KAJIAN STRATEGIS
TENTANG
BAB I
PENDAHULUAN
1. Umum.
pemerintah dan TNI AD telah berjalan cukup lama namun hasil yang dicapai belum
sesuai target yang diharapkan, belum tercapainya target mengartikan bahwa
pelaksanaan kerjasama masih banyak menghadapi kendala dan perlu melakukan
tindakan evaluatif menyangkut bentuk, tugas, mekanisme dan kerjasama yang
efektif dan efisien, dengan tidak mengurangi profesionalisme prajurit Kowil. Dari
penjelasan diatas maka ditemukan masalah yaitu Pertama; Beban kerja Satkowil
saat ini dirasakan sangat berat, Kedua; Belum ada Juknis penjabaran dari PKS
sebagai pedoman Satkowil dan perlunya Addendum PKS dan Ketiga; Bulog belum
optimal dalam mendukung penyerapan hasil panen gabah.
3. Ruang Lingkup dan Tata Urut. Kajian strategis ini meliputi latar belakang
pemikiran sebagai dasar dalam penyusunan kajian ini, Data/Fakta dan masalah yang
ditemukan serta analisa permasalahan yang disusun dengan tata urut sebagai berikut:
a. Pendahuluan;
b. Latar Belakang;
d. Analisa Permasalahan;
f. Penutup.
5. Pengertian.
h. Produktivitas adalah tingkat hasil produksi yang didapatkan per satuan luas
(hektar) dalam satu kali pertanaman.
6
i. Sawah adalah lahan usaha tani yang secara fisik permukaan tanahnya rata,
dibatasi oleh pematang, sehingga dapat ditanami padi dengan sistem
genangan/tadah hujan atau pengairan berselang.
l. Perluasan Areal Tanam (PAT) adalah perluasan areal tanam pada lahan
yang sebelumnya tidak pernah ditanami atau dulu pernah ditanamai tetapi
sekarang tidak ditanami lagi (peningkatan IP) bias pada lahan sawah beririgasi,
sawah tadah hujan, lahan pasang surut rawa, lahan kering, lahan perhutani dan
lain-lain.
n. Produktifitas hasil adalah satuan hasil produksi sebagai output dalam satu
hektar sawah yang di optimasi persatuan input.
BAB II
LATAR BELAKANG
7
6. Umum. Pelaksanaan tugas prajurit TNI AD dalam Operasi Militer Selain Perang
(OMSP) terutama oleh prajurit Kowil di daerah diarahkan untuk meningkatkan
kesejahteraan rakyat dalam rangka membantu pemerintah di daerah terutama yang
menyangkut kebutuhan dasar diantaranya pemenuhan pangan, wilayah Negara Kesatuan
Republik Indonesia yang subur dapat ditanami bermacam tumbuhan terutama bahan
pangan untuk diproduksi dan di konsumsi, pertambahan penduduk yang cepat akan
menuntut pemenuhan pangan yang memadai, maka pemerintah berkewajiban untuk
menyediakannya. Saat ini pemerintah menilai pemenuhan pangan untuk rakyat masih
sangat kurang dan perlu langkah-langkah strategis dalam meningkatkan produksi pangan,
kebijakan pemerintah melalui Kementerian Pertanian RI meningkatkan produksi pangan
tidak dapat berjalan optimal dikarenakan sistem dan mekanisme pelaksanaan mulai
tingkat pusat sampai tingkat daerah tidak dapat berjalan sempurna karena terhalang
dengan sistem otonomi daerah menjadikan petunjuk dan kebijakan pusat tidak bisa
langsung dapat dilaksanakan oleh pemerintah daerah. Melihat situasi yang kurang baik
ini, maka kepala pemerintahan Presiden Jokowi memerintahkan TNI untuk membantu
Kementerian Pertanian RI untuk melaksanakan program kerjasama dalam swasembada
pangan nasional melalui Upaya Khusus (Upsus), yang pelaksanaanya melibatkan prajurit
TNI AD terutama satuan kewilayahan.
