302-3589

penyangga seluas 4 Ha. Berdasarkan rata di Kelurahan Pasirpanjang adalah


hasil pengamatan dan identifiasi jenis- 27,130C. Salinitas rata-rata adalah 33,8
jenis mangrove yang ada di Kawasan ‰, sedangkan pH rata-rata 8,41.
Ekowisata Pasirpanjang diperoleh 7 Kondisi kecerahan perairan rata-rata 25-
jenis, yaitu Avicennia marina, Aegiceras 26 meter. Hasil pengukuran tersebut
floridum, Rhizophora apiculata, menunjukan bahwa kondisi lingkungan
Bruguiera gymnorrhiza, Ceriops tagal, perairan berdasarkan salinitas dan pH-
Rhizophora mucronata, dan Sonneratia nya dalam kondisi optimal bagi
alba. Berdasarkan status IUCN Redlist pertumbuhan karang dan organisme
(2012), diketahui bahwa hampir seluruh laut lainnya.
jenis mangrove tersebut masuk dalam
kategori Least Concern (LC), yang Status Konservasi Perairan Daerah
berarti suatu spesies memiliki risiko
Melalui Surat Keputusan Walikota
rendah, atau tidak dikategorikan
Bitung Nomor
terancam, kecuali jenis Aegiceras
188.45/HKM/SK/121/2014 Tentang
floridum termasuk dalam kategori Near
Penetapan Pencadangan Kawasan
Threatened (NT) yang berarti hampir
Konservasi Wilayah Pesisir dan Pulau-
terancam.
Pulau Kecil Kota Bitung, menetapkan
Dalam laporan IFAD (2013)
wilayah perairan dan mangrove dengan
disebutkan bahwa kedalaman perairan
luas sebesar ± 9.627 Hektar yang
di wilayah Pulau Lembeh memiliki
terletak pada wilayah Kelurahan
kondisi yang berbeda-beda, yaitu
Paudean, Kelurahan Pasirpanjang,
berkisar antara 0 – 30 meter. Dengan
Kelurahan Dorbolaang, Kelurahan
kondisi perairan demikian, aspek
Pancuran, Kelurahan Motto dan
kedalaman yang terdapat di wilayah
Kelurahan Posokan sesuai peta letak
pesisir Pulau Lembeh masih sesuai
KKPD pada Gambar 03.
untuk kegiatan budidaya laut. Suhu rata-

Gambar 03. Peta Pencadangan KKPD Kota Bitung (DKP Bitung, 2014)
Jenis kawasan yang dimaksud pencadangan, penetapan, dan
adalah Kawasan Taman Pesisir yang selanjutnya pengelolaan Kawasan
dikelola oleh Perangkat Daerah yang Konservasi Perairan (KKP) merupakan
membidangi Kelautan dan Perikanan strategi yang dipilih untuk melindungi
Kota Bitung. Di mana melalui SK sumber daya ikan.
tersebut, Kawasan Ekowisata Berdasarkan Panduan Umum
Pasirpanjang masuk dalam kawasan Pemanfaatan Kawasan Konservasi
konservasi perairan Kota Bitung. Upaya Perairan untuk Kegiatan Pariwisata

29
http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/platax
Jurnal Ilmiah Platax Vol. 6:(2), Juli 2018 ISSN: 2302-3589