7. Latar Belakang.
8. Landasan Pemikiran.
a. Landasan Idiil. Pancasila sebagai landasan idiil dan dasar negara bangsa
Indonesia pada hakikatnya mencerminkan nilai-nilai keseimbangan, keserasian,
keselarasan, persatuan dan kesatuan bangsa, sehingga Pancasila menjadi dasar
dalam menyelenggarakan segala ketentuan peraturan perundang-undangan yang
ada di Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Pancasila juga dijadikan
sebagai sumber hukum dan merupakan motivasi perjuangan seluruh bangsa
Indonesia yang berdaulat dan mandiri yang implementasinya tertuang dalam nilai-
nilai Pancasila khususnya pada sila kelima yang berbunyi “Keadilan Sosial Bagi
Seluruh Rakyat Indonesia”. Setiap orang berhak atas jaminan sosial tanpa
memandang usia, status maupun profesinya yang memungkinkan pengembangan
dirinya secara utuh sebagai manusia yang bermanfaat.
b. Landasan Konstitusional.
c. Landasan Operasional.
9. Landasan Teori.
a. Tugas pokok.
b. Profesionalisme.
c. Beban Tugas.
d. Ketahanan pangan.
mekanisme pemasaran yang efektif dan efisien, yang dapat disempurnakan melalui
kebijakan niaga, atau distribusi bahan pangan dari sentra produksi sampai ke
tangan konsumen (Arifin 2001). Di Indonesia konsep ketahanan pangan
dituangkan dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1996 tentang Pangan. Dalam
definisi tersebut ditegaskan lima bagian dalam konsep tentang ketahanan pangan
tersebut, yaitu:
aman, yang memenuhi kebutuhan pangan mereka dan pilihan untuk hidup
aktif dan sehat”. Pemerintah Indonesia melalui Dewan Ketahanan Pangan
bekerjasama dengan World Food Programme (WFP) membuat Food
Insecurity Atlas (FIA) tingkat Kabupaten. Pertama diluncurkan Food
Insecurity Atlas pada Tahun 2005, lalu diperbaharui lagi dengan membuat
Food Security and Vulnerability Atlas (FSVA) Tahun 2009 yang dibuat
berdasarkan pendekatan ketersediaan pangan, akses pangan dan
pemanfaatan pangan (Dewan Ketahanan Pangan 2009). Ketersediaan
pangan adalah tersedianya pangan secara fisik di daerah, yang diperoleh
baik dari hasil produksi domestik, impor/perdagangan maupun bantuan
pangan. Ketersediaan pangan ditentukan dari produksi domestik, masuknya
pangan melalui mekanisme pasar, stok pangan yang dimiliki pedagang dan
pemerintah, serta bantuan pangan baik dari pemerintah maupun dari badan
bantuan pangan. Ketersediaan pangan dapat dihitung pada tingkat nasional,
Provinsi, Kabupaten atau tingkat masyarakat (Dewan Ketahanan Pangan
2009). Akses Pangan adalah kemampuan rumah tangga untuk memperoleh
cukup pangan, baik yang berasal dari produksi sendiri, pembelian, barter,
hadiah, pinjaman dan bantuan pangan maupun kombinasi diantara
kelimanya. Ketersediaan pangan di suatu daerah mungkin mencukupi, akan
tetapi tidak semua rumah tangga memiliki akses yang memadai baik secara
kuantitas maupun keragaman pangan melalui mekanisme tersebut di atas
(Dewan Ketahanan Pangan 2009). Pemanfaatan pangan merujuk pada
penggunaan pangan oleh rumah tangga dan kemampuan individu untuk
menyerap dan memetabolisme zat gizi (konversi zat gizi secara efisien oleh
tubuh). Pemanfaatan pangan juga meliputi cara penyimpanan, pengolahan
dan penyiapan makanan termasuk penggunaan air dan bahan bakar selama
proses pengolahannya serta kondisi higiene, budaya atau kebiasaan
pemberian makan terutama untuk individu yang memerlukan jenis makanan
khusus, distribusi makanan dalam rumah tangga sesuai kebutuhan masing-
masing individu (pertumbuhan, kehamilan, menyusui dan lain-lain), dan
prioritas kesehatan masing-masing anggota rumah tangga (Dewan
Ketahanan Pangan 2009). Kerawanan pangan dapat bersifat kronis atau
sementara/transien. Kerawanan pangan kronis adalah ketidakmampuan
jangka panjang atau yang terus menerus untuk memenuhi kebutuhan
pangan minimum. Keadaan ini biasanya terkait dengan faktor strukural,
yang tidak dapat berubah dengan cepat, seperti iklim setempat, jenis tanah,
16
d) Kondisi cuaca.