Alam Perairan (2010), KKP yang dibeli langsung dari tukang kayu di
dikategorikan Kawasan/Taman Wisata sekitar Kelurahan Pasirpanjang.
Perairan yaitu KKP yang dimanfaatkan Sebulan sekali pihak pengelola
bagi kepentingan wisata perairan dan melakukan perawatan jalur tracking
rekreasi. Berdasarkan tujuannya, dengan mengganti bagian kayu yang
kawasan tersebut setidaknya memiliki telah rusak dengan yang baru. Setiap
zona inti dan zona pemanfaatan yang bulan pengelola ekowisata
terbatas untuk kegiatan periwisata atau mengeluarkan sekitar Rp.500.000-
penelitian dan pendidikan yang 600.000 untuk biaya perawatan jalur
mendukung peruntukannya. Maka tracking. Sementara kisaran
wisata alam perairan pada kawasan pendapatan Ekowisata Pasirpanjang
konservasi perairan dapat dikatakan dari tiket masuk dan biaya parkir adalah
sebagai suatu perjalanan ke wilayah Rp. 6.359.000 setiap bulan. Tarif masuk
kawasan konservasi untuk dapat ke kawasan tersebut adalah
menikmati keunikan dan keindahan Rp.3000/orang, biaya parkir untuk motor
alam yang ada di dalamnya. Berbagai Rp. 5000 dan untuk mobil Rp. 10.000
macam kegiatan wisata di dalam dari kisaran jumlah pengunjung
kawasan konservasi perairan didukung sebanyak 673 orang setiap bulan.
oleh fasilitas dan layanan yang Aksesibilitas menuju lokasi
disediakan oleh masyarakat, Ekowisata Pasirpanjang harus melalui
pengusaha ataupun unit pengelola jalur laut dengan menggunakan Perahu
kawasan konservasi sebagai pihak yang Taksi atau Kapal Feri selama 10-15
mewakili pemerintah. Pengembangan menit perjalanan. Karena tidak ada
ekowisata perairan berbasis masyarakat penyebrangan langsung ke
diharapkan dapat bersinergi dengan Pasirpanjang yang terletak di sebelah
kebijakan pemanfaatan KKP untuk selatan Pulau Lembeh, perahu atau
pariwisata. Masyarakat yang kapal umumnya berlabuh di Dermaga
sebelumnya cenderung berperilaku Kelurahan Papusungan atau Dermaga
ekstraktif dalam memanfaatkan sumber Kelurahan Batulubang. Selanjutnya,
daya ikan di dalam KKP, dapat dari dermaga ke lokasi Ekowisata
dilibatkan secara aktif untuk Pasirpanjang ditempuh melalui jalur
mengembangkan aktivitas pariwisata darat. Jika tidak membawa kendaraan
alam perairan yang notabene pribadi, pengunjung bisa menggunakan
merupakan pemanfaatan yang non- jasa ojek dengan tarif Rp.10.000 dari
ekstraktif. Dermaga Batulubang, atau Rp.20.000
dari Dermaga Papusungan karena
Pengelolaan Ekowisata Pasirpanjang
jaraknya yang lebih jauh ke Ekowisata
Ekowisata Pasirpanjang dikelola Pasirpanjang.
oleh Kelompok Pengelola Ekowisata
Isu Pengelolaan Kawasan
yang dibentuk pada tahun 2013,
Pasirpanjang
sekaligus menjadi awal berdirinya
tempat ekowisata tersebut. Pengelolaan Semenjak didirikan sebagai
Ekowisata di Pasirpanjang adalah tempat wisata, pengembangan
berbasis masyarakat (community-based Ekowisata Pasirpanjang telah didukung
ecotourism), sementara oleh sejumlah pihak seperti DKP Kota
pengembangannya dibantu oleh Dinas Bitung yang membidangi
Kelautan Perikanan dan Pemerintah pemberdayaan masyarakat pesisir,
Kota Bitung. International Fund for Agricultural
Ekowisata Pasirpanjang memiliki Development (IFAD), dan beberapa
fasilitas jalur tracking sepanjang 630 akademisi. Pihak DKP Kota Bitung juga
meter di sepanjang hutan mangrove menyatakan bahwa mereka masih
(Lampiran 5). Jalur tracking dibuat kesulitan melakukan pendekatan
menggunakan kayu pohon kelapa yang kepada masyarakat, sehingga saat ini

30
http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/platax
Jurnal Ilmiah Platax Vol. 6:(2), Juli 2018 ISSN: 2302-3589

mereka memfokuskan upaya untuk perakaran mangrove (Lampiran 6)


menguatkan kelembagaan Kelompok masih belum mampu ditangani oleh
Pengelola Ekowisata Pasirpanjang. pengelola maupun pemerintah.
Adapun beberapa kendala yang masih Masyarakat telah berupaya
dihadapi hingga saat ini, baik oleh pihak membersihkan sampah dari area
pengelola maupun pemerintah yaitu: perakaran, namun upaya tersebut
1) Masalah kepemilikan lahan tempat di masih belum bisa menyelesaikan
mana fasilitas toilet umum dan sumur akar permasalahan. Sehingga isu
untuk kebutuhan wisatawan sampah selalu menjadi topik
dibangun di sana. Pada awalnya pembahasan masyarakat, sementara
sudah ada konsensus antara pihak DKP masih mencari strategi yang
pengelola dan pemilik lahan untuk tepat untuk permasalahan tersebut.
menggunakan lahan tersebut, namun 3) Sebagaimana konsep dari ekowisata
ketika wisatawan yang datang itu sendiri, Ekowisata Pasirpanjang
semakin banyak, pemilik lahan pun belum memberikan pendidikan
menuntut sejumlah insentif dari konservasi yang memadai kepada
pengelola. wisatawan karena keterbatasan
2) Sampah kiriman yang dibawa oleh sumberdaya manusia.
arus dan tersangkut di sela-sela

Gambar 04. Peta Zona Asal Pengujung Ekowisata Pasirpanjang (Analisis data
sekunder, diolah 2018)

Pendekatan Zonal TCM 37 responden selama 3 hari untuk


digunakan dengan membagi zona mengetahui sejumlah persepsi
sampel daerah asal pengunjung pengunjung tentang Ekowisata
Ekowisata Pasirpanjang berdasarkan Pasirpanjang dan rata-rata biaya
batas administratif. Pembagian zona konsumsi yang mereka keluarkan
(zoning) asal pengunjung Ekowisata selama perjalanan. Perjalanan ke lebih
Pasirpanjang dibagi menjadi 5 zona, dari satu lokasi (multipurpose trips)
yaitu: Kota Bitung, Kabupaten Minahasa seringkali kali menjadi isu dalam
Utara, Kota Manado, Kabupaten memprediksi total biaya perjalanan
Minahasa, dan Kabupaten Minahasa karena berpengaruh (bias) terhadap
Selatan. hasil perhitungan. Berdasarkan survei
Dikarenakan hanya menggunakan data yang dilakukan, 91,2% pengunjung
sekunder untuk memprediksi nilai menyatakan bahwa Ekowisata
ekonomi, maka survei dilakukan kepada Pasirpanjang adalah tujuan utama

31
http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/platax
Jurnal Ilmiah Platax Vol. 6:(2), Juli 2018 ISSN: 2302-3589

perjalanan mereka, sedangkan 8,2% mana mereka umumnya berasal dari


pengujung hanya sekedar singgah, di Pulau Lembeh.

Gambar 05. Persepsi Pengunjung Terhadap Tujuan Kunjungan

Sarana penyeberangan yang jumlah persentase 35%. Sedangkan


digunakan pengunjung untuk menuju ke 10,8% pengunjung menggunakan
Pulau Lembeh adalah Perahu Taksi sarana penyeberangan lain seperti
dengan persentase 54%. Sedangkan kapal cepat (speedboat).
pengunjung yang membawa kendaraan
pribadi menggunakan kapal feri dengan

Gambar 06. Persentase Sarana Transportasi Penyeberangan yang igunakan


Pengunjung

Berdasarkan hasil survei 43,2% menganggap hutan mangrove sebagai


pengunjung beranggapan bahwa daya tarik tersendiri dari Kawasan
menikmati pemandangan di kawasan Ekowisata Pasirpanjang, dan 19% lebih
Ekowisata Pasirpanjang adalah atraksi menyukai pantainya.
yang paling disukai, sedangkan 37,8%

32
http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/platax
Jurnal Ilmiah Platax Vol. 6:(2), Juli 2018 ISSN: 2302-3589

Gambar 07. Persepsi Pengunjung Tentang Atraksi Ekowisata Pasirpanjang

Survei juga dilakukan untuk mengetahui seperti Facebook dan Instagram,


dari mana pengunjung mendapatkan sehingga menarik rasa penasaran
informasi tentang Ekowisata mereka untuk datang secara langsung
Pasirpanjang. 62% menyatakan bahwa ke lokasi Ekowisata Pasirpanjang.
mereka mendapatkan infomasi dari Sementara itu, 13,5% pengunjung
teman atau kerabat mereka yang sudah mengetahui informasi dari Masyarakat
lebih dulu berkunjung ke Ekowisata Pasirpanjang tentang keberadaan
Pasirpanjang. 16,2% pengunjung ekowisata tersebut.
mengetahuinya dari foto-foto dan
informasi yang beredar di Media Sosial