d. Perjanjian kerjasama yang saat ini dilaksanakan akan berakhir pada bulan
Desember 2019, hasil identifikasi masalah dari Kepala Dinas di tingkat Provinsi,
Kab/Kota diberbagai daerah dan masyarakat yang langsung merasakan manfaat
dari dampak kerjasama ini, menyarankan untuk tetap dilanjutkan, dilain pihak
personel TNI AD (Satkowil) tetap dituntut profesional tugas pokoknya sesuai
Perkasad Nomor III/XII/2012 tanggal 12 Desember 2012 tentang organisasi dan
tugas Komando Distrik Militer (Kodim) menyelenggarakan pembinaan teritorial
untuk menyiapkan wilayah pertahanan di darat dan menjaga keamanan wilayah
dalam rangka mendukung tugas pokok Kodam/Korem, sedangkan tugas-tugas
yang diemban antara lain:
1) Pertempuran.
2) Pembinaan Teritorial.
20
e. Tugas melaksanakan fungsi organik militer (meliputi Intel, Ops, Pers, Log,
Ter dan perencanaan pengawasan dalam mendukung tugas pokok Kodim).
BAB III
21
11. Umum. Data diartikan sebagai kenyataan yang ada dan berfungsi sebagai bahan
sumber untuk menyusun suatu pendapat, keterangan yang benar dan keterangan atau
bahan yang dipakai untuk penalaran dan penyelidikan, pengertian lain data adalah semua
keterangan dari perorangan yang dijadikan responden maupun yang berasal dari
dokumen-dokumen baik dalam bentuk statistik atau dalam bentuk lainnya guna keperluan
penelitian. Sedangkan fakta diartikan sebagai hal keadaan atau peristiwa yang
merupakan kenyataan, sesuai yang benar-benar ada atau terjadi, pengertian fakta secara
istilah merupakan perbandingan dengan data dalam penelitian, bila data dipahami
sebagai teori maka fakta adalah kenyataan/prakteknya, dalam penelitian antara
perbandingan data dan fakta ini atau teori dan kenyataan/praktek akan melahirkan
sebuah masalah.
Dalam pengumpulan data metoda yang digunakan adalah pengisian checklist dan
wawancara langsung kepada informan yang telah ditunjuk dan dianggap kompeten yaitu
kepada Ditjen Prasarana dan Sarana (PSP), Ditjen Ketahanan Pangan Kementerian
Pertanian RI, Dirut Pengadaan Perum Bulog, Sterad, Itjenad, Pusterad, Ditziad, Kodam
II/Swj, Kodam VI/Mlw dan Kodam XII/Tpr.
12. Hasil Pengumpulan Data/Puldata (terlampir).
13. Hasil Focus Group Discussion (FGD) tanggal 19 Desember 2019 (terlampir).
14. Permasalahan.
b. Belum ada Juknis penjabaran dari PKS sebagai pedoman Satkowil dan
perlunya Addendum PKS.
BAB IV
ANALISA PERMASALAHAN
22
15. Umum. Menurut Gorys Keraf, analisa adalah sebuah proses untuk memecahkan
sesuatu kedalam bagian-bagian yang saling berkaitan satu sama lainnya, sedangkan
menurut Komarrudin bahwa analisa suatu kegiatan bersifat untuk menguraikan suatu
keseluruhan menjadi komponen-komponen, sehingga dapat mengenal tanda-tanda dari
setiap komponen, hubungan satu sama lainnya dan fungsi masing-masing dalam
keseluruhan yang terpadu.
Data jawaban dari responden yang telah terkumpul selanjutnya direkap maka
didapat masalah yaitu Pertama; Beban kerja Satkowil saat ini dirasakan sangat berat,
Kedua; Belum ada Juknis penjabaran dari PKS sebagai pedoman Satkowil serta perlunya
Addendum PKS dan Ketiga; Bulog belum optimal dalam mendukung penyerapan hasil
panen gabah, dihadapkan kepada tinjauan tugas TNI AD membantu pemerintah guna
mewujudkan ketahanan pangan.