Gambar 08. Sumber Informasi Tentang Keberadaan Ekowisata Pasirpanjang

Analisis biaya perjalanan (TCM) Sementara itu total pengunjung


dalam penelitian ini menggunakan Ekowisata Pasirpanjang tahun 2017
pendekatan Zonal TCM untuk adalah 8.476 pengunjung. Berdasarkan
mengetahui total nilai ekonomi data pada Tabel 1 dapat diketahui
Ekowisata Pasirpanjang yang diperoleh bahwa sebagian besar pengunjung
dari masing-masing zona. berasal dari Kota Bitung termasuk Pulau
Berdasarkan data pengunjung Lembeh yaitu 4.712 pengunjung atau
tahun 2017 diperoleh angka pengujung 53,87%, 7,06% berasal dari Kabupaten
dari setiap zona, biaya perjalanan Minahasa Utara, 28,95% berasal dari
berdasarkan tarif angkutan umum dari Kota Manado dan 3,17% dari
masing-masing zona ke lokasi Kabupaten Minahasa. Zona dengan
Ekowisata Pasirpanjang, dan waktu persentase pengunjung paling rendah
yang dikorbankan selama melakukan adalah Kabupaten Minahasa Selatan
perjalanan (opportunity cost). yaitu 3,17% atau 278 pengunjung pada

33
http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/platax
Jurnal Ilmiah Platax Vol. 6:(2), Juli 2018 ISSN: 2302-3589

tahun 2017 (Gambar 11). Berdasarkan lokasi tujuan. Begitu juga dengan biaya
persentase tersebut dapat dilihat bahwa perjalanan yang dihitung berdasarkan
semakin jauh jarak yang ditempuh, ketetapan tarif angkutan umum dari
maka semakin rendah jumlah kunjungan masing-masing zona berdasarkan
ke lokasi ekowisata. Peraturan Gubernur Sulawesi Utara
Jarak dan waktu perjalanan dihitung Nomor 2 tahun 2015 Tentang
dalam satu kali perjalanan pergi dan Penyesuaian Tarif Angkutan
pulang (round trips) dari daerah asal ke Penumpang Antar Kota.

Gambar 09. Persentase Distribusi Pengunjung Ekowisata Pasirpanjang

Tabel 1. Distribusi Pengunjung Ekowisata Pasirpanjang

Pengunjung Waktu
Jarak
No Zona Perjalanan
Jumlah % (km)
(menit)
1 Bitung 4.712 53,9 39,2 248
2 Minahasa Utara 618 7,1 86,6 332
3 Manado 2.532 29,0 120,6 364
4 Minahasa 606 6,9 116,6 386
5 Minahasa Selatan 278 3,2 254,6 629
Total 8746 100 617,6 1979
Analisis data sekunder, diolah 2018
Hasil perhitungan tingkat kunjungan per 1000 penduduk dari masing-masing zona
dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Tingkat kunjungan per 1000 Penduduk


Jumlah Biaya
Jumlah Tingkat
Zona Populasi Transportasi
Pengunjung Kunjungan/1000
(Jiwa) dari Zona z
Kota Bitung 4.712 212.409 22,2 40.000
Kab. Minahasa Utara 618 200.985 3,1 58.000
Kota Manado 2.532 430.133 5,9 61.000
Kab. Minahasa 606 335.321 1,8 60.000
Kab. Minahasa Selatan 278 208.013 1,3 90.000

Zona dengan tingkat kunjungan tertinggi Kabupaten Minahasa Selatan yaitu 1,3
adalah Kota Bitung yaitu 22,2 per 1000 per 1000 penduduk.
penduduk, sedangkan zona dengan Langkah selanjutnya adalah
tingkat kunjungan terendah adalah menghitung total biaya perjalanan dari

34
http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/platax
Jurnal Ilmiah Platax Vol. 6:(2), Juli 2018 ISSN: 2302-3589

Zona i ke Pasirpanjang. Estimasi biaya konversi nilai upah minimum yang


perjalanan terdiri atas biaya transportasi berlaku ke dalam nilai moneter yaitu Rp.
masing-masing zona, biaya masuk 2.598.000.-/bulan. Diasumsikan jam
sebesar 3.000/pengunjung, dan biaya kerja selama 8 jam per hari dengan 20
konsumsi berdasarkan asumsi dari hari kerja dalam satu bulan, sehingga
sampel di lokasi yaitu Rp. konversi tingkat upah minimum dalam
45.606/pengunjung. Sementara menit adalah Rp. 270,625/menit.
opportunity cost ditentukan berdasarkan

Gambar 10. Persentase Biaya Perjalanan ke Ekowisata Pasirpanjang

Persentase biaya perjalanan ke masing zona, 33,6% rata-rata biaya


Ekowisata Pasirpanjang terdiri atas konsumsi selama berwisata, dan 2,2%
65,2% biaya transportasi berdasarkan biaya tiket masuk ke kawasan
tarif angkutan umum dari masing- Ekowisata Pasirpanjang.

Tabel 3. Total Biaya Perjalanan Setiap Zona


Analisis data sekunder, 2018
Tingkat Opportunity
Biaya Total Biaya
No Zona Kunjungan Cost Waktu
Perjalanan Perjalanan
Per 1000 Perjalanan
1 Bitung 22,2 417.511.472 316.245.880 733.757.352
2 Minahasa Utara 3,1 65.882.508 55.525.755 121.408.263
3 Manado 5,9 277.522.392 263.125.440 540.647.832
4 Minahasa 1,8 65.815.236 63.303.518 129.118.754
5 Minahasa Selatan 1,3 38.532.468 47.322.029 85.854.497
Total 34,3 865.264.076 745.522.621 1.610.786.697
lokal terhadap subtitusi pekerjaan dan
Nilai ekonomi dari Ekowisata keputusan alokasi lahan. Oleh karena
Pasirpanjang berdasarkan total biaya itu, diperlukan pengembangan dan
perjalanan adalah sebesar Rp. eksplorasi manfaat dari kegiatan
1.610.786.697. Potensi nilai dari ekowisata maupun ekosistem di
kawasan Ekowisata Pasirpanjang sekitarnya agar nilai ekonomi yang riil
memiliki dampak positif bagi dapat dirasakan oleh masyarakat.
pembangunan ekonomi masyarakat Analisis regresi sederhana dilakukan
lokal yang berada di Kawasan untuk mengetahui ada tidaknya
Konservasi Perairan Daerah. Namun hubungan biaya perjalanan (travel cost)
sebagaimana menurut Wunder (1999) sebagai variabel bebas (independent
efektivitas pendapatan dari ekowisata variable) dan tingkat kunjungan
bergantung pada partisipasi masyarakat (visitation rate) sebagai variabel terikat

35
http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/platax
Jurnal Ilmiah Platax Vol. 6:(2), Juli 2018 ISSN: 2302-3589

(dependent variable). Hasil analisis 77% faktor yang mempengaruhi tingkat


menunjukkan nilai koefisien determinasi kunjungan dapat dijelaskan atau
R Square (R2) sebesar 0,77 yang berarti dipengaruhi oleh biaya perjalanan.