16. Analisa terhadap beban kerja Satkowil saat ini dirasakan sangat berat
Konsep tugas yang dapat dilaksanakan oleh Babinsa (Satkowil) agar dapat
melaksanakan tugas-tugas tambahan dengan tidak mengenyampingkan tugas
pokoknya adalah berdasarkan kebijakan dan keputusan politik negara karena
24
fungsional atau disfungsional TNI bagi negara sangat bergantung pada kebijakan
dan keputusan politik negara dalam memposisikan dan mengoperasionalkan TNI
sebagai pengguna kekuasaan militer. Artinya dalam melaksanakan tugas-tugas
tambahan dalam mengimplementasikan kerja sama (MoU) dengan Kementerian
Pertanian RI, Babinsa sekaligus melaksanakan pembinaan teritorial, yaitu
melaksanakan Komunikasi Sosial (Komsos) untuk deteksi dini, cegah dini dan
temu cepat lapor cepat setiap menemukan kejadian atau peristiwa yang sesuai
kriteria merupakan ancaman atau potensi ancaman terhadap keutuhan NKRI.
Seperti kegiatan penanggulangan Kebakaran Hutan (Karhutla), Karhutla sendiri
merupakan ancaman bagi kelestarian lingkungan (wilayah) NKRI yang harus dijaga
dan dilindungi dari ancaman.
Tugas yang demikian padat bagi Babinsa memerlukan job analysis dari
aspek manajemen personalia, yaitu suatu analisa yang dilakukan untuk
menentukan kemampuan 1 karyawan (Babinsa) dalam melaksanakan tugas (job
description) yang dibebankan kepadanya, seperti contoh gambar dibawah ini:
25
26
27
28
29
30
tugas yang berat bagi Babinsa dihadapkan pada target yang harus dapat dicapai,
yaitu tugas pokok sebagai alat negara dalam bidang pertahanan, sekaligus
menyelesaikan tugas-tugas tambahan sesuai kebijakan dan keputusan politik
negara. Selain upaya diatas, hal yang dapat dilakukan agar pelaksanaan kerja
sama antara TNI AD dengan Kementerian Pertanian RI (Dirjen PSP) dapat berjalan
secara optimal dalam program ketahanan pangan, salah satunya adalah melalui
rapat-rapat koordinasi serta loby intensif TNI AD untuk memberikan atau
menekankan pentingnya tata ruang wilayah pertahanan secara nasional dijadikan
acuan bagi Kementerian Pertanian RI dalam memilih dan menentukan daerah yang
akan dijadikan lahan pertanian. Hal ini dirasa perlu untuk mengurangi atau
menghindari adanya pencetakan sawah baru yang tidak produktif.
begitu juga dengan tugas pokok, dengan kejelian Babinsa dalam memanfaatkan
waktu dan berkomunikasi dengan masyarakat, maka tugas pokok dan tugas
tambahan sesuai keputusan politik negara dapat diselesaikan. Namun, apabila
kondisi ini juga tidak dapat dilaksanakan secara bersamaan, maka komando atas
perlu melaksanakan job analysis dari aspek manajemen personalia untuk
menentukan kemampuan 1 orang Babinsa dalam menyelesaikan tugas (job
description) yang dibebankan kepadanya. Jika tugas-tugas yang dibebankan tidak
mungkin untuk diselesaikan tepat waktu, sebaiknya membutuhkan penambahan
personel. Karena pada dasarnya tugas pokok melaksanakan pengumpulan data
geografi, demografi dan kondisi sosial suatu wilayah dan melakukan update setiap
saat guna mengetahui perkembangan yang terjadi sebagai data penunjang
pengambilan keputusan komando atas sangat membutuhkan waktu.
17. Analisa Terhadap belum adanya Juknis penjabaran dari PKS sebagai
pedoman Satkowil dan perlunya Addendum PKS. Pencapaian swasembada pangan
yang berkelanjutan terhadap padi, jagung dan kedelai memerlukan proses pemberdayaan
dalam bentuk pendampingan yang dilakukan oleh Satkowil terutama Babinsa dengan
tugas dan fungsi yang telah ditentukan dengan mempertimbangkan aspek teknis, sosial,
budaya, ekonomi dan lingkungan melalui proses-proses dari persiapan sampai dengan
pelaksanaan, konsep yang ditawarkan terhadap jabaran PKS sebagai pedoman Satkowil
dan perubahan (Addendum) PKS adalah sebagai berikut:
b. Pelaksanaan.