Tabel 4. Hasil Analisis Regresi

Nilai koefisien kemiringan (b) yang 2. Estimasi nilai ekonomi sebesar


sangat kecil 2,6E-08 dan nilai intersep Rp. 1.610.786.697 per tahun,
negatif, dapat diartikan bahwa jika menunjukan pentingnya konsep
terjadi perubahan sebesar 1 (satu) ekowisata sebagai pertimbangan
satuan biaya perjalanan maka oleh pemerintah dalam mengelola
perubahan pada tingkat kunjungan ekosistem mangrove.
sangat kecil (2,6E-08%). Jika dilihat dari Saran
nilai P-value sebesar 0,047 maka dapat Berdasarkan kesimpulan di atas,
disimpulkan bahwa pada tingkat berikut ini adalah saran yang dapat
kepercayaan 90% atau P-value 0,90 digunakan untuk mengembangkan
pengaruh total biaya terhadap tingkat Kawasan Ekowisata Pasirpanjang di
kunjungan ke Ekowisata Pasirpanjang Pulau Lembeh, yaitu:
adalah signifikan atau berbeda nyata. 1) Nilai ekonomi Kawasan Ekowisata
Yaitu besar atau kecilnya biaya Pasirpanjang sebesar Rp.
perjalanan mempengaruhi tingkat 1.610.786.697 per tahun masih relatif
kunjungan satu satu zona ke lokasi kecil dan perlu untuk ditingkatkan,
Ekowisata Pasirpanjang di Pulau lewat berbagai tindakan seperti
Lembeh. pengembangan kawasan dan
kegiatan promosi.
KESIMPULAN DAN SARAN 2) Pemerintah Kota Bitung dapat
mempertimbangkan alokasi dana
Kesimpulan
APBN bagi Kawasan Ekowisata
Berdasarkan hasil dan pembahasan, Pasirpanjang untuk meningkatkan
maka berikut ini adalah beberapa kapasitas Sumber Daya Manusia
kesimpulan yang dapat ditarik dari (SDM) masyarakat lokal dalam
penelitian ini, yaitu: pengelolaan, dan mengembangkan
1. Berdasarkan estimasi nilai ekonomi kegiatan edukasi konservasi bagi
menggunakan metode Biaya wisatawan agar tujuan dari ekowisata
Perjalanan Zonasi (Zonal Travel Cost itu sendiri dapat tercapai. Adapun
Method), maka diperoleh nilai dari permasalahan dalam pengelolaan
kawasan Ekowisata Pasirpanjang di Ekowisata Pasirpanjang seperti
Pulau Lembeh berdasarkan total sampah di area hutan mangrove agar
biaya perjalanan adalah senilai Rp. ditangani demi kenyamanan
1.610.786.697 per tahun. pengunjung Ekowisata Pasirpanjang.

36
http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/platax
Jurnal Ilmiah Platax Vol. 6:(2), Juli 2018 ISSN: 2302-3589

Masih diperlukan penelitian terkait Konservasi dan Jenis Ikan.


karakteristik sosial-ekonomi dan Jakarta Pusat, Indonesia.
preferensi pengunjung Ekowisata LIPI [Lembaga Ilmu Pengetahuan
Pasirpanjang yang juga dapat Indonesia]. 2014. Kekinian
digunakan untuk mendukung Keanakaragaman Hayati
pengelolaan ekowisata, seperti Indonesia. Pusat Penelitian
penyediaan fasilitas wisata dan lain-lain. Biologi Lembaga Ilmu Pengetahun
DAFTAR PUSTAKA Indonesia. Jakarta.
OECD [Organisation for Economic Co-
Gössling, S. 1999. Ecotourism: A Means
operation and Development].
to Safeguard Biodiversity and
2002. Handbook of Biodiversity
Ecosystem Functions. Elsevier
Valuation: A Guide for Policy
Sciend B.V. Human Ecology
Makers. OECD Publication. Paris.
Division, Lund University,
Pearce, D.W., Warford, J.J. 1993. The
Sweden. Hal 303-320.
World Without End: Economics,
Haab, T. C., McConnel. K. E. 2002.
Environment, and Sustainable
Valuing Environmental and
Development. Oxford University
Natural Resources. Edward Elgar
Press, Inc. for The World Bank.
Publishing Ltd. Cheltenham, UK.
Washington DC.
IFAD[International Fund for Agricultural
Shammin, Md. R. 1999. Application of
Development].2013. Inventarisasi
Travel Cost Method (TCM): A
Sumberdaya Pesisir Pulau
Case Study on Environmental
Lembeh. Bitung, Sulawesi Utara.
Valuation of Dhaka Zoological
IUCN. 2012. IUCN Redlist Categories
Garden. International Union on
and Criteria: Version 3.1 Second
Conservation of Nature (IUCN).
Edition. United Kingdom: Gland,
US. Hal-2.
Switzerland and Cambridge.
Kaunang, S.Ch., Lalamentik, L.T.X.,
KKP [Kementrian Kelautan dan
Rondonuwu, A.B. 2015. Kondisi
Perikanan]. 2010. Panduan
dan Status Pengelolaan Terumbu
Umum Pemanfaatan Kawasan
Karang di Pulau Lembeh Kota
Konservasi Perairan untuk
Bitung. Program Studi Manajemen
Kegiatan Pariwisata Alam
Sumberdaya Perairan FPIK
Perairan. Direktorat Kawasan
Unsrat.

37
http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/platax

Anda mungkin juga menyukai