Dalam rangka menjamin pemenuhan prinsip 6 tepat yaitu jenis, jumlah, harga,
tempat, waktu dan mutu diperlukan adanya pengawalan dan pengamanan
penyaluran benih, pupuk dan Alsintan agar bantuan yang telah disiapkan diterima
oleh kelompok tani/P3A/Gapoktan/GP3A P3A (Perkumpulan Petani Pengguna
Air)/Gapoktan/GP3A (Gabungan Perkumpulan Petani Pemakai Air) yang berhak
sesuai dengan yang diusulkan. Untuk mewujudkan target yang telah yang telah
ditetapkan maka dalam pendampingan, peran Babinsa membantu kegiatan
pengawasan, pengawalan dan pengamanan di lapangan, meliputi:
18. Analisa Terhadap belum optimalnya Bulog belum optimal dalam mendukung
penyerapan hasil panen gabah.
b. HPP Hanya untuk Kualitas Tertentu. Selain nilai HPP yang relatif lebih
rendah dibandingkan dengan harga pasar, HPP yang ada saat ini baru mengatur
beras dengan jenis kualitas tertentu yaitu medium. Hal ini mencerminkan bahwa
kebijakan yang ada saat ini masih dilandaskan pada pasokan (supply-based) dan
belum dilandaskan pada permintaan pasar (market-based). Karena kebijakan
masih berdasarkan pada pasokan, maka saat ini Bulog bertugas untuk menyerap
ketika surplus saat panen raya maupun ketika paceklik. Apabila kebijakan
didasarkan pada permintaan pasar maka penyerapan hanya perlu dilakukan ketika
panen raya sesuai dengan kualitas yang diinginkan konsumen, sedangkan pada
saat paceklik maka Bulog tidak perlu menyerap dan lebih berfokus ke penjualan.
Regulasi perlu dibuat dengan berlandaskan pada kebutuhan konsumen agar
penugasan yang diberikan kepada Bulog menjadi lebih efektif. Salah satu
implementasi kebijakan tersebut adalah dengan menerapkan HPP tidak hanya
pada satu kualitas, tapi juga untuk beberapa kualitas sesuai dengan preferensi
pasar.
4) Perluasan Lingkup Kerja Sama dengan TNI AD. Kerja sama yang
telah dilakukan antara Bulog dengan TNI AD saat ini lebih berfokus pada
penyerapan gabah/beras hasil produksi petani. Petani/penggilingan
dihimbau dan dikawal agar dapat melakukan penjualan gabah/beras kepada
Bulog. Kondisi ini umumnya terkendala pada harga dan kualitas di lapangan
umumnya lebih tinggi dibanding dengan harga dan kualitas yang ditetapkan
pemerintah. Untuk mengantisipasi hal tersebut, Bulog mulai
mengembangkan kegiatan On Farm yakni kegiatan usaha budidaya
komoditas pertanian atau tanaman pangan yang potensial yang
dilaksanakan oleh Bulog dengan menggunakan pola mandiri maupun
kemitraan. Pada Tahun 2019 dan 2020 Bulog menargetkan On Farm seluas
127 ribu Ha. Kegiatan On Farm ini diharapkan dapat lebih menjamin
pasokan bahan baku dengan harga dan kualitas yang terbaik. Kegiatan On
Farm ini dilaksanakan baik oleh Bulog sendiri, maupun bekerjasama dengan
pihak lainnya. Untuk optimalisasi pelaksanaan kegiatan On Farm ini, maka
44
dapat dilakukan perluasan kerjasama dengan TNI AD. Peran TNI AD dalam
kerja sama kegiatan On Farm dapat dilaksanakan dalam bentuk:
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
45
19. Kesimpulan.
20. Saran.
BAB VI
PENUTUP
47
KONTER PARAF
Widodo Iryansyah, S.Sos., M.M.
Ketua Pokja Mayor Jenderal TNI
Sekretaris Pokja
Katuud